Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Imunisasi Dasar Pada Anak

Subtopik : Pengenalan tentang pemberian


imunisasi dasar pada bayi dan
balita

Hari/tanggal : Senin,21 Maret 2022

Waktu : 30 menit

Penyuluh/pembicara :

Sasaran : Ibu yang mempunyai bayi atau


balita (usia 0-5 tahun)

Tujuan umum : Setelah dilakukan penyuluhan


ini diharapkan ibu mengetahui
dan dapat menerapkan
pentingnya imunisasi dasar pada
bayi dan balita.

Tujuan : Setelah diberikan


khusus penyuluhan ini,
diharapkan ibu
dapat :
1.     Dapat
mengetahui dan
menjelaskan
tentang pengertian
dan manfaat dari
imunisasi.
2.     Dapat
mengetahui dan
menjelaskan apa
saja macam-macam
imunisasi dasar dan
dimana tempat
pelaksanaan
imunisasi.
3.     Dapat
mengetahui kapan
jadwal pemberian
imunisasi dan
mengetahui apa saja
efek samping yang
ditimbulkan akibat
imunisasi.
4.     Dapat
mengetahui dan
menjelaskan
keadaan seperti apa
yang tidak
memperbolehkan
anak untuk
diimunisasi.
5.     Dapat
mengetahui cara
pemberian
imunisasi.
6.     Dapat
mengetahui
Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi
(KIPI).
Materi : 1.    Pengertian
Imunisasi.
2.    Manfaat
Imunisasi.
3.    Jenis-Jenis
Imunisasi Dasar.
4.    Tempat
Pelaksanaan
Imunisasi.
5.    Jadwal
Pemberian dan Efek
Samping Imunisasi.
6.    Keadaan Yang
Tidak
Memperbolehkan
Anak Di Imunisasi.
7.    Cara
Pemberian
Imunisasi.
8.    KIPI (Kejadian
Ikutan Pasca
Imunisasi).

Metode : Ceramah, diskusi


dan tanya jawab.
Media : Poster, leaflet,
LCD, microphone
N Kegiatan Penyuluh Peserta Wak
o tu
1. Pembuka 1.    Membuka Menjawab salam 5
an pertemuan meni
Kegiatan :
dengan t
mengucapkan
salam.
2.    Menjelaskan Mendengarkan
tujuan umum
dan tujuan
khusus
pertemuan
kali ini.
3.    Menyampai Menyimak, mendenga
kan waktu rkan dan memahami
dan kontrak penjelasan yang
waktu yang diberikan
akan
digunakan
dan
mendiskusika
nnya dengan
peserta pada
pertemuan
kali ini.
4.    Memberikan
sedikit
gambaran
mengenai
informasi
yang akan
disampaikan
pada hari ini.

2. Inti Isi materi Menyimak, mendeng 30


penyuluhan : arkan dan memahami meni
1.    Menjelaskan penjelasan yang t
tentang diberikan
pengertian
dan manfaat
Evaluasi

1.         Prosedur : Post test

2.         Jenis Test : Pertanyaan secara lisan

3.         Butir Soal : 5 soal

a.Jelaskan pengertian dari imunisasi !

b.Jelaskan apa saja manfaat yang didapat


dari imunisasi !

c.Jelaskan pada usia berapa imunisasi


dasar diberikan !

d.Sebutkan macam-macam imunisasi


dasar!

e.Sebutkan dimana saja imunisasi dapat


diperoleh !

MATERI PENYULUHAN

A.      Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan
vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung
dari infeksi penyakit-penyakit seperti TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan),
Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-
penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar
dari kematian.
B.       Manfaat Imunisasi
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak sehingga
tidak mudah tertular penyakit seperti TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio,
campak dan hepatitis.
C.       Jenis-jenis Imunisasi Dasar
a.Vaksin BCG untuk melindungi bayi dari penyakit Tuberkulosis.
b.Vaksin Polio untuk melindungi bayi dari penyakit Polio (lumpuh layu).
c.Vaksin Hepatitis B untuk melindungi bayi dari penyakit Hepatitis B.
d. Vaksin DPT untuk melindungi bayi dari penyakit Difteri, Pertusis (batuk
rejan),Tetanus.
e. Vaksin Campak untuk melindungi bayi dari penyakit Campak
D.      Tempat Pelaksanaan Imunisasi
Imunisasi dapat diperoleh di:
a. Posyandu
b. Puskesmas
c. Puskesmas Pembantu
d. Puskesmas Keliling
e. Praktek dokter/Bidan
f. Rumah Sakit
E.       Jadwal Pemberian dan Efek Samping Imunisasi
Vaksin Jadwal Waktu Efek Samping
Bengkak, kecil, merah
BCG 1x 0-11 bulan
di daerah penyuntikan
Ringan :
3 x, dengan -    Pembengkakan
DPT interval 4 2-11 bulan -    Nyeri didaerah F.        Keadaan Yang
minggu suntikan Tidak
-    Panas Memperbolehkan

4 x, dengan Anak di

Polio interval 4 0-11 bulan Tidak ada Imunisasi

minggu 1.BCG

-    Bintik merah pada Imunisasi

Campak 1x 9-11 bulan tempat suntikan BCG tidak

-    Panas boleh

4 x dengan diberikan
Hepatitis pada kondisi:
interval 4 0-11 bulan Tidak ada
B a.Seorang
minggu
anak
menderita penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti eksim, furunkulosis,
dan sebagainya.
b.Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang menderita
TBC.
2.DPT
Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak
yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus
dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan
DT.
3.Campak
Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami
immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun
karena leukimia, dan limfoma.
4.Hepatitis B
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.
5.         Polio
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita
defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian
polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulang dapat diberikan setelah sembuh

G.      Cara Pemberian Imunisasi


1.         BCG
Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan.
Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus
dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan
orang dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi
biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan
orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil negatif.
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam
memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama
antara ibu dengan petugas imunisasi sangat diharapkan, agar pemberian vaksin
ber jalan dengan tepat.
2.         DPT
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular.
Suntikan diberika pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
3.         Campak
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada
umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 ml. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih
dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang derisi 5 ml cairan
pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan.
4.         Hepatitis B
Cara pemberian dan dosis Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan
melalui injeksi intra muskular. Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Terdapat vaksin Prefill Injection Device (B-PID) yang diberikan sesaat setelah lahir,
dapat diberikan pada usia 0-7 hari.Vaksin B-PID disuntikan dengan 1 buah HB PID.
Vaksin ini, menggunakan Profilled Injection Device (PID), merupakan jenis
alat suntik yang hanya diberikan pada bayi. Vaksin juga diberikan pada anak usia 12
tahun yang dimasa kecilnya belum diberi vaksin hepatitis B. Selain itu orang–orang
yang berada dalam rentan risiko hepatitis B sebaiknya juga diberi vaksin ini.
5.         Polio
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi
polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD
(12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini
diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau dengan atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus
menggunakan penetes (dropper) yang baru.
H.      KIPI
Kejadian ikutan paska imunisasi adalah sebagai reaksi simpangan yang dikenal
sebagai kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) atau events following immunization
(AEFI) adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek
vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis,
atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak
dapat ditentukan.
Klasifikasi lapangan menurut WHO Western Pacific (1999) untuk petugas
kesehatan dilapangan. Sesuai dengan manfaatnya dilapangan maka Komnas PP
KIPI memakai kriteria WHO Western Pacific untuk memilah KIPI dalam lima kelompok
penyebab, yaitu:
1. Kesalahan program/ teknik pelaksanaan (programmatic errors): Sebagian besar kasus
KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang
meliputi kesalahan program penyimpanan, penggelolaan, dan tata laksanapemberian
vaksin
2. Reaksi suntikan: Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik
baik langsung maupun tidak langsung dan harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikan langsung misalnya nyeri sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkop. Reaksi ini tidak berhubungan dengan kandungan yang
terdapat pada vaksin, sering terjadi pada vaksinasi masal
3.Induksi vaksin: Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat
diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis
biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
seperti reaksi anafilaktik sistemik dengan risiko kematian. Reaksi simpang ini sudah
teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh
produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai
tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi dengan
obat ataupun vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanaggapi dengan
baik oleh pelaksana imunisasi
4.Faktor kebetulan: Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah
imunisasi. Indikator faktor kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian yang
sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan katakteristik
serupa tetapi tidak mendapat imunisasi
5.Penyebab tidak diketahui: Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum
dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara
dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut.
Biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok
penyebab KIPI.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba


Medika
Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Muslihatun Nur Wafi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Nurarif, A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta:
Salemba Medika
Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar
I Ilmu Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Sagungseto

Anda mungkin juga menyukai