Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

UJIAN TENGAH SEMESTER T/A 2019


Mata Kuliah : Analisis Kebutuhan Pelatihan
Kode/SKS : ABKF2508 / 2 sks
Semester : V / Gasal
Dosen MK : Rafiudin, S.Pd., M.Pd.
Hari/Ruang : Kamis/36

Petunjuk:
a. Hitunglah Instrumen angket analisis kebutuhan yang sudah di isi oleh guru-guru di sekolah tempat anda
mengumpulkan data dan deskripsikan hasilnya kedalam artikel.
b. Buatlah laporan pengumpulan data dan artikel hasil analisis kebutuhan seperti contoh di bawah ini.
c. Laporan pengumpulan data di Kumpulkan pada senin, tanggal 23 Desember 2019 dan artikel analisis
kebutuhan di kumpulkan Hari Kamis, tanggal 26 Desember 2019 dengan mengirimkan melalui alamat
e-mail: tugasmahasiswatp@gmail.com batas jam 15.00.

Format Artikel
ANALISIS KEBUTUHAN GURU KIMIA TERHADAP PROGRAM
PELATIHAN PENINGKATAN KETERAMPILAN INKUIRI DAN
SCAFFOLDING BERBASIS BLENDED LEARNING

AN ASSESSMENT OF THE CHEMISTRY TEACHER’S NEED FOR BLENDED


LEARNING BASED TRAINING PROGRAM ON INQUIRY AND SCAFFOLDING
SKILL IMPROVEMENT

Sukisman Purtadi, Anna Perman


E-mail : purtadi@yahoo.com, anna@gmail.com
Abstrak

Telah dilakukan analisis kebutuhan (need assessment) untuk melihat kebutuhan para guru kimia di
SMA pada pelatihan untuk meningkatkan keterampilan inkuiri dan scaffolding. Analisis kebutuhan ini
dilakukan untuk menjaring informasi mengenai kondisi guru dan harapan guru berkaitan dengan program
pelatihan, penggunaan internet, metode pembelajaran inkuiri, dan program pelatihan yang akan
dikembangkan. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan menggunakan angket yang disebarkan secara
random pada guru SMA. Angket terdiri dari 52 butir pertanyaan terbuka dan semi-terbuka. Analisis
dilakukan terhadap 24 angket yang terkumpul. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan dan
keterampilan guru mengenai inkuiri masih perlu ditingkatkan dengan proses pelatihan berbasis blended
learning yang menekankan materi yang langsung dapat digunakan guru kimia di dalam kelas mereka.
Hasil dari analisis ini dijadikan sebagai salah satu dasar dalam menyusun program pelatihan berbasis
blended learning

Kata kunci: analisis kebutuhan, pelatihan, inkuiri, scaffolding, blended learning

Abstract

A need assessment to assess high school chemistry teachers’ need on for blended learning based
training program on inquiry and scaffolding skill improvement has been done. This need assessment was
aimed to get informations about teachers’ condition and expectation on general training program,
internet usage, inquiry learning approach, and training program on inquiry and chemistry teaching. A
set of questionnaire consisted of 52 open and semi-open questions was randomly spread to chemistry
teacher in Sleman. There were 24 questionnaire that could be collected and analyzed. This analysis
showed that teachers’ inquiry knowledge and skill have to be improved through blended learning based
training with an emphasis on material that can be adopted directly to their classroom. This result become
one of a source on making a plan of blended learning based training program.

PENDAHULUAN mencapai tujuan pembelajaran kimia. Bahkan,


Kemampuan inkuiri dalam pembelaja-
proses inkuiri tercantum dengan jelas dalam
ran sains, terutama kimia, menjadi hal yang
Standar Kompetensi Lulusan Mapel Kimia
penting dalam proses pemerolehan konsep ki-
SMA/MA tercantum (Mendiknas RI, 2006b:
mia. Dalam naskah standar isi mata pelajaran
lampiran Permen No 23 Tahun 2006). Hal ini
kimia Sekolah Menengah Atas (Mendiknas
juga berlanjut pada pengembangan kurikulum
RI, 2006a: lampiran Permen No 22 Tahun
selanjutnya. Dalam Dokumen Lampiran Per-
2006), nampak jelas bahwa inkuiri menjadi
mendikbud Nomor 69 tahun 2013, tentang ke-
salah satu pendekatan yang disarankan untuk
rangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah disebutkan bahwa Kurikulum 2013 dikembangkan de- ngan
penyempurnaan pola pikir, salah satunya di sekolah menjadi alasan tidak dapat dilaksa-
adalah pola pembelajaran pasif menjadi pem- nakannya komunitas tradisional yang meng-
belajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa haruskan guru untuk berkumpul dalam satu
aktif mencari semakin diperkuat dengan mo- waktu dan tempat. Oleh karena itu diperlukan
del pembelajaran pendekatan sains). Ini diper- upaya untuk mengatasi kendala ini. Perkem-
kuat dengan kompetensi inti 3 dan 4 yang me- bangan teknologi komunikasi, terutama inter-
ngarahkan guru untuk menggunakan model net dewasa ini menawarkan solusi agar tetap
pembelajaran pendekatan saintifik termasuk dapat dilakukan pelatihan tanpa guru harus
inkuiri (Mendikbud RI, 2013). hadir dalam satu tempat dan waktu. Pelatihan
Peran guru menjadi penting untuk mem- yang memanfaatkan teknologi internet ini di-
bangkitkan kembali dan mengembangkan ke- sebut pelatihan online (Ko & Rossen, 2010).
mampuan inkuiri siswa. Hal ini sejalan de- Program pelatihan yang akan dikem-
ngan yang diamanatkan oleh standar isi bah- bangkan sendiri mendasarkan pada pembela-
wa guru harus menguasai dua aspek inkuiri, jaran berbasis blended learning. Ini dimak-
yaitu memahami inkuiri dan mengalami inku- sudkan untuk memanfaatkan kelebihan dua
iri. Namun, tidak ada guru kimia di Indonesia mode yang digabungkan, yaitu offline dan on-
yang melakukan proses pembelajaran dengan line. Dalam mode offline, guru tetap menda-
inkuiri. Penyebab yang selama ini diungkap- patkan pembelajaran secara langsung, sedang-
kan adalah karena kemampuan inkuiri diang- kan pada mode offline guru dapat belajar ka-
gap tidak mendukung perolehan nilai yang pan saja tanpa terkendala waktu dan tempat.
tinggi pada saat ujian nasional (Kompas, Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilaku-
2009). Penyebab lain adalah guru juga sebe- kan need assessment untuk melihat sejauh
narnya telah kehilangan kemampuan berinku- mana kondisi guru yang akan mendapatkan
iri mereka (Olson &Loucks-Horsley, 2000). pelatihan, kemampuan-kemampuan serta pe-
Namun, ini saja nampaknya tidak cu- ngalaman pelatihan yang dimiliki, serta hara-
kup. Kemampuan guru melakukan scaffolding pan-harapan guru dalam pelatihan yang mere-
dalam proses inkuiri juga merupakan faktor ka inginkan. Sesuai dengan tujuan need as-
penting dalam penguasaan inkuiri (van der sessment yang dilakukan, artikel ini bertujuan
Valk & de Jong, 2009). Faktanya, guru masih untuk memaparkan hasil need assessment ter-
sering mengalami kesulitan berinteraksi de- sebut dan menganalisis profil kondisi guru ki-
ngan siswa saat dilibatkan dalam kelas inkuiri mia berkaitan dengan pengetahuan dan pema-
(Oliveira, 2009). Oleh karena itu kemampuan haman guru mengenai inkuiri dan kebutuhan
guru dalam melakukan scaffolding perlu men- mereka terhadap program pelatihan berbasis
jadi perhatian juga di samping peningkatan blended learning dalam meningkatkan kete-
kemampuan inkuiri. Peningkatan ini dilaku- rampilan inkuiri dan scaffolding guru kimia.
kan melalui pelatihan berkaitan dengan pe-
nguasaan kemampuan inkuiri dan scaffolding. METODE PENELITIAN
Kendala yang mungkin dihadapi dari program Sesuai dengan tujuan, penelitian ini di-
pelatihan untuk guru adalah guru ti- dak selalu lakukan dengan menggunakan metode survey
dapat meluangkan waktu satu hari untuk dengan menyebarkan angket pada guru kimia
berkumpul. Kurangnya waktu untuk di Kabupaten Sleman. Subjek penelitian ini
menyampaikan materi kimia yang dinilai pa- adalah 25 guru kimia di kabupaten yang dipi-
dat dan banyak serta melakukan kegiatan lain lih secara acak (random sampling). Objek dari
penelitian ini adalah kebutuhan guru akan
pelatihan berbasis blended learning untuk
meningkatkan keterampilan inkuiri dan scaf- Angket terlebih dulu disusun
folding. berdasar- kan kajian literatur mengenai
bentuk angket, keterampilan inkuiri, program g. Media pembelajaran yang digunakan
pelatihan bagi guru, dan pengunaan internet. h. Penggunaan laboratorium
Selanjutnya di- lakukan validasi konten oleh i. Pengalaman online (akun jejaring sosi-
ahli yang di- tunjuk. al, weblog pribadi, akses terhadap inter-
Angket yang terkumpul kembali, seba- net)
nyak 24 buah, selanjutnya dianalisis secara j. Pengalaman penelitian
deskriptif. Analisis mencakup bagian-bagian k. Pengalaman organisasi
yang tercantum dalam angket untuk selanjut- l. Penghargaan
nya dikerucutkan pada kesimpulan mengenai 3. Penilaian pada status sekarang
kebutuhan guru pada pelatihan dan kemungki- Sebagaimana dijelaskan di atas, sebelum
nan untuk dilaksanakannya program pelatihan menyusun program ini perlu diketahui ten-
berbasis blended learning. tang keunggulan dan masalah dari produk
Sesuai dengan model program pelatihan atau projek yang sudah ada. Masalah ini
yang akan dikembangkan, yaitu pelatihan menjadi aspek yang akan ditingkatkan da-
yang ditujukan pada peningkatan keterampi- lam projek atau produk baru nantinya dan
lan inkuiri dan scaffolding melalui blended kebaikannya menjadi hal yang perlu diper-
learning, instrumen angket dikembangkan de- tahankan. Untuk itu perlu digali penilaian
ngan garis besar bagian-bagian berikut ini. Guru Kimia terhadap kondisi yang mereka
1. Pengantar hadapi, dalam hal:
Bagian pengantar adalah penjelasan me- a. Pengetahuan terhadap pendekatan inku-
ngenai maksud dan tujuan pengisian ang- iri, sumber pengetahuan dan permasala-
ket. Oleh karena itu, bagian pengantar ber- han yang dihadapi dalam aplikasinya
isi: b. Pengalaman penerapan pembelajaran
a. Latar belakang pengembangan program inovatif, kelebihan dan kekurangan,
b. Tujuan angket kendala, permasalahan yang dihadapi
c. Petunjuk pengisian c. Bentuk-bentuk pelatihan umum yang te-
2. Informasi umum lah diikuti kelebihan dan kekurangan-
Program yang dikembangkan adalah pela- nya, bentuk offline dan online
tihan dengan blended learning untuk guru 4. Harapan pengguna
kimia, oleh karena itu hal-hal berikut ini Berdasarkan penggalian terhadap kondisi
dijadikan sebagai acuan untuk melihat pe- yang sekarang, maka akan diungkap hara-
serta potensial untuk mengikuti training pan responden terhadap program pelatihan
tersebut. yang akan datang dari aspek
a. Gender a. Bentuk kegiatan (offline dan online)
b. Tingkat pendidikan b. Materi pelatihan
c. Pengalaman mengajar (lama, mata pela- c. Mentor
jaran lain selain kimia) d. Bentuk interaksi
d. Status sertifikasi e. Keberlanjutan
e. Pengalaman pelatihan 5. Komentar
f. Pengalaman pendidikan/pelatihan ke lu- Sebagaimana telah dijelaskan akan dibe-
ar negeri rikan berupa pertanyaan terbuka untuk
menggali hal yang mungkin belum ter-
cakup dalam angket dan dapat menjadi
pertimbangan dalam penyusunan program.
Dengan mengakomodasi seluruh bagian ini dimaksudkan untuk menjaring pula
tersebut, angket terdiri dari 52 pertanyaan ter- pemi- kiran responden yang dirasa belum
buka dan semi terbuka. Pertanyaan semacam ada dalam angket tersebut.
Dari segi lama mengajar, sebagian besar
HASIL DAN PEMBAHASAN (87,5%) responden telah mengajar lebih dari
1. Profil Responden 15 tahun dan tidak ada yang kurang dari 5 ta-
Responden terdiri dari 8 orang (33,33%) hun (Gambar 2a). Dengan pengalaman me-
laki-laki dan 16 orang (66,67%) perempuan ngajar dalam waktu 15 tahun, berarti respon-
(Gambar 1) dengan 2 orang (8%) responden den telah mengalami tiga macam kurikulum.
memiliki tingkat pendidikan terakhir S2 dan Pengalaman terhadap perubahan kurikulum
22 orang (92%) S1. ini diharapkan akan menjadi pertimbangan
yang baik untuk memberikan respon pada
analisis kebutuhan yang dilakukan.
Dari segi media pembelajaran yang di-
gunakan, (Gambar 2b) cukup banyak respon-
den yang menggunakan ICT, yaitu 70,83%
responden. Ini menunjukkan bahwa penggu-
naan ICT dalam pembelajaran kimia di seko-
lah bukan sesuatu yang jarang dilakukan. Hal
ini juga berarti bahwa penggunaan internet
Gambar 1. Profil Responden Berdasarkan dan mode pembelajaran online akan menjadi
Gender (%) hal yang mungkin untuk dilaksanakan. Selain
ICT, responden juga menggunakan media lain
seperti laboratorium (20,83%), LKS dan mo-
dul (16,67%), alat peraga (termasuk moly-
mod, 41,67%), dan beberapa media lainnya
(12,5%). Hanya 8,33% responden yang tidak
pernah menggunakan media selain kapur dan
papan tulis.

a b c d

Gambar 2. Persentase Responden Berdasarkan: a) Lama Mengajar, b) Media yang Digunakan,


c) Akses Internet, d) Penggunaan Internet per Hari

Responden juga didukung ketersediaan menggunakan waktu untuk mengakses inter-


koneksi internet baik di sekolah (95,83%) net sekitar 1-2 jam (83,33%) (lihat Gambar
maupun di rumah (83,33%), meskipun sebagi- 2d). Jumlah yang sebenarnya masih terbatas
an besar (50%) tidak berlangganan atau hanya untuk dapat dikatakan sebagai penggunaan
menggunakan koneksi secara temporer (lihat yang baik, terutama dalam pembelajaran.
Gambar 2c). Rata-rata responden Sebab jika dilihat dari pemanfaatan internet
(Gambar 5), pencarian informasi olahraga dan sing 25% responden) dibanding dengan
gaya hidup masih cukup tinggi (masing-ma- pe- manfaatan lainnya (termasuk untuk
pembela- jaran). pembelajaran mereka. Guru juga telah terbia-
Dalam pembelajaran, semua guru me- sa dengan inernet dan ketersediaan akses in-
nyatakan bahwa mereka memanfaatkan untuk ternet bukan lagi menjadi kendala. Hal ini
mencari bahan pembelajaran. Informasi pen- akan menjadi pendukung pelatihan dengan
didikan tinggi merupakan informasi yang ba- mode blended learning.
nyak diakses juga oleh responden berkaitan 2. Kondisi yang Terjadi pada Guru
dengan pemanfaatan ini. Hanya 12,5% dan a. Pengetahuan terhadap pendekatan inkuiri,
8,33% responden yang memanfaatkan internet sumber pengetahuan dan permasalahan
masing-masing untuk diskusi online dan web- yang dihadapi dalam aplikasinya
blog. Ketersediaan koneksi internet akan Seluruh responden menyatakan bah-
mendukung terlaksananya pelatihan berbasis wa mereka mengenal pendekatan inkuiri
blended learning ini. Dengan pengalaman pa- atau istilah inkuiri. Namun, jika dilihat pe-
da koneksi internet ini, responden diharapkan mahaman mereka mengenai pendekatan
akan lebih memiliki gambaran mengenai ini, cukup besar (66,67%) responden yang
pembelajaran atau pelatihan yang dilakukan masih merujuk inkuiri pada belajar pene-
dengan secara online. muan. Pengetahuan responden cukup baik
Hal lain yang dijadikan pertimbangan berkenaan dengan penerapan pembelajaran
untuk menyusun pelatihan peningkatan inkui- inkuiri.
ri adalah penggunaan laboratorium. Pendeka- Pengetahuan mengenai inkuiri diper-
tan inkuiri sering berkaitan dengan laboratori- oleh responden dari banyak sumber (Gam-
um, meskipun tidak selalu proses inkuiri di- bar 3). Buku dan pelatihan merupakan
laksanakan dengan menggunakan kerja labo- sumber terbanyak, masing-masing 91,67%
ratorium. Dari sisi penggunaan laboratorium dan 66,67% responden. Sumber-sumber la-
ini, terlihat bahwa sebagian besar guru telah in juga menjadi sumber pengetahuan res-
mengajak siswa ke laboratorium kimia dalam ponden berkaitan dengan inkuiri, yaitu
pembelajarannya lebih dari 2 kali dalam satu MGMP (58,33%), pembinaan kepala seko-
semester. Hanya 8,33% responden yang tidak lah (16,67%), dan materi kuliah (41,67%).
pernah melakukan pembelajaran di laboratori-
um. Lainnya, sebanyak 16,67% responden
menggunakan 1-2 kali dalam satu semester,
41,67% menggunakan 3-5 kali dan 33,33%
menggunakan lebih dari 5 kali.
Dari analisis ini terlihat bahwa, respon-
den dilihat dari komposisi gender dan lama
mengajar telah representatif sebagai pengam-
bil keputusan dalam menentukan bagaimana
sebenarnya kondisi dan harapan guru kimia
Gambar 3. Persentase Responden
yang akan mengikuti pelatihan yang akan di-
Berdasarkan Sumber Pengetahuan Inkuiri
rencanakan. Dari analisis ini jelas bahwa guru
telah terbiasa menggunakan berbagai media, Dengan pengetahuan inkuiri yang di-
termasuk laboratorium dan ICT dalam proses miliki, ternyata hanya 58,33% responden
yang pernah menerapkan inkuiri, sedang-
kan 41,67% responden lainnya memilih
untuk tidak menerapkan inkuiri dalam
pembelajaran kimia. Hal ini terjadi karena,
para guru kimia masih mengalami kendala takan mengalami kesulitan dan belum
dalam penerapannya. Seperti dapat dilihat mendapatkan penjelasan yang memadai
pada Gambar 4, seluruh responden menya- pada semua penjelasan proses inkuiri itu
sendiri (lihat gambar). Kesulitan terbesar metode pembelajaran inovatif diperoleh
ada pada cara menganalisis data, mengaju- responden dari berbagai sumber. Pada
kan pertanyaan inkuiri, mengolah data, Gambar 5, terlihat bahwa sumber paling
mencari sumber pustaka, mengembangkan banyak disebut oleh responden adalah
prosedur investigasi, dan mengelola kelas membaca buku (89,47%) dan pelatihan
inkuiri. Hal ini dialami berturut-turut oleh, (78,95%). Hanya 36,84% responden yang
54,17%, 50%, 45,83%, 41,67%, 41,67%, menyebutkan MGMP sebagai sumber, ser-
41,67% responden. ta materi kuliah dan lainnya masing-ma-
sing 10,53%. Sementara, tidak ada respon-
den yang menyebutkan pembinaan dari ke-
pala sekolah sebagai salah satu sumber
mereka.

Gambar 4. Persentase Responden


Berdasarkan Kesulitan Penerapan
Inkuiri
b. Pengalaman penerapan pembelajaran ino-
vatif, kelebihan dan kekurangan, kendala, Gambar 5. Persentase Responden
permasalahan yang dihadapi Berdasarkan Sumber Pengetahuan
Pengalaman dalam menerapkan pem- Pendekatan Selain Ceramah
belajaran inovatif selain inkuiri juga digali Dalam merefleksikan hasil penera-
dalam angket ini. Pengalaman ini diharap- pan metode pembelajaran inovatif, respon-
kan memberikan sumbangan sikap terbuka den merasakan kelebihan dari metode yang
terhadap penerapan hal-hal baru dalam diterapkan tersebut. Dari segi keunggulan
proses pembelajaran kimia. Pembelajaran metode (Gambar 6), sebagian besar res-
inovatif yang dimaksudkan adalah berba- ponden (57,89%) menilai bahwa siswa me-
gai bentuk pendekatan dan metode selain reka menjadi lebih aktif.
ceramah. Sebanyak 79,17% responden per-
nah menerapkan pembelajaran inovatif.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan inkuiri dalam pembelajaran ju-
ga akan dapat diterima dengan baik oleh
para guru kimia.
Sebagaimana sumber pengetahuan
inkuiri, sumber pengetahuan mengenai

Gambar 6. Persentase Responden


Berdasarkan Manfaat yang Dirasakan pada
Penerapan Metode Selain Ceramah
Hal ini menunjukkan bahwa bagai- oleh guru. Guru lebih
mana mengaktifkan siswa dengan metode memperhatikan as- pek ini
atau pendekatan pembelajaran yang inova- dibandingkan dengan hal yang
tif merupakan hal yang sangat dibutuhkan lain. Manfaat lain yang dapat
dikatakan hampir searah dengan keaktifan Responden merasakan perlunya waktu
siswa yang dirasa- kan oleh responden yang lebih lama untuk persiapan, pelaksa-
adalah siswa menjadi lebih terampil dalam naan, dan evaluasi dalam menerapkan ino-
berfikir dan beraktivi- tas (36,84%). vasi pembelajaran. Hal yang mereka rasa-
Sementara, kepuasan siswa sendiri dalam kan berseberangan dengan banyaknya ma-
menjalani belajar mereka jarang menjadi teri yang harus disampaikan. Responden
pusat perhatian hanya 10,53% responden juga merasakan keterbatasan lain seperti
yang menyatakan siswa puas dengan alat yang digunakan rumit (10,53%), alat
belajar mereka. Lebih banyak guru yang dan bahan yang tidak tersedia (10,53%),
melihat dari sisi diri mereka sendiri, yaitu kurangnya persiapan (5,26%), dan sukar
menganggap bahwa metode yang mengaplikasikan konsep (5,26%). Semua
diterapkan lebih praktis (36,84%). kondisi ini mengarah pada perlunya pelati-
Hasil survey ini memberikan keyaki- han dengan materi yang mudah diterapkan
nan bahwa penguatan pola pikir guru ter- secara langsung dalam pembelajaran me-
hadap tujuan pembelajaran adalah hal yang reka.
perlu segera dilakukan. Hal ini terutama
berkaitan dengan perubahan atmosfer pada
penerapan kurikulum baru yang memberi-
kan penekanan lebih kuat pada keaktifan
siswa dan pembelajaran yang berpusat pa-
da siswa.

Gambar 8. Persentase Responden


Berdasarkan Hal-hal yang Dirasakan
Belum dijelaskan oleh Sumber
Pengetahuan
Dengan melihat keterbatasan ini,
sumber pengetahuan responden seharusnya
Gambar 7. Persentase Responden
dapat digali untuk menjelaskan permasala-
Berdasarkan Keterbatasan yang Dirasakan
pada Penerapan Metode Pembelajaran han yang ada. Namun, hampir dari semua
Selain Ceramah sisi ternyata belum dirasakan memuaskan
dalam mengatasi masalah penerapan ino-
Keterbatasan penerapan inovasi ini vasi ini. Dalam grafik pada Gambar 8 terli-
yang paling banyak dirasakan oleh respon- hat bahwa hal yang berkaitan dengan peni-
den, sebagaimana terlihat pada Gambar 7, laian hasil belajar dalam metode atau pen-
adalah kurangnya waktu (57,89%). dekatan inovatif ini nampaknya memang
menjadi perhatian para guru. Sebanyak
63,16% responden menyatakan bahwa
membuat instrumen penilaian belum dije-
laskan oleh sumber pengetahuan mereka
dan 42,11% responden menyatakan mereka
tidak mendapatkan penjelasan mengenai
bagaimana cara menilai siswa. Permasala- tinggi direspon oleh responden (36,84%)
han lain, seperti langkah-langkah praktis sebagai hal yang belum mendapatkan pen-
dalam menerapkan inovasi juga cukup jelasan memadahi. Hasil ini memberikan
gambaran perlunya penjelasan yang lebih disampaikan dalam pelatihan dan masih
rinci mengenai penilaian hasil belajar da- perlu bimbingan. Ini adalah kendala yang
lam pembelajaran yang akan diterapkan. dirasakan oleh 73,68% responden (Gambar
c. Bentuk-bentuk pelatihan umum yang telah 9). Kendala lain yang hampir sama adalah
diikuti kelebihan dan kekurangannya, ben- mereka tidak terlalu yakin pada apa yang
tuk offline dan online mereka pahami (52,63%). Ini menunjuk-
Pengalaman dan kebutuhan pelatihan kan bahwa tindak lanjut dari pelatihan me-
responden akan memberikan gambaran rupakan hal yang sangat diperlukan.
yang lebih menyeluruh berkaitan dengan
bagaimana bentuk pelatihan yang akan di-
kembangkan. Sebanyak 58,33% responden
menyatakan pernah mengikuti pelatihan
dalam bentuk apapun. Pertanyaan yang di-
gunakan memang diarahkan pada bentuk
pelatihan secara umum.
Seluruh responden yang pernah me-
ngikuti pelatihan menyatakan bahwa mate-
ri adalah hal menarik minat mereka untuk
mengikuti pelatihan. Materi yang dirasakan Gambar 9. Persentase Responden
memiliki nilai lebih terutama materi yang Berdasarkan Kendala yang Dihadapi dalam
sesuai dengan tugas guru, seperti pengem- Menerapkan Hasil Pelatihan
bangan metode, evaluasi, penguatan materi Pelatihan yang diikuti oleh respon-
kimia, dan sebagainya. Disamping itu, ada den hampir seluruhnya merupakan pelati-
beberapa responden (14,29%) yang menya- han offline. Hanya satu responden yang
takan nilai lebih pelatihan yang mereka pernah mengikuti pelatihan secara online.
ikuti adalah karena metode pelatihannya. Responden masih sukar untuk memba-
Meskipun tidak terlalu banyak, res- yangkan pelatihan dengan menggunakan
ponden merasakan beberapa hal masih be- mode online. Terlihat dari grafik pada
lum sesuai dengan apa yang mereka ingin- Gambar 10, sebagian besar responden
kan. Beberapa responden menyatakan ku- (73,68%) lebih memilih mode tatap muka
rangnya contoh yang dapat langsung di- langsung. Apa yang dibayangkan oleh res-
aplikasikan (28,57%), waktu yang terlalu ponden adalah banyaknya kendala yang
singkat (28,57%), dan materi yang kurang akan dihadapi, seperti kesulitan mengatur
diperdalam (28,57%). waktu karena waktu yang terlalu longgar
Hasil-hasil pelatihan yang mereka (42,11%), tidak terbiasa dengan internet
ikuti ternyata tidak serta merta diterapkan (47,37%), serta tampilan internet yang ti-
dalam proses pembelajaran mereka. Seba- dak nyaman untuk mata (42,11%). Kondisi
gian besar responden menyatakan mereka ini mungkin sedikit bertolak belakang de-
belum memahami dengan baik apa yang ngan ketersediaan internet baik di sekolah
maupun di rumah serta jumlah jam peng-
gunaan internet yang telah dibahas se-
belumnya. Namun, hal ini justru memberi-
kan indikasi bahwa belum adanya penggu-
naan internet yang optimal sebagai pembe-
lajaran bagi guru itu sendiri. Guru masih
pasif hanya mengakses atau mengunduh ran kimia di kelas mereka. Guru
materi untuk diberikan dalam pembelaja- belum menjadikan internet sebagai
media untuk meningkatkan proses belajar kesulitan yang dialami oleh guru, termasuk
mereka sendi- ri secara aktif. belum yakinnya mereka dengan pemaha-
man inkuiri yang mereka miliki. Pada sisi
lain, responden juga telah terbiasa dengan
penerapan berbagai metode pembelajaran
inovatif dan merasakan kelebihan dan ke-
kurangannya. Berkaitan dengan pelatihan,
materi pelatihan yang sesuai untuk tugas
guru adalah hal yang paling diperhatikan
oleh guru. Sementara untuk penerapan pe-
latihan responden menginginkan adanya
Gambar 10. Persentase Responden bimbingan dalam proses penerapannya.
Berdasarkan Kendala yang Dihadapi
3. Harapan Pengguna
dalam Menerapkan Hasil Pelatihan
Harapan pengguna sangat penting untuk
Dari kondisi ini, pelatihan dengan mempersiapkan bentuk pelatihan yang akan
mode online nampaknya merupakan hal dikembangkan. Harapan responden terhadap
yang perlu dan mungkin untuk dilakukan. pelatihan yang akan mereka ikuti digali de-
Kemungkinan pelaksanaan pelatihan de- ngan lima pertanyaan dengan pilihan terbuka.
ngan mode online justru lebih didasarkan a. Waktu kegiatan
pada keluwesan waktu yang akan diguna- Berkaitan dengan waktu, nampaknya
kan. Meskipun hampir seluruh responden responden, seperti terlihat dalam Gambar
belum pernah mengikuti pelatihan online 11, tidak terlalu banyak mempermasalah-
dan masih terdapat keraguan pada pe- kan. Sebagian responden memang meng-
ngaturan waktu, sebagian besar responden inginkan waktu pelatihan yang singkat
(87,5%) justru menganggap pelatihan me- (37,5%) tetapi sebagian besar justru tidak
lalui internet memudahkan mereka karena mempermasalahkan lamanya waktu pelati-
tidak perlu meninggalkan kelas atau tidak han. Perhatian terbesar (50%) justru lebih
mengganggu kegiatan pembelajaran mere- diberikan pada proses pelatihan ini tidak
ka. Tampilan internet yang menarik nam- harus meninggalkan jam pelajaran. Keingi-
paknya tidak terlalu menjadi hal yang men- nan untuk tidak terikat dengan waktu juga
dorong responden untuk mengikuti pelati- melengkapi perhatian responden pada keti-
han online. Hanya 37,5% responden yang dakharusan mereka meninggalkan jam pe-
menjadikan alasan tersebut sebagai kelebi- lajaran di sekolah.
han pelatihan online.
Analisis di atas menunjukkan bahwa
responden telah mengetahui istilah inkuiri
meskipun tidak semuanya memahami isti-
lah tersebut. Responden juga belum sepe-
nuhnya mau menerapkan inkuiri dalam
proses pembelajaran kita. Ada banyak

Gambar 11. Persentase Responden


Berdasarkan Waktu Pelatihan yang
Diharapkan
b. Materi pelatihan responden sangat menginginkan materi
Sejalan dengan paparan sebelumnya, le- bih banyak memberikan contoh yang
dapat diterapkan langsung pada menyatakan bahwa mentor yang mereka
pembelajaran ki- mia. Pendapat ini inginkan adalah mentor yang rapi.
didukung oleh 79,17% responden. Sifat isi
materi yang diinginkan oleh responden
lainnya yang diharapkan oleh responden
adalah penyampaian materi yang tidak
terlalu teoritis, tetapi langsung pada contoh
dan praktik (75%), interaktif (62,5%), dan
dengan bahasa yang tidak bertele-tele
(41,67).

Gambar 13. Persentase Responden


Berdasarkan Mentor Pelatihan yang
Diharapkan
d. Bentuk interaksi
Menyadari diri mereka sebagai orang
dewasa, seluruh responden menginginkan
interaksi pelatihan justru lebih banyak ter-
jadi antara sesama peserta. Ini sesuai de-
ngan mentor untuk pelatihan yang bertin-
Gambar 12. Persentase Responden dak sebagai fasilitator. Responden juga ti-
Berdasarkan Materi Pelatihan dak terlalu memberi perhatian pada mentor
yang Diharapkan sebaya, atau mentor yang banyak membe-
rikan materi secara satu arah (Gambar 14).

c. Mentor
Dari segi mentor, penguasaan dan
penyajian materi yang baik adalah syarat
mutlak yang diinginkan oleh responden.
Sebagaimana terlihat pada grafik (Gambar
13) seluruh responden sepakat bahwa men-
tor yang mereka inginkan adalah mentor
yang menguasai materi. Disamping itu,
Gambar 14. Persentase Responden
mentor harus dapat menyampaikan penje-
Berdasarkan Bentuk Interaksi Pelatihan
lasan dengan baik (96,83%). Sementara yang Diharapkan
itu, penyampaian materi dengan banyak
metode nampaknya masih bukan perhatian e. Keberlanjutan
utama responden. Harapan ini hanya didu- Melihat kenyataan bahwa sebagian
kung oleh 41,67% responden. Demikian besar hasil pelatihan yang dijalani tidak di-
juga kerapian mentor bukanlah hal yang terapkan langsung pada pembelajaran me-
utama. Justru sikap ramah dari mentor me- reka, responden memberikan harapan yang
rupakan hal yang berpengaruh pada pemili- tinggi pada keberlanjutan (follow up) dari
han pelatihan. Sebanyak 87,5% responden sebuah pelatihan. Sebagian besar respon-
den (87,5%) mendukung pemikiran untuk
diadakan forum diskusi yang diikuti peser- tuk diadakannya pemantauan pada
ta pelatihan dan mentor. Keinginan untuk peneliti- an yang dilakukan setelah
diadakannya follow up juga terlihat pada pelatihan selesai dan mentor dapat
dukungan yang tinggi pada pemikiran un- dihubungi kapanpun se- telah
pelatihan selesai. Kedua pemikiran ini pemahaman guru mengenai inkuiri masih
didukung masing-masing oleh 79,17% dan perlu ditingkatkan. Terutama berkaitan de-
66,67% responden. ngan hakikat inkuiri, bagaimana pelaksana-
annya di dalam kelas, serta penilaiannya.
Pelatihan peningkatan keterampilan inkuiri
dan bagaimana mengajar dengan pendeka-
tan inkuiri sesuai dengan keinginan dan ke-
butuhan guru, yaitu pelatihan yang sesuai
dengan kondisi yang dihadapi oleh guru.
Bentuk pelatihan blended learning
yang dipilih bersesuaian dengan kebutuhan
guru akan materi pelatihan yang memadahi
Gambar 15. Persentase Responden akan tetapi tetap tidak meninggalkan jam
Berdasarkan Keberlanjutan Pelatihan yang pelajaran di sekolah. Tatap muka untuk
Diharapkan menjelaskan materi menjawab keinginan
Dari analisis di atas terlihat bahwa mereka bahwa mereka lebih menyukai ta-
guru kimia tidak berkeberatan dengan ber- tap muka sebagaimana pelatihan yang telah
bagai bentuk pelatihan. Berkaitan dengan mereka kenal selama ini. Sementara, mode
waktu pelatihan, responden lebih fokus pa- online akan memberikan kelonggaran wak-
da pelatihan yang tidak meninggalkan ke- tu pada peserta pelatihan (guru) untuk tetap
las mereka saat mengajar, bukan lamanya mendapatkan kesempatan pelatihan tanpa
waktu pelatihan. Responden berharap bah- harus meninggalkan jam pelajaran di kelas,
wa pelatihan menonjolkan materi yang da- sebagaimana juga diinginkan oleh para gu-
pat dengan mudah dipakai dengan mentor ru. Mode online ini didukung oleh akses
yang dapat memberikan penjelasan materi internet yang memadahi dan penggunaan
dengan baik. Interaksi antar peserta lebih akun media sosial. Mode online juga digu-
diutamakan responden. Berkaitan dengan nakan untuk memberikan follow-up pada
keberlanjutan, responden sangat mendu- guru. Dengan menggunakan forum yang
kung adanya forum berkelanjutan untuk telah digunakan dalam proses pelatihan
diskusi. nantinya, semua peserta dan mentor dapat
Pendekatan inkuiri merupakan pen- tetap saling berhubungan.
dekatan yang dianjurkan dalam melaksana- Untuk memenuhi kebutuhan guru
kan kurikulum 2013. Dengan analisis pada akan pendekatan inovatif, materi-materi
hasil need assessment di atas, terlihat bah- yang akan dikembangkan berkaitan dengan
wa guru-guru kimia masih perlu dan meng- hakikat inkuiri, pelaksanaannya secara
inginkan pelatihan terutama berkaitan de- praktis dalam proses pembelajaran disertai
ngan pendekatan inkuiri. Pengetahuan dan dengan contoh, serta penilaian dalam pen-
dekatan ini. Contoh dan bentuk penilaian
yang disertai instrumen menjadi perhatian
besar yang diberikan guru dalam memutus-
kan untuk mengikuti pelatihan pengemba-
ngan pembelajaran. Namun demikian haki-
kat inkuiri harus tetap diberikan untuk
memberikan dasar yang kuat bagi guru.
Keterkaitan antara pendekatan inkuiri
dengan kurikulum yang akan dilaksanakan kan untuk memberikan gambaran yang ba- ik
juga merupakan topik yang akan ditekan- pada peran pendekatan ini dalam kuri- kulum
2013. Pengembangan materi dalam mode DAFTAR PUSTAKA
blended learning ini sendiri masih Ko, S., & Rossen, S. 2010. Teaching online:
memerlukan analisis lebih lanjut guna a practical guide. New York:
mendapatkan proporsi yang sesuai untuk Routledge.
setiap mode yang digunakan.
Kompas. 2009. Soal Pilihan Ganda
Menjerumuskan. [online] http://nasional
SIMPULAN DAN SARAN .kompas.com/read/2009/11/01/1944556
Berdasarkan analisis di atas, dapat di- 4/soal.pilihan.ganda.menjerumuskan
tunjukkan bahwa guru penggunaan berbagai pada tanggal 22 November 2010.
media dalam proses pembelajaran bukan ken-
Menteri Pendidikan Nasional Republik
dala bagi guru, termasuk laboratorium dan in-
Indonesia (Mendiknas RI). 2006a.
ternet. Sementara, inkuiri bukan istilah baru, Lampiran Peraturan Kementrian
namun pemahaman inkuiri dan penerapannya Pendidikan Nasional Republik
masih perlu digali dan ditingkatkan. Dalam Indonesia (Permendiknas-RI) No 22
mengikuti pelatihan, perhatian yang besar di- Tahun 2006 Tentang Standar Isi.
tujukan pada pelatihan yang tidak meninggal-
Menteri Pendidikan Nasional Republik
kan kelas mereka saat mengajar, bukan lama- Indonesia (Mendiknas RI). 2006b.
nya waktu pelatihan. Responden menganggap Lampiran Peraturan Kementrian
pelatihan melalui internet dapat menjadi alter- Pendidikan Nasional Republik
natif. Responden berharap bahwa pelatihan Indonesia (Permendiknas-RI) No 23
lebih menonjolkan materi yang dapat dengan Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
mudah dipakai di kelas. Berkaitan dengan ke-
berlanjutan, responden sangat mendukung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
adanya forum berkelanjutan untuk diskusi. Republik Indonesia (Mendikbud RI).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pe- 2013. Lampiran Peraturan Kementrian
ngetahuan dan pemahaman guru mengenai in- Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Permendikbud-RI) Nomor
kuiri masih perlu ditingkatkan dengan proses
69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
pelatihan berbasis blended learning yang me- dan Struktur Kurikulum Sekolah
nekankan materi yang langsung dapat diguna- Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
kan guru kimia di dalam kelas mereka.
Oliveira, A.W. 2010. Improving teacher
Berdasarkan simpulan ini dapat disaran-
questioning in science inquiry
kan bahwa peningkatan melalui pelatihan de-
discussions through professional
ngan mode blended learning merupakan ja-
development. Journal of Research in
waban dari kondisi dan harapan guru. Pe- Science Teaching 47(4):422-453.
ngembangan materi dalam mode blended
learning ini sendiri masih memerlukan anali- Olson, S. & Loucks-Horsley, S. (Eds.). 2000.
sis lebih lanjut guna mendapatkan proporsi Inquiry and thee National Science
Education Standards: A guide for
yang sesuai untuk setiap mode yang digu-
teaching and learning. Washington, DC:
nakan. National Academy Press. (Available
online at: http://www.nap.edu/books/
0309064767/html. or http://books.nap.
edu/html/inquiry_addendum.
Van der Valk, T. & de Jong, O. 2009.
Scaffolding science teachers in open-
inquiry teaching, International Journal
of Science Education, 31:6, 829-850

Anda mungkin juga menyukai