Anda di halaman 1dari 16

TUGAS HARIAN

-MANAJEMEN SEKOLAH-

DISUSUN OLEH :

Nama : Hafni Aprilia Sihite

NIM : 5203111014

Kelas : PTB Reguler A 2020

Mata Kuliah : Manajemen Sekolah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nathanael Sitanggang, S.T., M.Pd.,


IPM., ASEAN Eng.

Dr. Darwin, S.T.,M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
Modul 1.2 : “ Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak “
Pembelajaran 1 : Mulai dari Diri

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. CGP dapat mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri, yang selama ini
melekat dalam pribadinya.
2. CGP dapat menjelaskan peran dirinya sebagai seorang Guru di dalam
lingkungan sekolahnya masing-masing

Peran Fasilitator:

1. Fasilitator mengingatkan CGP untuk mengerjakan tugas pada bagian Mulai dari Diri

2. Fasilitator mempelajari jawaban dari CGP


3. Fasilitator memberikan komentar/apresiasi terhadap jawaban-jawaban CGP pada bagian ini

Pembelajaran 2 : Eksplorasi Konsep

Tujuan Pembelajaran Khusus :

CGP dapat mengetahui hubungan antara emosi, cara kerja otak dan pembentukan nilai-
nilai dalam diri seseorang.

1. CGP dapat mengetahui bagaimana nilai-nilai dapat bertumbuh lewat


keteladanan dan pembiasaan perilaku yang konsisten di suatu lingkungan.
2. CGP dapat menjelaskan pemahaman mengenai Profil Pelajar Pancasila

3. CGP dapat menjelaskan pemahaman mengenai Peran Guru Penggerak sebagai


Pendorong Transformasi Pendidikan
4. CGP dapat menjelaskan pemahaman mengenai nilai-nilai yang perlu dimiliki
oleh seorang Guru Penggerak
A. Pembentukan Nilai Diri

1. Menonton Video Pendek Diagram Gunung Es

Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya,
guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah
masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan
bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan
sengaja atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa.
Menjadi teladan harus diusahakan secara sadar. Lumpkin (2008), menyatakan
bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana
keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya
memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka
mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga

kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik


melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.

Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai-nilai kebaikan di dalam diri
murid-muridnya. Guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan lingkungan di mana
murid berproses menumbuhkan nilai-nilai dirinya tersebut. Dengan demikian, guru patut
mengembangkan lingkungan yang sifatnya fisik (ekstrinsik) dan yang sifatnya psikis
(intrinsic).

Emosi adalah bagian utama dari lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat
dipengaruhi dan harus dipertimbangkan pengembangannya oleh guru. Dalam rangkaian
modul Pendidikan Guru Penggerak ini aspek emosi akan dibahas tersendiri dengan lebih
detail dalam modul Pembelajaran Sosial Emosional.
2. Menonton video pendek Eskalator dan Cara Kerja Otak

Lewat video ini Anda diajak mengeksplorasi dua sistem kerja otak “3-in-1” manusia
secara singkat untuk memelajari bagaimana manusia tergerak, bergerak, dan menggerakkan.
Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh
karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk
bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.

3. Mengenali “Bagaimana Manusia Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan”.

Tautan presentasi versi pdf

Paparan tersebut akan mengajak Anda melihat kenyataan bahwa, di balik


kecanggihan otak manusia, ternyata ada bagian-bagian yang masih menyerupai otak
Reptil, otak Mamalia, dan Primata. Anda akan diajak memvisualisasikan otak kita
yang umumnya berukuran lebih-kurang sebesar dua kepal tangan Anda sendiri.
Pergelangan tangan diumpamakan sebagai batang otak, jempol yang disembunyikan
dalam 4 jemari lainnya diumpamakan sebagai sistem limbik (amigdala), dan 4
jemari lain sebagai otak eksekutif atau otak luhur (neocortex).

Batang otak mengelola semua otomasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan
hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian
otak ini selalu menganggap semua adalah ancaman hingga terbukti aman. Bagian otak
ini menyerupai otak Reptil.

Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak Mamalia ini, bertanggung jawab
soal emosi. Letaknya begitu dalam di otak kita sehingga seringkali mampu mengambil
alih kendali diri seseorang. Terlukanya perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya
ketimbang luka fisik biasa. Otak Reptil dan Mamalia tersebut memiliki kecenderungan
alamiah yang sama yaitu: sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui otomasi,
auto pilot.

Otak berpikir, yang terdiri dari otak Primata (bagian gerak kompleks, rekayasa
penggunaan alat) dan berada dalam satu kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau
neocortex yang tugasnya berpikir strategis, kreatif, metakognitif. Ini adalah kekuatan,
namun karena kerja itu semua memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun
sekaligus menjadi kelemahan. Jadi, perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai
kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan
mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih
dahulu apakah benar itu adalah ancaman.

Kabar baiknya, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi
elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur
(manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir
cepat (otak Reptil & Mamalia) mengambil alih kendali diri kita.

B. Profil Pelajar Pancasila

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, pada modul sebelumnya kita sudah


mempelajari mengenai filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Pemikiran filosofis
Ki Hadjar Dewantara dinilai masih relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan
saat ini. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah
menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa
dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir,
dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan
dirinya. Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya
menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar.

Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat


tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia
yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah
pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia.
Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2020.

Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan


Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan
tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun
karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar
sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi
pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha

Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan


global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu
buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil
ini akan menjadi tidak bermakna. Sebagai contoh: ketika seorang pelajar perlu
mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah, diperlukan
juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Solusi yang
dihasilkan juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang
dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa
dan berakhlak mulia. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang
lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi
Gotong Royong dan Berkebinekaan Global). Untuk lebih jelasnya, berikut adalah
sekilas penjelasan mengenai Profil Pelajar Pancasila ini.

1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.


Murid dengan dimensi profil ini berarti murid tersebut mengamalkan nilai-nilai
agama dan kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati
keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang tercermin dalam
perilakunya sehari-hari sebagai bentuk penerapan pemahaman terhadap ajaran
agamanya. Dalam usahanya memperkuat iman dan ketakwaannya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, murid dengan profil ini juga menghargai segala bentuk ciptaan Nya,
baik itu alam tempat ia tinggal, manusia lain, dan yang juga tidak boleh dilupakan,
dirinya sendiri. Dengan menghargai hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,
dirinya sendiri, orang lain, serta alam, maka seorang murid dapat memenuhi dimensi
ini.

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

● Akhlak Beragama

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu ataupun memiliki:

- Mengenal dan mencintai Tuhan Yang Maha Esa

- Pemahaman agama/kepercayaan

- Pelaksanaan ajaran agama/kepercayaan

 Akhlak Pribadi

alam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan


ataupun memiliki:

- Integritas (sebagai bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dalam


relasi dengan orang lain
- Merawat diri secara fisik, mental, dan spiritual

● Akhlak kepada manusia

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan:

- Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan


menghargai perbedaan
- Berempati kepada orang lain

● Akhlak kepada Alam

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan:

- Menjaga lingkungan

- Memahami keterhubungan ekosistem bumi

● Akhlak bernegara
Dalam elemen ini seorang murid mampu menunjukkan:

- Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara

2) Berkebinekaan Global
Murid dengan dimensi profil ini merupakan seorang murid yang berbudaya,
memiliki identitas diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai
representasi budaya luhur bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman budaya
daerah, nasional, global. Hal ini dapat diwujudkan dengan kemampuan berinteraksi
secara positif antar sesama, memiliki kemampuan komunikasi interkultural, serta
mampu memaknai pengalamannya di lingkungan majemuk sebagai kesempatan
pegembangan dirinya. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi
Berkebinekaan Global:

● Mengenal dan menghargai budaya

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu:

- Mendalami budaya dan identitas budaya

- Mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan,


serta praktiknya

- Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya

 Komunikasi dan interaksi antar budaya

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan:

- Berkomunikasi antar budaya

- Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif

● Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan:

- Melakukan refleksi terhadap pengalaman kebinekaan

- Menghilangkan stereotip dan prasangka

- Menyelaraskan perbedaan budaya

● Berkeadilan Sosial
Dalam elemen ini seorang murid mampu:

- Turut serta aktif, membangun masyarakat yang adil, inklusif dan


berkelanjutan
- Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bersama

- Memahami peran individu dalam demokrasi

3)Gotong Royong
Seorang murid yang memiliki dimensi Gotong Royong berarti murid tersebut
mampu berkolaborasi dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan
pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang ada dalam
masyarakatnya. Murid tersebut juga sadar bahwa Ia tidak hidup sendiri, memiliki
kesadaran diri sebagai bagian dari kelompok, sehingga perlu ada usaha dari dirinya
untuk membantu pencapaian kebahagiaan kelompoknya.

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Gotong Royong:

● Kolaborasi

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan:

- Kerjasama

- Berkomunikasi untuk mencapai tujuan Bersama

- Menumbuhkan rasa saling ketergantungan positif (menyadari peran dirinya dan


peran orang lain dalam kontribusinya dalam pencapaian tujuan kelompok)

- Koordinasi Sosial (melakukan koordinasi demi pencapaian tujuan


bersama)

● Kepedulian

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan atau


memiliki:

- Tanggap terhadap lingkungan

- Persepsi sosial (memahami dan menghargai lingkungan sosialnya, untuk


memunculkan situasi yang sejalan dengan kesejahteraan lingkungan
sosialnya)
- Berbagi (memberi dan menerima segala hal yang penting bagi kehidupan
pribadi dan bersama)
4)Mandiri
Seorang murid yang memiliki dimensi mandiri berarti murid tersebut
mempunyai prakarsa atas pengembangan diri dan prestasinya dan didasari pada
pengenalan kekuatan serta keterbatasan dirinya serta situasi yang dihadapi, dan
bertanggung jawab atas proses dan hasilnya. Murid yang memiliki dimensi ini juga
mampu mengelola dirinya sendiri (pikiran, perasaan, tindakan) untuk mencapai
tujuan pribadinya ataupun tujuan bersama.

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Mandiri:

● Pemahaman diri dan situasi

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu:

- Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi

Mengembangkan refleksi diri

● Regulasi Diri

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu:

- Regulasi Emosi
- Menetapkan tujuan dan rencana strategis pengembangan diri dan prestasi
- Memiliki inisiatif bekerja secara mandiri

- Mengembangkan kendali dan disiplin diri

- Percaya diri, resilien dan adaptif

-
5)Bernalar Kritis
Seorang murid yang memiliki dimensi Bernalar Kritis berarti murid tersebut
mampu menggunakan kemampuan nalar dirinya untuk memproses informasi,
mengevaluasinya, hingga menghasilkan keputusan yang tepat untuk mengatasi
berbagai persoalan yang dihadapinya. Murid tersebut mampu menyaring informasi,
mengolahnya, mencari keterkaitan berbagai informasi, menganalisa serta membuat
kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Dimensi ini juga berarti keterbukaan
terhadap berbagai macam perspektif ataupun pembuktian baru (termasuk pada
pendapatnya semula yang digugurkan oleh pembuktian baru ini). Keterbukaan ini
pun mampu bermanfaat dalam kehidupan murid di masa mendatang karena
menumbuhkan murid yang terbuka, mau mengubah pendapatnya, serta menghargai
pendapat orang lain.

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Bernalar Kritis:

● Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan

Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu:

- Mengajukan pertanyaan (untuk mengumpulkan data yang akurat)

- Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengolah informasi dan gagasan

● Menganalisa dan mengevaluasi penalaran


- Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri

6) Kreatif
Seorang murid yang memiliki dimensi kreatif berarti mampu memodifikasi,
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak untuk
mengatasi berbagai persoalan baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk lingkungan di
sekitarnya.

Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Kreatif:

● Menghasilkan gagasan yang orisinal

● Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal

● Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif


solusi permasalahan
Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya perlu peran
pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan berbagai karakter/nilai yang
dijabarkan. Peran pendidik yang pertama dalam terkait dengan Profil Pelajar
Pancasila ini adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu.
Ketika seorang pendidik mencoba menjalankan profil ini, maka akan lebih mudah
bagi murid untuk mengikutinya. Keteladanan seorang guru dalam menjalankan ini
pastinya akan dilihat dan kemudian dipelajari oleh para murid.
Profil Pelajar Pancasila ini juga tidak hanya diajarkan dalam mata pelajaran
tertentu, namun terintegrasi dalam muatan pembelajaran. Ini berarti cakupan materi
dan program yang akan diberikan kepada murid untuk dipelajari dalam proses
pembelajaran mampu memunculkan aspek-aspek Profil Pelajar Pancasila dalam tiap
mata pelajaran. Demi mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini dibutuhkan pendidik
yang mumpuni dalam menjadi teladan dan menciptakan perubahan. Oleh karena itu,
Program Guru Penggerak ini ada untuk melengkapi Bapak/Ibu sekalian agar menjadi
Guru Penggerak yang berfokus pada pembentukan Profil Pelajar Pancasila.

C.PERAN GURU PENGGERAK


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, pada paparan sebelumnya kita sudah
mengenali Profil Pelajar Pancasila. Untuk bisa mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
tersebut, dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu
berkontribusi secara aktif sesuai mewujudkan profil tersebut. Pada bagian ini kita
akan membahas peran yang perlu Anda hidupi sebagai Guru Penggerak yang
mendukung perwujudan profil pelajar Pancasila tersebut.

Peran dari dari seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki
keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Di tautan berikut ini, Anda akan diminta untuk membaca dan memahami
kompetensi-kompetensi apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang Guru

D. NILAI-NILAI GURU PENGGERAK

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, di bagian A kita sudah mempelajari mengenai Profil
Pelajar Pancasila yang menjadi sasaran utama dari seluruh rangkaian program pelatihan
Guru Penggerak. Pada bagian B, kita juga sudah lebih memahami peran dari seorang Guru
Penggerak. Pada bagian ini, kita akan mulai mengenali dan memaknai nilai-nilai dari
seorang Guru Penggerak. Nilai-nilai ini yang diharapkan bisa muncul dari Bapak/Ibu Calon
Guru Penggerak sekalian. Nilai ini yang nantinya akan mendukung Bapak/Ibu Calon
Penggerak dalam melaksanakan peran-peran Guru Penggerak, serta mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila.

1. Mandiri

Mandiri berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri
untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada
dirinya. Segala perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari
diri kita sendiri. Ketika kita hanya menunggu sesuatu untuk terjadi, seringkali hal tersebut
tidak pernah terjadi. Karena itu seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong
dirinya sendiri untuk melakukan perubahan, untuk memulai sesuatu, untuk mengerjakan
sesuatu terkait dengan perubahan apa yang diinginkan untuk terjadi.

2. Reflektif

Reflektif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan


memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri
sendiri serta pihak lain. Proses perwujudan Profil Pelajar Pancasila, juga perjalanan
menjadi Guru Penggerak pastinya akan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang
bervariasi. Pengalaman-pengalaman ini bisa menimbulkan kesan positif maupun
negatif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak diajak untuk
mengevaluasi kembali pengalaman-pengalaman tersebut, hingga bisa menjadi
pembelajaran dan panduan untuk menjalankan perannya di masa mendatang.

Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman
yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta
apa yang perlu dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap
kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll.
Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai
melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka untuk
meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya.

3. Kolaboratif
Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun
hubungan kerja yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang
berada di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan
komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila, seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang
mampu mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan
mampu merangkul semua pihak itu.
Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa
kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta
mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing tiap
pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran 3 : Ruang Kolaborasi

Tujuan Pembelajaran Khusus:


CGP dapat membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman dan aksi yang bisa dilakukan
untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak

Peran Fasilitator:

1. Menentukan anggota kelompok

2. Memastikan CGP mengakses bagian Ruang Kolaborasi

3. Memastikan setiap CGP sudah mendapatkan kelompok kerja

4. Memandu diskusi virtual


5. Menilai hasil karya CGP berdasarkan rubrik Ruang Kolaborasi

Pembelajaran 4 : Refleksi Terbimbing

Tujuan Pembelajaran Khusus :

CGP dapat melakukan refleksi terkait dirinya berdasarkan Peran dan Nilai Guru
Penggerak
Peran Fasilitator:

1. Mengingatkan peserta untuk menjawab pertanyaan reflektif di bagian Refleksi


Terbimbing
2. Mempelajari dan memberikan komentar/apresiasi terhadap hasil refleksi CGP

Pembelajaran 5 : Demonstrasi Kontekstual

Tujuan Pembelajaran Khusus:


CGP dapat menciptakan gambaran dirinya di masa depan, setelah mengikuti rangkaian
program pendidikan Guru Penggerak

Peran Fasilitator:

1. Fasilitator memastikan CGP memahami tugas yang diberikan

2. Fasilitator menilai tugas CGP berdasarkan rubrik Demonstrasi Kontekstual

Pembelajaran 6 : Elaborasi Pemahaman

Tujuan Pembelajaran Khusus :

CGP dapat mengetahui praktik baik pembentukan nilai Guru Penggerak melalui sesi forum
diskusi virtual bersama instruktur

Peran Fasilitator:

1. Fasilitator mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta Calon Guru Penggerak


kemudian menyampaikannya kepada instruktur

Anda mungkin juga menyukai