Anda di halaman 1dari 6

Peta konsep sederhana di atas menggambarkan isi secara umum dari modul 1.

2
yang berjudul Nilai-Nilai dan peran guru penggerak. Dibalik kesederhanaan peta konsep
tersebut, ada makna mendalam dari setiap bagiannya. Berikut akan disajikan ulasan
yang memaparkan makna dari peta konsep tersebut.

Dimulai dari penyelarasan nilai yang merupakan bagian dari eksplorasi konsep.
Mempelajari modul ini menambah wawasan baru bagi saya, yaitu diagram trapesium
usia, diagram identitas gunung es, dan juga perumpaan eskalator dengan sistem kerja
otak. Mari kita ulas satu per satu.

Diagram Trapesium Usia


 Diagram trapesium usia naik rentang 0-7-12-21 (usia pertumbuhan
kemudian usia sekolah dari jenjangTK-Kuliah)
 Diagram trapesium usia mendatar rentang 21-end (usia aktif (bekerja))

 Diagram trapesium usia turun (usia pensiun) rentang masih tanda


tanya karena kita posisi masih di usia aktif.

Manusia dapat mengingat peristiwa penting yang terjadi di rentang usia sekolah di mana
peristiwa tersebut bisa mempengaruhi kehidupan di masa sekarang. Daya ingat
seseorang tidak terlepas dari kemampuan otaknya untuk menyimpan informasi. Informasi
di dalam otak disimpan dalam bentuk memori. Memori jangka pendek dan memori jangka
panjang dimiliki oleh setiap insan. Memori jangka panjang adalah tempat pembelajar
menyimpan pengetahuan dan keyakinan umum mereka tentang dunia, hal yang telah
dipelajari di sekolah sampai ingatan peristiwa dalam kehidupan pribadi. Manusia dapat
memiliki ingatan yang kuat karena kemampuan memori jangka panjangnya bagus. 

Memori tersebut masih bisa mempengaruhi diri saya di masa sekarang. Jadi saya sangat
berhati-hati dalam bergaul. Tidak semua orang itu memiliki niat yang baik kepada kita.
Kadang pun tidak selamanya niat baik kita bisa diterima dengan baik pula oleh orang
lain. Memori positif yang masih saya pertahankan adalah mencoba mengikuti kegiatan
perlombaan penelitian dengan memilih partner penelitian yang memiliki karakter hampir
mirip seperti sahabat saya.

Diagram Identitas Gunung Es

Diagram ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Tim Bandung/Jabar


Masagi dalam penguatan karakter sejak tahun 2016 untuk menjelaskan bagaimana
karakter seseorang dapat ditumbuhkan.
Fenomena gunung es di lautan dapat menggambarkan apa yang terlihat di
permukaan tidak dapat menunjukkan seberapa besar apa yang tersembunyi di
bawah permukaan laut. Gunung es mengajarkan bahwa kita tidak hanya cukup
mempertimbangkan sesuatu dari apa yang terlihat dipermukaan saja. 

Bagian yang tampak dipermukaan laut diibaratkan sebagai bagian sadar yang
jumlahnya hanya 12% sedangkan 88% lagi merupakan bagian bawah sadar yang
letaknya di bawah permukaan. Bagian sadar ini meliputi perilaku, kebiasaan, dan
karakter yang dapat dilihat oleh orang lain dan disadari oleh diri sendiri.
Sedangkan bagian bawah sadar berada di dalam diri masing-masing orang
sehingga memerlukan usaha untuk melihatnya apalagi mengubahnya. Bagian
tersebut meliputi identitas sebenarnya dari diri seseorang yang masih tersembunyi,
yaitu soft skill, pola pikir, kepercayaan, nilai-nilai. 

Karakter yang tampak dari seseorang sesungguhnya didasari oleh perilaku-


perilaku yang berulang yang telah ia lakukan sehingga akhirnya menjadi
kebiasaan-kebiasaan, Nah kebiasaan yang terakumulatif tersebut menjadi
gambaran karakter seseorang. Selain itu, lingkungan sangat mempengaruhi
perkembangan karakter, Lingkungan fisik dan psikis perlu dimaksimalkan
pengaruhnya dalam menumbuhkan karakter seorang manusia. Ada dua tujuan
utama dalam melakukan pengkondisian dan pembiasaan baik pada lingkungan
fisik maupun psikis, yaitu keteladanan dan sistem aturan.

Eskalator dan Sistem Kerja Otak

Bagian otak manusia yang serupa dengan :

1. Otak mamalia --> emosi

2. Otak reptil --> bertahan hidup

3. Otak primata yang terhubung dengan otak luhur manusia --> sistem berpikir lambat

Ada dua sistem berpikir pada manusia, yaitu sistem berpikir cepat dan sistem berpikir
lambat. Kedua sistem berpikir tersebut dapat mempengaruhi bagaimana seorang
manusia bersikap dan mengambil keputusan. Untuk mengetahui kedua sistem itu
bekerja, maka digunakan perumpamaan eskalator yang bergerak turun. Eskalator yang
bergerak turun menggambarkan kerja tubuh manusia yang mendahulukan penghematan
energi. Otak reptil dan otak mamalia bekerja untuk menghemat energi. Mereka megelola
otomasi bagian-bagian tubuh kita yang bekerja di bawah sadar sehingga meninggalkan
energi. Oleh karena itu, kerja otak reptil dan otak mamalia dapat diumpamakan sebagai
dua orang yang sedang turun menggunakan eskalator yang sedang menurun. Tanpa
memerlukan energi tinggal turut eskalator bergerak turun. Diam saja pun akan ikut turun.
Energi tidak banyak digunakan.

Sementara itu, sistem berpikir lambat bekerja bagaikan berjalan naik di tangga eskalator
yang bergerak turun sehingga diperlukan energi lebih dan kecepatan yang cukup. Kerja
berpikir ini memakan lebih banyak energi sehingga bertentangan dengan kerja alamiah
bagian otak lain yang berupaya untuk menghemat energi. 

Dasar-Dasar Pemikiran KHD

KHD membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan
Pendidikan. MenurutKHD, pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajran
merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan
hidup anak secara lahir dan bathin, Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap
segala kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. jadi,
menurut KHD pendididikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan
untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup
berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

Kebudayaan Indonesia yang beragam terkadang menjadikan konflik atau perpecahan.


Padahal jika pendidikan dan pengajaran bisa disinergikan dengan baik, maka hal
tersebut (perpecahan) mustahil terjadi. Pendidikan multikultural sebaiknya diimplisitkan
pada setiap mata pelajaran. Peserta didik diajak untuk menghargai perbedaan, memiliki
rasa toleransi, dan memiliki rasa persaudaraan. Terpampang jelas pada dasar negera
kita semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Itulah yang
seharusnya dijadikan pedoman bagi setiap warga negara. Keberagaman merupakan
suatu berkah bukan musibah. Dengan keberagaman kita menjadi kaya akan
pengetahuan budaya daerah. Bukan untuk saling menjelekkan satu sama lain, namun
untuk saling menguatkan. 
Nilai-Nilai Guru Penggerak :

Seorang guru penggerak diharapkan memiliki nilai Mandiri, Kolaboratif, Reflektif, Inovatif,
dan Berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut bertujuan untuk menjadi bekal dalam
mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, bermakna, dan terbentuknya profil
pelajar Pancasila. 

Contoh konkret dalam penerapan nilai-nilai tersebut adalah :

A. MANDIRI   Melaksanakan tanggungjawab sebagai pendidik  dengan


mengembangkan kreatifitas yang dimiliki.
B. KOLABORASI  Menerapkan model pembelajaran kolaboratif saat
pembelajaran sehingga terbangun kecerdasan dalam berkomunikasi
antarsesama.
C. REFLEKTIF  Selalu mengadakan refleksi di setiap akhir pembelajaran.
D. INOVATIF  menyajikan suatu tantangan dan Batasan dalam kegiatan
pembelajaran sehingga peserta didik akan berusaha mencari solusi alternatif.
E. BERPIHAK PADA MURID  Memberikan kesempatan untuk berdiskusi,
mengenali karakter murid lebih awal sebelum kegiatan pembelajaran, guru
menjadi fasilitator dan mediator.
Adapun hal-hal yang diperlukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai tersebut
adalah :
A. Memegang teguh trilogi Pendidikan untuk dijadikan pedoman.
B. Menerapkan model pembelajaran inovatif.
C. Selalu membuka diri terhadap perubahan .
D. Memiliki kemauan untuk mencoba sesuatu yang baru.
E. Menumbuhkembangkan sikap toleransi dan menghargai.
F. Memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi.
G. Mampu berkomunikasi yang efektif dan efisien
Seorang Guru penggerak tidak akan bisa menjalankan tugas serta mengembangkan
nilai-nilai guru penggerak tanpa kehadiran, tanpa saran, tanpa kritik dari : peserta didik,
atasan, rekan sejawat, dan komunitas MGMP.
Peran Guru Penggerak 

Harapan umum yang diinginkan oleh Kemendikbud adalah lahirnya guru penggerak yang
menjadi cikal bakal dalam mendorong transformasi pendidikan di Indonesia. Harapan
yang lebih spesifik, yaitu guru penggerak mampu mendorong tumbuh kembangnya murid
secara holistik (profil pelajar Pancasila). Guru penggerak juga diharapkan untuk bisa
menjadi coach bagi guru lain untuk pembelajaran yang berpusat pada murid serta
diharapkan mampu menjadi teladan.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2. Ditjen GTK Kemendikbud

3. Fasilitator Bapak Yuli Cahyono dari P4TK PENJASBK yang selalu membimbing saya.

4. Pendamping saya dalam PGP, Bapak I Gede Eka Saputra yang selalu sabar
mendampingi.

5. Teman-teman kelompok 1 di kelas A yang selalu berbagi ilmu.

6. Kepala SMP Negeri 3 Denpasar atas segala dukungan yang diberikan.

7. Rekan sejawat yang selalu memotivasi.

8. Keluarga tercinta atas toleransi, kerja sama, dan motivasi yang diberika

Anda mungkin juga menyukai