NIB : 1312000331
KELAS : HUKUM INTERNASIONAL (D)
A. Pengantar
Selama bertahun-tahun, hukum internasional dan hubungannya dengan hukum nasional telah
didefinisikan dalam berbagai cara. Sangat penting bahwa hukum internasional dipahami sebagai undang-
undang,dan relatif otonom berkenaan dengan kedaulatan hukum nasional, dan juga mengenai politik nasional
dan internasional. Tentu saja, selalu ada teori yang berbeda dan berlawanan mengenai masalah ini. Ada
beberapa argumen untuk melawan klaim bahwa hukum internasional benar-benar “hukum.” Di sini, kita
dihadapkan dengan isu monisme atau dualisme. Jika condong ke arah monisme, kita cenderung
mendefinisikan hukum internasional dan nasional sebagai satu kesatuan,sementara pendekatan dualistik
membawa pembentukan perbedaan penting antara kedua entitas tersebut.
Ekspansi internasional merupakan salah satu kecenderungan terbesar di antara firma hukum dalam
beberapa dekade terakhir. Banyak firma hukum saat ini memutuskan melakukan aksi global. Wartawan dan
ilmuwan sama-sama telah banyak menulis tentang bangkitnya firma hukum global, terutama beberapa
firma raksasa yang mempekerjakan ribuan orang di seluruh dunia. Dalam konsepsi ini, negara adalah
wilayah fisik yang didefinisikan sebagai ruang “within which domestic political authorities are the sole
arbiters of legitimate behavior.” Negara dapat menjadi bagian sistem hukum internasional dengan
menyetujui peraturan tertentu. Demikian juga, negara dapat memilih untuk tetap menegaskan kedaulatan
mereka sendiri dan menghindari keterlibatan internasional. Secara formal, kedaulatan Westphalia bukan saja
hak untuk mandiri, untuk dikecualikan, terbebas dari campur tangan eksternal. Tapi juga hak untuk diakui
sebagai subyek otonom dalam sistem internasional, mampu berinteraksi dengan negara lain dan
menandatangani kesepakatan internasional. Dengan latar belakang pemahaman kedaulatan ini, sebuah sistem
hukum internasional, yang meliputi negara-negara dan dibatasi oleh prinsip persetujuan negara,
menampakkan eksistensinya.
Contoh paling berbahaya adalah proliferasi nuklir yang seringkali dikaitkan dengan jaringan penjahat non-
negara seperti yang dilakukan oleh A. Q. Kahn. Laporan Panel Tingkat Tinggi Sekretaris Jenderal untuk
Ancaman, Tantangan dan Perubahan mengidentifikasi masalah antarnegara seperti “poverty, infectious
disease and environmental degradation civil war, genocide and other large scale atrocities nuclear,
radiological, chemical and biological weapons, terrorism and transnational organized crime”, sebagai salah
satu ancaman utama yang dihadapi masyarakat internasional saat ini. Ancaman-ancaman transnasional
seperti itu lebih sering ditanggulangi oleh pemerintahan nasional sebuah negara. Menangkap penjahat atau
teroris, mengamankan bahan nuklir, dan mencegah polusi berada di dalam kewenangan hukum nasional.
Hasilnya adalah keamanan eksternal banyak negara bergantung pada kemampuan pemerintah nasional untuk
menjaga keamanan dalam negeri cukup. Jika sebuah negara cukup kuat untuk melawan ancaman
internal tersebut, hukum internasional dapat dan harus memainkan peran koordinasi untuk memastikan
bahwa pemerintah bekerja sama dalam menangani ancaman sebelum masalah-masalah itu menjadi persoalan
lintasnegara. Terlalu sering, pemerintah domestik tidak memiliki kemauan atau kemampuan untuk
menanggapi tantangan-tantangan ini secara memadai.