Anda di halaman 1dari 9

Isyfi Kholidatur Rohmah

2111102433190

Program Studi S1 Psikologi

Tugas Psikologi Sosial Dasar

10 Tokoh-Tokoh Psikologi Sosial

1. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990 M)

Pada tahun 1931, Skinner memperoleh gelar Ph. D nya, 5 tahun setelah
mendapat gelar doktor, Skinner bekerja di laboratorium milik Biology Experimental
yaitu laboratorium Crozier. W.J. Crozier merupakan seorang biology radikal yang
mempengaruhi pemikiran Skinner dalam pandangan atau pemikiran behaviorisme,
selain itu ada juga beberapa diantaranya Jaques Loeb, Ivan Pavlov, C. S. Sherington,
E.L. Thorndike, Jhon B. Watson dan sejumlah filsuf seperti Betrand Russel, Perey
Bridgman, Henri Poincare dan Ernest Mach.

Sejak tahun 1950, Skinner menjadi tokoh utama psikologi behaviorisme


Amerika. Skinner melakukan pengamatan dan uji coba terhadap tikus dan burung
dara yang dimasukkan ke dalam kotak yang dimodifikasi disebut kotak Skinner. Inti
dari pemikiran Skinner dikenal dengan teori Operant Conditioning, yakni manusia
bergerak dikarenakan adanya stimulus (rangsangan) yang diperoleh dari
lingkungannya. Fokus penelitian yang dilakukan Skinner yaitu tentang perilaku
tepatnya pada tentang penguatan (reinforcement). Skinner percaya bahwasanya
perkembangan kepribadian atau kepribadian atau perilaku seseorang adalah akibat
dari respon dari eksternal. Dengan kata lain seseorang menjadi seperti yang
diinginkan karena memperoleh imbalan dari apa yang diinginkan tersebut. Bagi
Skinner yang terpenting dalam membentuk kepribadian adalan melalui inbalam dan
hukuman.


2. Jean Piaget (1896-1980 M)

Pada tahun 1916 Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang


biologi di Universitas Neuchatel. Dua tahun kemudian, pada umur 21 tahun, ia
menyelesaikan disertasi tentang moluska dan mendapatkan gelar doktor filsafat.
Setelah menyelesaikan studi formal Piaget memutuskan untuk mendalami psikologi.
Pada tahun 1920, Piaget bekerja sama dengan Dr. Theophile Simon di laboratorium
Binet di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran. Saat menolong dalam
menandai beberapa contoh dari tes intelegensi Piaget memperhatikan bahwa anak-
anak kecil terus melakukan kesalahan dengan pola yang sama, yang tidak dilakukan
oleh anak yang lebih besar dan orang dewasa. Menurut penelitiannya bahwa tahap-
tahap perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat mempengaruhi
kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan.

Menurut Piaget seorang anak dilahirkan dengan beberapa skemata


sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dan lingkungannya.
Adapun tahap perkembangan kognitif yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tahap Sensorimotor, usia anak dari lahir hingga sekitar 2 tahun, merupakan
tahap pertama menurut Piaget. Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman
mengenai dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman
sensoris dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik.

2. Tahap Praoperasional, berlangsung usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap


kedua menurut Piaget. Dalam tahap ini, anak mulai merepresentasikan dunia
dengan kata-kata dan gambar-gambar, melampaui hubungan sederhana
antara informasi sensoris dan tindakan fisik serta membentuk konsep yang
stabil dan mulai bernalar.

3. Tahap Operasional Konkret, berlangsung usia 7 hingga 11 tahun, merupakan


tahap ketiga menurut Piaget. Dalam tahap ini, anak dapat melakukan operasi
yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis, sejauh itu
diterapkan dengan contoh-contoh yang spesifik atau konkret.

4. Tahap Operasional Formal, berlangsung usia 11 hingga 15 tahun dan terus


berlangsung hinga masa dewasa. Tahap ini merupakan tahap keempat dan
terakhir menurut Piaget individu akan melampaui pengalaman-pengalaman
konkret dan berpikir secara abstrak dan logis.


3. Sigmund Freud (1856-1939 M)

Sigmund Freud orang yang pertama kali mengenalkan konsep psikoanalisa

dalam dunia psikologi. Konsep yang dikembangkan tentang alam bawah sadar,
penggunaan asosiasi bebas, dan penemuannya kembali mengenai pentingnya mimpi dari
manusia. Psikoanalisis Freud memiliki struktur dan mekanisme pertahanan jiwa (ego).
Freud mengemukakan bahwa terdapat tiga model struktur kepribadian, yaitu id,
ego, dan superego. Id merupakan sistem kepribadian asli yang dibawa manusia sejak
lahir. Ego merupakan eksekutif atau pelaksana dari kepribadian id. Superego merupakan
kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang beroperasi untuk memakai prinsip idealis
sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistis dari ego. Mekanisme
pertahanan jiwa dalam psikoanalisis merupakan strategi yang digunakan individu untuk
bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan superego. Mekanisme
pemertahanan jiwa menurut Freud terdiri dari represi, pembentukan reaksi, proyeksi,
penempelan yang keliru, rasionalisasi, supresi, sublimasi, kompensasi, dan regresi.

4. Albert Bandura (1925-2021 M)

Albert Bandura menyelesaikan studi sarjana pada tahun 1949. Kemudian


meraih gelar Master dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dilanjut setahun
berikutnya meraih gelar Doctor (Ph. D) dalam bidang psikologi klinis. Setelah lulus
Bandura diterima bekerja di Standford University.

Pada tahun 1981 Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh
keluarga, tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura meneliti
mengenai agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, murid
pertamanya yang mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Ia mengarahkan
penelitian awalnya ke peran pemodelan sosial dalam motivasi, pemikiran, dan
tindakan manusia. Upaya bersama mereka menggambarkan peran penting pemodelan
dalam perilaku manusia dan mengarah pada faktor penentu dan mekanisme
pembelajaran observasional.



Teori belajar sosial (Social Learning) merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behaviorisme). Dalam pandangan belajar sosial seseorang tidak
didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh
stimulus-stimulus lingkungan. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar
melalui pengamatan (Observational Learning) secara selektif dan mengingat tingkah
laku orang lain. Inti dari pembelajaran sosial adala pemodelan (modelling), dan
pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran
terpadu.

5. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936 M)

Ivan Petrovich Pavlov, seorang dokter ahli fisiologi yang mendapatkan hadiah,
nobel untuk karya dibidang fisiologi dan kedokteran pada tahun 1904. Pavlov menjadi
kepala sejumlah laboratorium fisiologi di Imperial Institute of Experimental
Medicine di St. Petersburg. Pavlov mengembangkan teori paradigma kondisioning
klasik pada tahun 1849-1936, Pavlov juga disebut sebagai ilmuan Rusia yang
mengembangkan teori perilaku melalui percobaan tentang anjing dan air liurnya.
Proses yang ditemukan oleh Pavlov dalam percobaannya adalah perangsang yang asli
dan netral atau rangsangan biasanya secara berulang-ulang dipasangkan dengan unsur
penguat yang menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral disebut perangsang
bersyarat atau terkondisionir, yang disingkat dengan CS (conditioned stimulus).
Penguatnya adalah perangsang tidak bersyarat atau US (unconditioned stimulus).
Reaksi alami atau reaksi yang tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR
(conditioned response). Pavlov mengaplikasikan istilah-istilah tersebut sebagai suatu
penguat.Maksudnya setiap agen seperti makanan, yang mengurangi sebagaian dari
suatu kebutuhan. Dengan demikian dari mulut anjing akan keluar air liur (UR)
sebagai reaksi terhadap makanan (US). Apabila suatu rangsangan netral, seperti
sebuah bel atau genta (CS) dibunyikan bersamaan dengan waktu penyajian maka
peristiwa ini akan memunculkan air liur (CR).

6. Leon Festinger (1919-1989 M)

Leon Festinger, tokoh psikologi yang pertama kali mencetuskan teori


disonansi kognitif pada tahun 1951 dan populer di era tahun 1950 hingga pertengahan
tahun 1970-an yang menjelaskan bagaimana manusia secara konsisten mencari dan
berupaya untuk mengurangi ketidaknyaman dalam berbagai situasi. Teori ini secara
revolusional memikirkan bagaimana proses-proses psikologi sosial, khususnya yang
terkait dengan bagaimana suatu penghargaan berdampak pada sikap dan perilaku.
Teori disonansi kognitif ini merupakan suatu teori yang sangat penting dalam sejarah
psikologi sosial, karena banyak penelitian yang telah menguji proses disonansi.
Sebagian besar penelitian mengeksplorasi bagaimana pengalaman disonansi kognitif
menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku individu. Dalam kajian ilmu
komunikasi, bahwa disonansi kognitif ini memayungi teori terpaan selektif
komunikasi di akhir tahun 1980-an. Teori ini hadir ketika teori penguatan
atau reinforcement theory tengah mendominasi dunia penelitian psikologi sosial di
pertengahan tahun 1950an.

Teori penguatan atau reinforcement theory adalah teori yang dirumuskan oleh
para ahli psikologi, yang menjelaskan fenomena psikologi sosial melalui pendekatan
behaviorisme. Teori penguatan menjelaskan konformitas adalah sebuah upaya diri
individu untuk tidak merasa cemas ketika melawan sebuah pandangan ataupun norma
kelompok mayoritas. Penghargaan yang didapat adalah rasa nyaman untuk sepakat
dengan keputusan pihak lain. Para ahli teori penguatan menjelaskan bahwa sebuah
sumber yang kredibel akan lebih persuasif karena sumber yang kredibel akan lebih
menghargai pihak lain

7. John Broadus Watson (1878-1958 M)

John Broadus Watson, belajar menurut Watson merupakan sebuah proses


interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud
harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
Dengan kata lain, Watson mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri



individu selama proses belajar. Namun, Watson menganggap hal tersebut sebagai
faktor yang tak perlu diperhitungkan karena hal tersebut tidak dapat menjelaskan
apakah seseorang telah belajar atau belum dan tidak dapat diamati secara langsung.
Teori belajar yang dikembangan Watson adalah Sarbon (stimulus and response bond
theoriy). Teori ini secara umum adalah sama dengan teori Thorndike
yaitu Connectionisme dan teori Pavlov Clasical Conditioning, hal ini dikarenakan
yang menjadi landasan dari teori behaviorisme Watson adalah teori Thorndike dan
Pavlov. Watson menggunakan teori Clasical Conditioning Pavlov dalam hal interaksi
antara stimulus dan respons yang dilengkapi dengan komponen penguatan
(reinforcement) dari Thorndike. Sarbon (stimulus and response bond theoriy) adalah
teori yang memandang bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks
atau respons-respons bersyarat melalui stimulus yang dialami individu. Menurut
Watson manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional
seperti takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku tersebut terbentuk oleh adanya
hubungan antara stimulus dan respons baru melalui conditioning, sehingga belajar
dapat dipandang sebagai cara menanamkan sejumlah ikatan antara perangsang dan
reaksi dalam sistem susunan syarat.

8. Kurt Lewin (1890-1947 M)

Kurt Lewin, dikenal sebagai seorang fisikawan humanis dan secara resmi
memasuki disiplin psikologis sosial dengan rumusannya tentang perilaku yang
berkaitan dengan fungsi individu dan lingkungannya. Ia melahirkan teori-teori besar
psikologi sosial yang bernuansa “fisika”, seperti drive dan locomotion. Pada tahun
1944, Lewin menciptakan Reseach Centre for Group Dynamic dan sekaligus menjadi
kepala di sana. Teori Lewin yang paling terkenal adalah teori lapangan (Field
Theory). Lewin sangat dipengaruhi oleh aliran Psikologi Gestalt, sehingga tidak heran
jika teori lapangan juga mengutamakan keseluruhan daripada elemen atau bagian-
bagian didalam studinya tentang jiwa manusia. Konstruk yang terpenting dari teori ini
tentunya adalah lapangan atau lingkungan, yang dalam psikologi diartikan sebagai
lapangan kehidupan.

Dalam teori Kurt Lewin, terdapat dinamika kelompok yang diartikan sebagai
proses belajar individu dari pengalaman, dimana proses tersebut harus terbentuk dari
suatu pembicaraan, kedekatan antar anggota kelompok, interaksi aktif antara setiap
anggota kelompok dengan saling bercerita, memberikan pendapat, ide, dan berbagi
pengalaman secara bersama-sama dimana disana akan terlihat bagaimana perilaku
anggota kelompok tersebut, nilai yang diterapkan baik untuk dirinya sendiri maupun
nilai didalam kelompok, saling memotivasi, adanya diskusi dan proses pembuatan
serta pengambilan keputusan.

9. Erik Erison (1902-1944 M)

Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori


tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson menyatakan
bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang menyatakan
bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. Berkembangnya
manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau
ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya.

Pembagian tahap-tahap ini berdasarkan periode tertentu dalam kehidupan


manusia: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah
(7-12 tahun), remaja (12-18 tahun), pemuda (usia 20-an), separuh baya (akhir 20-an
hingga 50-an), dan manula (usia 50-an dan seterusnya). Erikson berkata bahwa orang-
orang harus menemukan identitasnya dalam potensi-potensi masyarakatnya,
sedangkan perkembangannya harus selaras dengan syarat-syarat yang dicanangkan
masyarakat, atau mereka harus menanggung akibat-akibatnya.

10. David McClelland (1917-1998 M)

McClelland kembali melanjutkan studi di Universitas Wesleyan hingga


akhirnya ia menyelesaikan studi magister dalam bidang psikologi pada
tahun 1939 dan dilanjutkan dengan studi doktoralnya dalam bidang yang sama
di Universitas Yale dan lulus pada tahun 1941. Setelah lulus dari studi doktoralnya, ia

menjadi dosen di Wesleyan dan juga menjadi dosen tidak tetap di Bryn Mawr
College pada tahun 1944-1945 sebelum ia menjadi kepala Departemen Psikologi di
Wesleyan. Ia juga menjadi dosen dalam bidang psikologi sosial di Saltzburg, Austria.

David C. McClelland Bersama Asosiasinya Dari Harvard University Di Amerika


Serikat Melakukan Penelitian Mengenai Dorongan Prestasi Karyawan Selama 20
Tahun. Teori Ini Berpendapat Bahwa Manusia Pada Hakikatnya Mempunyai
Kemampuan Untuk Berprestasi Diatas Kemampuan Orang Lain. Seseorang Dianggap
Mempunyai Motivasi Untuk Berprestasi Jika Ia Mempunyai Keinginan Untuk
Melakukan Suatu Karya Yang Berprestasi Lebih Baik Dari Prestasi Karya Orang
Lain.

McClelland Mengatakan Bahwa Dalam Diri Manusia Ada Dua Motivasi Atau Motif,
Yakni Motif Primer Atau Motif Yang Tidak Dipelajari, Dan Motif Sekunder (Motif
Sosial) Atau Motif Yang Dipelajari Melalui Pengalaman Serta Interaksi Dengan
Orang Lain. Motif Primer Atau Motif Yang Tidak Dipelajari Ini Secara Alamiah
Timbul Pada Manusia Secara Biologis. Motif Ini Mendorong Seseorang Untuk
Terpenuhinya Kebutuhan Biologisnya Seperti Makan, Minum, Seks, Dan Kebutuhan-
Kebutuhan Biologis Lain. Sedangkan Motif Sekunder Adalah Motif Yang
Ditimbulkan Karena Dorongan Dari Luar Akibat Interaksi Dengan Orang Lain Atau
Interaksi Sosial.

Kebutuhan akan Pencapaian (Need for Achievement)

Individu dengan kebutuhan akan pencapaian atau prestasi tinggi ini sangat termotivasi
oleh pekerjaan yang menantang dan bersaing. Pencapaian atau Prestasi tinggi akan
berkaitan langsung dengan kinerja tinggi. Individu yang berkinerja lebih baik dan di
atas rata-rata sangat termotivasi.

Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power)

Kebutuhan akan kekuasaan adalah keinginan dalam diri seseorang untuk memegang
kendali dan wewenang atas orang lain dan memengaruhi serta mengubah keputusan
sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya sendiri. Individu tersebut akan
termotivasi oleh kebutuhan akan reputasi dan harga diri. Individu yang memiliki

kekuasaan dan otoritas yang lebih besar akan melakukan lebih baik daripada mereka
yang memiliki kekuasaan kecil.

Kebutuhan akan Afiliasi (Need For Affiliation)

Kebutuhan untuk berafiliasi adalah dorongan seseorang untuk memiliki hubungan


interpersonal dan sosial dengan orang lain atau sekelompok orang tertentu. Mereka
berusaha untuk bekerja dalam kelompok dengan menciptakan hubungan yang ramah
dan memiliki keinginan yang kuat untuk disukai oleh orang lain. Orang-orang ini
cenderung suka berkolaborasi dengan orang lain dalam bersaing dan biasanya akan
menghindari situasi yang berisiko tinggi ataupun menghindari situasi yang penuh
dengan ketidakpastian.

Anda mungkin juga menyukai