Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ADMINISTRASI DAN

KEBIJAKAN KESEHATAN
REFORMASI KESEHATAN DI INDONESIA YANG BERKAITAN DENGAN
INDIKATOR NASIONAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI
PUSKESMAS DAN INDIKATOR NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT SEBAGAI
BAGIAN DARI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

1. Hambatan Wujudkan Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia

Pelayanan kesehatan primer yang layak, bermutu, dan berkeadilan finansial merupakan faktor
penting mewujudkan kesehatan masyarakat di suatu negara. Menurut WHO, pelayanan
kesehatan primer adalah segala bentuk pendekatan pelayanan kesehatan yang didasarkan oleh
kebutuhan hak individu, keluarga, maupun komunitas.
Sayangnya, di Indonesia baik pemerintah maupun masyarakat hanya memahami pelayanan
kesehatan primer sebagai kehadiran puskesmas semata. Padahal, puskesmas hanyalah satu dari
beragam jenis pelayanan kesehatan primer.

Di samping puskesmas, terdapat juga poskesdes, klinik swasta, dan bidan praktik mandiri yang
terhitung juga sebagai unit pelayanan kesehatan primer. Pelayanan kesehatan primer kerap
disebut sebagai kontak pertama pemerintah dengan masyarakat dalam menangani persoalan
kesehatan individu, komunitas, maupun masyarakat.

Karena mengingat kehadirannya yang sangat penting, berikut hambatan mewujudkan pelayanan
kesehatan primer yang baik di Indonesia yakni :

1. Masih Dianggap Puskesmas


Perwujudan pelayanan kesehatan primer yang baik masih kerap dianggap sebagai kehadiran
puskesmas semata. Kondisi ini memunculkan persepsi bahwa puskesmas adalah tempat untuk
menyembuhkan penyakit. Padahal, puskesmas seharusnya juga memiliki fungsi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara proporsional

Dikarenakan hal itu, puskesmas sebagai bagian dari pelayanan kesehatan primer perlu
mendapatkan alokasi dana yang lebih untuk mengembangkan riset dan kapasitas tenaga
kesehatan. Menurut Direktur Program CISDI Egi Abdul Wahid, pemerintah bisa mengikuti
langkah Thailand yang menyediakan peningkatan kapasitas khusus untuk pegawai pelayanan
kesehatan primer.
“Di Thailand seorang perawat memerlukan pelatihan sekitar 6 bulan untuk bekerja di puskesmas.
Ini menunjukkan keseriusan pemerintah Thailand untuk mengembangkan tenaga kesehatan
untuk pelayanan kesehatan primer,” ujarnya.
2. Alokasi Dana
Masalah lain yang kerap dihadapi oleh puskesmas adalah tingginya celah alokasi dana antara
pelayanan kesehatan primer di daerah terpencil dengan di kota besar. Dikarenakan alokasi dana
yang sedikit, pelayanan kesehatan primer di daerah-daerah terpencil masih kerap menjadi
medium alokasi pendapatan daerah sehingga mengurangi minat masyarakat untuk mengunjungi
pelayanan kesehatan primer.

Padahal, berbagai masalah kesehatan yang kerap terjadi, seperti literasi kesehatan yang minim
dan keterbatasan akses terhadap sumber gizi justru merupakan masalah yang sering ditemui di
banyak daerah terpencil.

Di sisi lain, persoalan yang dihadapi di wilayah-wilayah besar pun cenderung sama. Provinsi
DKI Jakarta hingga hari ini memiliki 289 puskesmas di kelurahan dengan 107 di antaranya telah
terakreditasi. Meski demikian, dapat dipastikan beban kerja tenaga kesehatan menjadi bertumpuk
dikarenakan volume ribuan pasien yang hadir setiap harinya.

Solusinya untuk mengatasi persoalan ketimpangan dan alokasi dana adalah dengan mengikuti
rekomendasi WHO yang menyarankan setiap negara untuk menyisihkan setidaknya 1 persen
Produk Domestik Bruto (PDB) untuk pelayanan kesehatan primer.

3. Peluang Kerja Sama

Upaya pengembangan pelayanan kesehatan primer tidak dapat berjalan dari kehadiran
pemerintah seorang. Komitmen dan semangat kerja sama dengan pihak swasta juga sangat
diperlukan.

Solusinya pemerintah melibatkan pihak swasta dalam pengembangan pelayanan kesehatan


primer bisa menjadi pilihan kemitraan yang baik.

“Di Jakarta klinik pratama swasta sudah sangat banyak. Momentum ini bisa dimanfaatkan
sebagai ruang kerja sama antara pihak pemerintah dengan swasta.”

2. KENDALA PELAYANAN KESEHATAN TERTIER DI RS


Berbeda dengan Negara-negara lainnya yang sangat maju dalam bidang pelayanan kesehatan,
nampaknya Negara Indonesia masih perlu banyak membenahi pelayanan kesehatan bagi
masyarakatnya.  Masih sering kita dengar berbagai permasalahan dimana masyarakat yang
sebenarnya sakit parah namun tidak bisa berobat karena kendala biaya, atau pun pasien yang
sudah jauh-jauh datang ke rumah sakit namun tidak ditangani dengan baik dan akhirnya harus
menunggu sangat lama untuk bisa mendapatkan pelayanan. Sebenarnya apa saja yang menjadi
kendala bagi rumah sakit-rumah sakit di Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan?
Apa yang membuat pelayanan rumah sakit yang begitu penting ini bisa terhambat
pelaksanaannya?
1. Konektivitas
Meski saat ini sudah banyak rumah sakit yang menggunakan sistem manajemen rumah sakit
yang berbasis online namun di beberapa tempat di Indonesia yang terpencil akses pelayanan
kesehatan digital seperti itu masih belum bisa dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh adanya
kendala konektivitas, sebab satelit Palapa ternyata belum bisa menjangkau seluruh bagian
Indonesia terutama yang berada di bagian timur. Padahal pemerataan layanan kesehatan tentunya
amat sangat dibutuhkan agar semua masyarakat di Indonesia bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sama tanpa terkecuali. Di kota besar seperti Jakarta saja masih ada area blackspot
yang terkadang sulit dijangkau oleh sinyal internet. Ini adalah kendala nomor wahid yang
sebaiknya mulai diperbaiki oleh pemerintah Indonesia.
2. Masalah Demografi Dan Geografi
Dalam hal populasi penduduk, Indonesia dikenal sebagai Negara dengan penduduk yang padat,
namun sangat disayangkan karena Negara dengan penduduk yang padat ini tidak difasilitasi
dengan layanan kesehatan yang mumpuni, sehingga banyak masyarakat yang menderita penyakit
namun tidak tertangani dengan baik. Selain itu juga masalah geografis Indonesia yang
merupakan Negara kepulauan, juga terkadang menjadi kendala, tidak banyak rumah sakit yang
didirikan di daerah terpencil sehingga untuk berobat, masyarakat dari daerah terpencil harus
menempuh jarak yang sangat jauh dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
3. Pelayanan Pada Pasien Masih Rendah
Sudah sering kita dengar bahwa karena regulasi dan masalah pendaftaran yang sangat
merepotkan akhirnya membuat pasien terkendala untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan cepat. Bahkan ada beberapa pasien yang sebenarnya sakit parah namun dibiarkan
menunggu hingga satu bulan lamanya. Nampaknya para pelaku pelayanan kesehatan masih harus
lebih sigap dalam menindaklanjuti pasiennya, selain itu juga harus lebih perhatian dalam
melayani pasiennya yang dalam hal ini sedang sakit. Kurangnya kepedulian dan lambatnya
penanganan dari pelaku kesehatan juga menjadi kendala mengapa pelayanan rumah sakit di
Indonesia masih sering terkendala.
4. Teknologi Pelayanan Kesehatan Belum Dimaksimalkan
Pada saat ini teknologi sudah sangat berkembang, sudah ada banyak sekali alat kesehatan
berteknologi canggih yang bisa digunakan untuk memantau kesehatan Anda, namun sayangnya
masyarakat masih sangat awam dengan hal ini. Begitu juga adanya SIMRS atau sistem
manajemen rumah sakit yang sepertinya masih belum digunakan dengan maksimal oleh semua
rumah sakit yang ada di Indonesia, padahal adanya SIMRS ini sangat mempermudah pekerjaan
dokter dan staff rumah sakit untuk bisa membantu pelayanan pasiennya.

Anda mungkin juga menyukai