Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN TEKNOLOGI PENDIDIKKAN


DALAM PERSFEKTIF SEJARAH DAN DAMPAKYA

UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing :

Mastur, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 3

 Riki Anggara Putra 1710130210017


 Novia 1710130220014

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua, dengan rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas tambahan yang
diberikan kepada penulis oleh dosen matakuliah “Teknologi Pendidikan”.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen matakuliah Teknologi
Pendidikan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua , dalam menambah
wawasan khususnya bagi penulis makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis selaku
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini di masa yang
akan datang.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i

PENDAHULUAN............................................................................................................................................1

Latar Belakang........................................................................................................................................1

Rumusan Masalah...................................................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2

A. Sejarah Pengembangan Sistem,Program dan Produk Teknologi Pendidikan..................................2

1. Sejarah Sistem dan Program Teknologi Pendidikan.........................................................................2

2.Sejarah Produk Teknologi Pendidikan..............................................................................................4

B. Sejarah Pengembangan Teknologi Pendidikan Bidang Akademik di Perguruan Tinggi...................7

1. Perkembangan Teknologi Pendidikan Di Indonesia.....................................................................7

2. Pengembangan program teknologi pendidikan pada perguruan tinggi.........................................8

C. Sejarah Pengembangan Bidang Kerja dan Profesi Teknologi Pendidikan......................................10

1. Pengertian dan Karakteristik Profesi..........................................................................................10

2. Profesi Teknologi Pendidikan....................................................................................................10

3. Lingkup Kerja Profesi Teknologi Pendidikan.......................................................................11

4. Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan..........................................................................11

BAB III........................................................................................................................................................13

PENUTUP...................................................................................................................................................13

Kesimpulan............................................................................................................................................13

Daftar Pustaka.......................................................................................................................................15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sejarah teknologi pendidikan perlu diketahui seseorang untuk menjadi seorang yang ahli
dalam bidang teknologi pendidikan. Karena untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu, seseorang
harus mampu memiliki pengetahuan tentang sejarah dalam bidang bersangkutan.
Bidang teknologi pendidikan meliputi analisis masalah belajar dan kinerja, serta desain,
pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan proses pembelajaran dan sumber daya
yang dimaksudkan dapat meningkatkan pembelajaran dan kinerja dalam berbagai pengaturan,
lembaga pendidikan khususnya dan tempat kerja. Profesional di bidang teknologi instruksional
sering menggunakan prosedur teknologi instruksional yang sistematis dan menggunakan
berbagai media pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Selain itu, dalam beberapa
tahun terakhir, mereka telah meningkatkan perhatian untuk solusi non-instruksional untuk
beberapa masalah belajar dan kinerja. Penelitian dan teori yang terkait dengan masing-masing
daerah tersebut juga merupakan bagian penting dari dalam bidang teknologi instruksional.
Selama bertahun-tahun, praktek-penggunaan sistematis prosedur teknologi pendidikan
dan penggunaan media untuk tujuan-instruksional telah membentuk inti dari bidang teknologi
pendidikan. Dari perspektif sejarah, sebagian besar praktek yang berkaitan dengan media
pembelajaran telah terjadi perkembangan yang berhubungan dengan teknologi pendidikan.
Melihat begitu pentingnya sejarah Teknologi Pendidikan sebagai landasan untuk lebih
memahami dan mengetahui bagaimana Teknologi Pendidikan dalam tinjauan perkembangan
sejarahnya, maka sebagai individu yang bergerak dibidang Teknologi Pendidikan, penulis tertarik
untuk melakukan pembahasan tentang “Sejarah perkembangan teknologi pendidikan”.
Dalam makalah ini Penulis akan membahas banyak peristiwa penting dalam rentetan
sejarah bidang teknologi pendidikan yang telah terjadi di dunia.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pengembangan Sistem,Program dan Produk Teknologi
Pendidikan?
2. Sejarah Pengembangan Teknologi Pendidikan Bidang Akademik di Perguruan Tinggi
3. Sejarah Pengembangan Bidang Kerja dan Profesi Teknologi Pendidikan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pengembangan Sistem Program dan Produk Teknologi


Pendidikan

1. Sejarah Sistem dan Program Teknologi Pendidikan


Lebih lanjut sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada hal
tahun saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah perkembangan
Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan mereka menjelaskan
perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa sejarah, diantaranya :
a. Metode Kaum Sofi
Perkembangan dari berbagai metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi
pengajaran yang dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sofi di
Yunani, para ahli pendidikan memandang menduga kaum Sofi merupakan kaum teknologi
pengajaran yang pertama. Mereka menyampaikan pelajaran dengan berbagai cara dan teknik .
Mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran yang telah disampaikan secara matang,
kemudian mereka melanjutkan dengan perdebatan yang dilakukan dengan secara bebas, pada
saat itulah proses kegiatan belajar itu berlangsung. Kemudian jika ada minat dari mayarakat
untuk belajar, akan dibuat kontrak dan untuk kemudian menjadi sistem tutor.
Pandangan ajaran kaum Sofi didasarkan atas :
1) Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi.
2) Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspek-aspek moral dan hukum.
3) Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi berkelanjutan.
4) Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
5) Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan behavioristik.
Gagasan kaum Sofi ini cukup banyak mempengaruhi kurikulum di Eropa, misalnya
penggunaan retorika, dialektika, dan gramar sebagai materi utama dalam quadrivium dan
trivium.

b. Metode Socrates
Bentuk pengajaran lebih ke dalam bentuk berfilsafat, metode yang dipakan disebut
dengan Maieutik atau menguraikan, yng sekarang dikenal dengan nama metoda inkuiri.
Pelaksanaannya berlangsung dengan cara take and give of conversation. Dengan cara

2
memberikan pertanyaan yang mengarah kepada suatu masalah tertentu. Pada dasarnya Socrates
mengajarkan tentang mencari pengertian, yaitu suatu bentuk tetap dari sesuatu.

c. Metode Abelard
Metode Abelard ini berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metoda
yang di pakai bertujuan untuk membentuk kelmpok pro dan kontra terhadap suatu materi. Guru
tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan menyimpulkan jawaban itu sendiri.
Metoda ini biasa disebut dengan ‘ Sic et Non’ atau setuju atau tidak.
d. Metoda Lancaster
Metoda Lancerter ini dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk
pengajaran yang unik, meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai dengan
rencanannya yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster mempelajari konstruksi
kelas kusus yang dapat mendayagunakan secara efektif penggunaan media pengajaran dan
pengelompokan siswa. Dalam sistem pengajaran Lacaster, pemakaian media pengajaran masih
sederhana. Seperti penggunaan pasir dalam melatih siswa menulis.

e. Metoda Pestalozi
Pengamatan pada alam merupakan landasan utama dari proses daktiknya. Pengetahuan
bermula dari adanya pengamatan, dan pengamatan menimbulkan pengertian, selanjutnya
pengertian yang baru itu menimbulkan pengertian yang selanjutnya pengertiaan tersebut
bergabung dengan yang lama untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dan dapat dikatakan bahwa
perintisan ke ara pendayagunaan perangkat keras ata hardware sebenarnya telah dimulai pada
masa Pestazoli ini, seperti penciptaan papan aritmatik yang terbagi dalam kotak kotak yang di
setiap kotaknya diberi garis-garis yang secara keseluruhan berjumlah 100 kotak kecil. Selain itu
Pestalozi juga menciptakan stylabaries untuk melatih siswanya dalam mempelajari angka,
bentuk, posisi dan warna disain.

f. Metoda Froebel
Metode Froebel didasarkan kepada metodologi dan pandangan filsafafnya yang intinya
mengatakan bahwa pendidikan masa kanak kanak merupakan hal paling penting untuk
keseluruhan kehidupannya. Karena itulah Froebel mendirikan Kindergarten atau yang lebih
dikenal dengan Taman Kanak-kanak. Metoda pengajaran Kindergarten dari Froebel meliputi
kegiatan berikut ini :
1) Bermain dan bernyanyi
2) Membentuk dengan melakukan kegiatan.
3) Grift dan Occupation.

2.Sejarah Produk Teknologi Pendidikan

3
a. Museum sekolah
Di Amerika Serikat, penggunaan media untuk tujuan pembelajaran telah dilacak kembali
setidaknya sebagai awal dekade pertama abad kedua puluh (Saettler, 1990). Pada waktu telah ada
sebuah museum sekolah. Saettler (1968) telah mengindikasikan, museum ini menjabat sebagai
unit administrasi pusat untuk instruksi visual dengan distribusi mereka dari pameran museum
portabel, stereograf (tiga-dimensi foto), slide, film, cetakan studi, grafik, dan bahan instruksional
“(hal. 89). Museum sekolah pertama dibuka di St Louis pada tahun 1905, dan tidak lama
kemudian, museum sekolah dibuka di Reading, Pennsylvania, dan Cleveland, Ohio. Meskipun
beberapa museum tersebut telah berdiri sejak awal 1900-an, daerah pusat terbesar media dapat
dianggap modern.
Saettler (1990) juga menyatakan bahwa bahan yang disimpan di museum sekolah
dipandang sebagai bahan pelengkap kurikulum. Mereka tidak dimaksudkan untuk menggantikan
guru atau buku teks. Sepanjang seratus tahun terakhir, pandangan awal tentang peran media
pembelajaran tetap lazim di komunitas pendidikan pada umumnya.

b. Gerakan Visual Instruksi dan Film Instruksional


Seperti Saettler (1990) telah mengindikasikan, di awal abad kedua puluh, kebanyakan
media yang disimpan di museum sekolah media visual, seperti film, slide, dan foto. Jadi pada
saat itu, meningkatnya minat dalam menggunakan media di sekolah itu disebut sebagai “instruksi
visual” atau “pendidikan visual” gerakan. Istilah terakhir ini digunakan setidaknya 1908, ketika
diterbitkan Perusahaan Tampilkan Keystone Visual Pendidikan, panduan guru untuk slide lentera
dan stereograf.
Selain lentera ajaib (lentera proyektor slide) dan stereopticons (Stereograf pemirsa), yang
digunakan di beberapa sekolah selama paruh kedua abad kesembilan belas (Anderson, 1962),
gerakan gambar proyektor adalah salah satu perangkat media pertama digunakan di sekolah-
sekolah. Di Amerika Serikat, katalog pertama film instruksional diterbitkan pada 1910. Setalah
1910, sistem sekolah publik Rochester, New York, menjadi yang pertama untuk mengadopsi film
instruksional untuk penggunaan biasa. Pada tahun 1913, Thomas Edison menyatakan, “Buku
akan segera menjadi usang di sekolah-sekolah .Hal ini dimungkinkan untuk mengajar setiap
cabang pengetahuan manusia dengan gerak gambar sistem sekolah kami akan benar-benar
berubah dalam sepuluh tahun mendatang.” (Dikutip di Saettler,, 1968 hlm 98).

c. Gerakan Audiovisual Instruksi dan Radio Instruksional


Diakhir tahun 1920 dan sepanjang tahun 1930-an, kemajuan teknologi di berbagai bidang
seperti siaran radio, rekaman suara, dan gambar gerak suara menyebabkan meningkatnya minat
dalam media pembelajaran. Dengan munculnya media yang menggabungkan suara, gerakan
instruksi memperluas visual yang dikenal sebagai gerakan instruksi audiovisual (Finn, 1972;
McCluskey, 1981). Namun, McCluskey (1981), yang merupakan salah satu pemimpin dalam
bidang selama periode ini, menunjukkan bahwa sementara lapangan terus tumbuh, komunitas
pendidikan pada umumnya tidak sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan tersebut. Dia menyatakan
bahwa tahun 1930, kepentingan komersial dalam gerakan instruksi visual yang telah
4
menginvestasikan dan kehilangan lebih dari $ 50 juta, dan hanya bagian dari kerugian itu karena
Depresi Besar, yang dimulai pada tahun 1929.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, sejumlah buku pada topik pembelajaran visual
ditulis. Mungkin yang paling penting dari buku teks adalah Visualisasi Kurikulum, yang ditulis
oleh Charles F. Hoban, Sr, Charles F. Hoban, Jr, dan Stanley B. Zissman (1937). Dalam buku ini,
penulis menyatakan bahwa nilai materi audiovisual adalah fungsi derajat realisme. Para penulis
juga disajikan hirarki media, mulai dari mereka yang bisa hadir hanya konsep-konsep dengan
cara abstrak bagi mereka yang memungkinkan untuk representasi sangat konkret (Heinich,
Molenda, Russell, & Smaldino, 1999). Beberapa ide-ide ini sebelumnya telah dibicarakan oleh
orang lain tetapi belum ditangani secara menyeluruh. Pada tahun 1946, Edgar Dale kemudian
dijabarkan lebih lanjut pada ide-ide ketika dia mengembangkan terkenal “Pengalaman Cone.”
Sepanjang sejarah audiovisual dalam gerakan konstruksi, banyak telah menunjukkan bahwa
bagian dari nilai bahan audiovisual adalah kemampuan mereka untuk menyajikan konsep-konsep
secara konkret (Saettler, 1990).

d. Perang Dunia II
Dengan terjadinya Perang Dunia II, pertumbuhan gerakan audiovisual di sekolah-sekolah
melambat, namun, perangkat audiovisual yang digunakan secara luas dalam pelayanan militer
dan dalam industri meningkat. Sebagai contoh, selama perang, Angkatan Darat Amerika Serikat
Angkatan Udara menghasilkan film pelatihan lebih dari 400 dan 6G0 filmstrips, dan selama
periode dua tahun (dari pertengahan 1943 sampai pertengahan 1945), diperkirakan bahwa lebih
dari empat juta pertunjukan film pelatihan untuk personel militer AS. Meskipun ada sedikit
waktu dan kesempatan untuk mengumpulkan data mengenai dampak dari film pada kinerja
personil militer, beberapa survei instruktur militer mengungkapkan bahwa mereka percaya
bahwa film pelatihan dan filmstrips yang digunakan selama perang itu trainintools efektif
(Saettler , 1990). Setidaknya beberapa musuh telah disepakati; pada tahun 1945, setelah perang
berakhir, Kepala Staf Umum Jerman mengatakan, “Kami memiliki segalanya dihitung sempurna
kecuali kecepatan Amerika mampu melatih orang-orang yang salah perhitungan utama
meremehkan penguasaan mereka cepat dan lengkap pendidikan film “(dikutip dalam Olsen &
Bass, 1982, hal 33)

Selain film-film pelatihan dan proyektor film, berbagai bahan dan peralatan audiovisual
lainnya yang bekerja dalam militer dan bidang industri selama Perang Dunia II. Perangkat yang
digunakan secara luas termasuk proyektor overhead, yang pertama kali dihasilkan selama
perang; proyektor slide, yang digunakan dalam mengajar pengakuan pesawat dan kapal:
peralatan audio, yang digunakan dalam mengajar bahasa asing: dan simulator dan perangkat
pelatihan, yang dipekerjakan dalam pelatihan penerbangan (Olsen & Bass, 1982 Saettler, 1990).

e. Pasca Perang Dunia II Perkembangan dan Media Penelitian

5
Perangkat audiovisual yang digunakan selama Perang Dunia II secara umum dianggap
sukses dalam membantu Amerika Serikat memecahkan masalah utama pelatihan: bagaimana
melatih efektif dan efisien individu dengan latar belakang beragam. Sebagai hasil dari
keberhasilan nyata, setelah perang ada minat baru dalam menggunakan perangkat audiovisual di
sekolah-sekolah (Finn. 1972: Olsen & Bass, 1982).
Dalam dekade setelah perang, beberapa program penelitian audiovisual intensif dilakukan
Studi penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari program ini dirancang untuk
mengidentifikasi bagaimana berbagai fitur, atau atribut, bahan audiovisual yang terkena
pembelajaran, tujuan untuk mengidentifikasi atribut yang akan memfasilitasi pembelajaran
dalam situasi tertentu. Misalnya, satu program penelitian, yang dilakukan di bawah arahan
ArthurA. Lumsdaine, difokuskan pada identifikasi bagaimana belajar dipengaruhi oleh berbagai
teknik untuk memunculkan respon siswa terbuka selama menonton Film instruksional
(Lumsdaine, 1963).

f. Teori Komunikasi
Selama awal 1950-an, banyak pemimpin dalam gerakan nstruksi audiovisual menjadi
tertarik pada berbagai teori atau model komunikasi, seperti model yang diajukan oleh Shannon
dan Weaver (1949). Model ini berfokus pada proses komunikasi, sebuah proses yang melibatkan
pengirim dan penerima pesan dan saluran, atau media, melalui mana pesan yang dikirim. Para
penulis model ini menunjukkan bahwa selama perencanaan untuk komunikasi, maka perlu untuk
mempertimbangkan semua unsur dari proses komunikasi dan tidak hanya fokus pada media,
karena banyak di bidang audiovisual cenderung untuk melakukan. Sebagai Berlo (1963)
menyatakan, “Sebagai orang komunikasi saya harus berpendapat kuat bahwa itu adalah proses
yang sentral dan bahwa media meskipun penting, adalah hal sekunder” (hal. 378). Beberapa
pemimpin dalam gerakan audiovisual, seperti Dale (1953) dan Finn (1954), juga menekankan
pentingnya proses komunikasi. Meskipun pada awalnya, praktisi audiovisual tidak sangat
dipengaruhi oleh gagasan (Lumsdaine. 1964; Mcierhenry, 1980), ekspresi dari sudut pandang
akhirnya membantu untuk memperluas fokus gerakan audiovisual (Ely, 1963, 1970; Silber,
1981 ).

g. Televisi Pembelajaran
Mungkin faktor yang paling penting mempengaruhi gerakan audiovisual pada 1950-an
adalah meningkatnya minat dalam televisi sebagai media untuk memberikan instruksi. Sebelum
tahun 1950-an, telah terjadi sejumlah kasus di mana televisi telah digunakan untuk tujuan
instruksional (Gumpert, 1967; Taylor, 1967). Selama tahun 1950-an, bagaimanapun, ada
pertumbuhan yang luar biasa dalam penggunaan televisi pembelajaran. Pertumbuhan ini
dirangsang oleh setidaknya dua faktor utama.
Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan televisi pembelajaran adalah keputusan
tahun 1952 oleh Komisi Komunikasi Federal untuk menyisihkan 242 saluran televisi untuk
tujuan pendidikan. Keputusan ini menyebabkan perkembangan pesat sejumlah besar masyarakat
(kemudian disebut “pendidikan”) stasiun televisi. Pada tahun 1955, ada tujuh belas stasiun
6
seperti di Amerika Serikat, dan pada tahun 1960, jumlah itu meningkat menjadi lebih dari lima
puluh (Blakely, 1979). Salah satu misi utama dari stasiun-stasiun ini adalah presentasi dari
program pembelajaran. Sebagai Hezel (1980) menunjukkan, “Peran mengajar telah dianggap
berasal dari penyiaran publik sejak asal-usulnya. Terutama sebelum tahun 1960-an, pendidikan
penyiaran dipandang cepat dan efisien, berarti murah untuk memuaskan kebutuhan pembelajaran
bangsa” (hal. 173).

h. Pergeseran Terminologi
Pada awal 1970-an, istilah teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran mulai
menggantikan instruksi audiovisual sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan
aplikasi media untuk tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, pada tahun 1970, nama organisasi
profesional utama dalam bidang itu diubah dari Departemen Audiovisual Instruksi kepada
Asosiasi untuk Komunikasi dan Teknologi Pendidikan (AECT). Kemudian dalam dekade, nama
dari dua jurnal yang diterbitkan oleh AECT juga berubah: Tinjauan Komunikasi Audiovisual
menjadi Komunikasi Pendidikan dan Jurnal Teknologi, dan Instruksi Audiovisual menjadi
Inovator Instruksional. Selain itu, kelompok yang dibentuk pemerintah AS untuk memeriksa
dampak media instruksi disebut Komisi Instructional Technology. Terlepas dari terminologi,
bagaimanapun, sebagian besar individu di lapangan sepakat bahwa sampai saat itu, media
pembelajaran telah memiliki dampak minimal pada praktek-praktek pendidikan (Komisi
Instructional Technology, 1970; Kuba, 1986)

B. Sejarah Pengembangan Teknologi Pendidikan Bidang Akademik di


Perguruan Tinggi

1. Perkembangan Teknologi Pendidikan Di Indonesia

Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mengikuti


perkembangan di Amerika Serikat. Perkembangan dimulai dengan digunakannya media atau alat
peraga untuk menunjang kegiatan pengajaran. Bedanya di Amerika Serikat dengan Demokrasi
Liberal memungkinkan tumbuhnya pemikiran dan tindakan oleh masyarakat, sedangkan di
Indonesia mengharuskan restu dari pemerintah untuk mengembangkan pemikiran dan kegiatan
pada saat Demokrasi Terpimpin.
Pada tahun 1951 diselenggarakan “School Broadcasting” sebagai suatu usaha rintisan meliputi
Jakarta, Bandung, Bogor, dan Cirebon. Pada waktu itu dibenntuk panitia penyelenggara school
broadcasting yang diketuai oleh Sadarjoen Siswomartojo.

7
Pada tahun 1955 didirikan BKTPG (Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru) di Bandung.
Program ini ditujukan kepada guru SD guna menyongsong program perluasan kesempatan
belajar yang lebih berkualitas. Sekarang ini menjadi Pusat Pendembangan Penataran Guru
Tertulis. Pada saat yang hampir bersamaan telah didirikan TAC (Teaching Aid Center) atau Balai
Alat Peraga Pendidikan di Bandung dengan cabangnya di Malang.

2. Pengembangan Program Teknologi Pendidikan pada Perguruan Tinggi

Pendidikan keahlian teknologi pendidikan dimulai pada tahun 1976 pada jenjang S1 dan
tahun 1978 pada jenjang S2 dan S3. Mayoritas dosen yang mengajar didatangkan dari AS
melalui bantuan teknis dari USAID. Kurikulum dan tenaga dosennya dikoordinasikan oleh
Syracuse University dalam suatu konsorsium UCIDT (University Consortium of Instructional
Developoment and Technology). Di Indonesia diawali dengan adanya alat peraga yang
digunakan oleh guru-guru yang diharapkan maksimal. Teknologi pendidikan tidak hanya sebatas
media tetapi juga berupa strategi yang diperlukan agar siswa belajar aktif.

Perkembangan terminologi telah menjadi bagian integral dalam sistem teknologi


pendidikan. Istilah “pembelajaran” yang berfokus pada pemelajar (learner centered)untuk
menggantikan istilah “pengajaran” yang teacher centered mulai diperkenalkan tahun 1973, telah
dipakai secara meluas bahakan telah diakomodasikan dan bahkan dikuatkan dalam perundangan
(UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003). Perguruan tinggi dan universitas biasanya memiliki
beberapa versi dari pusat untuk mendukung fakultas menggunakan teknologi.
Mulai sekitar tahun 2000, telah terjadi kecenderungan menciptakan pusat-pusat baru atau
konfigurasi ulang yang lama ke dalam bentuk Pengajaran sebuah, Belajar, dan Pusat
Teknologi (TLTCTC). Ratusan universitas sekarang mendukung pusat perbelanjaan onestop di
mana dosen dapat pergi untuk mendapatkan bantuan mempersiapkan instruksi
berbasis teknologi. Biasanya, menurut Panjang (2001), TLTCTCs ini menggabungkan
layanan dukungan teknologi informasi dan pengembangan fakultas, kadang-kadang
menambahkan perpustakaan.Sistem dan strategi pembelajaran yang hakikatnya
merupakan penerapan konsep universal dalam konteks Indonesia juga telah berkembang.
Beberapa bentuk sistem dan strategi pembelajaran di antaranya:
a) Sistem SMP Terbukan dan Universitas Terbuka yang telah berkembang dan merupakan
bagian integral sistem pendidikan nasional.
b) Berkembangnya strategi belajar dan pembelajaran yang inovativ seperti belajar berbasis
masalah, berbasis aneka sumber, pembelajaran elaboratif, pembelajaran kooperatif,
pembelajaran berbasis computer, pembelajaran melalui televisi, dll.
Adapun perkembangan Teknologi Pendidikan muncul sebagai bidang studi dan
kategori jabatan baru pada tahun 1960, tetapi sebelum itu banyak peristiwa sejarah yang menjadi
dasar dari sebuah pondasi teknologi pendidikan secara keseluruhan.
Seperti sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan disini akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai sejarah perkembangan tersebut, menyangkut perkembangan Teknologi Pendidikan,
8
terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, mereka membaginya ke dalama beberapa
priode, di antaranya :
a. Periode 1932 – 1959
Brown (1984) membahas penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan
teknologi instruksional. Seattler mengemukakan bahwa teknologi instruksional memiliki dua
landasan filosofis dan teoritis yang sangat berbeda, yaitu; physical science dan yang kedua
behavior sicence.
Seattler menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi
instruksional biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa,
seperti projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk menyajikan sekolompok
materi instruksional, cirinya adalah bahwa konsep ini memandang berbagai media sebagai
pembantu untuk mengajar dan berkecenderungan untuk lebih memperhatikan alat dan prosedur
dari pada memperhatikan perbedaan individual siswa atau materi pelajaran.
Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang
teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau
gambar hidup).

b. Periode 1960 – 1969.


Beberapa kejadian memberikan masukan terhadap pergeseran teoritis secara besar besaran
berkenaan dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an, terutama
peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia. Akibat dari itu,
terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya mengajarkan science dan matematika
dalam kapaitas yang cukup. Karena itu tekanan lebih di alamatkan kepada teknologi
instruksional, akibatnya terdapat dua konstruk teoritis muncul secar bersamaan yang
mempengaruhi lapangan teknologi instruksional.
Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran behaviorisme terhadap semua pendekatan
belajar dan yang kedua adalah pendekatan sistem sistem yang datang dari teknik mesin dan
teknologi. Gerakan yang berbeda ini akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang disebut
dengan Pengajaran Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan tujuan
behavioral, karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang sebuah
proses pembelajaran.
c. Periode 1970 – 1983.
Mendekati akhir tahun 1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran.
Banyak ahli psikologi yang mengsulkan hal tersebut, salah satunya Wittrock. Menurutnya
penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan lebih produktif
bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni suatu proses kognitif berperantara
dari pada sebagai produk langsung dari lingkungan , orang atau faktor eksternal lainnya.
d. Periode 1983 – muthakir.
Pada masa ini berlangsung kekacau balauan akibat pertentangan dari landasan teoritik
teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis audio
Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen informasi dan bukan
sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa

9
media tidak lebih dari kendaraan yang mengankut para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan
memberi sumbangan terhadap pemahaman para ahli tentang masalah tersebut.

C. Sejarah Pengembangan Bidang Kerja dan Profesi Teknologi Pendidikan

1. Pengertian dan Karakteristik Profesi


Pengertian Profesi Teknologi PendidikanMiarso (2004:96) mengartikan tenaga profesi
teknologi pendidikan sebagai tenaga ahli dan atau mahir dalam membelajarkan peserta didik
dengan memadukan secara sistemik komponen sarana belajar meliputi orang, isi ajaran, media
atau bahan ajaran, peralatan, teknik, dan lingkungan.

2. Profesi Teknologi Pendidikan


Miarso (2004) mengemukakan bahwa ciri utama dalam profesi teknologi pendidikan adalah
adanya kode etik, pendidikan dan pelatihan yang memadai, serta pengabdian yang terus
menerus.Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran mengenai
teknologi pendidikan kepada mahasiswa atau mereka yang telah menyelesaikan studi mereka di
Program Studi Pendidikan.Dari uraian-uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teknologi
pendidikan dapat digolongkan sebagai sebuah profesi.
Karakteristik telah dipenuhi oleh teknologi pendidikan yaitu adanya teknik intelektual,
praktek aplikasi, pelatihan dengan priode yang panjang, adanya asosiasi dan komunikasi sesama
anggota (organisasi profesi IPTI = Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia), kode etik dan
standar, teori intelektual dan penelitian.

 Ikatan Profesi Pendidikan Indonesia


Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia disingkat IPTPI, didirikan di Jakarta pada hari Sabtu,
26 September 1987.IPTPI berbentuk ikatan yang bersifat profesional dari orang-orang yang karena
pendidikannya dan atau melakukan kegiatan profesinya dalam bidang Teknologi Pendidikan. IPTPI
bertujuan menghimpun sumber daya untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi pengembangan
Teknologi Pendidikan sebagai suatu teori, bidang, dan profesi di tanah air, bagi kemanfaatan kemajuan
warga dan bangsa Indonesia.
 Kompetensi Teknologi Pendidikan
Adapaun Kompetensi profesi teknologi pendidikan:
1) Menganalisa bahan belajar & informasi pebelajar
2) Mempersiapkan tempat untuk kegiatan instruksional
3) Menentukan & mempertahankan kredibilitas instruktur
4) Mengelola lingkungan belajar
5) Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi yang efektif
6) Mendemonstrasikan keterampilan presentasi yang efektif
7) Menggunakan metode instruksional dengan semestinya
10
8) Menggunakan media instruksional secara efektif
9) Mengevaluasi kinerja pembelajar

3. Lingkup Kerja Profesi Teknologi Pendidikan


a. Perancang (desainer)
Tugas ini meliputi mendesain sistem pembelajaran,desain pesan,strategi
pembelajaran,dan karakteristik pembelajaran.
b. Pengembang (developer)
Tugas ini meliputi produksi dan penyampaian teknologi cetak,teknologi audio visual,
teknologi berbasis computer dan teknologi terpadu.
c. Pemanfaat/pengguna (user)
Tugas ini meliputi pemanfaatan media,difusi inovasi, implementasi dan pelembagaan dan
kebijakan/regulasi.
d. Pengelola (manager)
Tugas ini meliputi pengelola proyek, pengelola sumber, pengelola sistem penyampaian,
dan pengelola Informasi.
e. Penilai (evaluator)
Tugas ini meliputi menganalisis masalah, mengukur yang beracuan patokan, menilai
secara formatif dan sumatif.

f. Peneliti (research)
Tugas ini meliputi kegiatan penelitian yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.

4. Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan


Untuk dapat berprofesi sebagai teknolog pendidikan, maka pendidikan yang harus ditempuh
adalah jenjang perguruan tinggi melalui Program Studi Teknologi Pendidikan pada strata 1, 2,
atau 3. Namun tidak semua perguruan tinggi di Indonesia membuka program studi tersebut.
Sebagai contoh lembaga perguruan tinggi yang melakukan pendidikan dan pelatihan teknologi
pendidikan adalah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang akan diuraikan sebgai berikut (Miarso,
2004:68).
 Pada tahun 1972, latihan pengembangan bahan ajar melalui radio.
 Pada tahun 1974, diberikan mata kuliah Teknologi Pendidikan.
 Pada tahun 1976, dibuka Program Studi Teknologi Pendidikan.
 Pada tahun 1978, dibuka program studi Teknologi Pendidikan untuk S2, dan S3

Selain itu pada tahun 1979 dibuka pendidikan keahlian teknologi pendidikan (S1) di tujuh
IKIP (Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang)
(Kusuma:2008). Sebetulnya pendidikan dan pelatihan keahlian teknologi pendidikan telah
dimulai pada tahun 1950 dengan mengirimkan tenaga ke luar negeri (Miarso, 2004: 57).
Sekarang ini sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program studi teknologi
pendidikan baik strata satu, dua ataupun tiga. Ketiga strata pendidikan ini mempunyai
kompetensi yang berbeda-beda. Kompetensi Strata 1 (S1) lebih ditekankan pada kawasan
pemanfaatan atau penggunaan, Strata 2 (S2) ditekankan pada pengelolaan, penilaian dan
11
penelitian, sedangkan strata 3 (S3) penekanannya pada penilaian dan penelitian (Chaeruman,
2008:3).

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Awal tumbuhnya teknologi pembelajaran dapat dikatakan telah ada sejak dahulu, dimana
orang tua mendidik anaknya dengan cara memberi pengalaman serta memanfaatkan
lingkungannya. Menurut Finn, tahun 1920-an adalah awal perkembangan teknologi
pembelajaran. perkembangan tersebut dapat dilihat dari definisi teknologi
pembelajaran.Perkembangan teknologi pembelajaran pada tahun 1920-an adalah pengajaran
visual, artinya mengajar dengan menggunakan alat bantu visual yang terdiri dari gambar, model,
objek, atau alat-alat yang dipakai untuk menyajikan pengalaman konkret melalui visualisasi
kepada siswa. Perkembangan selanjutnya adalah disusunnya konsep teknologi pembelajaran
secara sistematis, berlangsung pada tahun 1963 dengan bercirikan pergeseran audiovisual kearah
teknologi pembelajaran. Walaupun perumusan definisinya masih kental dengan kandungan
audiovisual communication. Formulasi definisi yang disusun dengan berfokus pada pemahaman
bahwa teknologi pembelajaran adalah teori dan reorientasi konsep yang membedakannya dengan
konsep audiovisual.

Teknologi Pendidikan/ pembelajaran sebagai sebuah disiplin/bidang (field of study), yang


memiliki tujuan utama (1) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran;
dan (2) untuk meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan, perlu terus dikembangkan mengikuti
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian teknologi pendidikan
tetap dapat diaplikasikan guna memecahkan masalah pendidikan. Teknologi pendidikan
merupakan usaha yang sungguh-sungguh ntuk memperbaiki metode mengajar dengan
menggunakan prinsip-prinsip ilmiah yang membuktikan keberhasilan dalam bidang pendidikan.
Teknologi pendidikan dapat ditafsirkan sebagai media yang lahir dari perkembangan alat
komunikasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka
dapat disimpulkan :

1. Sejarah perkembangan teknologi pendidikan dapat ditelisik melalui perkembangan


defenisi teknologi pendidikan yang terus mengalami perubahan dan perkembangan dari
masa kemasa
2. Kemunculan teknologi pendidikan diawali dengan lahirnya teknologi audio visual yang
membawa pembaruan dalam dunia pendidikan pada masanya

3. Kontribusi pertama pendidikan dalam dunia pendidikan yaitu lahirnya pergerakan media
pendidikan
13
14
Daftar Pustaka

http://www.gurupendidikan.com/5-pengertian-dan-karakteristik-profesi-menurut-
para-ahli/

http://www.teknologipendidikan.net/2008/09/15/kompetensi-sarjana-teknologi-
pendidikan/

http://www.harmadi-derasid.blogspot.com/2009/01/profesi-teknologi-pendidikan-
tugas_09/

https://tepenr06.wordpress.com/2011/09/27/sejarah-perkembangan-teknologi-
pembelajaran/

Academia.edu/

https://forumsejawat.wordpress.com/2011/06/07/146/

http://ludisahendriza.blogspot.com/2013/12/perkembangan-teknologi-pendidikan-
dan.html

15

Anda mungkin juga menyukai