Anda di halaman 1dari 65

PERKAWINAN KANONIK

Oleh Dr. Asrot Purba


SYARAT PERKAWINAN KATOLIK YANG SAH

Syarat I Syarat II Syarat III


Bebas dari 12
(umum)/15 (terperinci) Dirayakan
Halangan yang Janji Nikah
Menggagalkan menurut Tata
Perkawinan yang Sah Perayaan Katolik
SYARAT I
BEBAS DARI HALANGAN-HALANGAN YANG
MENGGAGALKAN PERKAWINAN
4 HALANGAN BERSIFAT ILAHI/KODRATI:
Tidak dapat didispensasi
1. Halangan ikatan nikah SAH sebelumnya
2. Impotensi
3. Hubungan darah garis lurus dan menyamping tingkat II
4. Orang yang belum mencapai usia kematangan fisik dan psikis
A. SITUASI NORMAL
TIGA HALANGAN YANG DIRESERVASI (HANYA
DAPAT DIDISPENSASI OLEH TAHTA SUCI (PAUS
DAN KURIA ROMA)
1. Kejahatan pembunuhan pasangan
2. Kewajiban selibat dari tahbisan suci
3. Kaul kemurnian kekal pada tarekat
religius berbadan kepausan
SITUASI NORMAL
ADA 8 HALANGAN YANG DAPAT DIDISPENSASI
OLEH ORDINARIS WILAYAH (USKUP
DIOSESAN, VIKJEN DAN VIKEP)
1. Usia kanonik: 14 5. Semenda
(wanita) dan 16 (lk) 6. Kaul kemurnian kekal
2. Adopsi publik pada tarekat religius
3. Kelayakan publik berbadan diosesan
4. Hubungan darah garis 7. Penculikan
8. Beda agama
menyamping tingkat III-IV
B. DALAM BAHAYA MATI MENDESAK
HANYA SATU HALANGAN YANG DIRESERVASI BAGI
TAHTA SUCI

Kewajiban selibat dari tahbisan suci, yakni


presbiterat
B. DALAM BAHAYA MATI MENDESAK
ADA 10/11 HALANGAN YANG DAPAT
DIDISPENSASI OLEH ORDINARIS WILAYAH
(USKUP DIOSESAN, VIKJEN DAN VIKEP)
1. Usia kanonik: 14 (wanita) 6. Kaul kemurnian kekal publik pada
tarekat religius berbadan diosesan
dan 16 (lk) 7. Penculikan
2. Adopsi 8. Beda agama
9. Kaul kemurnian kekal publik pada
3. Kelayakan publik
tarekat religius berbadan kepausan
4. Hubungan darah garis 10. Kejahatan Pembunuhan pasangan
menyamping tingkat III-IV 11. Tahbisan Diakonat
5. Semenda
DALAM BAHAYA MATI MENDESAK
ORDINARIS WILAYAH (USKUP DIOSESAN,
VIKJEN DAN VIKEP) DAPAT MEMBERI
DISPENSASI ATAS FORMA KANONIK
(KEHADIRAN SAKSI RESMI ATAU SAKSI UMUM
ATAU KEDUA SAKSI ITU)
C. DALAM BAHAYA MATI MENDESAK
ADA 10/11 HALANGAN YANG DAPAT
DIDISPENSASI OLEH PASTOR PAROKI DAN
PELAYAN SUCI YANG MENDAPAT DELEGASI
UNTUK MENEGUHKAN PERKAWINAN, PELAYAN
SUCI YANG HADIR PADA SITUASI PENEGUHAN
OLEH AWAM
JUGA DISPENSASI DARI FORMA KANONIK
(KEHADIRAN SAKSI RESMI ATAU 2 SAKSI
UMUM ATAU KEDUA SAKSI ITU)
1. Usia kanonik: 14 (wanita) 6. Kaul kemurnian kekal publik pada
tarekat religius berbadan diosesan
dan 16 (lk) 7. Penculikan
2. Adopsi 8. Beda agama
9. Kaul kemurnian kekal publik pada
3. Kelayakan publik
tarekat religius berbadan kepausan
4. Hubungan darah garis 10. Kejahatan Pembunuhan pasangan
menyamping tingkat III-IV 11. Tahbisan Diakonat
5. Semenda
SYARAT
Ordinaris Wilayah tidak dapat dijumpai langsung atau tak
terjangkau dengan surat biasa (hanya via HP atau email)
DALAM BAHAYA MATI MENDESAK
ADA JUGA HALANGAN YANG DAPAT
DIDISPENSASI OLEH BAPA PENGAKUAN
SYARAT
Hanya halangan yang tersembunyi, yakni: tidak dapat dibuktikan
secara dokumental (forum eksternum)
Contoh: kelayakan publik, pembunuhan pasangan yang tak dapat
dibuktikan
C. DALAM KEADAAN OMNIA PARATA SUNT
HANYA DUA HALANGAN YANG DIRESERVASI BAGI
TAHTA SUCI

1. Kewajiban selibat dari tahbisan suci


2. Kaul kemurnian kekal publik pada
tarekat religius berbadan kepausan
C. DALAM KEADAAN OMNIA PARATA SUNT
ADA 9 HALANGAN YANG DAPAT DIDISPENSASI
OLEH ORDINARIS WILAYAH (USKUP
DIOSESAN, VIKJEN DAN VIKEP)
1. Usia kanonik: 14 (wanita) 6. Kaul kemurnian kekal
dan 16 (lk) publik pada tarekat religius
2. Adopsi berbadan diosesan
3. Kelayakan publik 7. Penculikan
4. Hubungan darah garis 8. Beda agama
menyamping tingkat III-IV 9. Kejahatan Pembunuhan
5. Semenda pasangan
DALAM SITUASI OMNIA PARATA SUNT
ADA 9 HALANGAN YANG DAPAT DIDISPENSASI
OLEH PASTOR PAROKI, IMAM DAN DIAKON
LAIN YANG MENDAPAT DELEGASI UNTUK
MENEGUHKAN PERKAWINAN ATAU
MENKONVALIDASI PERKAWINAN
SYARAT
Hanya kasus yang tersembunyi, yakni: tidak diketahui oleh banyak
orang dan diperkirakan tidak mudah/cepat tersebar.
Contoh: kelayakan publik, pembunuhan pasangan yang tak dapat
dibuktikan
KASUS 1
Seorang imam-dosen yang tinggal di rumah pembinaan diminta oleh Pastor
Paroki Jalan Bali untuk meneguhkan perkawinan. Pada saat si imam berada di
lokasi Gereja jalan Bali, sekitar 30 menit sebelum mulai, dia dijumpai oleh
pengurus Gereja dan dikatakan bahwa calon pegantin adalah sepupu (pariban,
impal). Si imam memeriksa berkas kanonik dan tidak menemukan pemberian
dispensasi dari Ordinaris Wilayah dan bertanya kepada sekretaris paroki dan
dikatakan lupa mempersiapkannya. Apa yang bisa dibuat oleh si imam-dosen?
Jawaban: pastor-dosen itu dapat memberi dispensasi dalam situasi omnia
parata sunt dengan syarat kasus itu adalah tersembunyi (diketahui sedikit
orang dan tidak mudah menyebar). Lalu meneguhkan perkawinan itu.
KASUS 2
Sepasang calon pengantin akan menikah tanggal 14 Februari. Ternyata
pengantin wanita jatuh sakit tiba-tiba dan didiagnosis oleh dokter
menderita kanker otak. Keadaannya di HCU dan hanya boleh dikunjungi 2
orang, karena situasi ruangan. Bolehkah Ordinaris Wilayah memberi
dispensasi kepada mereka untuk menikah di hadapan imam saja tanpa 2
saksi umum? Bolehkah Pastor paroki atau pastor lain yang sudah mendapat
delegasi memberi dispensasi dari forma kanonik?
Jawaban: dalam bahaya mati Ordinaris wilayah dan pastor paroki dan
pastor lain yang sudah mendapat delegasi dapat memberi dispensasi dari
forma kanonik
KASUS 3
Seorang diakon meninggalkan diakonatnya (keluar). Proses laisasi sedang diurus. Dia
sedang mempersiapkan perkawinan dengan seorang OMK. Rencananya, ketika laisasi
keluar, dia dibebaskan dari kewajiban2 yang berkaitan dengan tahbisan diakonatnya,
mereka akan menikah. Tiba-tiba si eks diakon jatuh sakit dan didiagnosa oleh dokter
menderita suatu penyakit yang mematikan dan dalam hitungan hari akan meninggal.
Ternyata mereka sudah sangat mencintai. Dengan alasan demi keabadian cinta, mereka
sepakat dan mendesak untuk dinikahkan. Bolehkah, Ordinaris Wilayah (uskup diosesan)
memberi dispensasi dari tahbisan diakonat dan selanjutnya meneguhkan perkawinan
itu? Bolehkah Pastor Paroki meneguhkannya memberi dispensasi dari diakonat dan
selanjutnya meneguhkannya? Bolehkah imam dan diakon lain yang sudah mendapat
delegasi, memberi dispensasi dan selanjutnya meneguhkannya? Bolehkah bapa
pengakuan memberi dispensasi?
Jawab: dalam bahaya mati ordinaris wilayah boleh memberi dispensasi dari tahbisan
diakonat. Demikian pula pastor paroki dan pastor lain yang mendapat delegasi dengan
syarat Ordinaris Wilayah tak dapat dihubungi. Bapa pengakuan tidak dapat karena
tahbisan itu adalah halangan publik
A. IKATAN PERKAWINAN SEBELUMNYA
(KAN. 1085)
Orang yang masih terikat oleh tali perkawinan sah
sebelumnya tidak dapat menikah lagi secara sah

Perceraian secara adat atau perceraian sipil (kantor catatan


sipil) tidak berpengaruh terhadap status perkawinan secara
katolik; sekalipun orang telah bercerai secara adat atau sipil,
perkawinan itu tetaplah sah bagi Gereja
A. IKATAN PERKAWINAN SEBELUMNYA
(KAN. 1085)

Halangan ini bersumber dari unitas sebagai ciri


hakiki perkawinan dan secara tak langung dari
indissolubilitas. Ini merupakan halangan kodrati dan
diteguhkan oleh hkum ilahi (bdk. Kej 2: 24; Mat 19: 3-
9; Mrk 10: 2-12; Luk 16: 18; 1 Kor 7: 4, 10 dan 39; Ef 5:
32; Rm 7: 3)
A. IKATAN PERKAWINAN SEBELUMNYA
(KAN. 1085)
karena bersifat kodrati, halangan ini berlaku bagi setiap
perkawinan dan semua umat manusia, baik yang dibaptis
maupun tidak baptis. Halangan ini ada pada ikatan
perkawinan sebelumnya, yang dirayakan secara sah,
walaupun belum consummatum. Ikatan ini hilang hanya melali
kematian salah seorang pasangan, dispensasi Paus (bdk. kan.
1142), peneraan privilegium paulinum (bdk. kann. 1143-1150)
B. IMPOTENSI (KAN. 1084)

Ketidakmampuan untuk melakukan persetubuhan secara normal dan


manusiawi
1.Sebelum perkawinan
2.Bersifat tetap (tidak tersembuhkan)

Tidak mempengaruhi keabsahan:


1. Kemandulan (sterilitas), yang merupakan ketidakmampuan memiliki anak
2. Impotensi yang terjadi sesudah perayaan perkawinan (akibat kecelakaan
atau penyakit)
B. IMPOTENSI (KAN. 1084)

Kodrata perkawinan menuntut bawha kedua pengantin mampu untuk


melakukan hubungan suami-istri. Tanpa kemampuan itu keduanya tak mampu
mencapai dimensi kesatuan, dengan mana keduanya menjadi satu daging.
Menurut norma saat ini seorang pria dapat disebut ipten apabila dia tidak
mampu mengeluarkan sejenis cairan di dalam vagina, walaupun sebagian
dengan cara natural [bd. CDF, decr. Circa impotentiam quae matrimonium
dirimit, 13 Mei1977, dalam AAS 69 (1977), hlm. 426; EV 6/188].
B. IMPOTENSI (KAN. 1084)

Pada wanita terjadi impotensi bersetubuh jika dia tidak memiliki vagina atau
sedemikian rupa sehingga vagina tidak dapat menerima penetrasi.
Agar dapat disebut impotensi, makan harus bersifat: : 1) antesedens, atau harus
terjadi sebelum atau pada saat pengucapan janji nikah; 2) permanen, dalam
arti tak dapat disembuhkan dengan sarana biaasa dan layak; 3) pasti
C. HUBUNGAN DARAH (KAN. 1091)

Hubungan darah adalah hubungan yang ada antara orang


yang mempunyai leluhur yang sama, melalui kelahiran, baik
di luar maupun di dalam perkawinan
Terhalang:
- hubungan darah garis lurus (contoh: ayah-anak-cucu)
- hubungan tingkat kedua garis menyamping (contoh: seorang
saudara dengan saudari kandungnya).
C. HUBUNGAN DARAH (KAN. 1091)

Para ahli sepaakat bahwa hubungan darah garis


lurus tingkat pertama, atau antara ayah dengan
putri dan ibu dengan putranya adalah hukum
kodrati (T. D’AQUINO, T. SÁNCHEZ, E. PIRHING
dan A. REIFFENSTUEL)
HUBUNGAN DARAH GARIS MENYAMPINGH

Perkawinan antara orang yang mempunyai hubungan


darah menyamping sampai tingkat keempat
Contoh:
- seorang pemuda dengan saudari kandung ayahnya
- seorang putri dengan saudara laki-laki ibunya
- Seorang dengan pariban tangkas (sepupu; impal tuhu).
HUBUNGAN DARAH
GARIS MENYAMPING
Alasan larangan:
- sudut moral: menghalangi hubungan antara orang yang hidup sebagai
saudara; melindungi martabat keluarga dengan menolak incest;
- sudut sosial, halangan ini memajukan hubungan persahabatan dan
memperkaya hidup sosial, dan kemajuan umat manusia; melawan
ketertutupan egoisme keluarga, melebarkan hubungan-hubungan sosial,
mengembangkan cinta kasih kristiani dalam keluarga.
- sudut kesehatan: ada bahaya bahwa anak dari perkawinan orang yang
masih bersaudara akan menderita suatu penyakit keturunan
D. USIA MUDA (KAN. 1083)

- Batas minimum umur untuk menikah secara katolik:


genap 14 tahun bagi wanita dan 16 tahun bagi pria
- Praktek Gereja di Indonesia: 19 tahun untuk
keduanya (UU 16 tahun 2019). Sebelumnya, 19 tahun
untuk pria dan 16 tahun untuk pria (bdk. Pasal 7, UU
RI no. 1, tahun 1974, tentang perkawinan).
D. USIA MUDA (KAN. 1083)

Alasan:
wanita di bawah 14 tahun dan pria di bawah 16
tahun belum matang belum matang secara fisik,
psikis, moral, sosial dan ekonomis untuk
memikul tanggung jawab hidup berkeluarga
E. BEDA AGAMA (KAN. 1086)

- Orang katolik dilarang menikah dengan orang bukan


baptis
- tujuan: : melindungi iman dan kebebasan menjalankan
ibadat sesuai dengan iman dari pihak katolik, dengan
menyadari bahwa pihak bukan katolik bisa menjadi
penghambat; menjamin pendidikan iman katolik
kepada anak; menjamin keutuhan hidup keluarga
E. BEDA AGAMA (KAN. 1086)

Dispensasi:
Dengan alasan yang masuk akal, dan setelah
menandatangani surat pernyataan bahwa pihak katolik
berjanji akan mempertahankan imannya dan dengan
sekuat tenaga akan mendidik anak secara katolik,
Gereja dapat memberi dispensasi atas halangan ini
F. HUBUNGAN SEMENDA (KAN. 1092)

- Semenda adalah pertalian kekeluargaan karena perkawinan


yang sah; hubungan ini tetap ada, meskipun istri/suami
meninggal dunia
- Gereja menghalangi perkawinan orang yang mempunyai
hubungan semenda pada semua tingkat pada garis lurus.
(Misalnya, seorang pria dilarang menikah dengan mertua
perempuannya atau dengan putri isterinya dari pasangan
sebelumnya
F. HUBUNGAN SEMENDA (KAN. 1092)

Tidak termasuk halangan: perkawinan seorang


pria dengan adik/kakak isterinya yang
meninggal dan sebaliknya perkawinan seorang
wanita dengan adik/abang suaminya yang
meninggal
G. KELAYAKAN PUBLIK (KAN. 1093)

Ikatan yang timbul dari perkawinan yang tidak sah yang


diikuti oleh hidup bersama, atau dari
konkubinat/perselingkuhan yang diketahui oleh umum.
- Konkubinat adalah relasi antara seorang pria dan wanita
seperti layaknya sebuah keluarga di luar perkawinan, baik
tinggal serumah maupun terpisah (kumpul kebo).
G. KELAYAKAN PUBLIK (KAN. 1093)

Contoh:
- Seorang pria dilarang menikah dengan
putri/ibu dari wanita pasangan tidak sah
- seorang wanita dilarang menikah dengan
putra atau ayah pasangan tidak sah
H. ADOPSI (KAN. 1094)

- Gereja melarang pernikahan di antara orang-orang


yang mempunyai hubungan adopsi dalam garis
lurus (orang tua angkat dengan anak angkat) dan
garis menyamping tingkat kedua (saudara dengan
saudari angkat)
- Alasan: moral, etika dan sosial
I. PEMBUNUHAN (KAN. 1090)

Gereja menghalangi pernikahan orang yang terlibat


pembunuhan yang dilakukan sendiri atau orang
suruhan atas pasangan sendiri atau pasangan orang
lain yang ingin dinikahi; kematian si korban
disebabkan oleh pembunuhan yang dimaksudkan
untuk menikahi janda/duda si korban.
I. PEMBUNUHAN (KAN. 1090)

Termasuk:
- pembunuhan atas pasangan sendiri untuk dapat menikah dengan orang
tertentu;
- pembunuhan atas seseorang untuk menikahi pasangannya;
- bekerja sama membunuh pasangan seseorang agar dapat menikah
dengan janda/dudanya;
Tidak termasuk:
orang yang membunuh seseorang karena membela diri, benci, dendam,
membunuh pasangan tanpa maksud mau menikah dengan orang tertentu
J. PENCULIKAN (KAN. 1089)

Terjadi ketika seorang pria memaksa, baik melakukan sendiri


maupun memakai orang suruhan, seorang wanita yang tak mau, untuk
menikah dengannya, dengan cara memindahkan atau menempatkan
si wanita di suatu tempat atau menyanderanya.Penculikan harus
diwarnai oleh kekerasan.
- Oleh karena itu tidak boleh dikatakan penculikan jika si wanita
mengikuti si penculik dari kehendaknya sendiri, misalnya karena
dijanjikan sesuatu atau untuk menghindari biaya yang lebih besar
jika pernikahan diadakan seturut kebiasaan lokal.
PENCULIKAN (KAN. 1089)

Tujuan:
Gereja bertujuan untuk melindungi keputusan bebas si wanita untuk
menikah, martabat wanita dan kesucian sakramen perkawinan

Solusi:
Jika terjadi penculikan atau penyanderaan: si wanita harus
dibebaskan lebih dahulu secara psikis dan fisik dari penculiknya,
ditempatkan di tempat yang aman, terlepas dari kekuasaan
penculiknya, sehingga dapat dengan bebas memilih pernikahan.
K. SELIBAT (KAN. 1087)

- Selibat adalah kewajiban untuk hidup murni di hadapan


Allah. Selibat bertentangan dengan perkawinan.
- kewajiban yang menjadi bagian dari sakramen Tahbisan
diakonat, imamat dan episkopat(kan. 277 § 1)
- Para diakon/imam/uskup terikat kewajiban untuk hidup
selibat/murni (kan. 277 § 1)
L. KAUL KEMURNIAN (KAN. 1088)

- Kaul kemurnian para biarawan/biarawati bertentangan dengan


pernikahan.
- Yang terkena halangan: para suster/bruder/frater berkaul kekal dari
tarekat religius;
- yang tidak terkena halangan: para suster/bruder/frater berkaul
sementara dari tarekat religius, anggota serikat hidup kerasulan,
tarekat sekuler
DISPENSASI DARI HALANGAN

Tidak dapat didispensasi


- Halangan ikatan nikah sebelumnya
- Impotensi
- Hubungan darah garis lurus dan
menyamping tingkat II
DISPENSASI DARI HALANGAN

Didispensasi oleh Paus atau tahta Suci


- Kejahatan pembunuhan
- Selibat dari tahbisan suci
- Kaul kemurnian kekal publik pada tarekat
religius berbadan kepausan
DISPENSASI DARI HALANGAN

Dispensasi oleh Uskup Diosesan dan Vikep


• Usia
• Adopsi
• Kelayakan publik
DISPENSASI DARI HALANGAN

Dispensasi oleh Uskup Diosesan dan Vikep


• Hubungan Semenda
• Kaul kemurnian kekal pada tarekat religius
berbadan kepausan
• Penculikan
• Beda agama
SYARAT II
JANJI NIKAH YANG SAH
A. PENGERTIAN JANJI NIKAH

• perbuatan dengan kemauan dengan mana seorang pria dan


wanita saling menyerahkan diri dan saling menerima untuk
membentuk perkawinan yang tak dapat ditarik kembali.
• Perkawinan ada pada saat mempelai saling mengucapkan janji
nikah.
B. PENYEBAB TIDAK TERPENUHINYA
SYARAT JANJI NIKAH
1) KETIDAKMAMPUAN PSIKOLOGIS (KAN. 1095)

• Orang yang tidak mampu menggunakan akal budi secukupnya:


anak-anak, orang gila
• Orang yang tidak cakap untuk membuat dan mengambil
keputusan yang matang dan dewasa: intelek dan kehendak
• Orang yang karena alasan-alasan psikis tertentu, tidak mampu
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban hakiki perkawinan
2) TIDAK ADA PENGETAHUAN YANG CUKUP TENTANG
HAKIKAT PERKAWINAN (KAN. 1096)

Kedua mempelai sekurang-kurangnya harus tahu bahwa


perkawinan hanya mungkin antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan, tak terceraikan dan terarah kepada kelahiran anak
melalui kerja sama seksual
3) KEKELIRUAN MENGENAI PRIBADI
(KAN. 1097)
Janji nikah akan menjadi cacat jika orang menikah bukan
dengan pasangan yang dikehendaki; misalnya, pria A ingin
menikah dengan B, tapi yang hadir dan dinikahi adalah si C,
kembaran si B
4) PENIPUAN (KAN. 1098)

- Dengan penipuan dimaksudkan perbuatan sengaja untuk


menyembunyikan suatu kenyataan dengan maksud untuk dapat
menikah; andai kenyataan itu diketahui sebelumnya oleh pasangannya,
pernikahan tidak akan terjadi
- Penipuan dilakukan dengan sengaja untuk dapat menikah, hal yang
disembunyikan itu berat dan nyata pada saat perkawinan, hal itu harus
tidak diketahui oleh pihak lain sehingga menyebabkan kekeliruan serta
penemuan hal yang disembunyikan itu menyebabkan rusaknya
perkawinan
5) KEKELIRUAN MENGENAI SIFAT
PERKAWINAN DAN MARTABAT SAKRAMENTAL
PERKAWINAN (KAN. 1099)
Kekeliruan pandangan atas sifat-sifat perkawinan, monogam dan tak
terceraikan serta martabat sakramen perkawinan, yang menentukan
kehendak dan kemauan untuk menikah. Contoh, janji nikah yang
diucapkan oleh seseorang yang tidak memahami bahwa perkawinan itu
seumur hidup (andaikata dia mengetahuinya sebelumnya, dia tidak akan
menikah) adalah cacat.
6) SIMULASI (KAN. 1101)

- Simulasi adalah ketidak-cocokan antara pernyataan lahiriah


dengan kehendak dalam hati.
- Dibedakan dua simulasi: total dan sebagian. Simulasi total
adalah ketika orang mengucapkan janji nikah, tetapi
sebenarnya tidak menghendaki perkawinan sendiri
(misalnya, untuk nama baik);
- simulasi sebagian adalah ketika seseorang menikah, tetapi
menolak salah satu unsur hakiki perkawinan (sifat monogam,
ketidaktercerainya).
7) JANJI NIKAH BERSYARAT (KAN. 1102)

Membuat syarat akan sesuatu yang akan datang membuat


janji nikah menjadi cacat. Misalnya, Pria A mengatakan
kepada Gadis B bahwa dia mau menikah asal nanti punya
anak; ketika kemudian tidak ada anak, mereka akan bercerai
8) PAKSAAN ATAU KETAKUTAN (KAN.
1103)
Paksaan datang dari luar yang tak dapat diatasi oleh yang
diancam, sehingga korban ini terpaksa memilih perkawinan
agar terhindar dari ancaman, yang dapat berupa
penganiayaan, dilaporkan ke polisi atau kematian.
SYARAT III
DIRAYAKAN METURUT TATA PERAYAAN
KATOLIK
A. PENGERTIAN

Seturut kan. 1108 perkawinan menjadi sah jika


dirayakan di hadapan seorang saksi resmi Gereja
(uskup/pastor/diakon) dan dua orang saksi.
B. DISPENSASI DARI TATA PERAYAAN

Dispensasi a forma canonica:


dispensasi dari Uskup bagi katolik untuk menikah di Gereja
lain atau menurut agama lain
C. DELEGASI PENEGUHAN

YES! Prinsip teritorial!

NO! PRINSIP PERSONAL (bawahan)!

Anda mungkin juga menyukai