Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“MEMBUAT BAHAN SIMAKKAN YANG MENARIK PERHATIAN”

Disusun Oleh:

Kelompok 11:

1. Zulfa Asrofi (2021058)


2. Erma Rahmasari (2021076)
3. Anissa Novitasari (2021035)
4. Sherly Al Aziz (2021079)

Dosen Pengampu : Dian Ramadan Lazuardi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

TAHUN 2021
A. DUOLOK DAN DIALOG

Untuk melukiskan atau mengilustrasikan kurangnya keterampilan yang baik


dalam bidang menyimak dalam masyarakat modern, agaknya dapat kita pergunakan
konsep Abraham Kaplan mengenai duolog. Sebagai lawan dari dialog, duolog
merupakan suatu situasi kelompok dua orang atau kelompok kecil yang masing masing
memperoleh giliran berbicara, tetapi tidak seorang pun menyimaknya. Kita dapat
menemui contoh-contoh duclog sekolah, gereja, masjid, dan pemerintahan. Walaupun
orang-orang dapat terlihat seolah-olah menyimak satu dan lainnya, tetapi dalam
kenyataannya mereka hanya menunggu waktu sampai tiba giliran bicara. Sementara
satu orang berbicara, yang lainnya sibuk berpikir atau merenung, bukan mengenai
sesuatu yang dikemukakan pembicara, tetapi justru mengenai sesuatu yang akan
menjadi yang responsi mereka nanti. Menurut pendapat Kaplan, suatu duolog dapat
dibandingkan secara baik dengan dua perangkat televisi dipasang dalam saluran-saluran
yang berbeda dar keduanya saling berhadapan.

Sebaliknya, dialog yang sejati melibatkan penyimakan kepada orang lain seperti
halnya pada diri sendiri. Dialog menuntut ancangan atau pendekatan terbuka, suatu
kesudian menaruh perhatian kepada orang lain dan memberi responsi secara sopan
kepada mereka tanpa latihan dan ulangan. Menyimak merupakan suatu sarana penting
dan berguna bagi hubungan-hubungan antarpribadi yang bermakna. Kegunaan dialog ini
sangat terasa dalam kehidupan modern, terlebih dalam bidang politik antarnegara
(adikuasa; seperti antara Amerika Serikat dan Soviet-Rusia). Dalam dialog ini
dibutuhkan benar-benar keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak yang
bermutu tinggi. Salah simak dapat menggagalkan maksud dan tujuan kedua belah pihak.

B. HAKIKAT PERHATIAN

Perlu kita camkan benar bahwa menyimak adalah suatu penerimaan yang aktif
terhadap informasi lisan. Lebih dari sekadar penerimaan stimulus atau suatu tindakan
yang refleksif, penyimak juga merupakan suatu perilaku yang dapat dianalisis dan
dimodifikasi; merupakan sesuatu yang dapat kita pilih untuk dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan sama sekali; kita dapat menentukan apakah perlu diberi wadah atau tidak;
kita dapat menentukan tingkat keefektifannya; dan kita dapat mengganti bahkan
meningkatkan atau mengembangkannya. Kalau menyimak merupakan suatu tindakan
elektif atau perbuatan fakultatif, perhatian, yang sangat perlu bagi penyimakan yang
baik, merupakan suatu perilaku selekuif atau kelakuan terpilih. Contohnya pada suatu
ketika, kita memilih untuk menyimak lagu-lagu ciptaan Rinto Harahap pada waktu
senggang; kemudian dari sekian banyak lagu ciptaannya, kita menyeleksi lagu pujaan
kita lalu kita menyimaknya dengan penuh perhatian. Demikianlah dapat kita simpulkan
bahwa perhatian adalah suatu proses penyelesaian dari berbagai ragam stimuli sebuah
stimulus yang penting bagi seseorang pada saat tertentu. Dengan perkataan lain, dapat
dikatakan bahwa perhatian bersinonim dengan persepsi selektif. Ada seorang pakar
yang menyarankan bahwa konsep perhatian itu mencakup berbagai faktor, antara lain:

1) Konsentrasi mental : mengonsentrasikan diri pada tugas mental dan mencakup


masukan stimulus yang akan berbaur denga performansi atau penampilan,
seperti halnya pada saat kita belajar di perpustakaan dan menghilangkan/menia
dakan bunyi-bunyi yang tidak perlu.

2) Kewaspadaan : melihat jam atau waktu, walaupun sebenarnya tiada terjadi apa-
apa; sama halnya dengan polisi lalu lintas yang harus siap bertugas, walaupun di
jalanan tiada kendaraan atau orang berjalan; biar sepi polisi siap berdiri di
persimpangan jalan.

3) Selektivitas : mampu memilih; menerima beberapa pesan sekaligus, serentak;


dan menyeleksi satu saja untuk diterima dan diberi jawaban, seperti halnya pada
sebuah pesta, para pelayan menawarkan berbagai minuman dan atraksi kepada
kita.

4) Mencari dan memeriksa : memburu suatu tanda tertentu di antara seperangkat


tanda-tanda, seperti halnya dalam mengidentifikasi tema sepenggal musik atau
pesan dalam suatu ceramah atau khotbah.

5) Aktif dan giat : selalu siap sedia, terus siaga menjawab apa saja yang akan
muncul, memberi responsi terhadap segala ucapan, seperti pada saat seseorang
berkata, "Para hadirin yang terhormat, kami meminta perhatian Anda bahwa
Bapak Menteri yang kita nanti-nantikan telah datang dan akan memberi ceramah
sebentar lagi."

6) Penataan diri : menata atau mempersiapkan diri baik-baik untuk memberikan


reaksi atau sambutan dengan cara tertentu baik secara mental maupun secara
fisik, seperti halnya dalam suatu perdebatan ataupun pada panggung pembuatan
film.

Setelah mengetahui serta mendalami faktor-faktor yang tersirat dalam konsep


perhatian di atas, jelas bagi kita betapa rumitnya masalah itu, dan betapa besarnya upaya
yang harus dilakukan untuk menarik perhatian orang lain, khususnya dalam bidang
menyimak.Dengan kata lain, kita telah membatasi konsepnya dan kita telah pula
menjelaskan cabang-cabangnya yang beraneka ragam, tetapi kita belum mengetahui
bagaimana cara kerjanya.

Memang ada berbagai teori mengenai perhatian. Berbagai teori telah


dirumuskan, telah diformulasikan untuk menjelaskan proses perhatian, apa yang terjadi
dalam otak dan pikiran kita pada saat kita sedang beraksi.
Berikut ini akan kita bicarakan beberapa di antara teori-teori yang berkenaan
dengan perhatian itu.

1. Teori Seleksi-Responsi

Teori ini adalah buah pikiran Anthony Deutsch dan Diana Deutsch. Dalam teori
ini, seleksi dikaitkan langsung dengan kepentingan stimu lus. Semakin penting suatu
stimulus kepada penerima, semakin kuat pula reaksinya, dan kekuatan reaksi terhadap
suatu stimulus menentukan seleksi.

2. Teori Saringan

Teori ini dikembangkan oleh Donald Broadbent.Informasi memasuki sistem


melalui sejumlah saluran paralel. Informasi itu disimpan dalam waktu terbatas di dalam
sebagian ingatan yang dikenal sebagai bank ingatan jangka pendek. Di sana, suatu
"sistem saringan" mengambil alih dan menyeleksi satu dari stimu lus-stimulus itu, yang
kemudian diizinkan berjalan masuk ke saluran kapasitas terbatas.

3. Teori Seleksi Masukan

Teori ini dikembangkan oleh Anne M.Treisman, agak bersamaan dengan teori
filter Broadbent, tetapi jauh lebih eksplisit mengenai kaidah-kaidah yang
mengendalikan tindakan saringan itu. Seperti juga halnya Broadbent, Treisman melihat
garis-garis stimulus yang sejajar, atau masukan, mengalir ke dalam pribadi seseorang.
Masukan itu (pesan, informasi, dan data) kemudian dianalisis berdasarkan sifat-sifat
fisiknya (kenyaringan, tekanan, warna, luas, dan ukuran).

C. PERHATIAN DALAM KOMUNIKASI

Kita hendaknya menyadari benar bahwa komunikasi lisan yang tepat guna
bergantung pada pengiriman, penerimaan, dan tanggapan atau sambutan terhadap
pesan-pesan lisan. Selanjutnya, penerimaan dan responsi bergantung pada perhatian.
jadi, tidak mungkin memisahkan perhatian dari komunikasi efektif. Akan tetapi, hal
yang mungkin menganalisis bagian yang dimainkan perhatian dalam proses komunikasi
dan menunjukkan dengan tepat beberapa cara bahwa masalah-masalah perhatian
mempengaruhi arah dan hasil atau akibat komunikasi itu.Kalau kita membuat suatu
keputusan untuk memperhatikan satu stimulus di antara yang lain-lainnya, maka
sebenarnya kita tidak menutup diri seluruhnya dari gangguan. Kalau kita mendengar
bunyi yang keras dan tiba-tiba, pada saat kita memusatkan perhatian pada satu stimulus,
kita tetap saja mengalihkan perhatian pada stimulus pengganggu itu. Kemampuan kita
untuk diganggu sama besar nilainya dengan kekuatan kita untuk memusatkan perhatian.
Dari satu segi, pengalihan perhatian secara tidak ikhlas yang disebabkan oleh adanya
gangguan merupakan suatu mekanisme penjagaan diri; bahkan pada saat kita sedang
terbenam memusatkan perhatian pada sesuatu, kita tetap saja dapat diganggu oleh deru
pesawat udara, klakson mobil, atau gonggongan anjing. Demikianlah, suatu stimulus
yang kuat dan tidak kita harapkan mempunyai suatu kekuatan untuk menggantikan
stimulus yang dengan suka rela kita tekuni dengan penuh perhatian.

D. FAKTOR MEMPENGARUHI PERHATIAN MENYIMAK

1. Faktor pengalaman sangat menentukan besar atau tidaknya perhatian seseorang


untuk menyimak sesuatu.

2. Faktor pembawaan seseorang pun turut berperan, apakah perhatiannya untuk


menyimak sesuatu itu besar atau tidak.

3. Faktor sikap tidak boleh kita abaikan terhadap perhatian menyimak. Sikap
terbuka memang sangat dibutuhkan dalam kegiatan menyimak.

4. Faktor motivasi, dorongan atau alasan sangat menentukan besar atau tidaknya
perhatian seseorang untuk menyimak ceramah, kuliah, khotbah, atau
pembicaraan yang dibawakan oleh seorang pembicara.

5. Factor jenis kelamin yang dapat menentukan kadar perhatian untuk menyimak.
Minat dan perhatian pria dan wanita memperlihatkan perbedaan, walaupun tidak
dapat disangkal adanya persamaan.

E. MACAM MACAM MENYIMAK

1. Menyimak demi Kenikmatan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali bahan simakan yang dapat memberi
kesenangan, kegembiraaan, serta kenikmatan kepada kita. Kita bisa tertawa terpingkal-
pingkal menyimak monolog duolog, ataupun dialog dalam siaran radio dan televisi,
ataupun kejadian yang sebenarnya.

2. Menyimak demi Pemahaman

Menyimak pemahaman ini jauh lebih sulit daripada menyimak penikmatan.


Menyimak pemahaman menuntut suatu pemetikan tema atau pesan tertentu dan terarah,
suatu perasaan mengenai keseluruhan strukturnya, pemahaman pengertian-pengertian
istilah pengenalan atas jenis-jenis materi penunjang, suatu perasaan untuk membedakan
yang lebih penting dari yang kurang penting dalam pembicaraan.

3. Menyimak demi Penilaian

Menyimak evaluatif memainkan peranan jenis menyimak yang paling canggih


yang dapat kita rasakan. Dalam kegiatan menyimak evaluatif ini, kita selaku penyimak
harus mampu memberikan penilaian, pendapat, keputusan, dan komentar yang kritis
terhadap materi pembicaraan.

F. BAHAN SIMAKAN YANG MENARIK PERHATIAN


Dari pembicaraan di muka dapatlah kita petik butir-butir pokok yang ada
kaitannya dengan upaya untuk membuat bahan simakan yang akan disajikan oleh
seorang pembicara sehingga menarik perhatian para penyimak.

1. Butir pertama : Tema harus up-to-date. Bahan-bahan mutakhir, terbaru, dan


muncul dalam kehidupan biasanya menarik perhatian. Oleh sebab itu, pembicara
harus pandai memilih salah satu topik masalah yang masih menjadi buah
pembicaraan dalam masyarakat. Kalau hal ini dapat diseleksi dengan baik, tentu
pembicaraan yang akan disajikan pasti menarik perhatian, sebab semua orang
ingin tahu masalah itu dan bagaimana cara pemecahan atau penyelesaiannya.
2. Butir kedua : Tema terarah dan sederhana. Tema pembicaraan terlalu luas.
Cakupan pembicaraan yang terlalu luas takkan terjangkau oleh para penyimak.
Pilihlah salah satu topik yang sederhana, jangan terlalu rumit dan sukar, yang
muncul dari kehidupan sehari-hari. Bahan pembicaraan yang terlalu
mengambang serta rumit tidak akan menarik perhatian, malahan membosankan
dan membingungkan para penyimak. Harus diingat bahwa yang "sederhana"
tidak harus diidentikkan dengan "jelek" dan "tidak berguna".
3. Butir ketiga : Tema dapat menambah pengalaman dan pemahaman. Dari
pembicaraan seseorang, biasanya kita mengharapkan adanya hal-hal yang dapat
menambah pengetahuan. Topik atau tema yang disajikannya dapat memperkaya
pengalaman dan mempertajam pemahaman serta penguasaan para penyimak
akan masalah itu. Nah, baik topik, maupun cara penyajiannya harus mampu
memenuhi tuntutan itu. Siapa yang mau membuang buang waktu dan tenaga
hanya untuk menyimak hal-hal yang tidak berguna, bukan?
4. Butir keempat : Tema bersifat sugestif dan evaluatif. Tema atau topik
pembicaraan haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga merangsang penyimak
untuk berbuat dengan tepat serta dapat memberi penilaian tepat-tidaknya, baik
buruknya tindakan yang akan dilaksanakan. Pokok pembicaraan harus dapat
menggugah serta merangsang para penyimak untuk berbuat, bertindak, dan
berkata dalam hatinya, "saya pun pasti dapat dan berhasil mengerjakan hal
serupa itu."
5. Butir kelima : Tema bersifat motivatif. Topik atau tema pembicaraan seyogianya
dapat mempertinggi motivasi para penyimak untuk bekerja lebih tekun untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Tentunya pembicara tidak mengharapkan
kurangnya motivasi berbuat dan bertindak para penyimak setelah menyimak
ceramah atau ujarannya.
6. Butir keenam : Pembicaraan harus dapat menghibur. Manusia hidup
membutuhkan hiburan, apalagi setelah bekerja berat seharian. Dengan
menyimak sesuatu, maunya orang bisa melupakan kesusahan atau masalah
hidup, paling sedikit untuk sementara, pada saat menyimak itu. Oleh sebab itu,
pembicara harus pandai berkelakar, membuat humor, yang dapat membuat para
penyimak tertawa, kalau perlu terbahak-bahak.
7. Butir ketujuh : Bahasa sederhana mudah dimengerti. Banyak orang beranggapan
bahwa suatu ceramah, kuliah, atau pembicaraan yang bermutu harus diiringi
oleh kata-kata yang pelik, istilah-istilah baru, dan kalimat-kalimat yang panjang
serta rumit. Anggapan itu keliru. Dengan bahasa yang sederhana" pun pesan
dapat disampaikan kepada para penyimak. Justru dengan bahasa yang sederhana,
tema atau topik pembicaraan lebih mudah dipahami, lebih cepat dimengerti,
komunikasi berjalan lancar tanpa kendala kebahasaan. Oleh karena itu,
pembicara harus dapat mempergunakan bahasa yang sederhana yang mudah
dimengerti, serta diselang-selingi dengan humor dan petatah-petitih.
8. Butir kedelapan : Komunikasi dua arah. Alangkah baiknya bila suatu ceramah
memberi kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat kepada para
penyimak. Jadikanlah forum komunikasi itu menjadi komunikasi dua arah.
Pembicara harus mengusahakan timbulnya dialog antara dia dengan para
partisipan, walaupun hal ini menuntut pengetahuan umum yang luas.
Komunikasi itu jangan dibiarkan menjadi ajang duolog melulu, yang membuat
perhatian penyimak pudar atau hilang sama sekali. Beri kesempatan berbicara
juga kepada para penyimak, saling berganti, agar komunikasi hidup, bersifat dua
arah, merupakan dialog.
Daftar Pustaka

Tarigan, Henry Guntur. 2018. Menyimak: Sebgai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai