Anda di halaman 1dari 11

Bab 6

Penggolongan Media
Pembelajaran

Pada bab keempat telah diuraikan sekian banyak fungsi media


pembelajaran dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Banyaknya
fungsi yang diperankan media-media pembelajaran menunjukkan
bahwa media pembelajaran memiliki beragam jenis, bentuk, dan sifat.
Setiap media pembelajaran menampilkan fungsi tertentu untuk
keberhasian belajar pebelajar. Agar peranan media pembelajaran
tersebut menunjuk kepada jenis media tertentu, maka beragam jenis
media pembelajaran perlu dikelompokkan atau digolongkan menurut
metode tertentu.
Penggolongan media pembelajaran adalah upaya mengelom-
pokkan media-media pembelajaran sesuai dengan sifat atau fungsinya.
Ada banyak cara menggolongkan media-media pembelajaran. Para
ahli media membuat penggolongan media pembelajaran sesuai
dengan sudut pandangnya masing-masing. Ada yang
menggolongkannya berdasarkan tingkat adaptasi media tersebut
terhadap perkembangan teknologi komputer dan internet sehingga
muncul media elektronik dan non elektronik, media tradisional dan
media modern. Ada pula yang menggolongkannya berdasar pada
motif pembuatannya, sehingga muncul media by design (media yang
sengaja dirancang) seperti modul, program audio, program video,
media yang dibantu dengan komputer, multi media, paket terprogram,

71
dll dan media by ulitization (media yang tidak sengaja dirancang tetapi
dapat digunakan) seperti benda sebenarnya, lingkungan, narasumber,
fenomena alam, dll.
Uraian ini mengikuti bentuk-bentuk penggolongan media yang
dibuat Setyosari dan Sihkabuden. Setyosari dan Sihkabuden (2005)
menggolongkan media pembelajaran atas empat sudut pandang: (1)
penggolongan media berdasarkan bentuk dan ciri fisik, (2)
penggolongan media berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang
diperoleh, (3) penggolongan media berdasarkan persepsi indra, dan
(4) penggolongan media berdasarkan penggunaannya (lihat juga
Susilana & Riyana 2009; Musfiqon, 2012).
Kerap kali jenis media yang dikelompokkan itu mengacu pada
media yang sama, tetapi dengan cara pandang yang berbeda sehingga
berdampak pada penamaan yang berbeda pula. Misalnya: 1) media
gambar; dari segi bentuk dan ciri fisik disebut dengan media dua
dimensi, tetapi berdasarkan persepsi indera dapat disebut dengan
media visual; 2) Media televisi; berdasarkan persepsi indera disebut
dengan media audiovisual, tetapi dari segi jumlah pengguna televisi
termasuk media yang penggunaanya secara massal. Hal itu dapat
diibaratkan dengan seorang pebelajar bernama Jhoni; dalam keluarga
dia disebut sebagai anak pertama dari enam bersaudara, di
kelas/sekolah dia disebut sebagai siswa yang pandai, dan di lapangan
sepak bola dia mendapat julukan pencetak goal terbanyak. Sebutan
“anak pertama”, “siswa pandai”, dan “pencetak goal terbanyak”
menunjuk ke siswa yang sama yang bernama Jhoni. Penggolongan
(media pembelajaran) itu dilakukan agar memudahkan pembelajar
dalam menentukan media yang cocok untuk kegiatan pembelajaran
tertentu di bawah strategi tertentu.

A. Media Berdasarkan Bentuk dan Ciri Fisik

Berdasarkan bentuk dan ciri fisik, media pembelajaran dapat


dikelompokkan ke dalam empat macam, yakni media dua dimensi,
media tiga dimensi, media pandang diam, dan media pandang gerak.

72
Pertama, media dua dimensi, yaitu media yang penampilannya
tanpa menggunakan media proyeksi dan memiliki ukuran panjang dan
lebar saja, serta hanya diamati dari satu arah pandangan saja.
Misalnya peta, gambar, bagan, papan tulis, dan semua jenis media
datar yang hanya dilihat dari satu sisi saja.
Kedua, Media pembelajaran tiga dimensi, yaitu media yang
penampilannya tanpa menggunakan media proyeksi dan memunyai
ukuran panjang, lebar, dan tinggi/tebal, serta dapat diamati dari arah
pandang mana saja, misalnya meja, kursi, mobil, rumah, gunung, dan
sebagainya.
Ketiga, Media pandang diam, yaitu media yang menggunakan
media proyeksi, yang hanya menampilkan gambar diam di layar (tidak
bergerak/statis). Misalnya foto, tulisan, dan gambar binatang yang
dapat diproyeksikan.
Keempat, Media pandang gerak, yaitu media yang
menggunakan media proyeksi, yang dapat menampilkan gambar
bergerak di layar, misalnya media televisi dan video taperecorder,
termasuk media pandang gerak yang disajikan melalui layar (screen) di
komputer atau layar lainnya.
Gerlach dan Ely sebagaimana disarikan Setyosari dan
Sihkabuden (2005) menggolongkan media berdasarkan ciri-ciri fisiknya
kedalam delapan tipe: 1) Benda sebenarnya (realita); meliputi orang,
kejadian, objek atau benda tertentu; 2) Presentasi verbal; meliputi
media cetak, kata-kata yang diproyeksikan melalui film bingkai (slide),
transparansi, cetakan di papan tullis, majalah dan papan temple; 3)
Presentasi grafis; meliputi bagan, grafik, peta, diagram, lukisan,
poster, kartun dan karikatur; 4) Potret diam (still picture); meliputi
potret yang diambil dari berbagai macam objek atau peristiwa yang
mungkin dapat dipresentasikan melalui buku, film rangkai (films-trips),
film bingkai (slide) atau majalah dan surat kabar; 5) Film (motion
picture = gambar bergerak); meliputi film atau video tape dari
pemotretan/perekaman benda atau kejadian sebenarnya, maupun
film dari pemotretan gambar (animasi); 6) Rekaman suara (audio
recorder); yaitu rekaman suara saja yang menggunakan bahasa verbal

73
maupun efek suara musik (sound effect); 7) Program; terkenal pula
dengan istilah pengajaran berprogram, yaitu sekuen atau rangkaian
dari informasi, baik verbal, visual atau audio yang sengaja dirancang
untuk merangsang adanya respon dari pebelajar; Ada pula yang
dipersiapkan dan diprogram melalui mesin komputer; dan 8) Simulasi,
yakni peniruan situasi yang sengaja diadakan untuk mendekati/
menyerupai kejadian atau keadaan sebenarnya. Misalnya perilaku
bagaimana seorang sopir ketika sedang mengemudi kendaraan, yang
ditunjukkan pada layar video atau layar film.

B. Media Berdasarkan Pengalaman Belajar

Berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang diperoleh, ada


dua orang yang membuat penggolongan (klasifikasi) media
pembelajaran, yakni Thomas dan Edgar Dale (Setyosari & Sihkabuden,
2005).

1. Pembagian Thomas
Thomas membagi media pembelajaran atas tiga macam yakni:
1) pengalaman langsung (the real life experiences), berupa
pengalaman langsung dalam suatu peristiwa (first hands experiences)
maupun mengamati kejadian atau objek sebenarnya; 2) pengalaman
tiruan (the subtitute of the real experiences), berupa tiruan atau
model dari objek atau benda yang berwujud model tiruan, tiruan dari
situasi melalui dramatisasi atau sandiwara dan berbagai rekaman atau
objek atau kejadian; dan 3) pengalaman dari kata-kata (words only),
berupa kata-kata lisan yang diucapkan, rekaman kata-kata dari media
perekam, dan kata-kata yang ditulis maupun dicetak.

2. Pembagian Edgar Dale


Dalam bukunya berjudul, “Audiovisual Method in Teaching”,
Dale menggolongkan media pembelajaran berdasarkan jenjang
pengalaman yang diperoleh orang yang belajar. Jenjang pengalaman
itu disusun dalam bentuk kerucut yang dikenal dengan nama Dale’s
Cone of Experiences (Kerucut Pengalaman Dale). Dalam kerucut
pengalaman Dale itu, jenjang pengalaman disusun secara berurutan

74
sesuai dengan tingkat kekonkretan dan keabstrakkannya. Pengalaman
yang paling konkret diletakkan pada dasar kerucut (area lebih
luas/lebar); semakin ke puncak pengalaman yang diperoleh semakin
abstrak (area lebih sempit).
Semakin abstrak pengalaman itu, semakin sedikit pengetahuan
dan informasi yang diperoleh individu. Misalnya seorang siswa yang
mendengar ceritera dari gurunya tentang megah dan ajaibnya candi
Borobudur di Jawa Tengah, hanya mengetahui sejauh diceriterakan
gurunya. Akan berbeda pengetahuan dan pengalamannya jika ia
sendiri melihat langsung; pengalaman dan situasi di sekitar candi
Borobudur pasti sangat kaya, lebih dari yang diceriterakan gurunya.
Hal itu memengaruhi daya serap pebelajar terhadap objek yang
dipelajarinya; semakin konkret objek yang dipelajari, semakin tinggi
persentasi daya serap pebelajar terhadap objek yang dipelajarinya
(Tarnopolsky,2012:21). Itulah sebabnya Dale membagi media
pembelajaran (dari yang konkret sampai dengan yang abstrak) dalam
bentuk sebuah kerucut. Hierarki media dari yang paling konkret
sampai dengan yang paling abstrak ditampilkan pada gambar berikut.

Abstrak
Lambang

Lambang
Visual

Radio, Rekaman, Gambar Mati

Gambar Hidup

Pameran

Karyawisata

Dramatisasi

Demonstrasi

Pengalaman Buatan
Konkret
Pengalaman Langsung

Gambar 6.1 Kerucut Pengalaman Dale (Adaptasi dari Heinich, et.al., 2002)

75
Berdasar pada gambar tersebut di atas, Dale membagi media
atas sepuluh yakni: 1) pengalaman langsung, 2) pengalaman buatan,
3) demonstrasi, 4) dramatisasi, 5) karyawisata, 6) pameran, 7) gambar
hidup, 8) radio-rekamana-gambar mati, 9) lambang visual baik berupa
tulisan maupun non tulisan, dan 10) lambang verbal berupa kata-kata
yang diucapkan.

C. Media Berdasarkan Persepsi Indra

Berdasarkan persepsi indra, media pembelajaran dibedakan


atas tiga macam, yakni media audio (didengar), media visual (dilihat),
dan media audiovisual (dilihat dan didengar). Sulaiman (dalam
Setyosari & Sihkabuden, 2005) menjabarkan ketiga macam media
tersebut ke dalam sepuluh kategori, yakni:
(1) Media audio: media yang menghasilkan bunyi; misalnya audio
cassette tape recorder dan radio;
(2) Media visual: media visual dua dimensi yakni media yang
memiliki ukuran panjang dan lebar, serta hanya diamati dari
satu arah pandangan dan media visual tiga dimensi, yakni
semua media yang memunyai ukuran panjang, lebar, dan
tinggi/tebal serta dapat diamati dari berbagai arah
pandangan;
(3) Media audio-visual: media yang dapat menghasilkan rupa dan
suara dalam suatu unit media, misalnya film bersuara dan
televisi;
(4) Media audio motion visual: penggunaan segala kemampuan
audio dan visual ke dalam kelas, seperti televisi, video
tape/cassette recorder, dan sound-film;
(5) Media audio still visual: media lengkap kecuali penampilan
motion (geraknya) tidak ada, seperti sound-filmstrip, sound-
slides, dan rekaman still pada televisi;
(6) Media audio semi-motion: media yang berkemampuan
menampilkan titik-titik tetapi tidak bisa men-transmit secara

76
utuh suatu motion (gerak) yang nyata; misalnya: telewriting
dan recorded telewriting;
(7) Media motion visual: silent film (film-bisu) dan loop-film.
(8) Media still visual: gambar, slides, filmstrips, OHP, dan
transparansi;
(9) Media audio: telepon, radio, audio tape recorder dan audio
disk; dan
(10) Media cetak: media yang hanya menampilkan informasi yang
berupa simbol-simbol tertentu saja dan berupa alphanumeric,
seperti buku-buku, modul, majalah, dll.

D. Media Berdasarkan Penggunaannya


Berdasarkan penggunaannya, media pembelajaran dibagi atas
dua, yakni (1) bedasarkan jumlah penggunanya dan (2) berdasarkan
cara penggunaannya.

1. Media Berdasarkan Jumlah Penggunanya


Berdasarkan jumlah penggunanya, media pembelajaran dapat
dibedakan atas tiga macam. Pertama, Media pembelajaran yang
digunakan secara individual. Beberapa contoh: (a) kelas atau
laboratorium elektronik, seperti laboratorium bahasa, labratorium IPA,
laboratorium IPS, serta laboratorium Pusat Sumber Belajar (PSB); (b)
media oto instruktif, seperti media periksa dan pendengar individual,
buku pengajaran terprogram, mesin pengajaran (teaching machine);
(c) kotak unit pengajaran, yaitu suatu unit pengajaran yang dilengkapi
dengan buku teks/buku pengajaran, taperecorder, filmstrips, gambar-
gambar dan bahan latihan, dan evaluasi.
Kedua, media pembelajaran yang penggunaannya secara
kelompok, misalnya film dan slides. Kerap kali film dan slides dibantu
dengan LCD (Liquit Crystal Display) atau infocus agar bisa ditonton
oleh kelompok pebelajar dalam satu kelas.
Ketiga, media pembelajaran yang penggunaannya secara
massal, misalnya televisi, radio, film, dan slide yang di-TV-kan.

77
Penggunaan media secara massal dijelaskan Hamidjojo (sebagaimana
disarikan Setyosari & Sihkabuden, 2005) sebagai berikut:
 Media dan teknologi pendidikan yang penggunaannya secara
massal. Yang termasuk kelas ini adalah televisi: dapat berupa
siaran terbuka (broadcast) dan siaran tertutup (close circuit TV),
stratovision dengan stasiun penyiar atau relay dari pesawat
terbang yang berkeliling di atas daerah siaran.
 Film dan slide: dapat berupa film dan slide “otonom”, yaitu yang
dipertunjukkan terpisah dari materi atau media lainnya. Dapat
pula berupa slide dan film terintegrasi, yaitu yang ditunjukkan
secara integral dengan media lain termasuk buku-buku pelajaran.
 Radio: baik radio melalui pemancar umum, maupun melalui
pemancar khusus pendidikan (siaran radio sekolah atau
universitas).

2. Media Berdasarkan Cara Penggunaannya

Berdasarkan cara penggunaannya, media pembelajaran


dibedakan atas dua. Pertama, media tradisional atau konvensional
(sederhana). Yang termasuk media-media ini adalah peta, ritatoon
(simbol-simbol grafis), rotatoon (gambar berseri), dan lain-lain (lihat
juga Moejiono & Suprijanta, 1991). Pada media-media sederhana,
metode penggunaannya secara konvensional/tradisional dan tidak
membutuhkan peralatan (elektronik) lain. Setiap pembelajar secara
individual memegang peranan dalam proses pebelajaran. Media-
media ini meliputi semua media pembelajaran dan bahan/sumber
belajar yang bisa digunakan oleh pembelajar dalam mengajar di kelas,
laboratorium, di luar kelas, baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar.
Kedua, media modern atau kompleks. Media modern biasanya
meliputi komputer yang diintegrasikan dengan media-media
elektronik lainnya. Beberapa contoh: a) Ruang kelas otomatis. Ruang
kelas otomatis, yaitu ruang kelas yang dapat diuba-ubah fungsinya
secara otomatis (pembelajar tinggal menekan tombol tertentu).
Perubahan ini misalnya dari kelas besar untuk ceramah menjadi kelas

78
kecil untuk diskusi, atau tergantung pada pembelajar untuk mengubah
fungsi kelasnya sesuai dengan fungsi pengajaran dan keperluan
pebelajar saat itu. b) Sistem proyeksi berganda (multiprojection
system), yakni suatu sistem ruang proyeksi yang melengkapi ruang
kelas otomatis, yang memungkinkan proyeksi bahan-bahan melalui
berbagai proyektor secara terkoordinasi. c) Sistem interkomunikasi,
dibuat dalam rangka pengajaran secara massal, di mana programnya
di-TV-kan. Sistem ini digunakan untuk beberapa kelas dalam suatu
sekolah maupun oleh beberapa sekolah. Untuk memelihara interaksi
dan partisipasi pebelajar setiap kelas disediakan media interkomu-
nikasi. Sistem pengajaran seperti ini sering disebut dengan pengajaran
jarak jauh (distance learning) dengan strategi pembelajaran daring
(online learning) dengan corak yang beragam, seperti web-bases
learning, virtual learning, virtual class, mobile learning, blended
learning, dll (Milldevid, e al., 2017).
Selain jumlah pengguna dan cara pengunaannya, media
pembelajaran juga digolongkan berdasarkan hierarki manfaat untuk
pembelajaran. Hal ini diungkapkan oleh Duncan (dalam Setyosari &
Sihkabuden, 2005). Duncan ingin menyejajarkan biaya investasi,
kelangkaan, dan keluasan lingkup sasarannya di satu pihak dan
kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup
sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat kerumitan
perangkat medianya dalam suatu hierarki. Dengan kata lain semakin
rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya
investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin
umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya.
Sebaliknya, semakin sederhana jenis perangkat medianya, semakin
murah biayanya, semakin mudah pengadaanya, sifat penggunaanya
semakin khusus dan lingkup sasarannya terbatas.

79
Referensi:

Heinich, Robert, et.al. 2002. Instructional Media and Technologies For


Learning. Epper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc.
Moejiono dan Suprijanta. 1990/1991. Produksi Media Sederhana.
Malang: Depdikbud IKIP Malang Proyek Operasi dan Perawatan
Fasilitas.
Milldevid-Klasnja Aleksandra, et al. (2017). E-Learning Systems
Intelligent Techniques for Personalization. Switzerland:
Springer.
Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber
Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Setyosari, Punadji dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran.
Malang: Elang Mas.
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran: Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV
Wacana Prima
Tarnopolsky, Oleg. 2012. Constructivist Blended Learning Approach to
Teaching English for Specific Puspose. York Streat,
London:Versita

80
Glosarium:
Kerucut pengalaman: pembagian media pembelajaran Edgar Dale
berdasarkan tingkat pengalaman belajar pebelajar dari yang paling
konkret (pengalaman langsung) ke yang paling abstrak (lambang
verbal).
Media dua dimensi: media yang memiliki ukuran panjang dan lebar,
serta hanya diamati dari satu arah pandangan.
Media tiga dimensi: media yang memunyai ukuran panjang, lebar, dan
tinggi/tebal, serta dapat diamati dari berbagai arah pandangan.
Media pandang diam: media yang dapat diproyeksi dan hanya
menampilkan gambar diam di layar.
Media pandang gerak: media yang diproyeksi yang dapat
menampilkan gambar bergerak di layar.
Media tradisional: media yang menggunaanya secara manual,
langsung, dan tidak membutuhkan peralatan lain.
Media pembelajaan modern: media pembelajaran yang
penggunaanya membutuhkan peralatan lain.
Media pembelajaran by design: media pembelajaran yang sengaja
dirancang untuk tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran by ulitization: media pembelajaran yang sudah
ada, yang tidak sengaja dirancang untuk tujuan pembelajaran, tetapi
dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran.

81

Anda mungkin juga menyukai