Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBUTUHAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS

KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA

Mauliza1, Ratih Permana Sari2


1,2
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP Universitas Samudra
Jln. Kampus Meurandeh, Langsa 24416
Email : mauliza@unsam.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kimia yang akan
digunakan pada pembuatan rancangan perencanaan pembelajaran berbasis kurikulum 2013 dengan
pendekatan saintifik. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 5 sekolah di SMA Negeri Kota Langsa
dengan melibatkan 150 orang siswa, 10 orang guru kimia, dan 5 orang kepala sekolah yang dipilih
secara purposive sampling dengan mempertimbangkan keberadaan kelas IPA dan laboratorium di
masing-masing sekolah. Pengumpulan data dilakukan dengan daftar isian, pedoman observasi,
pedoman wawancara, dan angket, serta dianalisis secara deskriptif interpretatif, dilengkapi cross-
check data dan sumber data. Kesimpulan penelitian ini: (1) telah diidentifikasi sebanyak 26
kompetensi dasar kimia yang strategis diajarkan secara terintegrasi dengan perangkat perencanaan
pembelajaran baik RPP maupun silabus; (2) kurikulum 2013 memberikan peluang luas untuk
mengembangkan seluruh jenis keterampilan proses sains dalam pembelajaran kimia; dan (3) sekolah
menghadapi beberapa kendala dan hambatan untuk melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2013, diantaranya: keterbatasan ruang dan fasilitas laboratorium, keterbatasan alat-alat dan
bahan-bahan kimia, dan ketidaktersediaan tenaga laboran.
Kata kunci: Analisis kebutuhan, perencanaan pembelajaran, kurikulum 2013

Abstract

This study aims to analyze the needs of students in chemistry learning that will be used in the
preparation of the 2013 curriculum-based learning plan design with a scientific approach. The
sample in this study were 5 schools in Langsa City High School involving 150 students, 10 chemistry
teachers, and 5 principals selected by purposive sampling taking into account the existence of science
classes and laboratories in each school. Data collection was done with a questionnaire, observation
guidelines, interview guidelines, and questionnaires, and analyzed descriptively interpretatively,
equipped with cross-check data and data sources. The conclusions of this study: (1) have identified 26
basic chemical competencies that are strategically taught in an integrated manner with learning
planning tools both RPP and syllabus; (2) the 2013 curriculum provides a broad opportunity to
develop all types of science process skills in chemistry learning; and (3) schools face several
obstacles and obstacles to implementing the learning process based on the 2013 curriculum,
including: limited space and laboratory facilities, limitations on tools and chemicals, and
unavailability of laboratory staff.
Keywords: Need analysis, learning planning, 2013 curriculum

PENDAHULUAN rancangan pendidikan yang memberikan


kesempatan untuk peserta didik untuk
Secara konseptual, kurikulum adalah
mengembangkan potensi dirinya dalam
suatu respon pendidikan terhadap
suatu suasana belajar yang menyenangkan
kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam
dan sesuai dengan kemampuan dirinya
membangun generasi muda bangsanya.
untuk memiliki kualitas yang diinginkan
Secara pedagogis, kurikulum adalah
masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis,
KATALIS Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia 22
Vol. 1, No. 1, Juni 2018
kurikulum adalah suatu kebijakan publik integratif. Kurikulum 2013 disiapkan
yang didasarkan kepada dasar filosofis untuk mencetak generasi yang siap dalam
bangsa dan keputusan yuridis di bidang menghadapi masa depan. Oleh karena itu,
pendidikan. kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan. Perubahan
Pengembangan KTSP dalam
orientasi pembelajaran, dari subject
merealisasikan tujuan pelaksanaan
oriented ke competency oriented, harus
kurikulum 2013 sesungguhnya merupakan
diikuti dengan perubahan cara dan ruang
bagian dari strategi penjaminan
lingkup penilaian. Pembelajaran akan
pencapaian tujuan pendidikan nasional
berlangsung efektif jika didukung oleh
yang mengacu pada pemenuhan delapan
penilaian yang efektif dan komprehensif.
standar nasional. Poros dari kedelapan
Penilaian yang dituntut dalam
standar adalah mewujudkan keunggulan
pembelajaran berorientasi kompetensi
mutu lulusan. Perubahan ini menuntut
adalah penilaian yang terpadu dengan
adanya perubahan struktur materi, serta
pembelajaran dan berkelanjutan. Guru
orientasi pembelajaran dan penilaian.
mesti menilai pengetahuan, keterampilan,
Restrukturisasi materi kimia memuat
dan sikap ilmiah siswa selama proses
lingkup materi ajar kimia SMA mencakup
pembelajaran berlangsung, dan tidak
kemampuan prosedural dan konseptual.
cukup dilakukan hanya pada akhir periode
Pembelajaran saat ini diharapkan tertentu. Dengan demikian, guru akan
sesuai kurikulum 2013 yang menekankan menilai kondisi nyata siswa selama proses
pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, sehingga disebut sebagai
pembelajaran, yaitu menggunakan penilaian yang sebenarnya (authentic
pendekatan ilmiah. Karakteristik assesment).
kurikulum 2013 menekankan
Restrukturisasi materi dan
pembelajaran scientifik (scientific
reorientasi pembelajaran seperti
approach) misalnya model Problem Based
dipaparkan di atas merupakan tantangan
Learning, Inkuiri (Inquiry), Discovery,
besar bagi pelaksana kurikulum.
Project Based Learning sebagai model
Sebagaimana disampaikan oleh Kurniasih
yang menekankan keterampilan berpikir
dan Sani (2014) banyak guru tidak siap
dan keterampilan bekerja ilmiah sehingga
menerapkan Kurikulum 2013, apalagi
mewujudkan tujuan pembelajaran sikap,
menyusun kurikulum sendiri sebagaimana
pengetahuan, dan keterampilan dalam
diharapkan dengan Kurikulum 2013.
upaya mewujudkan religilitas peserta didik
Sebagian besar guru belum mampu
(Rohman, 2012). Permasalahan yang
membuat instrumen untuk mengukur sikap
dihadapi di dunia pendidikan saat ini
ilmiah (afektif) dan keterampilan
adalah belum tercerminnya pembelajaran.
laboratorium (psikomotorik) siswa, serta
Kemampuan prosedural diajarkan dengan
tidak menguasai teknik dan strategi untuk
memunculkan satu bahan kajian baru
melakukan penilaian bersamaan dengan
bernama Kerja Ilmiah. Substansi Kerja
pembelajaran. Karena itu, untuk
Ilmiah meliputi keterampilan proses sains
mendukung keberhasilan pelaksanaan
dan sikap ilmiah (inkuiri sains).
kurikulum berbasis kompetensi dipandang
Selanjutnya, kemampuan konseptual yang
perlu melakukan penelitian berkaitan
dimuat pada bahan kajian pemahaman
dengan potensi dan kebutuhan sekolah
konsep dan penerapannya, mencakup
serta mengembangkan perencanaan
lingkup ajar struktur dan sifat,
pembelajaran dan penilaian Kerja Ilmiah
transformasi, dinamika, dan energetika
sesuai dengan kondisi masing-masing
(Kemendikbud, 2013a).
sekolah.
Inti dari kurikulum 2013 adalah pada
upaya penyederhanaan, dan tematik-

KATALIS Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia 23


Vol. 1, No. 1, Juni 2018
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Kegagalan tersebut disebabkan oleh
beberapa kajian empiris tentang berbagai faktor, seperti: 1) pengukuran
permasalahan pembelajaran aspek hasil belajar nasional tidak berorientasi
prosedural (proses) di masa silam dan pada proses sains, tetapi hanya mengukur
kondisi riil saat ini. Secara umum, pada penguasaan konsep-konsep sains; 2)
garis besarnya kondisi empiris tersebut keterbatasan ruang dan fasilitas
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu laboratorium; 3) keterbatasan waktu
tujuan pembelajaran kimia, realitas efektif dan beban kerja guru; serta 4) tidak
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian adanya jaminan keselamatan dan
Kimia SMA saat ini, serta tuntutan inovasi kesehatan kerja bagi guru yang
pembelajaran kimia yang kontekstual. melaksanakan praktikum kimia dengan
bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun
Tujuan pembelajaran kimia,
(Tosun, 2011).
khususnya pada bahan kajian Kerja Ilmiah,
adalah untuk: 1) memupuk sikap ilmiah, Tidak berbeda dengan kondisi di
yang mencakup: sikap jujur dan obyektif daerah lain, pembelajaran dan penilaian
terhadap data; sikap terbuka, yaitu kimia di SMA-SMA se-Kota Langsa
bersedia menerima pendapat orang lain menekankan pada produk-produk kimia
serta mau mengubah pandangannya jika dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, dan
ada bukti bahwa pandangannya tidak teori-teori kimia. Guru-guru kimia sangat
benar; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis jarang melakukan pembelajaran dengan
terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak inkuiri sains, tetapi didominasi dengan
mudah percaya tanpa dukungan hasil pendekatan tutur dan kapur (Maryam dan
observasi empiris; dan dapat bekerjasama Suja, 2001). Penelitian selanjutnya yang
dengan orang lain; serta 2) memperoleh dilakukan oleh Simamora dan Nurlita
pengalaman dalam menerapkan metode (2002) tentang efektivitas penggunaan
ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, sumber belajar laboratorium dalam
di mana siswa melakukan pengujian menunjang pembelajaran kimia di SMA-
hipotesis dengan merancang eksperimen SMA Unggulan di Provinsi Bali
melalui pemasangan instrumen, mendapatkan bahwa praktikum kimia
pengambilan, pengolahan, dan interpretasi belum berlangsung sesuai dengan harapan
data, serta mengkomunikasikan hasil kurikulum. Bahkan, ada beberapa sekolah
eksperimen secara lisan dan tertulis yang memiliki fasilitas laboratorium cukup
(Kemendikbud, 2013b). Sejalan dengan memadai, tidak melaksanakan praktikum
tujuan tersebut, ruang lingkup Kerja dengan baik. Guru jarang mengajak siswa
Ilmiah mencakup langkah-langkah belajar di laboratorium karena alasan-
keterampilan proses sains (KPS) mulai alasan fragmatis, seperti jumlah kelas tidak
dari merencanakan, melaksanakan, dan seimbang dengan jumlah laboratorium
mengkomunikasikan hasil penelitian (laboratorium yang ada dipakai juga untuk
ilmiah, serta bersikap ilmiah. Secara mendukung pembelajaran fisika dan
teknis, pembelajaran Kerja Ilmiah biologi). Selain itu, pembelajaran melalui
diintegrasikan ke dalam pembelajaran praktikum dipandang memerlukan waktu
Pemahaman dan Penerapan Konsep- dan tenaga lebih banyak, serta tidak
konsep Kimia. memberikan kontribusi signifikan terhadap
pencapaian hasil belajar dalam ujian akhir
Di masa lalu, walaupun belum
nasional, dan ujian masuk perguruan tinggi
diperkenalkan secara eksplisit, substansi
negeri.
kerja ilmiah sesungguhnya sudah ada
dalam seluruh kurikulum Sains yang Data empiris yang diperoleh dari
pernah diberlakukan. Akan tetapi, pengakuan guru-guru di Kota Langsa
implementasinya sangat jauh dari harapan. setelah pemberlakuan Kurikulum 2013,

KATALIS Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia 24


Vol. 1, No. 1, Juni 2018
menunjukkan bahwa: 1) sebagian besar Secara umum, hasil penelitian ini
guru kimia masih mengalami masalah diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para
untuk melakukan praktikum tentang topik- praktisi dan pengambil kebijakan
topik tertentu; 2) tidak semua konsep pendidikan sains untuk mengembangkan
kimia eksperimentatif dapat diajarkan perencanaan pembelajaran dan penilaian
dengan praktikum karena keterbatasan Kerja Ilmiah di SMA dengan
alat-alat dan bahan kimia yang ada; 3) mempertimbangkan dukungan sumber
keterbatasan ruang dan waktu yang daya manusia, fasilitas, dan dana yang
tersedia; serta 4) guru belum mampu dimiliki sekolah.
melaksanakan penilaian berbasis kelas
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. METODE
Dengan demikian, walaupun Kerja Ilmiah Fokus penelitian ini adalah analisis
telah secara khusus dijadikan bahan kajian kebutuhan siswa dalam pembelajaran
kimia, yang menegaskan tentang kimia yang akan digunakan sebagai
pentingnya kimia sebagai proses berbasis landasan dalam pengembangan
inkuiri, implementasinya di tingkat kelas perencanaan pembelajaran dan penilaian
masih jauh dari harapan (Sariono, 2014). Kerja Ilmiah kimia di SMA. Penelitian ini
Berdasarkan uraian di atas, untuk dilaksanakan di sembilan SMA Negeri dan
menyukseskan kurikulum kimia SMA Swasta di Kota Langsa, masing-masing
menggunakan kurikulum 2013, sekaligus satu sekolah dari sekolah berstatus swasta
menentukan keberhasilan implementasinya dan 4 sekolah berstatus negeri. Jumlah
di tingkat kelas, sangat perlu dirancang seluruh SMA Negeri dan Swasta yang ada
dan dikembangkan perencanaan di Kota Langsa sebanyak 1 sekolah.
pembelajaran dan penilaian secara terpadu. Menurut Sugyono (Sugiyono,
Kondisi ini diperlukan, mengingat 2012)Pengambilan sampel sekolah
penilaian merupakan kebutuhan intrinsik dilakukan secara purposive sampling,
dalam pembelajaran, dan menjadi faktor dengan mempertimbangkan keberadaan
penentu kualitas pembelajaran yang kelas jurusan IPA dan fasilitas
dilaksanakan (Stiggins, 1994). Dengan laboratorium. Jumlah guru kimia yang
mempertimbangkan kebutuhan operasional dilibatkan sebanyak 10 orang (masing-
dan daya dukung yang dimiliki SMA- masing 1 orang dari setiap sekolah), siswa
SMA di Kota Langsa, penelitian ini pada sebanyak 150 orang (1 kelas XII IPA dari
akhirnya diarahkan untuk menghasilkan setiap sekolah). Jumlah siswa yang
perencanaan pembelajaran dan penilaian mendapatkan mata pelajaran kimia di
Kerja Ilmiah secara terpadu dengan seluruh SMA Negeri dan Swasta
pendekatan saintifik. (Disamakan) di Kota Langsa diperkirakan
sebanyak 1.200 orang, sehingga jumlah
Permasalahan dalam penelitian ini
sampel sebesar 150 orang telah melampaui
dapat dirumuskan sebagai berikut. 1)
batas minimal sampel dengan taraf
Bagaimanakah profil kompetensi dasar
kepercayaan 5%. Berdasarkan tabel
kimia yang strategis diajarkan secara
Kregcie dan Nomogram Harry King, dari
terintegrasi dengan pembelajaran Kerja
populasi sebesar 5.000 orang diperlukan
Ilmiah?; 2) Jenis keterampilan proses sains
sampel minimal sebanyak 150 orang
apa sajakah yang stategis diajarkan dalam
(Sugiyono, 2012).
Kerja Ilmiah kimia di SMA?; dan 3)
Bagaimanakah kondisi daya dukung Penelitian ini melibatkan empat
pembelajaran kimia di SMA dan kendala objek penelitian, yaitu: 1) kompetensi
yang dihadapi dalam melaksanakan Kerja dasar kimia yang strategis diajarkan secara
Ilmiah? terintegrasi dengan pembelajaran kerja
ilmiah; 2) jenis KPS yang esensial

KATALIS Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia 25


Vol. 1, No. 1, Juni 2018
dikembangkan di SMA; 3) kondisi daya kompetensi dasar kimia yang strategis
dukung pembelajaran kerja ilmiah di diajarkan secara terintegrasi dengan
SMA; serta 4) kendala dan hambatan yang pembelajaran Kerja Ilmiah. Kompetensi
dihadapi sekolah dalam melaksanakan inti tersebut bersifat prosedural
kegiatan kerja ilmiah. Instrumen yang eksperimentatif. Dari 41 kompetensi Inti
digunakan untuk mengumpulkan data yang dituntut harus dikuasai oleh seorang
adalah sebagai berikut: 1) Daftar isian lulusan SMA, 26 (63,4%) di antaranya
untuk mengumpulkan data tentang bersifat prosedural eksperimentatif.
kompetensi dasar kimia yang strategis Distribusi ke 26 kompetensi dasar
diajarkan secara terintegrasi dengan prosedural tersebut kurang merata, serta
pembelajaran kerja ilmiah; 2) Pedoman
cenderung jarang pada kelas dan semester
wawancara terhadap kepala sekolah dan awal, sebaliknya semakin padat pada
guru untuk memperoleh informasi tentang jenjang dan semester yang lebih tinggi.
dukungan sekolah terhadap pembelajaran Selain perlu pemerataan, pembelajaran
kimia, pandangan kepala sekolah dan guru kerja ilmiah semestinya dilakukan mulai
terhadap pembelajaran dan penilaian awal semester di kelas X, mengingat
kimia, pandangan guru terhadap latihan praktek kerja ilmiah memerlukan
kompetensi dasar kimia yang strategis pembiasaan. Selain itu, akan sangat baik
diajarkan dengan melaksanakan kerja jika pada awal pembelajaran kimia di
ilmiah; serta kendala-kendala yang SMA, siswa juga diperkenalkan dengan
dihadapi dalam melaksanakan praktikum dasar-dasar praktek laboratorium kimia,
kimia; 3) Pedoman observasi digunakan
sehingga sejak awal mereka mengenal
untuk memperoleh informasi berkaitan nama, spesifikasi, dan fungsi alat-alat
dengan analisis terhadap Rencana laboratorium, serta nama, sifat, dan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kegunaan bahan-bahan kimia.
dibuat guru kimia, serta buku pegangan
guru dan siswa; 4) Daftar isian digunakan Kerja Ilmiah merupakan wahana
untuk mendata kondisi laboratorium, serta yang sangat cocok untuk melatih dan
ketersediaan alat-alat dan bahan-bahan mengembangkan penguasaan keterampilan
kimia; dan 5) Angket siswa dan guru, proses sains dan sikap ilmiah bagi siswa.
dipakai untuk mengetahui pandangan Kerja ilmiah Kimia SMA memungkinkan
siswa dan guru berkaitan dengan metode, siswa untuk membuat rancangan
bahan ajar, serta sistem dan materi penyelidikan, merumuskan hipotesis,
penilaian yang dominan diterapkan oleh mengajukan pertanyaan tentang prosedur
guru, fasilitas belajar yang ada di sekolah, kerja yang akan dilaksanakannya,
kesulitan yang dihadapi siswa dalam melakukan investigasi, dan akhirnya
pembelajaran sains, dan pandangan siswa melaporkan hasil penyelidikannya. Pada
terhadap inovasi pembelajaran sains. Data tahap melaksanakan investigasi
yang dikumpulkan dalam penelitian ini (penyelidikan), siswa berlatih untuk
berupa data kualitatif. Data tersebut melakukan pengamatan, pengukuran,
dianalisis secara deskriptif interpretatif, mengklasifikasikan data, menginterpretasi-
dilengkapi dengan cross-check data dan kan hasil pengamatan, membuat prediksi,
sumber data. mengajukan pertanyaan atas data yang
diamatinya, menerapkan konsep/prinsip,
dan akhirnya menarik simpulan atas
HASIL DAN PEMBAHASAN hipotesis yang disusunnya.
Melalui diskusi antara tim peneliti Sesuai dengan perkembangan
dan guru-guru kimia, serta kognitifnya yang sudah ada pada tahap
mempertimbangkan masukan dari tim operasional formal, siswa SMA
pakar, dapat diidentifikasi dan diklarifikasi semestinya dilatih dengan kemampuan

KATALIS Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia 26


Vol. 1, No. 1, Juni 2018
berpikir abstrak. Kemampuan tersebut daya hantar listrik larutan. Keadaan
diperlukan untuk memahami bahan kajian tersebut jauh dari penguasaan kompetensi
ilmu kimia yang bersifat mikroskopis dan dasar yang diharapkan dalam kurikulum
simbolik. Dengan demikian, kegiatan kimia.
kerja ilmiah tidak cukup dilakukan untuk Ada dua hal yang perlu dilakukan
melatih siswa melakukan pengamatan, berkaitan dengan fenomena ini. Pertama,
menginterpretasikan dan mengelompokkan guru mesti menyadari bahwa kimia
data, yang selama ini biasa dilakukan merupakan ilmu berbasis eksperimen,
selama kegiatan praktikum kimia. Ketiga sesuai dengan ungkapan Chemistry =
jenis keterampilan tersebut sesungguhnya chem-is-try. Sejalan dengan itu,
cukup berkembang dalam praktek hidup
laboratorium dan kerja ilmiah tidak hanya
keseharian siswa, sebagai anggota merupakan pendukung pembelajaran
keluarga, warga masyarakat, dan bagian kimia, tetapi merupakan bagian dari sistem
dari alam. Sebaliknya, keterampilan untuk akademik pembelajaran kimia. Kedua,
membuat rancangan penyelidikan, guru mesti melakukan redefinisi berkaitan
melakukan penyelidikan, dengan pembelajaran kimia, yang tidak
mengkomunikasikan hasil penyelidikan, lagi berorientasi pada banyaknya materi
dan bersikap ilmiah perlu dilatihkan. yang mesti diinformasikan, tetapi
Selama ini guru jarang menerapkan menekankan kompetensi yang harus
kerja ilmiah dalam pembelajaran Kimia dikuasi oleh siswa. Atas dasar itu, guru
dengan berbagai alasan klasik, seperti mesti memilah dan memilih materi yang
kekurangan waktu dan banyaknya materi esensial diajarkan kepada siswa agar
yang mesti diajarkan kepada siswa. Dalam mereka menguasai kompetensi sesuai
kondisi seperti itu, metode yang biasa tuntutan kurikulum.
diterapkan guru adalah ceramah karena Kondisi daya dukung sekolah
metode tersebut dipandang mampu terhadap pembelajaran Kimia di SMA
menjembatani guru untuk menyampaikan secara umum masih kurang. Keberadaan
banyak informasi kepada siswa. Selain guru kimia sudah memadai ditinjau dari
itu, rendahnya frekuensi Kerja Ilmiah kualifikasi akademiknya, tetapi tenaga
dalam pembelajaran kimia disebabkan laboran masih langka, sehingga seluruh
pula tidak semua guru memahami hakekat beban kerjanya dilakukan oleh guru.
Kerja Ilmiah, di samping keterbatasan alat- Selain kekurangan laboran, sekolah juga
alat dan bahan-bahan kimia yang tersedia
mengalami keterbatasan sumber belajar
di laboratorium. dan fasilitas laboratorium. Sumber belajar
Jarangnya kegiatan kerja ilmiah utama di masing-masing sekolah adalah
berimplikasi terhadap materi penilaian, buku-buku terbitan swasta, yang di
sebaliknya penilaian yang sangat jarang antaranya ada kurang sejalan dengan
mengukur penguasaan keterampilan proses tuntutan kurikulum berbasis kompetensi
sains menyebabkan guru enggan karena berorientasi isi (content oriented),
mengajarkan Kerja Ilmiah. Sebagai selain banyak mengandung miskonsepsi.
contoh, Ujian Akhir Sekolah untuk mata Pemerintah seharusnya menyediakan
pelajaran Kimia di Kota Langsa pada buku-buku kimia (buku paket) yang
tahun 2012, memuat 0-2 soal keterampilan langsung dapat dipergunakan oleh guru
proses sains dari 40 soal. Sisanya adalah dalam pembelajaran kimia di kelas, serta
soal-soal produk sains kimia, yang 43% di memberikan keleluasaan bagi guru untuk
antaranya berupa perhitungan kimia. mengembangkan materi sesuai dengan
Selanjutnya, pada ujian praktek siswa potensi dan kebutuhan lokal (local
hanya dituntut melakukan praktikum kimia context), seperti dilakukan untuk
sederhana, seperti menentukan sifat dan mendukung pembelajaran berdasarkan

KATALIS Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia 27


Vol. 1, No. 1, Juni 2018
Kurikulum KBK dan KTSP 2006. Tanpa seorang lulusan SMA jurusan IPA.
contoh, dengan mencari pola sendiri, guru Kompetensi dasar tersebut sangat strategis
akan tetap tidak percaya diri berkaitan diajarkan secara terintegrasi dengan
dengan ketepatan pembelajaran dan pembelajaran Kerja Ilmiah. Distribusi
penilaian yang dilakukannya menurut keduapuluh enam kompetensi dasar
amanat kurikulum berbasis kompetensi. prosedural tersebut kurang merata, dan
cendrung jarang pada kelas dan semester
Sekolah mengalami beberapa
awal, sebaliknya semakin padat pada
kendala dan hambatan untuk
jenjang dan semester yang lebih tinggi.
melaksanakan kerja ilmiah dalam
Kerja Ilmiah merupakan wahana yang
pembelajaran kimia. Kendala dan
sangat cocok untuk melatih dan
hambatan tersebut, di antaranya:
mengembangkan penguasaan keterampilan
keterbatasan ruang dan fasilitas
proses sains dan sikap ilmiah bagi siswa.
laboratorium, keterbatasan alat-alat dan
Selama ini guru jarang menerapkan kerja
bahan-bahan kimia, ketidaktersedian
ilmiah dalam pembelajaran kimia karena
tenaga laboran, ketidakmampuan guru
berbagai kendala dan hambatan. Kendala
mengelola pembelajaran sesuai dengan
dan hambatan tersebut mencakup
ketersediaan waktu efektif, hambatan
keterbatasan ruang dan fasilitas
psikologis guru yang belum merasa puas
laboratorium, kekurangan alat-alat dan
jika tidak menyampaikan banyak
bahan-bahan kimia, ketidaktersedian
informasi dalam pembelajaran, ketiadaan
tenaga laboran, ketidakmampuan guru
jaminan keselamatan dan kesehatan
mengelola pembelajaran sesuai dengan
pekerja laboratorium, dan kekurangan
ketersediaan waktu efektif, perasaan
dana pendukung operasional.
kurang puas guru jika tidak mampu
Sehubungan dengan kendala-kendala menyampaikan banyak informasi selama
tersebut di atas, sekolah mesti melakukan pembelajaran, tidak adanya jaminan
berbagai upaya, di antaranya pencarian keselamatan dan kesehatan pekerja
sumber dana baru dengan berpartisipasi laboratorium, dan kekurangan dana
aktif pada berbagai proyek (grant) yang pendukung operasional.
didanai oleh pemerintah, mencari subsidi
Sehubungan dengan kendala dan
dari organisasi non pemerintah yang tidak
hambatan tersebut di atas, sekolah mesti
bersifat mengikat, serta mengikutsertakan
melakukan berbagai upaya pencarian
guru-guru dalam kegiatan ilmiah yang
sumber dana baru dan mengikutsertakan
dapat meningkatkan potensi dan atmosfer
guru-guru dalam kegiatan ilmiah yang
akademik sekolah. Khusus keterbatasan
dapat meningkatkan potensi dan atmosfer
waktu, guru mesti mengetahui materi-
akademik sekolah. Khusus keterbatasan
materi esensial yang harus diajarkan agar
waktu, guru mesti mengetahui materi-
siswa mampu mencapai kompetensi yang
materi esensial yang harus diajarkan agar
hendak disasar dalam pembelajaran yang
siswa mampu mencapai kompetensi yang
dilakukannya. Materi yang bersifat non
hendak disasar dalam pembelajaran.
esensial dapat dipelajari sendiri oleh siswa
berdasarkan materi esensial yang sudah Mengingat latihan praktek kerja
dikuasainya. ilmiah memerlukan pembiasaan, maka
siswa perlu diperkenalkan dasar-dasar
praktek laboratorium kimia sejak awal.
SIMPULAN
Dengan demikian, mereka akan lebih
Penelitian ini telah mengidentifikasi mengenal nama, spesifikasi, dan fungsi
26 (63,4%) kompetensi dasar kimia yang alat-alat laboratorium, serta nama, sifat,
bersifat prosedural eksperimentatif dari 41 dan kegunaan bahan-bahan kimia. Lebih
kompetensi dasar yang mesti dikuasai oleh lanjut, sekolah harus menyiapkan

KATALIS Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia 28


Vol. 1, No. 1, Juni 2018
perencanaan dan alokasi anggaran Belajar laboratorium Sekolah
berkaitan dengan pengadaan dan Unggulan di Propinsi Bali. IKIP
perawatan fasilitas laboratorium, serta Negeri Singaraja : Laporan
peningkatan kualitas sumber daya Penelitian tidak dipublikasikan.
manusianya.
Stiggins, R.J., 1994. Student-Centered
DAFTAR PUSTAKA Classroom Assessment. New York:
Macmillan College Publishing
Kemendikbud, 2013a. Pengembangan Compeny.
Kurikulum 2013 SMA: Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus Sugiyono, 2012. Metode Penelitian.
dan Penilaian Mata Pelajaran Bandung: CV Alfabeta
Kimia. Jakarta: Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Tosun, C. dan Taskesenligil,Y. 2011. The
Manusia Pendidikan dan Effect of Problem Based Learning
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu on Student Motivation Toward
Pendidikan. Chemistry Classes and on Learning
Strategies. Journal of Turkish
Kemendikbud, 2013b. Implementasi Science Education. 9 (1): 104-125.
Kurikulum 2013 dan Relevansinya
Dengan Kebutuhan Kualifikasi
Kompetensi Lulusan. Semarang:
Kemendikbud.

Kurniasih, I. & Sani, B. 2014.


Implementasi Kurikulum 2013
Konsep dan Penerapan. Surabaya:
Kata Pena.

Maryam, S. dan Suja, W., 2001.


Pengembangan Perencanaan
pembelajaran Kimia SMU
Berwawasan STM (Studi
Pembelajaran Kimia untuk
Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Kimia di SMU).
IKIP Negeri Singaraja : Laporan
Penelitian tidak dipublikasikan.

Rohman, M. 2012. Kurikulum


Berkarakter: Refleksi dan Proposal
Solusi terhadap KBK dan KTSP.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Sariono. 2014. Kurikulum 2013:


Kurikulum Generasi Emas. Jurnal
Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
3(1): 1-9.

Simamora, M., dan Nurlita, F., 2002.


Efektivitas Pengelolaan Sumber

KATALIS Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia 29


Vol. 1, No. 1, Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai