KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kebijakan Pembiayaan
Menurut istilah kamus bidang ekonomi dan perbankan, makna
kebijakan dapat di artikan sebagai alat (variable instrumental) yang
dipakai sebagai tindakan pada suatu lembaga atau perseorangan untuk
mempengaruhi atau mencapai tujuan yang telah ditentukan (variable
target),
Maksud kebijakan itu adalah kebijakan yang berkaitan dengan
pemberian pembiyaan kepada nasabah, perlu adanya bank untuk membuat
kebijakan dalam pembiyaan kepada nasabahnya guna meminimalisir
terjadinya pembiayaan oleh pihak debitur (nasabah).
Sebuah kebijakan pembiyaan pada prakteknya hampir sama dengan
kebijakan kredit yang diberikan bank konvensional dalam menyalurkan
kreditnya namun pada pembiyaan dibank syariah lebih menekankan pada
aspek syar’i atas pembiyaan yang akan diberikan kepada nasabahnya,
Dalam penetapan kebijakan pembiayaan yang harus diperhatikan
tiga azaz pokok yaitu:
1) Azas Likuidasi
Azas Likuidasi yaitu suatu azas yang mengharuskan bank
untuk tetap dapat menjaga likuiditasnya, karena suatu bank yang
dilkuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan
para nasabah dan masyarakat luas.
2) Azas Solvabilitas
Azas Solvablitas yaitu usaha pokok perbankan menerima
simpanan dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk
pembiayaan, masalah inilah yang mendorong top management
19
20
1
Teguh Pudjo Mulyono dalam bukunya yang berjudul “Menejemen perkreditan bagi Bank
komersil”, (2001,:20-24)
21
2
Muslimin Kara, Bank Syariah di Indonesia: analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia
terhadap Perbankan Syariah (Yogyakarta : UII Press, 2005), Cetakan I, 185.
22
3
Muslimin Kara, Bank Syariah di Indonesia: analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia
terhadap Perbankan Syariah (Yogyakarta : UII Press, 2005), Cetakan I, 191.
4
Muslimin Kara, Bank Syariah di Indonesia: analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia
terhadap Perbankan Syariah (Yogyakarta : UII Press, 2005), Cetakan I, 192.
5
Disahkan pada 10 November 1998 dan di catat dalam lembaran negara no. 182.
6
Luhur Prasetiyo, Subroto, dan Munawir. Undang-Undang Perbankan Syariah: Membaca
Makna dan Posisinya bagi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ( Ponorogo, STAIN,
Ponorogo, Press, 2010), 38.
7
Diundangkan pada 5 Maret tahun 1999.
8
Diundangkan pada 17 Mei tahun 1999.
23
9
Diundangkan pada 17 Mei tahun 1999, 195.
10
Diundangkan pada 17 Mei tahun 1999, 196.
11
Diundangkan pada 17 Mei tahun 1999, 197.
12
Diundangkan pada 17 Mei tahun 1999, 197.
24
13
Diundangkan pada 17 Mei tahun 1999, 199.
14
Diundangkan pada 17 Mei tahun 1999, 199.
15
Diundangkan pada 17 Mei tahun 1999, 200.
16 http//kolomsebelas, blogspot.com/2008/06/sosialisasi-rou-usul-dpr-ri-tentang, html,
18
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/18/PBI/2088 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
26
19
Veitzal Rivai dan Andria Permata Veitzal, Ilamic Financial Management (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2088), 199.
27
20
Veitzal Rivai dan Andria Permata Veitzal, Ilamic Financial Management (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2088), 200.
28
5) Pengawasan Pembiayaan21
a) Objek pengawasan pembiayaan:
1) Pejabat bank yang terkait dengan pembiayaan
2) Semua jenis pembiayaan
b) Fungsi pengawasan pembiayaan
1) Mengawasi dan memonitor pemberian pembiayaan sesuai
dengan kebijakan pembiayaan
2) Mengawasi perkembangan kegiatan nasabah secara off
site dan on site
3) Mengawasi dan memonitor kolektibilitas pembiayaan telah
sesuai dengan ketentuan.
6) Persiapan Bank dalam Penyusunan Kebijakan pembiayaan Bank
a) Persiapan Umum, Pelajari pedoman penyusunan kebijakan
pembiayaan bank.
b) Penyusunan Materi Kebijakan pembiayaan Bank
c) Penyusunan Konsep pembiayaan Bank
d) Finalisasi Kebijakan pembiayaan Bank
7) Bidang kebijakan Pembiayaan
Bidang kegiatan pembiayaan yang perlu dirumuskan dalam
bentuk kebijakan dasar (basic policies) umumnya meliputi hal-hal
berikut22.
a) Segmentasi Pembiayaan
Merupakan salah satu bentuk implementasi dari
pelaksanaan misi dan usaha pencapaian visi bank. Segmentasi
pembiayaan dapat diterapkan dalam bentuk pilihan sektor
usaha nasabah (line of business) atau tipe nasabah (tipe of
21
Veitzal Rivai dan Andria Permata Veitzal, Ilamic Financial Management (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2088), 205.
22
Riyadi, Selamet. Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2006.
29
23
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), 61.
24
Abdullah saeed, Islamic Banking and Interest A studyof the prohibition of riba and is
contempotary interpectatio (Leiden Ej Bril, 1996).
25
Khursid Ahmad “Islamic Finance and banking, The Challenge, dalam Imtizuddin Ahmad,
The islamic Society of north America, 1999.
31
26
Rukmana dan Amir Machmud, Bank Syariah (Bandung, Erlangga, 2010), 5.
32
27
Amir Machmud dan rukmana, Bank Syariah (Jakarta: Erlangga, 2010), 6.
33
c) Fungsi sosial
Memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat melalui dana
qord (pinjaman kebaikan) atau zakat dan dana sumbangan sesuai
dengan prinsip-prinsip islam.
Lima transaksi yang lazim digunakan praktik perbankan syariah,
yaitu:
(1) Transaksi yang tidak mengandung riba
(2) Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara
jual beli (murabahah).
(3) Transaksi yang di tujukan untuk mendapatkan jasa dengan
cara sewa (ijarah).
(4) Transaksi yang di tujukan untuk mendapatkan modal kerja
dengan cara bagi hasil (mudharabah).
(5) Transaksi deposito, tabungan giro yang imbalannya adalah
bagi hasil (mudharabah) dan transaksi titipan (wadiah).
2) Sasaran Bank Syariah
Sasaran utama pendirian bank syariah adalah untuk menyebarkan
kemakmuran ekonomi dalam struktur islam dengan mempromosikan
dan menggabungkan prinsip islam dalam area bisnis. Point sasarannya
adalah sebagai berikut28.
a) Menawarkan jasa keuangan: aturan dan hukum dari bank syariah
dengan tepat menerapkan prinsip islam untuk transaksi keuangan,
dimana riba dan gharar diidentifikasikan sebagai tidak islami,
pendorong utamanya adalah kearah keuangan yang berbagi risiko
dan fokus pada kegiatan yang halal. Fokusnya adalah menawarkan
transaksi perbankan yang melekat pada prinsip syariah dan
menolak transaksi bank konvensional yang berdasarkan bunga.
28
Velthzal Rival dan Arviyan Arifin, Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010),
33
34
29
Velthzal Rival dan Arviyan Arifin, Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010),
219.
30
Velthzal Rival dan Arviyan Arifin, Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010),
221.
35
31
Velthzal Rival dan Arviyan Arifin, Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010),
223.
32
Velthzal Rival dan Arviyan Arifin, Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010),
293.
36
33
Arviyan Arifin dan Velthzal Rival. Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010) ,
681
39
a. Tujuan Pembiayaan34
Secara umum, tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan
pembiayaan untuk tingkat mikro, secara makro, pembiayaan bertujuan
untuk:
1) Peningkatan ekonomi umat, yaitu masyarakat yang tidak dapat
akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat
melakukan akses ekonomi. Dengan demikian, dapat meningkatkan
taraf ekonominya.
2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk
pengembangan usaha untuk membutuhkan dana tambahan. Dana
tambahan ini dapat diperoleh melakukan aktivitas pembiyaan.
34
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2008), 5-6.
40
b. Fungsi Pembiayaan35
Fungsi Pembiayaan bagi masyaarakat antara lain:
1) Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan
perdagangan dan perekonomian
2) Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat
3) Memperlancar arus barang dan arus uang
c. Unsur Pembiayaan36
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan.
Dengan demikian, pemberian pembiayaan adalah pembrei
kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar – benar
35
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, 7.
36
Velthzal Rival dan Arviyan Arifin, Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010),
701.
42
37
Qs. Al-Maidah 5,2”.
43
38
Tafsir M.Quraish Shihab. Tafsir al-Mishbah (Tanggerang, Lentera Hati, 2005), `10-12
45
39
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Semarang, Tohaputra Semarang,
1987), 76.
46
40
Al-Baqarah (2):282
48
41
Salim Bahreiay, H. Said Bahreisy, Tafsir Ibnu Katsier (Surabaya, PT Bina Ilmu, 1987),
513-514.
42
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Jakarta, Gema Insani Press, 2000), 391-392.
49
43
Adi Warman A.Karim, Bank Islam (Jakarta, PT Gaja Grafindo, 2011), 235.
44
Adi Warman A.Karim, Bank Islam (Jakarta, PT Gaja Grafindo, 2011), 236.
50
45
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2004), 244.
51
46
Veitzal Rivai dan Andria Permata Veitzal, Ilamic Financial Management (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2088), 11.
52
e. Kualitas Pembiayaan48
Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas
risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah
pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar
bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya, jadi unsure utama dalam
menentukan kualitas tesebut adalah waktu pembayaran bagi hasil,
pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan
diperinsci atas:
1) Pembiayaan Lancar (pass)
Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi
kriteria antara lain:
a) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu
b) Memiliki mutasi rekening yang aktif, atau
c) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai
(cost sollateral)
2) Perhatian Khusus (special mention)
Pembiayaan digolongkan pembiayaan dalam perhatian
khusus apabila memenuhi kriteria:
47
Andiria Permata dan Veithzal, Veitzal Rivai, Islamic Financial Management (Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2008), 14
48
Velthzal Rival dan Arviyan Arifin, Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010),
742.
53
4) Macet (Loss)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet
apabila memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga
b) Kerugian operasionalnya dikutip dengan pinjaman baru, atau
c) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar
49
Data Intern bank Muamalat Indonesia cabang Cirebon bagian remidail.
50
Kasmir, Dasar- dasar perbankaan (Jakarta, PT Gaja Grafindo Persada, 2003), 117.
55
3) Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak
dapat dilihat dari laporan keuangan. Analisis capital juga harus
menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini,
termasuk presentasi modal yang digunakan untuk membiayai
proyek yang akan dijalankan.
4) Condition
Dalam menilai pembiayaan (kredit) hendaknya dinilai kondisi
ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan produksi untuk
dimasa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang
usaha yang dibiayai hendaknya benar – benar memiliki prospek
yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan bermasalah relatif
kecil.
5) Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik, jaminan hendaknya melebihi
jumlah pembiyaan yang di berikan.
Selanjutnya penilaian suatu pembiayaan dapat pula dilakukan
dengan analisis 7P51 pembiayaan (kredit) dengan unsur penilaian
sebagai berikut:
a) Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun kepribadian masa lalunya.
b) Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal,
loyalitas serta karakternya.
51
Data Intern bank Muamalat Indonesia cabang Cirebon bagian remidail.
56
c) Purpuse
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
pembiayaan (kredit), termasuk jenis pembiayaan yang di inginkan
nasabah.
d) Prosfec
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prosfek atau sebaliknya.
e) Payment
Merupakan ukuran bagaiman cara nasabah mengembalikan
pembiayaan (kredit) yang di ambil atau dari sumber mana saja
dana untuk mengembalikan pembiayaan (kredit).
f) Profitablity
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitablity di ukur dari periode ke periode, apakah
akan tetap sama atau akan semakin meningkat.
g) Protection
Tujuannya bagaimana menjaga agar pembiayaan (kredit) yang
diberikan mendapatkan jaminan perlindungan.
3) Aspek keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber dana yang dimiliki untuk
membiayai usahanya dan bagaimna penggunaan dana tersebut, dari
cast flow ini akan terlihat pendapatan dari biaya –biaya sehingga
dapat dinilai layak atau tidak usaha tersebut, termasuk keuntungan
yang diharapkan.
Penilaian bank dari segi aspek keuangan biasanya mencakup
antara lain:
a) Rasio likuiditas
b) Rasio solvabilitas
c) Rasio remabilitas
d) Payback period
e) Net Present Value (NPV)
f) Profitability Index (PI)
g) Internal Rate of Return (IRR)
h) dan Break Even Point (BEF).
52
Velthzal Rival dan Arviyan Arifin, Islamic Bankiing (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010),
773.
53
Malayu Hasibuan, dasar-dasar perbankan (Jakarta. PT Bumi Aksara,2009), 90.
60
waktu angsuran menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah
angsuranpun menjadi mengecil seiring dengan dengan
penambahan jumlah angsuran
2) Reconditoning
Dapat dilakukan dengan cara mengubah berbagai persyaratan
yang ada yang telah diberikan pada debitur sebelumnya, seperti:
a) Kapitalisasi bunga atau bagi hasil, yaitu dengan cara bunga
atau bagi hasil yang telah ditentukan sebelumnya itu dijaidikan
sebagai hutang pokok dengan kata lain debitur hanya
membayar pokoknya saja tanpa ada perhitungan bagi hasil
b) Punundaan pembayaran bagi hasil sampai waktu tertentu,
maksudnya ialah hanya bunga atau bagi hasil yang dapat
ditunda pembayarannya sedangkan pokok pinjamananya tetap
harus dibayar denagn seperti biasanya.
c) Penurunan suku bunga/bagi hasil, hal ini dimaksudkan untuk
meringankan beban nasabah sebagai contoh jika bagi hasil
pertahun sebelumnya dibebankan kepada nasabah sebanyak
17% dari keuntungan, maka akan diturunkan menjadi 15%
kebijakan ini tergantung dari pertimbangan bank yang
bersangkutan
Penurunan bagi hasil ini akan mempengaruhi jumlah angsuran
yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu
meringankan nasabah.
d) Pembebanan bunga atau bagi hasil, pembebasan suku bunga ini
diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan kalau nasabah
tidak akan mampu lagi membayar pembiayaan tersebut. Akan
tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar
pokok pinjamannya sampai lunas.
63
3) Restructuring
Biasanya hal ini dapat dilakukan dengan cara menambah
jumlah pembiayaan, yaitu dengan memberikan jumlah pinjaman
lagi untuk dapat meneruskan usahanya dengan memberikan jumlah
pinjaman lagi untuk dapat meneruskan usahanya sehingga dengan
begitu debitur akan dapat melunasi angsurannya, yang kedua ialah
dengan cara menambah equity yaitu dengan menyetor uang tunai
fam berikutnya ialah tambahan dan pemilik.
4) Kombinasi
Cara ini merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode di atas
tadi yakni rescheduling atau restructuring dengan reconditioning
5) Penyitaan jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah
sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau tidak mampu lagi
untuk membayar semua hutang-hutamgnya.
Pada Bank syariah Yogyakarta upaya penyelesaian
pembiayaan bermasalah yang dilakukan ialah disesuaikan
berdasarkan pada penggolongan pembiayaan bermasalah yaitu55:
a) Pembiayaan potensial bermasalah dilakukan dengan cara:
(1) Pembinaan anggota
(2) Pemberitahuan dengan surat teguran
(3) Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian
pembagian pembiayaan kepada nasabah
(4) Upaya preventif dengan penanganan rescheduling yaitu
penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta
memperkecil jumlah angsuran juga dapat dilakukan
dengan reconditoring yaitu memperkecil mergin
keuntungan atau bagi hasil
55
Muhammad, 2005, hlm 315
64
4. Pengerian Efektivitas
Efektif adalah berhasil, tapat guna56, Efektif adalah bekerja dengan
tepat guna dalam menghasilkan produk dan jasa sesuai dengan permintaan
masyarakat57.
Efektivitas adalah bila suatu sasaran atau tujuan yang telah dicapai
sesuai dengan apa yang direncanaka 58, dan menurut Soewarno
Handayaningrat efektivitas bisa di artikan sebagai alat untuk mengukur
sejauh mana kelompok dan organisasi efektif mencapai tujuannya 59. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas itu merupakan
suatu sistem yang akan ditetapkan dalam sebuah kelompok atau organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Efektivitas mengandung terjadinya suatu efek atau akibat yang
dikehendaki, jadi perbuatan seseorang yang efektif adalah perbuatan yang
menimbulkan akibat sebagian yang dikehendaki oleh orang lain60.
Produktivitas kerja mengandung dua konsep utama, yakni efisiensi
dan efektivitas. Efisiensi mengukur tingkat sumber daya, baik sumber
daya manusia, keuangan maupun alam yang dibutuhkan untuk memenuhi
tingkat pelayanan yang dikehendaki. sedsngkan efektivitas mengukur hasil
dan mutu pelayanan yang dicapai dengan kata lain, efektifvitas adalah
ukuran tentang seberapa jauh sumber daya di gunakan untuk mencapai
tujuan yang di inginkan61
56
Annida Santosa dan Priyatno, Kamus Lengkap Bahasa Indoneisia (Surabaya Kartika,
1995), 100.
57
Bambang Wiryanto, perkembagan bisnis islami dan sumber daya insane yang produktik
(Bobos. 2004), 16.
58
Soewarno Handayaningrat , pengantar studi ilmu admiinitrasi dan menejemen (Jakarta,
CV Haji Masagung, 1994), 16.
59
Riana Penggabean, Efektivitas program dana bergulir bagi koperasi dan UKM (II
Kerangka berpikir), 2.
60
Liang GIE, Filsafat bagi pengembangan Negara (Jakarta, Bulan Bintang, 1988), 151.
61
Slamet Saksono, Undang-undang perburua (Jakarta, Pustaka Binama Pustaka, 1998),
113.
66