PENDAHULUAN
1. Definisi
1. Pengkajian pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisien mengevaluasi data
pasien baik subyektif maupun obyektif untuk membuat keputusan terkait :
a. Status kesehatan pasien
b. Kebutuhan perawatan
c. Intervensi
d. Evaluasi
2. Pengkajian awal pasien rawat inap adalah tahap awal dari proses dimana dokter, perawat, dietisien
mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk rawat inap atau bisa lebih
cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam rekam medis.
3. Pengkajian awal pasien rawat jalan adalah tahap awal dari proses dimana dokter mengevaluasi data
pasien baru rawat jalan.
4. DPJP adalah seorang dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan medis
seorang pasien. DPJP juga bertanggung jawab terhadap kelengkapan, kejelasan dan kebenaran
serta ketepatan waktu pengembalian dari rekam medis pasien tersebut.
5. Pengkajian ulang pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter, perawat,dietisien
mengevaluasi ulang data pasien setiap terjadi perubahan yang signifikan atas kondisi klinisnya.
6. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
7. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan dan kebidanan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
8. Dietisien adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri dalam dietetika, studi tentang
gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah dan mengobati penyakit.
Semua pasien yang datang ke rumah sakit akan dilakukan asesmen atau pengkajian yaitu asesmen
informasi (yang berisi asesmen medis, riwayat sakit dahulu, asesmen psikologi dan sosial ekonomi, asesmen
nyeri dan asesmen gizi.
Komponen utama dari proses pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan adalah asesmen pasien
untuk memperoleh informasi terkait status medis pasien. Khusus pasien rawat inap, asesmen pasien terkait
status kesehatan, intervensi, kebutuhan keperawatan, dan gizi. Untuk dapat berhasil memberikan
terapi/asuhan yang berorientasi kepada pasien, dalam prakteknya, dokter, perawat dan dietisien harus
memiliki pengetahuan dan keahlian dalam melakukan asesmen pasien. Asesmen pasien diperoleh dari
pasien dan sumber-sumber lain (misalnya: profil terapi obat, rekam medis, dan lain-lain).
Asesmen pasien dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan terkait:
a. status kesehatan pasien;
b. kebutuhan dan permasalahan keperawatan;
c. intervensi guna memecahkan permasalahan kesehatan yang sudah teridentifikasi atau juga mencegah
permasalahan yang bisa timbul dimasa mendatang; serta
d. tindak lanjut untuk memastikan hasil-hasil yang diharapkan pasien terpenuhi.
Proses asuhan kepada pasien saling berhubungan/terjadi kolaborasi antara dokter, perawat dan gizi. Sulit
untuk dimengerti bahwa dokter dapat menyembuhkan pasien tanpa bantuan asuhan keperawatan dan terapi
gizi.
ASESMEN PASIEN
Pedoman Pengkajian Pasien 3
ASESMEN ASESMEN MEDIS ASESMEN GIZI
KEPERAWATAN
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
Dalam asesmen, pasien dan keluarga harus diikutsertakan dalam seluruh proses, agar asuhan kepada pasian
menjadi optimal. Pada saat evaluasi, bila terjadi perubahan yang signifikan terhadap kondisi klinis pasien,
maka harus segera dilakukan asesmen ulang. Bagian akhir dari asesmen adalah melakukan evaluasi,
umumnya disebut monitoring yang menjelaskan faktor-faktor yang akan menentukan pencapaian hasil-hasil
nyata yang diharapkan pasien
Pasien
Tandatangani persetujuan perawatan
DPJP
Mengasesmen awal medis : Keperawatan
Anamnesis & pemeriksaan fisik Mengasesmen awal Kprwt. :
Dietisien Diagnosis kerja
Mengasesmen Keluhan utama
Pemeriksaan penunjang Kenyamanan/aktivitas/proteksi
Status Gizi
Rencana terapi Pola makan & eliminasi
Skrining nyeri Respon emosi &kognisi
Sosio-spiritual
Perlu DPJP
terapi Menulis Resep / alkes
Meminta diagnosa penunjang Asesmen Kebutuhan Rohani
Asesmen Risiko Jatuh
Asesmen Nyeri (bila ada)
Ya
Apoteker
Menyiapkan obat / alkes
Dietisien
Kolaborasi
Pemberian nutrisi
DPJP
Melakukan terapi sesuai PPK dan CP
Pedoman Pengkajian Pasien 4
Keperawatan
Asuhan Keperawatan. :
DPJP/ Keperawatan /Dietisien
Data khusus/fokus
Mengasesmen ulang medis / keperawatan/gizi
Masalah keperawatan
Observasi tanda vital,nyeri & keluaran cairan harian
Tgl / jam intervensi
Perkembangan terintegrasi
Tgl/jam evaluasi
Monitor harian
(SOAP)
DPJP/Keperawatan/Apoteker/Dietisienis
Memberikan edukasi kepada pasien / keluarga
Tidak Ya
Belum DPJP
DPJP Menulis sebab kematian
Melakukan penanganan lanjutan
Mengisi Form Discharge Planning
Meninggal
Sembuh Prosedur
Ya kamar jenazah
DPJP
Selesai Mengisi Form resume medis
Membuat surat rujuk balik / kontrol
poli
Mulai
Pasien
Masuk Poliklinik
ADMIN
Memeriksa kelengkapan administrasi
Mengentri data pasien ke divisi yang dituju
DPJP
Asesmen medis : Anamnesis & Prosedur
Pemeriksaan fisik Penunjang
Prosedur
Tindakan/ tidak ya
One Day DPJP
Care Perlu Menulis surat dan
entri work order
ya
Perlu Tindakan?
tidak
Perlu
tidak
ya
DPJP
DPJP Kasus Menulis surat permintaan
Menulis resep / ya MRS
surat kontrol /
DPJP Bedah Prosedur
rujuk balik Menulis permintaan MRS Pendaftara
n di Admisi
Selesai
4. Pengkajian Ulang
Pengkajian ulang didokumentasikan pada lembar SOAP (Subjektif, Objektif, Asesmen, Planning).
Bagian subyektif (S) : berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi yang diberikan oleh
pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting, atau yang merawat. Jenis informasi dalam
bagian ini meliputi:
a) Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah sakit, menggunakan kata-
katanya sendiri (keluhan utama).
b) Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat penyakit saat ini).
c) Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).
d) Riwayat pengobatan,termasuk kepatuhan dan efek samping (dari pasien, bukan dari profil
obat yang terkomputerisasi).
e) Alergi.
f) Riwayat sosial dan/atau keluarga.
g) Tinjauan/ulasan sistem organ
Bagian objektif (O) : berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes–tes diagnostik dan
laboratorium dan terapi obat.
Bagian asesmen (A) : menilai kondisi pasien untuk diterapi.
Bagian plan (P) berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan, rencana terapi yang akan
diberikan dan rencana pemantauan khusus yang akan dilakukan untuk menilai perkembangan
kondisi pasien.
Dengan format dokumentasi yang sistematik, konsisten dan seragam tersebut maka lembar SOAP akan
menjadikan rencana berbagai asuhan pasien menjadi lebih efisien. Catatan SOAP adalah format yang akan
5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa terkadang dibutuhkan konfirmasi pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
dan radiodiagnostik. Semua catatan hasil pemeriksaan penunjang tersebut harus disimpan dalam rekam medis
pasien.
1. Rumah sakit BUN menetapkan isi jumlah, dan jenis asesmen awal medis dan keperawatan yang
meliputi :
a. Status fisik
b. Psiko-sosio-spiritual
c. Ekonomi
d. Riwayat kesehatan pasien
e. Riwayat alergi
f. Asesmen nyeri
g. Risiko jatuh
h. Asesmen fungsional
i. Risiko nutrisional
j. Kebutuhan edukasi
k. Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning)
2. Rumah Sakit BUN menetapkan penyelesaian isi, jumlah, dan jenis asesmen awal medis dan
keperawatan harus selesai dalam waku kurang dari 24 jam
3. Rumah Sakit BUNmenetapkan pelaksanaan pasien rawat jalan dengan Penyakit akut/non kronis,
asesmen awal diperbaharui setelah 1 (satu) bulan
4. Rumah Sakit BUN menetapkan pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit kronis, asesmen
awal diperbaharui setelah 3 (tiga) bulan
5. Rumah Sakit BUN menetapkan kerangka waktu penyelesaian asesmen awal rawat jalan pasien
dalam kurun waktu ≤ 20 menit.
6. Rumah Sakit BUN menetapkan kerangka waktu penyelesaian asesmen awal pasien gawat darurat
dalam kutun waktu ≤ 40 menit
7. Rumah Sakit BUN menetapkan kriteria risiko nutrisional
8. Rumah Sakit BUN menetapkan criteria asesmen kebutuhan fungsional dan risiko jatuh
9. Rumah Sakit BUN menetapkan tentang skrining nyeri, termasuk asesmen nyeri
10. Rumah Sakit BUN menetapkan asesmen tambahan sesuai dengan populasi sebagai berikut :
a. Neonatus
b. Anak
c. Remaja
d. Obstetri / maternitas
e. Geriatri
f. Sakit terminal / menghadapi kematian
g. Pasien dengan nyeri kronik atau nyeri (intense)
h. Pasien dengan gangguan emosional atau pasien psikiatris
i. Pasien kecanduan obat terlarang atau alcohol
j. Korban kekerasan atau kesewenangan
1. Asesmen Medis
DPJP secara menyeluruh dan sistematis mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dengan melakukan
:
a. Keluhan utama/Anamnesis
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu dan terapinya
d. Riwayat penyakit dalam keluarga
e. Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, dan kebiasaan.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Generalis
Kepala, mata, THT Leher, Mulut, jantung & pembuluh darah, Thoraks, paru – paru, payudara,
abdomen, kulit dan sistem limfatik, tulang belakang dan anggota tubuh, sistem saraf, Genitalia,
anus dan rektum.
2) Lokalis
Inspeksi, palpasi, perkusi, Auskultasi. Lakukan deskripsi terhadap status lokalis.
3) Skrining Nyeri
Semua pasien yang masuk ke rawat inap harus dilakukan skrining nyeri.
g. Hasil laboratorium dan pemeriksaan penujang
h. Interpretasi awal
i. Kesimpulan umum
j. Prognosis
2. Asesmen Keperawatan
a) Asesmen awal keperawatan
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien masuk rawat inap untuk dilakukan pemeriksaan secara
sistematis untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien, antara lain :
1) Keluhan utama:
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Riwayat penyakit dahulu: DM, HT, jantung, paru, dll
c) Riwayat alergi ya, tidak, penyebab dan reaksi,
d) Riwayat Alergi, riwayat transfusi darah
2) Kenyamanan nyeri
4) Proteksi :
a) Status mental orientasi baik, disorentasi, gelisah, tidak respon, agitasi, letargi, kooperatif.
b) Resiko jatuh : rendah, sedang dan tinggi
5) Nutrisi :
a) Tinggi badan,berat badan, lingkar lengan kiri
b) Status gizi kurang, normal, over weight,obesitas
c) Nafsu makan menurun, baik, meningkat
d) Kondisi berhubungan dengan makan mual, muntah, anoreksia, disfagia dll
6) Eliminasi :
a) BAB normal,konstipasi/obstipasi,diare,colostomy,ileostomy,inkontinensia.
b) BAK normal, retensi, hematuria, disuria, inkontinensia, urostomy, urin menetes, nokturia/sering
BAK malam hari, kateter, dan ukuran kateter.
7) Respon emosi : Takut, tegang/marah, sedih, menangis, senang, gelisah, tidak mampu menahan
diri, cemas, rendah diri, gelisah, tenang, mudah tersinggung.
a) Respon kognitif pasien/keluarga: Menginginkan informasi penyakit yang di derita, tindakan
pemeriksaan lanjut, tindakan/pengobatan yang diberikan, perubahan aktifitas sehari-hari,
perencanaan diet dan menu, dan perawatan setelah dirumah.
3. Asesmen Gizi
Status nutrisi dengan menggunakan kriteria Malnutrition Universal Screening Tool (MUST) yang
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menata laksana pasien dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang
gizi, atau obesitas. Untuk pasien anak > 5 tahun menggunakan grafik CDC dan < 5 tahun dengan grafik Z –
Score ( WHO, 2005)
a. Asesmen Gizi Pasien Dewasa
Kelima langkah MUST adalah sebagai berikut:
Pengukuran alternatif:
1) Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan bawah (ulna) untuk
memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan tabel dibawah ini. Pengukuran dimulai dari siku
hingga titik tengah proses stiloideus (penonjolan tulang di pergelangan tangan), jika memungkinkan,
gunakanlah tangan kiri.
2) Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LLA)
a) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90 terhadap siku, dengan lengan atas paralel di sisi
tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu (akromion) dengan siku (olekranon). Tandai titik
tengahnya.
b) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar lengan atas di titik tengah,
pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel terlalu ketat.
3) Langkah 3: adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan berikan skor (rentang
antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami penyakit akut dan sangat sedikit/tidak
terdapat asupan makanan > 5 hari, diberikan skor
4) Langkah 4: tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk menilai adanya risiko
malnutrisi :
a) Skor 0 = risiko rendah
b) Skor 1 = risiko sedang
c) Skor ≥ 2 = risiko tinggi
5) Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan berikut ini :
a) Risiko rendah
Skor
Faktor Risiko Skala Poin
Pasien
Kurang dari 3 tahun 4
3 tahun – 7 tahun 3
Umur 7 tahun – 13 tahun 2
Lebih 13 tahun 1
Laki – laki 2
Jenis Kelamin Wanita 1
Neurologi 4
Respiratori, dehidrasi, anemia, anorexia, syncope 3
Diagnosa Perilaku 2
Lain – lain 1
Dalam 24 jam 3
Respon terhadap Dalam 48 jam 2
pembedahan, sedasi,
Lebih dari 48 jam / tidak ada respon 1
dan anestesi
Penggunaan obat- Penggunaan bersamaan sedative, barbiturate, anti
3
obatan depresan, diuretik, narkotik
Salah satu dari obat di atas 2
Obatan –obatan lainnya / tanpa obat 1
TOTAL
Kategori:
Pedoman Pengkajian Pasien 17
Skor: 7-11 Risiko Rendah (RR)
≥ 12 Risiko Tinggi (RT)
b. Asesmen Nyeri
1. Perawat atau dokter melakukan asesmen awal mengenai nyeri terhadap semua pasien yang datang ke
IGD, Poliklink ataupun pasien rawat inap.
a) Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia >9 tahun yang dapat menggunakan
angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
b) Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan dilamangkan dengan
angka antara 0 – 10
0 = tidak nyeri
1 – 3 = nyeri ringan (sedikit menganggu aktivitas sehari-hari)
4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)
c) Pada pasien yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen
Wong Baker FACES Pain Scale sebagai berikut:
-?
d) Perawat menanyakan mengenai faktor yang memperberat dan memperingan nyeri kepada pasien.
e) Tanyakan juga mengenai deskripsi nyeri :
Lokasi nyeri
Kualitas dan atau pola penjalaran / penyebaran
Onset, durasi, dan faktor pemicu
Riwayat penanganan nyeri sebelumnya dan efektifitasnya
Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
Obat-obatan yang dikonsumsi pasien
Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakannya dan dilambangkan dengan
angka 0-10.
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
4-6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
7-10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)
Instruksi : terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5, dengan total skor 9-45.
7. Pada pasien Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang, asesmen dan
penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal akan
rasa nyeri.
8. Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan menunjukkan
adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
Dilakukan pada: pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri, setiap empat jam
(pada pasien yang sadar/ bangun), pasien yang menjalani prosedur menyakitkan, sebelum
transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang setiap 5 menit
setelah pemberian nitrat atau obat-obat intravena
Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah pemberian obat
nyeri.
Formulir assessmen nyeri ulang pada kebidanan memakai formulir PQRST
9. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai menimbulkan perubahan
tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis medis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi
pasca-pembedahan, nyeri neuropatik).
c. Pemeriksaan Sendi
Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya keterbatasan gerak, diskinesis, raut
wajah meringis, atau asimetris.
Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang terlihat abnormal / dikeluhkan oleh pasien (saat
menilai pergerakan aktif). Perhatikan adanya limitasi gerak, raut wajah meringis.
d. Pemeriksaan Motorik
Nilai dan catat kekuatan motorik pasien dengan menggunakan kriteria di bawah ini.
Derajat Definisi
Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan
5
tahanan kuat
4 Mampu melawan tahanan ringan
3 Mampu bergerak melawan gravitasi
Mampu bergerak / bergeser ke kiri dan kanan tetapi
2
tidak mampu melawan gravitasi
Terdapat kontraksi otot (inspeksi / palpasi), tidak
1
menghasilkan pergerakan
0 Tidak terdapat kontraksi otot
e. Pemeriksaan Sensorik
Lakukan pemeriksaan sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum- pin prick), getaran, dan suhu.
3) Persyarafan
a) GCS
b) Kesadaran,
c) ICP
d) konjungtiva,
e) lain lain.
4) Perkemihan
a) Kebersihan area genetalia,
b) Jumlah cairan masuk,
c) Buang air kecil,
d) Produksi urine
5) Pencernaan
a) Nafsu makan,
f. Asesmen Pediatrik
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena anak sering tidak dapat mengungkapkan keluhannya
secara verbal. Amati adanya pergerakan spontan pasien terhadap area tertentu yang di lindungi. Tahapan
asesmen berupa:
1) Keadaan umum:
a) Tingkat kesadaran, kontak mata, perhatian terhadap lingkungan sekitar
b) Tonus otot: normal, meningkat, menurun/fleksid
c) Respons kepada orang tua/pengasuh: gelisah, menyenangkan
2) Kepala:
4) Status Lokalis
a) Lokasi
b) Effloresensi Pada Kulit
c) Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual
5) Diagnosa Kerja
a) Pemeriksaan Penunjang
b) Diagnosa
6) Pengobatan
a) Topikal
b) Sistemik
7) Tindakan
a) Jenis tindakan
h. Asesmen Neurologis
Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologis. Pemeriksaan status neurologi awal
digunakan sebagai dasar untuk memantau kondisi pasien selanjutnya. Tahapan asesmen berupa:
1) Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman, kecepatan, keteraturan, usaha napas)
2) Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil
3) Pergerakan: apakah keempat ekstermitas bergerak simetris
4) Sensasi: Nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera spinal)
5) Status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS): secara akurat menggambarkan fungsi
serebri:
Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang kesadaranya baik dapat memfokuskan pandangan mata dan
mengikuti gerakan tangan pemeriksa, merespons terhadap stimulus yang diberikan, memiliki tonus otot
normal dan tangisan normal
1)Identitas meliputi nama, tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal di rawat, tanggal
pengkajian dan diagnose
2)Keluhan utama :
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Riwayat penyakit dahulu
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Riwayat imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis dll
e) Riwayat alergi
3) Pertumbuhan dan perkembangan
4) Rasa nyaman Neonatal Infant Paint Scale (NIPS) rentang 0-7 semakin tinggi score semakin nyeri
5) Dampak hospitalisasi (Psikososial): orang tua,anak tenang, takut, marah, sedih, menangis, gelisah
6) Pemeriksaan fisik
j. Perawatan kritis
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap di ruang kritis ICU, pemeriksaan akan
dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien, antara lain :
Pemeriksaan fisik yaitu :
1) Pernafasan:
a) irama nafas,
b) suara nafas tambahan
c) sesak nafas,
d) batuk, sputum,
e) alat bantu nafas, mode, SaO2
2) kardiovaskuler
a) irama jantung,
b) akral,
c) pulsasi,
d) perdarahan,
e) CVC,
f) tekanan darah nadi, MAP, suhu,
3) Persyarafan: .
a) GCS,
b) Kesadaran,
c) ICP,
d) tanda tanda peningkatan TIK,
e) konjungtiva,
4) Perkemihan :
a) kebersihan area genetalia,
b) jumlah cairan masuk,
c) buang air kecil,
d) produksi urine
5) pencernaan :
a) nafsu makan,
b) NGT,
c) porsi makan,
d) minum,
e) mulut,
f) mual, muntah,
g) buang air besar,
h) lain lain
6) Musculoskeletal/intergumen:
a) kemampuan pergerakan sendi,
b) warna kulit,
c) odema,,
d) dekubitus,
e) luka,
f) kontraktur,
g) fraktur,
h) jalur infuse
k. Kebidanan
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap pemeriksaan akan dilakukan secara
sistematis untuk mengidentifikasi masalah kebidanan pada pasien, antara lain :
1)Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan oleh ibu yang menyebabkan adanya gangguan, diantaranya adalah :
a) After pain (mules-mules pada perut)
b) Masalah pengeluaran pengeluaran lochea
c) nyeri pada bekas jahitan
Kesimpulan
Pengkajian medis terdiri dari :
1. Pasien baru Pengkajian awal medis
3. Pasien yang akan dilakukan tindakan dan mendapat sedasi: dilakukan pengkajian pra sedasi. (Pasien
baru : Pengkajian awal medis, Pasien lama : SOAP dicatatan terintegrasi)
6. Cek penilaian ulang risiko jatuh, nyeri, status fungsional, atau nutrisi sesuai kondisi pasien.
7. Form permintaan laboratorium, PA, dan radiologi : identitas pasien (nama lengkap dan tgl lahir) serta
kondisi klinis pasien harus dituliskan.