Anda di halaman 1dari 5

Nama : Firda Fauziana Dewi, A.Md.

Kep
Angkatan/NDH : VIII/13
ANALISIS ISU AKTUAL
Berdasarkan pengalaman kegiatan pelayanan kesehatan, terdapat beberapa hal yang perlu
ditingkatkan dalam proses pelayanan medik. Adapun identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kelengkapan komunikasi efektif dalam penulisan rekam medis pasien dengan metode
SBAR dan TBK
Komunikasi SBAR (situation, Background, Assessment, Recommendation) merupakan
metode komunikasi efektif terstruktur yang digunakan oleh perawat dalam menyampaikan kondisi
pasien kepada sesama perawat dan tim medis lainnya (SNARS, 2017). Di Ruang ICU RSD
Kertosono sudah menggunakan komunikasi efektif saat melaporkan identitas dan kondisi pasien
saat ini secara verbal via telpon dengan menggunakan metode SBAR. Akan tetapi belum adanya
penulisan dengan metode TBK (Tulis-Baca-Konfirmasi) saat menerima informasi mencatat isi
perintah yang diucapkan oleh dokter/pemberi informasi pada CPPT.
2. Belum optimalnya tabel dalam pemberian dosis di setiap syring pump untuk obat high alert di
ruang ICU RSD Kertosono
Perawatan di ruang ICU tidak terlepas dari obat-obatan high alert atau obat-obatan yang
perlu diwaspadai adalah obat yang presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan,
serta obat yang beresiko tinggi menyebabkan kejadian tidak di inginkan (adverse outcome)
(Kemenkes, 2017) sehingga dalam pemberiannya membutuhkan perhitungan dosis yang lebih
terperinci dalam suatu tabel. Di ruang ICU RSD Kertosono sudah terdapat tabel tetapi hanya 1 dan
terletak di dekat nurse station, hal ini dapat memperlambat saat pasien membutuhkan obat high
alert tersebut seperti obat-obatan vasopresor yang membutuhkan perhitungan obat yang benar.
3. Belum adanya penggunaan LOGAM (labelisasi high alert medication) untuk mencegah
medication error di ruang ICU RSD Kertosono
Perawatan di ruang ICU tidak terlepas dari obat-obatan high alert atau obat-obatan yang
perlu diwaspadai adalah obat yang presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan,
serta obat yang beresiko tinggi menyebabkan kejadian tidak di inginkan (adverse outcome)
(Kemenkes, 2017) sehingga dalam pemberiannya membutuhkan bantuan alat syring pump yaitu
peralatan medis yang digunakan untuk mengatur jumlah suatu cairan yang pekat yang di
injeksikan ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah vena dan perhitungan dosis yang lebih
rinci dengan demikian di butuhkan pelabelan saat proses dispensing obat serta membutuhkan
waktu yang tidak singkat. Di ruang ICU RSD Kertosono saat pasien membutuhkan obat high alert
perawat harus menulis secara manual sehingga akan memperlambat proses penanganan pasien
karena belum ada labelisasi high alert medication tersendiri saat pasien dalam kondisi
kegawatdaruratan.
4. Kurang optimalnya ketersediaan obat-obat emergency di trolly emergency ruang ICU RSD
Kertosono.
Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari pelayanan rumah sakit yang khusus ditujukan
pada pasien dalam kondisi kritis. Pelayanan ICU dikategorikan menjadi tiga yaitu primer, sekunder
dan tersier yang ditentukan berdasarkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana juga
kompetensi layanan (Kemenkes RI, 2012). Angka kematian pasien merupakan satu indikator dari
mutu pelayanan keperawatan di ruang ICU. Curtis (2008) melakukan penelitian di Amerika dan
menemukan bahwa ternyata satu dari lima pasien yang meninggal kejadiannya di ICU dan 500.000
kematian terjadi setiap tahunnya. Di Indonesia angka kematian di ruang ICU mencapai 27,6%.
Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian di ruang ICU adalah dengan menjaga
ketersediaan stok obat emergency sehingga siap digunakan ketika ada pasien dengan kondisi
kegawatdaruratan. Penggunaan obat emergency sangat berperan penting dalam hal kedaruratan
pasien yang segera di dapatkan dalam trolly emergency dalam waktu yang lebih cepat. Di ruang
ICU RSD Kertosono sudah tersedia trolly emergency akan belum optimal dalam penguncian
trolly tersebut sehingga obat yang tersedia di trolly emergency berbeda jumlahnya dengan yang
jumlah yang seharusnya tersedia sehingga ketika pasien dalam kondisi kegawatdaruratan perawat
harus mengambil ke depo farmasi. Selain itu letak depo farmasi jauh dari ruang ICU RSD
Kertosono.
5. Minimnya kepatuhan penunggu pasien dalam membuang sampah medis dan non medis
Limbah rumah sakit yang tergolong berbahaya salah satunya adalah limbah medis padat yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi. Di Rumah Sakit Daerah Kertosono sering kali ditemukan
banyaknya percampuran antara sampah medis dan non medis karena kurangnya kepatuhan dan
pengetahuan keluarga pasien dalam membuang sampah.
Dari beberapa masalah yang ada, langkah selanjutnya adalah menyeleksi masalah tersebut
menggunakan metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan Problematik dan Layak), sebagai berikut:
1. Aktual: benar–benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.
2. Kekhalayakan : menyangkut yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
3. Problematik: masalah yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan
segera solusinya.
4. Layak: masalah yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.
Seleksi Masalah Menggunakan Metode AKPL
No Permasalahan A K P L Jumlah Peringkat
1 Kurangnya kelengkapan 4 2 3 3 12 5
komunikasi efektif dalam
penulisan rekam medis
pasien dengan metode SBAR
dan TBK
Belum optimalnya tabel
dalam pemberian dosis di
2 setiap syring pump untuk 4 4 4 3 15 3
obat high alert di ruang ICU
RSD Kertosono
Belum adanya penggunaan
LOGAM (labelisasi high
3 alert medication) untuk 4 4 4 4 16 2
mencegah medication error
di ruang ICU RSD Kertosono
Kurang optimalnya
ketersediaan obat-obat
4 emergency di trolly 5 4 4 5 18 1
emergency ruang ICU RSD
Kertosono
Minimnya kepatuhan
penunggu pasien dalam
5 4 3 4 3 14 4
membuang sampah infeksius
dan non infeksius
Adapun kriteria penetapan indikator AKPL yaitu:
Aktual : (1) Pernah benar-benar terjadi , (2) Benar-benar sering terjadi, (3)Benar-benar
terjadi dan bukan menjadi pembicaraan, (4) Benar-benar terjadi terkadang menjadi
bahan pembicaran, (5) Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
Kekhalayakan : (1)Tidak menyangkut hajat hidup orang banyak, (2) Sedikit menyangkut hajat hidup
orang banyak, (3)Cukup menyangkut hajat hidup orang banyak, (4) Menyangkut
hajat hidup orang banyak, (5) Sangat menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik :(1) Masalah sederhana, (2) Masalah kurang kompleks, (3) Masalah cukup kompleks
namun tidak perlu segera dicarikan solusi, (4) Masalah kompleks, (5) Masalah sangat
kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya
Layak :(1) Masuk akal , (2) Realistis, (3) Cukup masuk akal dan realistis , (4) Masuk akal
dan realistis, (5) Masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif
Setelah penetapan isu dengan menggunakan teknik AKPL, kemudian menarik 3 isu yang
dipertimbangkan kembali untuk dijadikan masalah prioritas. Ketiga isu tersebut kembali diidentifikasi
dengan menggunakan teknik U (Urgency), S (Seriousness), dan G (Growth),sebagai berikut:
1. Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness: seberapa serius suatu isu harus dibahas, dikaitkan dengan akibat yang akan
ditimbulkan.
3. Growth: seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak segera ditangani.
Seleksi Masalah Menggunakan Metode USG

No Masalah U S G Jumlah Peringkat


Kurang optimalnya
ketersediaan obat-obat
1 emergency di trolly 5 5 5 15 I
emergency ruang ICU RSD
Kertosono
Belum adanya penggunaan
LOGAM (labelisasi high
2 alert medication) untuk 4 5 5 14 II
mencegah medication error
di ruang ICU RSD
Kertosono
Belum optimalnya tabel
dalam pemberian dosis di
3 setiap syring pump untuk 4 5 4 13 III
obat high alert di ruang
ICU RSD Kertosono
Adapun kriteria penetapan indikator USG, yaitu:
Urgency : (1)Tidak penting, (2) Kurang penting , (3) Cukup penting , (4) Penting , (5) Sangat
penting
Seriousness : (1) Akibat yang ditimbulkan tidak serius, (2) Akibat yang ditimbulkan kurang
serius, (3) Akibat yang ditimbulkan cukup serius, (4)Akibat yang ditimbulkan serius,
(5) Akibat yang ditimbulkan sangat serius
Growth :(1) Tidak berkembang, (2) Kurang berkembang , (3) Cukup berkembang ,
(4)Berkembang, (5) Sangat berkembang
ISU YANG DIANGKAT
Diagram/ analisa fish bone adalah suatu pendekatan yang terstruktur yang memungkinkan
dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah,
ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada (Gaspers, V. 2002).

Belum adanya cara untuk


monitoring ketersediaan
stok obat Keterbatasan SDM dalam
melengkapi stok obat
emergency

Kurang Potensi
optimalnya keterlambatan
Ketersediaan penanganan
obat pasien
emergency
emergency
Belum optimalnya tempat
khusus untuk menyimpan
obat emergency
Budaya kerja yang sesuai
dengan kebiasaan/ rutinitas
Berdasarkan diagram fish bone diatas terdapat beberapa penyebab masalah kurang optimalnya
ketersediaan obat-obat emergency di trolly emergency ruang ICU RSD Kertosono, antara lain:
1. Belum adanya cara untuk monitoring ketersediaan stok obat
Belum adanya cara untuk monitoring ketersediaan stok obat setiap harinya, hal ini menyebabkan
jumlah obat yang tersedia di trolly emergency berbeda jumlahnya dengan yang jumlah yang
seharusnya tersedia.
2. Keterbatasan SDM dalam melengkapi stok obat emergency
Melengkapi stok obat emergency merupakan tugas dari instalasi farmasi, akan tetapi karena
keterbatasan SDM (petugas yang berjaga di depo farmasi hanya 2 orang setiap shift) maka stok
obat emergency di ICU jarang dievaluasi.
3. Budaya kerja yang sesuai dengan kebiasaan/ rutinitas
Faktor kebiasaaan yang masih bergantung dengan petugas farmasi padahal letak depo farmasi jauh
karena terletak 1 lantai di bawah ruang ICU dan petugas farmasi tidak selalu mengevaluasi ke
ruang ICU. Hal ini akan menghambat penanganan pasien gawat darurat
4. Belum optimalnya tempat untuk menyimpan obat emergency
Di ruang ICU sudah tersedia trolly emergency yang berisi obat gawat darurat, obat tidak gawat
darurat, dan alat kesehatan tetapi belum optimal dalam penguncian trolly emergency tersebut
Berdasarkan pendekatan analisis diatas, maka kesimpulan yang diperoleh mengarah pada
masalah: “Belum optimalnya ketersediaan obat-obat emergency di trolly emergency ruang ICU
RSD Kertosono” dengan analisis dampak jika masalah tidak segera dipecahkan akan menyebabkan:
a. menurunnya tingkat kecepatan dalam penanganan pasien emergency di ruang ICU RSD
kertosono
b. Menurunnya mutu pelayanan di ruang ICU RSD kertosono
c. Resiko adanya komplain dari keluarga pasien
GAGASAN PEMECAHAN MASALAH

MASALAH PENYEBAB Alternatif Pemecahan Masalah


1. Belum adanya cara 1. Membuatkan lembar monitoring
Kurang optimalnya
untuk monitoring ketersediaan obat untuk
ketersediaan obat- ketersediaan stok obat mempercepat pemberian obat
obat emergency di 2. Keterbatasan SDM 2. Pembuatan SPO tentang
trolly emergency dalam melengkapi penggunaan trolley emergency
ruang ICU RSUD stok obat emergency
Kertosono 3. Budaya kerja yang
sesuai dengan
kebiasaan/ rutinitas Rekomendasi Pemecahan Masalah
4. Belum optimalnya Membuatkan lembar monitoring
tempat untuk ketersediaan obat untuk mempercepat
menyimpan obat pemberian obat
emergency

Anda mungkin juga menyukai