Supratman Zakir
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Indonesia
e-mail : supratman@iainbukittinggi.ac.id,
ABSTRAC
Dunia pendidikan dewasa ini semakin banyak menghadapi tantangan, salah satu diantaranya ialah bahwa
pendidikan itu berlangsung dalam latar lingkungan yang dibuat-buat, karena pendidikan itu harus membina tingkah
laku yang berguna bagi individu dimasa akan datang dan bukan waktu sekarang. Akibat dari latar lingkungan yang
dibuat-buat tersebut adalah terjadinya suasana pembelajaran yang tidak menyenangkan. Masalah lain yang dihadapi
dunia pendidikan adalah sekolah masih menggunakan cara yang bersifat aversif, dimana para siswa menyelesaikan
tugas-tugas sekolahnya terutama untuk menghindari stimulus-stimulus aversif seperti kecaman guru, ejekan dimuka
kelas, menghadap kepala sekolah jika tidak membuat tugas di rumah. Untuk memecahkan masalah untuk perbaikan
pendidikan itu pernah diusulkan beberapa pemecahan masalah yang diantaranya mendapatkan guru yang
berkualitas, mencari terobosan baru untuk menandingi sekolah unggul, menaikkan standar pembelajaran dan
mereorganisasi kurikulum. Semua alternative solusi diatas tidak ada artinya jika tidak dimanajemeni atau dikelola
dengan professional. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem manajemen berbasis sekolah, dimana pihak
sekolah memiliki otoritas yang cukup untuk mengelola konsep-konsep yang akan diterapkan dalam rangka
meningkatkan kompetensi siswa. Masalah kurikulum, tujuan pendidikan, keputusan atau kebijakan sekolah,
fasilitas yang akan digunakan, pengembangan SDM sekolah, pengaturan waktu dan biaya pendidikan, haruslah
sepenuhnya dikelola oleh sekolah sehingga langkah-langkah teknis diatas dapat terwajud.
Dalam konsep pelatihan yang berbasis beberapa hal yang menjadi otoritas sekolah
kompetensi dijelaskan bahwa kompetensi merupakan dalam MBS, diantaranya yaitu :
gabungan antara kerterampilan, pengetahuan dan 1. Pengatahuan (Knowledge); otoritas
sikap. Kompetensi digunakan untuk melakukan keputusan berkaitan dengan kurikulum,
penilaian terhadap standar, memberikan indikasi tujuan dan sasaran pendidikan.
yang jelas tentang keberhasilan dalam kegiatan 2. Teknologi (Technology); otoritas mengenai
pengembangan, membentuk sistem pengembangan srana dan prasaran pembelajaran
dan dapat digunakan untuk menyusun uraian tugas 3. Kekuasaan (Power); kewenangan dalam
seseorang. membuat keputusan.
Standar kompetensi disusun sedemikian 4. Material (Material); kewenangan mengenai
rupa mengacu kepada kesepakatan internasional penggunaan fasilitas, pengadaan dan
tanpa harus mengabaikan berbagai aspek dan budaya peralatan alat-alat sekolah.
yang bersifat lokal atau nasional. Standar konpetansi 5. Manusia (People) kewenangan atas
yang telah ada hendaknya dapat dimanfaatkan oleh keputusan mengenai sumber daya
berbagai pihak terutama dunia pendidikan dalam hal manusia, pengembangan profesionalisme
peningkatan kemampuan dasar siswa serta dan dukungan terhadap proses
penyusunan kurikulum. pembelajaran.
6. Waktu (Time); kewenangan
b. Manajemen Berbasis Sekolah mengalokasikan waktu
Menurut Malen, Ogawa & Kranz, 1990 7. Keuangan (Financial); kewenangan dalam
dalam Abu-Duhou 1 manajemen berbasis sekolah mengalokasikan dana pendidikan.
secara konseptual dapat digambarkan sebagai Sedangkan Thomas4, 1997 dalam Abu-
suatu perubahan formal struktur Duhou, mengelompokkan kewenagan sekolah
penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk dalam manajemen berbasisi sekolah dalam
desentralisasi yang mengindentifikasikan empat hal, yaitu :
sekolah itu sendiri sebagai unit utama 1. Penerimaan (admission); kewenangan untuk
peningkatan serta bertumpu pada redistribusi menentukan siswa mana yang akan diterima
kewenangan. diseklolah.
Manajemen sekolah yang selama ini 2. Penilaian (Assessment); kewenangan untuk
terstruktur dari pusat telah menghambat kran menentukan berapa siswa yang akan dinilai.
komunikasi atau setidaknya terjadinya distorsi 3. Informasi (Information); kewenangan untuk
informasi antara pusat dan daerah, sehingga menseleksi data mengenai kinerja sekolah
menimbulkan mis- implementation pada tataran dan mempublikasikannya.
riil di sekolah. Hal inilah yang menjadi bahan 4. Pendanaan (Funding); kewenangan untuk
dilahirkannya sebuah system manajemen yang menentukan uang masuk bagi penerimaan
mampu menanggulangi permasalah tersebut, siswa.
yaitu suatu manajemen yang diberi kewenangan
penuh kepada sekolah untuk mengatur dirinya PEMBAHASAN
sendiri dalam batas-batas yang rasional. a. Kompetensi Siswa
Candoli, 1995 dalam Abu-Duhou2, Untuk merespon bebagai kondisi
menjelaskan bahwa Manajemen berbasis sekolah sebagaimana yang telah diuraikan pada pendahuluan
merupakan suatu cara untuk "memaksa" sekolah di atas, maka salah satu kebutuhan yang sangat
mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi penting adalah tersedianya system pendidikan dan
menurut justifikasi sekolah. pelatihan yang mampu menghasilkan SDM yang
Konsep ini menerangkan bahwa ketika berkualitas setara dengan standar internasional.
sekolah diberi tanggung jawab penuh dalam Untuk melaksanakan system pendidikan yang baik
mengembangkan program-program dibutuhkan suatu standar kompetensi yaitu
kependidikannya yang bertujuan melayani kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang
kebutuhan-kebutuhan para "stakeholder" maka untuk melakukan pekerjaan sebagai patokan kinerja
pihak sekolah akan "dipaksa" untuk memenuhi yang diharapkan5.
kebutuhan-kebetuhan tersebut. Salah satu bentuk system pendidikan yang
mampu meningkatkan kompetensi siswa adalah
c. Otoritas Sekolah Dalam Manajemen Berbasis system manajemen berbasis sekolah yang memberi
Sekolah hak sepenuhnya atau otonomi kepada sekolah untuk
Secara khusus hal-hal yang di mengelola sekolah sesuai dengan kondisi, lingkungan
desentralisasikan adalah yang secara langsung dan kebutuhan tempat dimana sekolah berada.
berhubungan dengan para peserta didik, seperti
keputusan tentang program pendidikan, alokasi b. Strategi Pengembangan Kompotensi Siswa
waktu, dan kurikulum. Tetapi menurut Caldel Dunia pendidikan dewasa ini yang semakin
dan Spinks3, 1992 dalam Abu-Duhou, membagi banyakj menghadapi tantangan, salah satu
diantaranya ialah bahwa pendidikan itu berlangsung
2
Jurnal Analis
Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2012 ISSN : 1829-6017
dalam latar lingkungan yang dibuat-buat, karena kecil (Cooperative Learning), tutorial, dan
pendidikan itu harus membina tingkah laku yang belajar mandiri serta belajar individual.
berguna bagi individu dimasa akan datang dan bukan 2. Kesiapan untuk belajar
waktu sekarang6. Akibat dari latar lingkungan yang Kesiapan seorang siswa dalam kegiatan
dibuat adalah terjadinya suasana pembelajaran yang pembelajaran sangat mempengaruhi hasil
tidak menyenangkan. pembelajaran yang bermanfaat baginya.
Masalah lain yang dihadapi dunia Karena belajar sifatnya kumulatif, kesiapan
pendidikan adalah sekolah masih menggunakan cara untuk belajar baru mengacu pada
yang bersifat aversif, dimana para siswa kapabilitas, dimana kesiapan untuk belajar
menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya terutama itu meliputi keterampilan-keterampilan yang
untuk menghindari stimulus-stimulus aversif seperti rendah kedudukannya dalam tata hirarki
kecaman guru, ejekan dimuka kelas, menghadap keterampilan intelktual.
kepala sekolah jika tidak membuat tugas di rumah. 3. Motivasi, ciri khas dari teori-teori belajar
Untuk memecahkan masalah untuk ialah memperlakukan motivasi sebagai suatu
perbaikan pendidikan itu pernah diusulkan beberapa konsep yang dihubungkan dengan asas-asas
pemecahan masalah yang diantaranya : untuk menimbulkan terjadinya belajar pada
1. Mendapatkan guru yang berkualitas diri siswa. Konsep ini memusatkan
2. Mencari terobosan baru untuk menandingi perhatian pada dilakukannya manipulasi
sekolah unggul lingkungan yang bisa mendorong siswa
3. Menaikkan standar pembelajaran seperti membangkitkan perhatian siswa,
4. Mereorganisasi kurikulum. mempelajari peranan peransang atau
Akan tetapi pemecahan masalah yang membuat agar bahan ajar menarik bagi
pernah ditawarkan tersebut tidak menyentuh esensi siswa.
permasalahan dunia pendidikan itu sendiri. Ketiga hal diatas harus diperhatikan yang
Menurut Skinner satu hal yang perlu dibarengi dengan penciptaan suasan kelas yang
dilakukan untuk memecahkan kebuntuan tersebut menyenangkan sehingga tingkah laku, respon yang
adalah bagaimana guru bertanggung jawab dikeluarkan oleh siswa menghasilkan suasan
mengembangkan pada siswa tingkah laku verbal pembelajarn yang nyaman dan menyenangkan akibat
(kompetensi) atau kemampuan siswa yang dari stimulus lingkungan yang dimanipulasi tersebut.
merupakan pernyataan keterampilan dan pengetahuan Disamping ketiga hal diatas yang perlu
mata pelajaran. Konkritnya Skinner menjelaskan diperhatikan dalam kontek peningkatan kompetensi
yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan siswa, maka kurikulum juga merupakan hal yang
kemampuan siswa atau kompetensi siswa adalah : tidak terpisahkan dengan kompetensi siswa dalam
1. Membangun khazanah tingkah laku verbal pembelajaran. Untuk mengimbangi peningkatan
dan non verbal yang menunjukkan hasil kemampuan siswa dalam kontek tingkah laku, maka
belajar. kurikulum juga perlu menjadi perhatian sehingga
2. Menghasilkan dengan kemungkinan yang siswa benar-benar memiliki kompetensi yang sangat
besar, tingkah laku yang disebut minat, memadai.
antusiasme dan motivasi untuk belajar. Kurikulum saat ini, terutama kurikulum
Sehingga dengan tugas seperti ini pendidikan nasional akan dikembangkan apa yang
pembelajaran itu berfungsi memperlancar dinamakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
pemerolehan pola-pola tingkah laku verbal dan non atau Competency based Curriculum. Dalam konsep
verbal yang perlu dimiliki setiap siswa. ini, kurikulum harus dikuasai oleh siswa setelah ia
Menurut B. Weiner, dengan teori menyelesaikan satu unit pelajaran, satu satuan waktu
atribusinya, satu sumbangan penting untuk dan satu satuan pendidikan.
pendidikan adalah berkenaan dengan analisa Materi kurikulum harus ditekankan pada
terjadinya interaksi di kelas. mata pelajaran yang sanggup menjawab tantangan
Hal yang penting diperhatikan dalam global dan perkembangan iptek yang sangat cepat.
interaksi di kelas dalam konteks proses pembelajaran Disamping itu kurikulum yang dikembangkan harus
serta dalam rangka meningkatkan kemampuan atau berlandaskan pendidikan etika dan moral yang
kompetensi siswa ialah ciri siswa, ciri-ciri siswa yang dikembangkan dalam mata pelajaran agama dan mata
perlu dipertimbangkan ialah perbedaan perseorangan, pelajaran lain yang relevan.
kesiapan untuk belajar dan motivasi : Selain itu kurikulum harus bersifat luwes,
sederhana dan bisa menampung berbagai
1. Perbedaan Perseorangan, kemungkinan perubahan dimasa yang akan datang
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah sebagai dampak dari perkembangan terknologi dan
tingkat perkembangan siswa dan tingkat rasa tuntutan masyarakat. Kurikulum hanya bersifat
harga diri siswa. Untuk mengimbangi pedoman pokok dalam kegiatan pembelajaran siswa
adanya perbedaan perseorangan dalam dan dapat dikembangkan dengan potensi siswa,
proses pembelajaran dianatarany dapat keadaan sumber daya pendukung dan kondisi yang
dilakukan pengajaran dengan kelompok ada.
3
Jurnal Analis
Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2012 ISSN : 1829-6017
Semua alternative solusi diatas tidak ada Sidi, Indra Djati, Menuju Masyarakat Belajar
artinya jika tidak dimanajemeni atau dikelola dengan (Menggagas Paradigma Baru Pendidikan),
professional. Salah satunya adalah dengan Paramadina, Jakarta, 2001
menerapkan sistem manajemen berbasis sekolah,
dimana pihak sekolah memiliki otoritas yang cukup Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, PT. Raja
untuk mengelola konsep-konsep yang akan Grafindo Persada, Jakarta, 1998
diterapkan dalam rangka meningkatkan kompetensi
siswa. Snelbecker, Glenn. E, Learning Theory, Intructional
Masalah kurikulum, tujuan pendidikan, Theory, and Psycoeducational Design, McGraw-
keputusan atau kebijakan sekolah, fasilitas yang akan Hill Book Company, United State of America,
digunakan, pengembangan SDM sekolah, pengaturan 1974
waktu dan biaya pendidikan, haruslah sepenuhnya
dikelola oleh sekolah sehingga langkah-langkah Tirtaradja, Umar, dkk, Pengantar Perndidikan, PT.
teknis diatas dapat terwajud. Rineka Cipta, Jakarta, 1998.
IV. PENUTUP 1
Abu-Duhoui, Ibtisam, School Base Management,
Untuk meningkatkan kompetensi siswa ada terjemahan Noryamin Aini, Suparto & Abas Al-Jauhari,
beberap hal yang harus diperhatikan, diantaranya, ciri-ciri cet PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2002. Hal 16.
siswa antara lain, perbedaan perseorangan, kesiapan
belajar dan motivasi yang dibarengi oleh pemanipulasian 2
Abu-Duhoui, Ibtisam, School Base
suasana pembelajaran menjadi lebih disukai oleh siswa Management,………….hal 22
sehingga dengan mempertimbangkan kondisi ini apa yang 3
Abu-Duhoui, Ibtisam, School Base
diharapkan sesuai dengan tujuan. Management,………….hal 38
Akan tetapi jika mensfesifikasi pendidikan 4
Abu-Duhoui, Ibtisam, School Base
kedalam tingkah laku sama dengan membatasi guru Management,………….hal 56
menjadi upaya untuk merubah tingkah laku siswa. Pada 5
Sidi, Indra Djati, Menuju Masyarakat Belajar
hal, pendidikan tidak hanya sebatas tutorial yang akan (Menggagas Paradigma Baru Pendidikan),
mengakibatkan pendidikan kurang manusiawi dan terlalu Paramadina, Jakarta, 2001. Hal. 11
mekanistik. Akan tetapi pendidikan lebih dari itu, dimana
pendidikan memerlukan tingkat kecerdasan dan 6
Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Depdikbud
kebebasan berpikir yang tinggi, kompetensi dan moral Berkerjasama Dengan Dirjend Perguruan Tinggi, PPL
atau tingkah laku yang kompleks untuk mengarunginya. Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 1989. Hal
Secara kelembagaan dalam rangka meningkatkan 9
kompetensi siswa perlu sebuah sistem yang mampu
mengakomodir tujuan tersebut. Salah satu bentuk dari
system tersebut adalah manajemen berbasis sekolah yaitu
sebuah sistem manajemen yang memberi keluasan kepada
pihak sekolah untuk mengelola sekolah masing-masing
menurut kebutuhan, kondisi, dan tuntutan lingkungan
dimana sekolah tersebut berada.
REFERENSI