TITLE]
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 2
i
2.6.5 Sarana Olahraga ........................................................................................... 30
3.3 Vegetasi................................................................................................................ 40
ii
4.6 Analisis Iklim Mikro ............................................................................................... 75
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Arah Angin Kelurahan Manggar Baru Tahun 2020 .............................................. 36
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Grafik Suhu Rata-rata, Minimum dan Maksimum Kelurahan Manggar Baru Tahun
2020.................................................................................................................................... 33
Gambar 3.2 Grafik Curah Hujan Kelurahan Manggar Baru Tahun 2020.............................. 34
Gambar 3.3 Grafik Kelembaban Rata-rata Kelurahan Manggar Baru Tahun 2020 .............. 35
Gambar 3.4 Grafik Rata-Rata Kecepatan Angin dan Kecepatan Angin Maksimum di
Kelurahan Manggar Baru Tahun 2020 ................................................................................ 36
Gambar 3.5 Grafik Waktu Penyinaran Matahari di Kelurahan Manggar Baru Tahun 2020 .. 37
v
Gambar 3.24 Kondisi Eksisting Sarana Pendidikan ............................................................ 61
Gambar 4.1 Design Respon Tata Letak Bangunan Pada Lahan ......................................... 65
Gambar 4.8 Design Respon Analisis Arah Angin Pada Lahan ............................................ 77
Gambar 4.10 Design Respon Analisis Sinar Matahari Pada Lahan ..................................... 80
Gambar 4.16 Kondisi Eksisting Pola Aliran Air Pada Lahan ................................................ 92
Gambar 4.17 Design Respon Analisis Pola Aliran Air Pada Lahan ..................................... 93
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kawasan militer yang terintegrasi. Oleh karena itu, penulis memilih lokasi untuk perencanaan
tapak kawasan militer pada wilayah tersebut. Adanya perkembangan IPTEK dan pengaruh
globalisasi terhadap pertahanan dan keamanan tidak hanya secara fisik melainkan ideologi
juga perlu diperhatikan sehingga penulis menerapkan konsep resilience military yaitu militer
yang terintegrasi dan berketahanan. Pertahanan dan keamanan membutuhkan kawasan
militer yang tangguh dan berketahanan tentunya dengan memilih lokasi yang strategis untuk
melindungi, memantau, serta menjaga dari ancaman. Militer berketahanan dengan
menyatukan kekuatan dan kerja sama antara warga sipil dan aparat militer.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan perencanaan tapak dengan tema kawasan Militer di Kota
Balikpapan antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mengidentifikasi lahan berdasarkan kriteria daya dukung, kesesuaian lahan,
iklim mikro, dan lain-lain sebagai rencana kawasan militer di kota Balikpapan.
2. Untuk menganalisa proses perencanaan tapak yang cocok untuk
diimplementasikan pada lokasi studi sehingga menghasilkan kawasan militer di
Kota Balikpapan.
3. Untuk mengetahui lokasi tapak sesuai dengan tema perencanaan Kawasan Militer
berdasarkan hasil identifikasi dan analisis.
2
● Sebelah Selatan : Jalan Persatuan
● Sebelah Barat : Jalan Persatuan
3
Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi
Sumber: BAPPEDA Kota Balikpapan, 2015
4
Gambar 1.2 Peta Citra Wilayah Studi
Sumber: BAPPEDA Kota Balikpapan, 2015
5
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab Pendahuluan merupakan bab yang berisikan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab Tinjauan Pustaka merupakan bab yang menjabarkan seluruh landasan teori
yang didapatkan dari review literatur terkait Kawasan militer sebagai acuan untuk
gambaran umum di bab selanjutnya.
BAB II GAMBARAN UMUM
Pada bab Gambaran Umum merupakan bab yang menjabarkan kriteria tapak
berdasarkan aspek-aspek fisik serta data-data terkait.
BAB IV ANALISIS
Pada bab Analisis merupakan bab yang menjabarkan analisis terkait kesesuaian
kriteria tapak berdasarkan aspek-aspek fisik serta data.
BAB V PENUTUP
Pada bab Penutup merupakan bab yang menjabarkan kesimpulan terkait isi dari
laporan yang telah dipaparkan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1.2 Tujuan Kawasan Militer
Menurut UU No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, tujuan utama pertahanan
keamanan negara adalah untuk menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 terhadap setiap
ancaman dari luar negeri maupun dari dalam negeri, dan tercapainya tujuan nasional.
8
Fungsi Koramil dibagi menjadi 3 fungsi yaitu fungsi utama terdiri dari pembinaan
teritorial dan perlawanan rakyat, aspek medan yaitu hansip-wanra serta peran
masyarakat dalam bela negara, keamanan dan ketahanan wilayah, logistik wilayah.
Selain itu, terdapat fungsi organik pembinaan terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pengawasan.
2.3 Fisiografis
2.3.1 Geologi
Geologi terdiri dari dua kata, yaitu Geos yang berarti bumi dan Logos yang
berarti ilmu atau pengetahuan. Menurut Djauhari Noor (2014), geologi merupakan
suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu
9
mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada, dimana membahas tentang
sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, serta proses-prosesnya.
Salah satunya mengenai tanah, dalam buku Geografi Tanah oleh Nugroho Hari
Purnomo dijelaskan bahwa tanah adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang
sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya berupa kombinasi dari iklim dan jasad hidup
terhadap bahan-bahan alam yang terletak dan dikendalikan relief di permukaan bumi
dalam rentang waktu tertentu. Tanah merupakan hasil dari transformasi zat-zat
mineral dan organik di bawah pengaruh faktor lingkungan yang panjang sehingga
menghasilkan organisasi dan morfologi. Istilah tanah pun berasal dari Yunani yaitu
Solum yang berarti lantai. Faktor pembentukan tanah meliputi iklim, bahan induk,
organisme, topografi dan waktu. Berdasarkan waktu pembentukannya, tanah dapat
dibedakan menjadi tanah muda yang didominasi oleh sifat bahan induknya contohnya
entisol, tanah dewasa dimana memiliki tingkat kesuburan tanah yang paling tinggi
seperti Inceptisol, Vertisol dan Mollisol, serta tanah tua yang masam dan miskin unsur
hara seperti Ultisol dan Oxisol.
Adapun klasifikasi tanah terbagi menjadi dua yaitu klasifikasi alami dan
klasifikasi teknik. Adapun sistem klasifikasi tanah secara alami menurut sistem Pusat
Penelitian Tanah Bogor antara lain sebagai berikut.
1. Organosol adalah tanah organik (gambut) yang ketebalannya > 50 cm.
2. Lithosol adalah tanah mineral yang ketebalannya ó,20 cm, di bawahnya
terdapat batuan keras yang padu.
3. Rendzina adalah tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, bahan organik
> 1%, kejenuhan basa > 50%), di bawahnya terdapat batuan kapur.
4. Grumusol adalah tanah dengan kadar liat lebih dari 30%, bersifat
mengembang dan mengkerut.
5. Gleisol adalah tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau
menunjukkan sifat hidromorf yang lain.
6. Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan
organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat
epipedon ochrik, histik, atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60%.
7. Regosol adalah tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir > 60%, hanya
memiliki horizon penciri ochrik, histik, atau sulfurik.
8. Arenosol adalah tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada
kedalaman 50 cm, atau memperlihat kan ciri-ciri horizon argillic, kambik, atau
oksik tetapi tidak memenuhi syarat karena teksturnya terlalu kasar. Tidak ada
penciri lain kecuali epipedon ochrik.
10
9. Andosol adalah tanah berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan
mempunyai horizon kambik. Berat isi kurang dari 0,85 g/cm3. Banyak
mengandung bahan amorf, atau lebih dari 60% terdiri atas abu vulkanik vitrik,
cinders atau bahan pyroklassik lain.
10. Latosol adalah tanah dengan liat > 60%, remah sampai gumpal, gembur,
warna tanah seragam. Solum tanah dalam (> 150 cm), KB < 50% dan pada
umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik
11. Brunizem adalah tanah seperti latosol, tetapi kejenuhan basa > 50%.
12. Kambisol adalah tanah dengan horizon kambik, atau epipedon umbrik atau
mollik. Tidak ada gejala hidromorfik (pengaruh air).
13. Nitosol adalah tanah dengan penimbunan liat (horizon argillik). Dari horizon
penimbunan liat maksimum ke horizon-horizon di bawahnya, kadar liatnya
kurang dari 20%. Memiliki sifat ortoksik (KTK < 24 m/100 g liat).
14. Podsolik adalah tanah dengan penimbunan liat (argillik), KB < 50% dan tidak
mempunyai horizon albik
15. Mediteran seperti tanah podsolik (horizon argillik), dengan kejenuhan basa >
50%.
16. Planosol adalah tanah dengan horizon albik yang terletak di atas horizon
dengan permeabilitas lambat (argillik atau natrik), terdapat fragipan, dan ciri ciri
hidromorfik.
17. Podsol adalah tanah dengan penimbunan besi, Al oksida dan bahan organik
(horizon spodik), mempunyai horizon albik.
18. Oksisol adalah tanah tua dan mempunyai horizon oksik fraksi liat dengan
aktivitas rendah, KTK rendah (< 16 me/100 g liat), tidak memiliki batas horizon
yang jelas.
2.3.2 Topografi
Menurut KBBI, topografi merupakan kajian atau penguraian yang terperinci
tentang keadaan muka bumi pada suatu daerah. Topografi adalah perbedaan tinggi
atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk didalamnya perbedaan kecuraman dan
bentuk lereng. Topografi memuat informasi terkait keadaan permukaan bumi baik dari
ketinggian, garis kontur maupun kelerengannya.
A. Kemiringan, Bentuk, dan Posisi Lereng
Dalam SOP Pemetaan Kemiringan Lereng, lereng merupakan bidang
permukaan bumi yang dianggap memiliki kemiringan yang beragam.
Sementara itu, lereng atau kemiringan lahan adalah salah satu faktor
pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan, dimana makin
11
curam lereng semakin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi. Selain itu, makin panjang lereng
semakin besar juga erosi. Dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial tahun 2013,
kemiringan lereng adalah perbandingan antara beda tinggi (jarak vertikal)
suatu lahan dengan jarak mendatarnya, dimana besar kemiringan lereng
dinyatakan dengan beberapa satuan seperti persen dan derajat. Kemiringan
lereng dapat disebabkan oleh gaya-gaya endogen dan eksogen bumi
sehingga menyebabkan perbedaan titik ketinggian di bumi. Adapun
Klasifikasi Lereng beserta skornya antara lain sebagai berikut.
12
Adapun dua istilah mengenai kontur yaitu interval kontur dan indeks kontur.
Dimana interval kontur ini adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan. Topografi interval kontur dibuat sama dan berbanding terbalik
dengan skala peta sehingga semakin besar skala peta, semakin banyak
informasi yang dapat disajikan (lebih detail) sehingga interval kontur akan
semakin kecil. Adapun contoh interval kontur yang umum digunakan sesuai
bentuk permukaan tanah dan skala peta yang digunakan antara lain sebagai
berikut.
Tabel 2.2 Interval Kontur
Skala Topografi Interval Kontur
1 : 1.000 dan lebih Datar 0,2 – 0,5 m
besar Bergelombang 0,5 – 1.0 m
Berbukit 1,0 – 2,0 m
1 : 1.000 – 1 : 10.000 Datar 0,5 – 1,5 m
Bergelombang 1,0 – 2,0 m
Berbukit 2,0 – 3,0 m
1 : 10.000 dan lebih Datar 1,0 – 3,0 m
kecil Bergelombang 2,0 – 5,0 m
Berbukit 5,0 – 10,0 m
Bergunung 0,0 – 50,0 m
Sumber: modul IUT UNS
13
5. Tidak tergambar jika melewati bangunan, ettapi mengikuti tepi
bangunan tersebut
6. Kontur yang melewati/memotong sungai akan membentuk huruf v arah
pangkalnya, arah naik dan yang melewati/memotong jalan yang turun
akan membentuk huruf u menghadap ke arah naiknya jalan.
2.3.3 Hidrologi
Hidrologi secara harfiah berasal dari bahasa Yunani, yaitu “hydro” yang berarti
sesuatu yang berhubungan tentang air dan “loge” yang berarti pengetahuan, sehingga
hidrologi merupakan ilmu pengetahuan yang secara khusus mempelajari tentang
kejadian, perputaran, dan penyebaran air di antomsfer dan permukaan bumi serta di
bawah permukaan bumi (Budi Santosa, 2005). Hidrologi menurut Triatmodjo (2008)
adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran,
dan penyebaran, sifat-sifat dan hubungan dengan lingkungan terutama dengan
makhluk hidup. Hidrologi pun termasuk didalamnya hujan, daerah aliran sungai, air
tanah, danau, dan lain sebagainya.
Daur hidrologi atau siklus air adalah siklus yang menunjukan gerakan air di
permukaan bumi (Asdak, 2007). Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu
perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan
kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air akan tertahan sementara
di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia
atau makhluk hidup lainnya untuk berbagai keperluan. Adapun sirkulasi air yang
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti suhu, tekanan atmosfer, angin dan oleh
kondisi topografi. Berikut gambar penjelasan alur sirkulasi air sebagai berikut.
14
Gambar 2.1 Sirkulasi Air
Sumber: PGF – 208, 2008
Adapun daur hidrologi atau siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi tiga
macam antara lain sebagai berikut.
1. Siklus Air Kecil (Pendek)
Karena adanya pemanasan oleh sinar matahari, air di laut akan menguap dan
membumbung di udara. Di Udara uap air mengalami penurunan suhu karena
perbedaan ketinggian dimana setiap naik 100 meter, suhu udara turun sebesar
0,5ºC. sehingga semakin naik keatas suhu udara semakin rendah, sehingga
terjadi proses kondensasi (pengembunan). Uap air berubah menjadi butir-butir air
dan terkumpul menjadi awan atau mendung dan akhirnya jatuh ke permukaan laut
sebagai hujan.
2. Siklus Air Sedang (Sedang)
Uap air yang berasal dari laut, sungai, danau dan lainnya ditiup oleh angin dan
sampat diatas daratan pada ketinggian tertentu. Setelahnya menguapnya air laut
dan lainnya menjadi uap gas karena panas dari matahari lalu terjadi evaporasi
yang terbawa angin lalu membentuk awan yang pada akhirnya jatuh ke
permukaan daratan dan kembali ke lautan melalui sungai, permukaan tanah dan
melalui resapan air dalam tanah.
3. Siklus Air Besar (Panjang)
Uap air yang dibawa oleh angin hingga ketinggian tertentu, lalu meluap air laut
dan air lainnya menjadi uap gas karena panas dari matahari lalu uap air tidak saja
berkondensasi tetapi juga mengalami sublimasi membentuk awan yang
mengandung kristal es dan pada akhirnya jatuh dalam bentuk salju, salju mencair
dan kemudian akan membentuk gletser yang mencair membentuk aliran sungai
dan kembali ke laut. Adapun gambar proses-proses dari siklus hidrologi sebagai
berikut.
15
Gambar 2.2 Siklus Hidrologi
Sumber: Salamadian, 2018
2.3.4 Vegetasi
Menurut Maarel (2005), vegetasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari
sekelompok besar tumbuhan yang tumbuh dan menghuni suatu wilayah. Vegetasi
juga disebutkan sebagai keseluruhan tumbuhan dari suatu area yang berfungsi secara
are penutup lahan, yang terdiri dari beberapa herba, perdu, pohon, yang hidup
bersama sama pada suatu tempat dan saling berinteraksi antara satu dengan yang
lain, serta lingkungannya dan memberikan kenampakan luar vegetasi (Agustina, 2008;
Maryantika, 2010; Susanto, 2012). Menurut Agustina (2010) vegetasi didefinisikan
sebagai kumpulan tumbuh-tumbuhan terdiri dari beberapa jenis seperti herba, pohon
dan perdu yang hidup bersama-sama pada suatu tempat dan saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain, serta lingkungannya dan memberikan ciri fisiognomi
(kenampakan luar) vegetasi. Adapun menurut Indriyanto (2006), komponen tumbuhan
penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri atas:
1. Belukar (Shrub) adalah tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak sub tangkai.
2. Epifit (Epiphyte) adalah tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma).
3. Paku-pakuan (Fern) adalah tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana rhizoma keluar dari tangkai
daun.
4. Palma (Palm) adalah tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu/berumput yang
tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya.
5. Terna (Herb) adalah tumbuhan yang merambat di tanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
16
mencolok, tingginya tidak lebih dari 2 m dan memiliki tangkai lembut yang kadang-
kadang keras.
6. Pohon (Tree) adalah tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
2.3.5 Klimatologi
Dalam kamus klimatologi, pengertian klimatologi merupakan pengkajian iklim
dimana meliputi sebab-sebab, perubahan, sebaran, jenis, dan lain sebagainya.
Sementara itu berdasarkan KBBI, klimatologi adalah ilmu tentang sebab terjadinya,
ciri dan pengaruh iklim terhadap bentuk fisik dan kehidupan di berbagai negeri yang
berbeda. Adapun menurut Guswanto (2011), klimatologi merupakan bidang ilmu
pengetahuan yang mengkaji ilmu pengetahuan keadaan atmosfer bumi dalam jangka
waktu yang cukup lama (25-30 tahun) serta cakupan ruang yang luas di permukaan
bumi. Klimatologi sama artinya dengan ilmu tentang iklim, dimana iklim sendiri menurut
Wirjomiharjo dan Swarinoto (2007) adalah karakter kecuacaan suatu tempat atau
daerah, dan bukan hanya cuaca rata-rata. Iklim dalam kamus klimatologi berarti
sintesis yang agak kasar dari keadaan cuaca dan perubahannya yang permanen
selama rentang waktu perekaman dari satu atau lebih nilai rata-rata. Iklim juga dapat
disebut sebagai kondisi atmosfer umum yang menunjukan dan menggambarkan
karakteristik suatu wilayah, serta iklim bersifat stabil dan periode yang lama serta
meliputi daerah yang luas. Iklim sendiri berbeda-beda di suatu daerah, iklim disuatu
daerah dipengaruhi oleh letak lintang, lereng, ketinggian, serta jarak tempat dari
perairan dan keadaan arus lautnya. Adapun unsur-unsur iklim antara lain sebagai
berikut.
1. Suhu atau Temperatur
Suhu adalah suatu ukuran atau besaran yang menunjukan derajat panas atau
dingin suatu benda atau sistem, dimana benda panas memiliki suhu tinggi dan
benda dingin memiliki suhu rendah. Suhu juga diartikan sebagai ukuran energi
kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul-molekul suatu benda atau di suatu
ruangan (Nurni Riyanto, 2009). Suhu udara merupakan keadaan panas dinginnya
udara, secara fisis suhu dapat didefinisikan sebagai tingkat pergerakan molekul
benda, semakin cepat gerakan molekul semakin tinggi pula suhu udaranya.
Menurut Haryanto (2007), suhu terbagi menjadi 2 macam yakni suhu panas dan
suhu dingin. Menurut Atmaja (2009), suhu dipermukaan bumi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, jumlah radiasi matahari yang diterima, pengaruh daratan
atau lautan, ketinggian, angin, penutup lahan, tipe tanah, pengaruh sudut datang
sinar matahari.
17
2. Kelembaban Udara
Kelembaban adalah banyaknya uap air yang ada di udara meskipun uap airnya
hanya merupakan sebagian kecil dari atmosfer, rata-rata kurang dari 2 % masa
keseluruhan (Hanum, 2009). Uap air dalam atmosfer dapat berubah bentuk
menjadi cair atau padat yang akhirnya dapat jatuh ke bumi seperti hujan.
Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda yang dipengaruhi oleh jumlah
radiasi yang diterima bumi, pengaruh daratan atau lautan, ketinggian dan angin
(Handoko, 1994). Kelembaban dapat diukur secara umum dengan hygrometer
tetapi yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air diudara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) dan juga defisit
tekanan uap air.
3. Angin
Angin adalah gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah (Nasir, 1990). Angin merupakan aliran udara dalam jumlah yang
besar yang timbul akibat adanya rotasi bumi, perbedaan suhu dan perkembangan
tekanan udara antara dua tempat dengan kecepatan yang dinamis dan fluktatif,
serta angin memiliki arah dan kecepatan (Winarno, Harianto dan Santoso, 2019).
Adapun faktor penyebab terjadinya angin meliputi tekanan udara, posisi, tinggi
tempat dan waktu. Sementara faktor yang mempengaruhi angin meliputi perputaran
bumi dan pemanasan daratan. Angin pun memiliki beberapa macamnya seperti
angin lokal (angin fohn, angin siklon dan antisklon), angin periodik (angin laut, angin
darat, angin lembah, dan angin gunung), angin monsoon, serta angin tetap (angin
passat, barat, timur, puting beliung). Angin pula dapat diukur dengan menggunakan
alat anemometer, wind wane, dan windsock.
4. Hujan
Hujan adalah sebuah peristiwa pesipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang
berwujud cair maupun beku) ke permukaan bumi. Hujan juga merupakan proses
kondensasi uap air di atmosfer menjadi butiran air dan jatuh di daratan (Winarno,
Harianto dan Santoso, 2019). Hujan berdasarkan besar curah hujannya menurut
intensitas hujannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
18
>150 mm/hari Ungu Hujan ekstrem
Sumber: BMKG
5. Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan dan diterima oleh
setiap benda yang mempunyai suhu di atas nol mutlak dan merupakan bentuk
energi yang dapat menjalar di dalam vakum ruang angkasa. Radiasi matahari
yang jatuh ke bumi disebut insolasi yang bentuknya sinar-sinar gelombang
pendek yang menerobos atmosfer. Radiasi matahari yang diterima permukaan
bumi sangat bervariasi menurut tempat dan waktu, dimana perbedaan waktu ini
disebabkan oleh perbedaan lintang serta keadaan atmosfer, serta lamanya waktu
penyinaran. Lama matahari bersinar juga dipengaruhi oleh jarak dari matahari,
sudut datangnya sinar matahari, lamanya siang, dan kejernihan atmosfer.
6. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah tekanan atmosfer sangat berkaitan dengan temperatur
udara dan kerapatan (densitas) udara. Tekanan udara merupakan suatu tenaga
yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas
tertentu, tenaga yang menggerakkan massa udara tersebut menekan searah gaya
gravitasi bumi. Tekanan udara dipengaruhi oleh temperatur atau suhu udara yang
terjadi pada suatu tempat dan waktu, apabila temperatur udara tinggi maka
volume molekul/partikel udara akan berkembang sehingga tekanan udara
menjadu rendah dan berbanding sebaliknya.
2.5 Prasarana
2.5.1 Jaringan Jalan
Berdasarkan undang-undang republik indonesia nomor 38 tahun 2004 tentang
jalan jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
19
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.
A. Klasifikasi Jalan
Berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 bagian. Pengklasifikasian tersebut dibagi
berdasarkan peruntukan sistem, fungsi, status, dan kelas jalan.
a. Jalan berdasarkan peruntukan
Jalan berdasarkan peruntukan adalah pengklasifikasian jalan berdasarkan
pengguna yang dapat melalui jalan tersebut. Jalan berdasarkan
peruntukan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.
2) Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
b. Jalan berdasarkan sistem
Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan
hierarkis.Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder.Sistem jaringan jalan disusun dengan
mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan
keterhubungan antar kawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan
kawasan perdesaan.
1) Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan
semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan seperti
menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat
kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan
lingkungan dan menghubungkan antar pusat kegiatan nasional.
2) Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
20
masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan
secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi
sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan
seterusnya sampai ke persil.
c. Jalan berdasarkan fungsi
Jalan menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.Fungsi jalan dibagi berdasarkan
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
1) Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah.Jalan arteri primer didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas)
meter.
2) Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.Jalan arteri sekunder didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas)
meter.
3) Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal. Jalan kolektor primer didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan)
meter.
4) Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.Jalan kolektor
sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
(dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit
9 (sembilan) meter.
5) Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan,
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat
21
kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan
lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.Jalan lokal primer
didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5
(tujuh koma lima) meter.Jalan lokal primer yang memasuki kawasan
perdesaan tidak boleh terputus.
6) Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua
dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai
ke perumahan. Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
7) Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antar
pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam
lingkungan kawasan perdesaan.Jalan lingkungan primer didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 (lima belas)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam
koma lima) meter.
8) Jalan lingkungan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar
persil dalam kawasan perkotaan.Jalan lingkungan sekunder didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometer
per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima)
meter.
d. Jalan berdasarkan Status
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1) Jalan Nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan
jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2) Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/ kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.
3) Jalan Kabupaten
22
Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan
primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten
4) Jalan Kota
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
yang menghubungkan antara pusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan pensil, menghubungkan
antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang
berada di dalam kota.
5) Jalan Desa
Jalan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antara permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
e. Jalan berdasarkan Kelas
Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran
lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana
jalan.Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan
dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan
jalan kecil.
1) Jalan Bebas
Hambatan Spesifikasi jalan bebas hambatan meliputi pengendalian
jalan masuk secara penuh, tidak ada persimpangan sebidang,
dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi dengan median, paling
sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah, dan lebar lajur paling
sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
2) Jalan Raya
Spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara
menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan
dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
3) Jalan Sedang
Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak
sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit
23
2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7
(tujuh) meter.
4) Jalan Kecil
Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas
setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar
jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.
24
berikut sarana penunjangnya. Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik
dari pembangkitan ke sistem distribusi atau ke konsumen, atau penyaluran tenaga
listrik antar sistem. Distribusi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sistem
transmisi atau dari pembangkitan ke konsumen. Konsumen adalah setiap orang atau
badan yang membeli tenaga listrik dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga
listrik.
2.6 Sarana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Sarana adalah segala sesuatu yang
dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan, menurut
Moenir (1992-119), sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan
fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan,
dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.
Sarana juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu (peralatan atau perlengkapan) yang
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dipakai sebagai media dalam
menunjang proses kegiatan masyarakat banyak. Umumnya, sarana disediakan oleh
pemerintah maupun pihak swasta guna untuk dimanfaatkan masyarakat sekitar dalam
melakukan kegiatannya.
Pada wilayah yang berada di kelurahan Manggar Baru, dalam menunjang kegiatan
pembangunan kawasan militer dibutuhkan sarana yang terbagi menjadi sarana
25
perdagangan dan jasa, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan,
sarana olahraga.
26
a. Warung / Toko Luas lantai yang dibutuhkan ± 50 m2 termasuk gudang kecil.
Apabila merupakan bangunan tersendiri (tidak bersatu dengan rumah
tinggal), luas tanah yang dibutuhkan adalah 100 m2.
b. Pertokoan (skala pelayanan untuk 6.000 penduduk) Luas lantai yang
dibutuhkan 1.200 m2. Sedangkan luas tanah yang dibutuhkan 3.000 m2.
Bangunan pertokoan ini harus dilengkapi dengan:
1. Tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai bersama kegiatan lain
pada pusat lingkungan;
2. Sarana-sarana lain yang erat kaitannya dengan kegiatan warga;
3. Pos keamanan.
e. Pusat Pertokoan Dan Atau Pasar Lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan ≈
30.000 penduduk) Luas tanah yang dibutuhkan: 10.000 m2. Bangunan pusat
pertokoan / pasar lingkungan ini harus dilengkapi dengan:
1. Tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah;
2. Terminal kecil atau pangkalan untuk pemberhentian kendaraan;
3. Pos keamanan;
4. Sistem pemadam kebakaran;
5. Musholla/tempat ibadah.
f. Pusat Perbelanjaan Dan Niaga (skala pelayanan unit kelurahan ≈ 120.000
penduduk) Luas tanah yang dibutuhkan adalah 36.000 m2. Bangunan pusat
perbelanjaan harus dilengkapi:
1. Tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah;
2. Terminal atau pangkalan untuk pemberhentian kendaraan;
3. Pos keamanan;
4. Sistem pemadam kebakaran;
5. Musholla/tempat ibadah.
27
bangunan sebagai sarana meliputi masjid, langgar atau mushola, gereja, pura, wihara,
dan kelenteng. Adapun kriteria dalam menentukan sarana peribadatan di setiap
lingkungan. Berdasarkan SNI 03-17332014 jenis sarana ibadah untuk agama islam,
direncanakan sebagai berikut.
a. Kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musollah/langgar,
b. Kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid,
c. Kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan, dan
d. Kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid kecamatan.
Adapun sarana ibadah agama selain islam, direncanakan sebagai berikut.
a. Khatolik mengikuti paroki,
b. Hindu mengikuti adat, dan
c. Budha dan Kristen protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki
lembaga.
28
penyembuhan (curative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu
tertentu juga untuk vaksinas.
c. Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi
melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta
melayani anak usia sampai dengan 6 tahun.
d. Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada
penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya.
e. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit
pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan Kesehatan
terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup
wilayah yang lebih kecil.
f. Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan
pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha
penyembuhan tanpa perawatan.
g. Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan,
baik untuk penyembuhan maupun pencegahan.
29
b. sekolah dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang
menyelenggarakan program enam tahun;
c. sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan
pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun sesudah
sekolah dasar (SD);
d. sekolah menengah umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan
perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi;
e. sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun
perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan
perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca,
menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan.
30
4. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing
beranggotakan lima orang dengan tujuan memasukkan bola ke gawang lawan,
dengan memanipulasi bola dengan kaki.
5. Tenis Lapangan adalah olahraga yang dilakukan menggunakan raket untuk
memukul bola agar dapat melewati net dan memantul hingga ke tempat sasaran
atau wilayah lapangan lawan.
6. Senam adalah olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan
kekuatan kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur.
7. Sepaktakraw adalah olahraga dengan permainan menggunakan bola yang
terbuat dari rotan sehingga dalam permainannya dapat menggunakan kaki karena
permainan nya dilakukan dengan beregu yang terdiri dari tiga orang pemain.
2.8 Transportasi
Transportasi Menurut Morlok (1978), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan
memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain. Adapun Menurut
Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu tempat
ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara umum
transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan sesuatu (barang dan/atau barang) dari
suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana. Dan pula Menurut Steenbrink
(1974), transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau
kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang terpisah secara geografis.
A. Transportasi Darat
Moda transportasi darat terdiri dari seluruh bentuk alat transportasi yang beroperasi di
darat. Moda transportasi darat sering dianggap identik dengan moda transportasi jalan
raya (Warpani,1990). Moda transportasi darat terdiri dari berbagai varian jenis alat
transportasi dengan ciri khusus.
B. Transportasi Udara
31
Menurut Jurnal Prakarsa Infrastruktur Indonesia tahun 2012, Transportasi Udara adalah
sebab dan akibat dari pertumbuhan ekonomi, yang menciptakan ‘Lingkaran Kebajikan’
(virtous circle) dalam pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh peningkatan permintaan
sehingga menciptakan pertumbuhan lebih besar dan seterusnya
C. Transportasi Air
Transportasi air adalah jenis transportasi yang termasuk tua. Barangkali hampir sama
tuanya karena air sebagai jalan atau prasarana angkutan yang sudah digunakan sejak
jaman purba. Pada saat itu tenaga penggerak yang digunakan adalah tenaga manusia,
yaitu dengan mendayung. Langkah yang lebih maju dari penggunaan tenaga manusia
adalah pemanfaatan tenaga angin dengan memasang layar. Mungkin berawal dari sinilah
lahirnya istilah pelayaran bagi kegiatan transportasi air (terutama laut) meskipun kapal
yang digunakan tidak menggunakan layar, melainkan menggunakan tenaga mesin.
Sampai sekarang kapal banyak digunakan untuk mengangkut penumpang, barang,
menangkap ikan, atau kegiatan olah raga (Tommy H. Purwaka, 1993)
32
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Klimatologi
Kelurahan Manggar Baru berada pada posisi 4 m diatas permukaan laut, Iklim
Kelurahan Manggar Baru diklasifikasikan termasuk dalam Iklim Tropis sesuai dengan Iklim
Indonesia. Pada tahun 2020, curah hujan manggar cukup signifikan dimana bahkan pada
bulan terkering, serta suhu rata-rata di Kelurahan Manggar Baru sekitar 26,4 ºC atau sama
dengan 79,5 ºF. Berikut dijelaskan kondisi klimatologi di Kelurahan Manggar Baru.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa, suhu rata-rata dari bulan
Januari hingga Desember sekitar 26,4 ºC dengan rata-rata setiap bulannya berada
pada suhu 26 ºC. Untuk bulan terpanas sepanjang tahun atau suhu maksimum
tertinggi berada pada bulan Oktober dengan suhu 28,9 ºC, dan bulan terdingin
sepanjang tahun atau suhu minimum terendah berada pada bulan Januari dengan
suhu 24,1 ºC. Adapun pada bulan Maret 2021 ini, suhu rata-rata per harinya pada
suhu maksimum sekitar 31,5 ºC, dengan suhu maksimum tertinggi sekitar 34 ºC pada
tanggal 19 Maret dan rata-rata suhu minimum yaitu sekitar 24 ºC.
33
3.1.2 Curah Hujan
Adapun curah hujan pada Kelurahan Manggar Baru pada tahun 2020 dari
bulan Januari hingga Desember dapat dilihat pada diagram batang berikut.
Gambar 3.2 Grafik Curah Hujan Kelurahan Manggar Baru Tahun 2020
Sumber: www.climate-data.org
Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa jumlah total curah hujan
sepanjang tahun 2020 sekitar 2.404 mm, dengan jumlah curah hujan terendah berada
di bulan Agustus dengan rata-rata 129 mm, dan curah hujan puncaknya atau tertinggi
pada bulan Desember dengan rata-rata 244 mm, dimana dengan selisih antara bulan
basah dan bulan kering sekitar 115 mm. Selain itu, jumlah rata-rata hari hujan setiap
bulan sepanjang tahun 2020 sekitar 18 hari perbulan.
3.1.3 Kelembaban
Kelembaban pada tahun 2020 di Kelurahan Manggar Baru dapat dilihat pada
grafik dibawah berikut.
34
Gambar 3.3 Grafik Kelembaban Rata-rata Kelurahan Manggar Baru Tahun 2020
Sumber: www.climate-data.org
35
Gambar 3.4 Grafik Rata-Rata Kecepatan Angin dan Kecepatan Angin
Maksimum di Kelurahan Manggar Baru Tahun 2020
Sumber: dataonline.bmkg.go.id
Januari Utara
Februari Utara
Agustus Selatan
36
September Barat Daya
Sumber: dataonline.bmkg.go.id
Dapat diketahui berdasarkan tabel diatas, pada Kelurahan Manggar Baru pada
Tahun 2020 arah mata angin cenderung berbeda setiap bulannya hanya di sekitar
bulan Juni hingga Desember rata-rata angin berarah ke Barat Daya.
37
3.2 Geologi
Kondisi tanah di kawasan Kelurahan Manggar Baru memiliki karakteristik tanah yang
kering dan tanah hutan. Tanah yang kering dimanfaatkan untuk ladang, pemukiman, dan
pekarangan, sedangkan tanah hutan dimanfaatkan sebagai Kawasan hutan mangrove.
Berdasarkan stratigrafi menurut Hidayat dan Umar (1994), wilayah Kota Balikpapan tersusun
atas empat satuan batuan, yaitu Satuan Endapan Pasir (Endapan Alluvial), Formasi Kampung
Baru, Formasi Balikpapan, Formasi Pulau Balang. Kelurahan Manggar Baru termasuk dalam
golongan Satuan Endapan Pasir (Endapan Alluvial), satuan ini sebagian besar tersebar di
sepanjang pantai timur Kota Balikpapan, terutama daerah Manggar, Lamaru Teritip, demikian
juga kiri-kanan Sungai Wein dan Sungai Somber. Berikut merupakan kondisi eksisting tanah
dan peta geologi yang ada di lokasi tapak.
38
Gambar 3.7 Peta Geologi pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
39
3.3 Vegetasi
Menurut Polunin (1960), vegetasi adalah susunan dari spesies tumbuh-tumbuhan dan
unit lain yang berbeda dari berbagai kelompok yang berbeda-beda yang tumbuh bersama
sama di alam. Selain itu, menurut Soetikno (1990), Vegetasi menggambarkan perpaduan
berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah yang diamati, suatu tipe vegetasi
menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang
maupun waktu. Berdasarkan hasil survei sekunder yang telah dilakukan menggunakan google
street view, dapat diketahui pada lokasi tapak yang berada di Kelurahan Manggar Baru
memiliki vegetasi berupa berbagai bentuk dan jenis vegetasi. Berikut Tabel Kondisi Eksisting
Vegetasi yang Terdapat di lokasi tapak.
40
4. Pohon Kelapa Pohon buah yang tumbuh
secara acak di sekitar jalan
3.4 Topografi
Kawasan tapak pada lokasi studi ini memiliki 5 macam ketinggian berkisar 10 meter
sampai dengan 50 meter diatas permukaan laut, dimana ketinggian paling tinggi adalah 50
41
meter dan paling rendah 10 meter. Selain itu, sebagian besar ketinggian lokasi tapak berada
pada ketinggian 10 meter pada bagian depan tapak dan pada bagian dalam atau belakang
kawasan tapak ini berbukit hingga ketinggian 50 meter. Serta pada bagian belakang tapak ini
masih dikelilingi perkebunan ataupun hutan. Adapun kondisi eksisting dari topografi pada
lokasi tapak ini dengan keterangan (a) berada pada ketinggian terendah pada tapak dan (b)
berada pada ketinggian tertinggi pada tapak, sebagai berikut.
(a) (b)
Kondisi eksisting pada topografi yang rendah maupun yang tinggi didominasi oleh
lahan kosong yang ditumbuhi rerumputan. Adapun peta yang menunjukan keadaan topografi
pada wilayah tapak di Kelurahan Manggar dapat dilihat sebagai berikut
42
●
Gambar 3.9 Peta Topografi pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
43
3.5 Hidrologi
Hidrologi yang berada di kelurahan manggar baru menggunakan air yang bersumber
dari PDAM. Dimana air tersebut digunakan untuk aktivitas sehari-hari oleh masyarakat yang
bermukim di wilayah tersebut. Pada kawasan sumber air yang ada masih belum dapat dikelola
dikarenakan jarak kawasan yang berdekatan dengan laut sehingga segala bentuk
pengelolaan air tanah masih terbatas akan izin dan pengelolaan yang ada. Adapun data
sumber air bersih yang terdapat di Kelurahan Manggar baru disajikan pada Tabel 3.3 sebagai
berikut.
Perpipaan
10197 0 Baik
PDAM
Perpipaan Non
- - -
PDAM
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa Kelurahan Manggar baru memiliki sumber
air bersih yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Sumber air terbesar dalam
Kelurahan Manggar baru adalah perpipaan PDAM yaitu sebesar 10197 Unit.
44
Gambar 3.10 Peta Hidrologi pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
45
3.6 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada kawasan lokasi tapak ini didominasi sebagai perkebunan
pada bagian depan dan lahan kosong, semak belukar, ataupun hutan pada bagian belakang
lokasi tapak. Selain itu, adapun penggunaan lahan lainnya seperti untuk permukiman,
peternakan, poliklinik maupun sarana peribadatan. Dalam lokasi studi ini, terdapat pula
penggunaan lahan yang dijadikan sebagai air empang dan air tawar sungai. Sebagian besar
perumahan berada di wilayah depan tapak dan hanya beberapa berada di wilayah belakang
tapak, serta sebagian besar kawasan perumahan dikelilingi oleh perkebunan dan lahan
kosong. Adapun kondisi eksisting dari penggunaan lahan pada lokasi tapak ini sebagai
berikut.
(a) (b)
(c)
Gambar 3.11 Kondisi Eksisting Lokasi Tapak
Sumber: Survei Primer, 2021
Dapat diketahui berdasarkan kondisi eksisting lokasi tapak, contoh penggunaan lahan
pada lokasi ini didominasi oleh perkebunan dan juga lahan kosong berupa semak belukar.
46
Adapun peta yang menunjukan keadaan penggunaan lokasi tapak dapat dilihat sebagai
berikut.
47
Gambar 3.12 Peta Penggunaan Lahan pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
48
3.7 Jaringan Jalan
Jaringan Jalan yang ada pada lokasi tapak yang berada di Kelurahan Manggar baru
merupakan jalan arteri primer dan jalan lingkungan sehingga lebar jalannya tidak terlalu lebar.
Berdasarkan hasil pengamatan melalui survei primer yang dilakukan, diketahui jaringan jalan
pada lokasi tapak yang dapat dilihat dari gambar kondisi eksisting jaringan jalan sebagai
berikut:
(a) (b)
(c)
Gambar 3.13 Kondisi Eksisting Jaringan Jalan di Lokasi Tapak
Sumber: Survei Primer, 2021
Kondisi jalan yang berada di lokasi tapak memiliki 3 jenis jalan yaitu pada gambar (a)
menunjukan kondisi jalan yang telah diperkeras dengan aspal dan pada gambar (b) jalan telah
diperkeras dengan semenisasi, sedangkan pada gambar (c) menunjukkan kondisi jalan yang
belum dilakukan perkerasan. berikut merupakan peta jaringan jalan pada lokasi tapak.
49
Gambar 3.14 Peta Jaringan Jalan pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
50
3.8 Jaringan Drainase
Adapun pada lokasi tapak ini memiliki jaringan drainase, dimana jaringan drainase
pada lokasi ini mengikuti jaringan jalan yang terdapat pada lokasi tapak ini. Dapat diketahui
juga jaringan drainase pada lokasi ini termasuk kedalam drainase kebuka dan ada juga yang
tertutup, selain itu untuk jenis perkerasannya sendiri bermacam macam, apabila berada di
sekitar kawasan perumahan atau permukiman jenis perkerasan semen dan ada pula tidak
memiliki pengerasan atau hanya tanah saja. Adapun contoh kondisi eksisting jaringan
drainase pada kawasan tapak ini.
(a) (b)
(c)
Berikut peta sebaran jaringan drainase yang terdapat di lokasi tapak yang bertempat
di Kelurahan Manggar Baru.
51
Gambar 3.16 Peta Jaringan Drainase pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
52
3.9 Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi merupakan segenap perangkat telekomunikasi yang dapat
menghubungkan pemakaiannya (umumnya manusia) dengan pemakai lain, sehingga kedua
pemakai tersebut dapat saling bertukar informasi (dengan cara bicara, menulis, menggambar
atau mengetik). Dalam memenuhi kebutuhan telekomunikasi masyarakat di Kelurahan
Manggar baru terutama pada lokasi tapak, terdapat penyediaan jaringan telekomunikasi
dibedakan menjadi dua, yakni menara telekomunikasi dan jaringan telepon telekomunikasi.
Berikut adalah gambar Menara telekomunikasi dan peta persebaran jaringan telekomunikasi
di lokasi tapak.
53
Gambar 3.18 Peta Jaringan Telekomunikasi pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
54
3.10 Jaringan Listrik
Pada kawasan tapak ini yang berlokasi di Kelurahan Manggar Baru dimana lokasi
tapak ini berada tepat di belakang Batalyon Infanteri 600/Raider telah teraliri listrik, jaringan
listrik pada lokasi tapak ini berada disepanjang jaringan jalan di lokasi tapak ini. Jaringan listrik
yang teraliri pada lokasi tapak ini berasal dari PLTD Batakan dari Gardu Induk Manggar Sari
yang selanjutnya ditransfer dengan SUTM menuju gardu distribusi yang biasa berada pada
sepanjang jalan arteri ataupun jalan lingkungan hingga kembali didistribusikan dengan SUTR
hingga sampai digunakan kepada pengguna di permukiman. Adapun kondisi eksisting dari
jaringan listrik di lokasi tapak berupa terdapatnya gardu distribusi yang termasuk gardu portal
dan peta persebaran jaringan listrik di lokasi tapak sebagai berikut.
55
Gambar 3.20 Peta Jaringan Listrik pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
56
3.11 Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani
yang perlu disediakan di lingkungan permukiman yang dengan direncanakan sesuai
peraturan yang ditetapkan. Kelurahan Manggar baru memiliki sarana peribadatan berupa
Masjid dan Langgar/Musholla yang tersebar di berbagai tempat. Adapun sarana peribadatan
pada wilayah tapak berupa Masjid Al Ikhlas. Berikut merupakan kondisi eksisting serta peta
sarana peribadatan yang terdapat di wilayah tapak sebagai berikut.
57
Gambar 3.22 Peta Sarana Peribadatan pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
58
3.12 Sarana Kesehatan
Pada wilayah lokasi tapak ini yang berada di Kelurahan Manggar Baru terdapat satu
sarana kesehatan berupa poliklinik yang berada di bagian depan kawasan tapak. Sarana
kesehatan terbilang cukup kurang pada kawasan ini karena kawasan ini pun tidak terlalu
padat penduduknya, tetapi di sekitaran Kelurahan Manggar Baru ini juga terdapat sarana
kesehatan lainnya seperti Klinik, puskesmas, dan lainnya yang lokasinya tidak terlalu jauh dari
lokasi tapak ini. Adapun peta sebaran sarana kesehatan pada lokasi studi tapak dapat dilihat
sebagai berikut.
59
Gambar 3.23 Peta Sarana Kesehatan pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
60
3.13 Sarana Pendidikan
Pada wilayah Kelurahan Manggar Baru memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang
beragam, seperti adanya Sarana Pendidikan yang lengkap dari berbagai jenjang pendidikan
formal maupun non-formal. Adapun sarana pendidikan yang terdapat di wilayah tapak berupa
TK Kartika V-6, SDN 010 dan SMPN 19. Berikut merupakan kondisi eksisting serta peta
persebaran sarana pendidikan yang ada di wilayah tapak.
(a) (b)
(c)
61
Gambar 3.25 Peta Sarana Pendidikan pada Lokasi Tapak
Sumber: BAPPEDA, 2015
62
BAB IV
ANALISIS
63
Tabel 4.1 Rincian Kegiatan pada Kawasan Militer (Koramil)
Lapangan apel
Pelatihan
Aula koramil
Aparat TNI selaku Pertemuan/rapat
Pos jaga
pengelola Pengamanan
Kantor mako koramil
Informasi
Garasi
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pelaku kegiatan terdiri atas aparat
TNI selaku pengelola dan masyarakat sipil. Tabel rincian kegiatan diatas dapat
dijadikan acuan dalam pembangunan dan pengembangan kawasan militer karena
telah mengetahui sarana atau fasilitas yang harus ada dalam kawasan militer (koramil)
yang dapat menunjang aktivitas dari pelaku kegiatan. Berikut merupakan sketsa tata
letak bangunan pada wilayah Koramil yang akan dibangun yang didasarkan pada
kebutuhan sarana melalui identifikasi kegiatan dari apparat TNI AD.
64
Gambar 4.1 Design Respon Tata Letak Bangunan Pada Lahan
Sumber: Analisis Penulis, 2021
65
4.2 Analisis Kualitas Visual
Analisis Kualitas Visual pada tapak merupakan interpretasi dari berbagai data untuk
mendapatkan jenis informasi. Biasanya hal ini berkaitan dengan view atau perspektif
seseorang terhadap kualitas pada tapak tersebut.
Pada tapak tersebut berada pada lahan dengan ciri berkontur. Adapun kontur tertinggi
pada tapak memiliki ketinggian mencapai 41 m - 50 m. Dengan ketinggian tersebut
memberikan visual yang indah pada lahan yaitu dapat melihat keseluruhan pemandangan
yang terdapat di kota Balikpapan terutama pantai manggar yang terletak pada Kelurahan
Manggar Baru.
Selain itu, kondisi pada sekitar lahan yang masih dipenuhi oleh vegetasi dan
perkebunan warga juga menambah kualitas visual pada sekitar lahan. Sehingga, peruntukkan
lahan sebagai kawasan militer terutama bagi tentara yang bekerja berat dan dibawah tekanan.
Dengan adanya visual berupa pemandangan diharapkan dapat mengurangi tekanan saat
melakukan pekerjaan.
Lokasi lahan yang dipilih juga berdekatan dengan militer berupa Batalyon Infanteri
600/Raider yang berada tepat di sebelah selatan atau berada pada depan lahan. Sehingga,
dengan rencana pengembangan kawasan militer pada lahan tersebut dapat memberikan
kesan sebagai kawasan militer yang terintegrasi dan tangguh. Sehingga, perlunya dilakukan
perencanaan pembangunan yaitu peletakkan bangunan kearah yang terdapat pemandangan
seperti menghadap selatan dan berada di tapak dengan kontur 31-50 m agar terdapat view
berupa laut yang memberikan kesan keindahan. Berikut merupakan kondisi eksisting analisis
kualitas visual yang berada pada tapak.
66
Gambar 4.2 Kondisi Eksisting Kualitas Visual Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
67
Gambar 4.3 Design Respon Kualitas Visual Pada Lahan
Sumber: Analisis Penulis, 2021
68
Berdasarkan gambar 4.3, kualitas visual untuk bangunan yang memiliki visual menarik
dan nyaman untuk dipandang yaitu berada pada arah selatan yang terdapak pemandangan
berupa Batalyon Infanteri 600/Raider. Selain itu, view laut pada depan wilayah tapak dan
hutan pada belakang wilayah tapak memberikan visual yang bernilai positif serta menarik.
69
Gambar 4.4 Peta Kesesuaian Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
70
Berdasarkan peta analisis kesesuaian lahan diatas dapat kita simpulkan bahwa
pemilihan lokasi lahan sudah sesuai karena berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan
mayoritas lahan mendapatkan hasil analisis kesesuaian dengan kesesuaian sangat tinggi,
tinggi, dan sedang. Sedangkan, sisanya dengan kesesuaian rendah, sangat rendah, dan
ekstrem rendah. Adapun pembangunan terutama pada bagian kesesuaian, sangat rendah
dan ekstrem rendah dihindari. Namun, dapat ditanami berupa vegetasi untuk mengisi
kekosongan pada lahan dan menambah keindahan visual.
71
Gambar 4.5 Peta Kondisi Eksisting Vegetasi Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
72
Gambar 4.6 Design Respon Analisis Vegetasi Pada Lahan
Sumber: Analisis Penulis, 2021
73
Berdasarkan gambar 4.5 dapat kita simpulkan bahwa vegetasi yang terdapat pada
tapak terbagi menjadi kebun dengan vegetasi berupa sayuran dan pohon buah-buahan,
pepohonan, dan sisanya berbentuk tanaman liar seperti rumput. Adapun vegetasi yang harus
dipertahankan dengan pertimbangan dapat mempertahankan keberlanjutan lingkungan dan
tidak mengganggu dalam rencana pengembangan kawasan militer adalah vegetasi berupa
pepohonan. Sedangkan, perkebunan dan tanaman liar dapat dihilangkan karena tidak
memiliki korelasi antara perkebunan dengan kawasan militer. Adapun solusi untuk mengganti
vegetasi pada perkebunan dan tanaman liar yang dihilangan dapat diganti dengan vegetasi
lain seperti pohon peneduh yaitu pohon angsana, pohon ketapang, dan pohon tanjung yang
dapat mempertahankan keberlanjutan lingkungan dan tidak mengganggu pengembangan
kawasan militer yang telah diilustrasikan pada gambar 4.6.
74
4.6 Analisis Iklim Mikro
Komponen yang dianalisis pada iklim mikro melalui survei sekunder pada wilayah
tapak. Analisis iklim mikro menggunakan data-data berupa kenyamanan iklim mikro,
kecepatan angin, curah hujan, dan sinar matahari. Pada kenyamanan iklim mikro, data yang
diperlukan yaitu suhu rata-rata maksimum dan suhu rata-rata minimum, serta kelembaban.
Sinar matahari dibutuhkan data persentase lama penyinaran selama 12 bulan. Berikut
komponen analisis iklim mikro pada wilayah tapak kawasan militer:
a. Angin
Berdasarkan data sekunder yang bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Balikpapan didapatkan hasil kecepatan angin dengan rata-rata 1,95 m/s
pada tahun 2020. Kecepatan angin yang selalu naik turun setiap bulannya menurut
grafik kecepatan angin. Batas ambang angin yang aman adalah dibawah 17 m/s.
Kecepatan angin ini dapat diukur dengan menggunakan anemometer. Pada
Kelurahan Manggar Baru kecepatan rata-rata anginnya yaitu 1,95 m/s. Dengan
kecepatan angin maksimal rata-rata mencapai 4,35 m/s. Oleh karena itu, pada wilayah
tapak ini cocok untuk didirikan bangunan seperti kantor mako koramil. Sementara itu
arah angin dominan ke arah barat daya, arah ini sangat mempengaruhi lokasi
peletakan bangunan. Berikut merupakan gambaran kondisi eksisting arah angin pada
lahan.
75
Gambar 4.7 Kondisi Eksisting Arah Angin Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
76
Gambar 4.8 Design Respon Analisis Arah Angin Pada Lahan
Sumber: Analisis Penulis, 2021
77
b. Sinar Matahari
Dalam menempatkan posisi bangunan, perlu memperhatikan tata cahaya agar ruang-
ruang di dalam bangunan memiliki pencahayaan alami yang cukup karena akan
menjaga kelembaban udara di dalam ruangan sehingga kesehatan terjaga.
Berdasarkan data sekunder yang bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Balikpapan didapatkan hasil lama penyinaran matahari dengan rata-rata
selama 4,73 jam/hari pada tahun 2020. Penyinaran matahari sangat berpengaruh
terhadap pendirian bangunan pada wilayah tapak kawasan militer. Sehingga, perlunya
pembangunan yang tidak menghadap langsung kearah terbit dan terbenamnya
matahari seperti menghadap ke arah selatan dan tetap memastikan tapak dan seluruh
bangunan terkena sinar atau pencahayaan matahari secara cukup serta menyeluruh
pada tiap bagiannya. Berikut merupakan gambaran kondisi eksisting sinar matahari
pada lahan.
78
Gambar 4.9 Kondisi Eksisting Sinar Matahari Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
79
Gambar 4.10 Design Respon Analisis Sinar Matahari Pada Lahan
Sumber: Analisis Penulis, 2021
80
Berdasarkan gambar 4.10 ditinjau untuk arah bangunan pada kawasan militer yang
akan dibangun menghadap ke arah selatan dan timur agar bangunan tidak langsung
menghadap ke arah matahari.
c. Suhu
Berdasarkan data sekunder yang bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Balikpapan didapatkan hasil suhu/temperatur dengan rata-rata 26,4ºC pada
tahun 2020 dengan suhu rata-rata maksimum sebesar 28,6ºC dan suhu rata-rata
minimum sebesar 24,5ºC. Suhu tersebut sesuai dengan normalnya suhu ruangan
sebesar 20-25ºC. Berdasarkan SNI Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas),
kebisingan, getaran tangan-lengan, dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja
terdapat batas ambang iklim kerja yaitu tidak diperkenankan melebihi 25ºC - 30ºC.
Sehingga, melihat kondisi iklim pada Kelurahan Manggar Baru maka telah memenuhi
ambang batas iklim. Kelembaban pada wilayah tapak rata-rata sebesar 84%, hal
tersebut masuk ke dalam kelembaban yang cukup tinggi karena kelembaban dalam
ruangan normalnya dalam kisaran 45-64% sehingga perlu mengatur posisi bangunan
agar cahaya matahari dapat masuk dan dapat menyeimbangkan kelembaban karena
jika kelembaban cukup tinggi akan mempercepat proses pertumbuhan jamur atau
lumut pada permukaan bangunan serta membuat kondisi bangunan tidak tahan lama
atau tidak awet (mudah rusak).
d. Curah Hujan
Berdasarkan data sekunder yang bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Balikpapan didapatkan hasil curah hujan dengan rata-rata sebesar 200 mm
pada tahun 2020, curah hujan tersebut termasuk kategori menengah (100-300 mm).
Orientasi bangunan sebaiknya tegak lurus terhadap angin, hal tersebut diperlukan
untuk memberikan perlindungan yang tepat karena hujan yang dibawa masuk oleh
angin dapat menyusup ke dalam ruang bangunan.
81
kerja untuk 8 jam kerja. Pada lahan yang akan dibangun berdekatan dengan Batalyon Infanteri
600 raider yang memiliki pagar dan bangunan cukup tinggi di sekitarnya. Sehingga, dapat
menjadi rintang visual untuk meredam kebisingan. Berikut merupakan tabel rata-rata hasil
pengukuran kebisingan pada tapak yaitu:
Kebisingan sedang 49 dB
Kebisingan rendah 40 dB
Sumber: Analisis Penulis, 2021
Sehingga, berdasarkan tabel tersebut skala intensitas tingkat kebisingan pada lokasi
studi dibagi menjadi dua jenis yaitu, kebisingan rendah dengan daerah kebisingan berjarak
830 meter dari jalan raya dan kebisingan tinggi berjarak 560 m dari jalan raya. Pada
kebisingan rendah memiliki intensitas 20-40 dB yang berasal dari percakapan atau rumah
tangga. Dibuktikan pada lokasi di sekitar kebisingan rendah didominasi oleh lahan
perkebunan dan beberapa rumah warga. Selain itu, tingkat kebisingan sedang memiliki
intensitas 40-70 dB yang berasal dari percakapan kuat dan kegiatan kantor. Tingkat
kebisingan yang berada pada sekitar lahan berada dibawah nilai ambang batas kebisingan
yaitu < 85 db. Sehingga, kondisi lahan tepat untuk dijadikan sebagai rencana pembangunan
kawasan militer. Berikut merupakan peta yang menunjukkan tingkat kebisingan pada lahan
pengembangan kawasan militer.
82
Gambar 4.11 Peta Kebisingan Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
83
Gambar 4.12 Kondisi Eksisting Kebisingan Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
84
Gambar 4.13 Design Respon Analisis Kebisingan Pada Lahan
Sumber: Analisis Penulis, 2021
85
Berdasarkan gambar 4.12 tersebut dapat kita simpulkan bahwa pada lahan tersebut
memiliki tingkat kebisingan rendah dan sedang dan memiliki tingkat kebisingan dibawah nilai
ambang batas kebisingan. Tidak ada kebisingan yang tinggi karena lahan tersebut tidak
berada tepat pada jalan arteri primer dan terdapat rintang visual berupa pagar dan gedung
tinggi dari Batalyon Infanteri 600 raider. Selain itu, ada beberapa cara untuk menghalau
kebisingan sekitar yaitu dengan memberikan rintangan visual seperti jalanan yang lebih
rendah daripada sekitarnya, pagar, pepohonan, bangunan, dan sebagainya yang telah
diilustrasikan pada gambar 4.13.
86
4.8 Analisis Jaringan Jalan dan Perkerasan Jalan
Jaringan jalan yang berada di wilayah studi merupakan fungsi jalan lingkungan,
perkerasan jalan yang digunakan berupa semen dan tanah untuk jalan dalam area tapak.
Kondisi jalan dalam wilayah tapak masih kurang baik seperti kondisi jalan yang berlubang,
perkerasan jalan berupa tanah, dan akses jalan cukup sulit. Akan tetapi, masih dapat dilewati
oleh kendaraan roda dua dan empat. Selain itu, belum adanya akses jalan pada area
belakang tapak dikarenakan masih berupa lahan kosong sehingga jarang pengendara
melintas pada area tersebut. Dalam memasuki wilayah tapak, terdapat dua akses jalan yaitu
jalan di sebelah timur dan barat wilayah tapak. Pada sebelah timur, akses jalan ke tapak sulit
dilalui kendaraan roda empat dan dua karena lebar jalan yang sangat kecil sekitar 1,5 - 2 m,
lalu perkerasan jalan berupa tanah yang dimana jika terjadi hujan akan membahayakan
pengendara yang melintas. Sementara itu, pada sebelah barat, akses jalan ke tapak cukup
mudah untuk dilalui kendaraan roda empat dan dua karena lebar jalan sebesar 3 m serta
perkerasan jalan berupa semen dan aspal. Namun masih terdapat jalan berlubang yang dapat
membahayakan pengendara yang melintas pada jalan tersebut. Oleh karena itu, perlunya
peningkatan kualitas jalan pada tapak agar nantinya kawasan militer yang akan dibangun
mudah diakses oleh aparat TNI setempat. Berikut kondisi eksisting jaringan jalan yang berada
di wilayah tapak.
87
Gambar 4.14 Kondisi Eksisting Jaringan Jalan Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
88
4.9 Analisis Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam
pembangunan suatu kawasan militer karena sarana adalah alat yang digunakan untuk
beraktivitas dan prasarana adalah penunjang bagi manusia. Sarana yang terdapat di wilayah
tapak berupa sarana pendidikan yaitu pendidikan agama islam dan sarana kesehatan berupa
poliklinik. Pada luar tapak di sisi kiri terdapat masjid manggar baru yang lokasinya tidak jauh
dari wilayah tapak, terdapat pula sarana pendidikan di seberang batalyon yaitu SDN 010 dan
SMPN 19. Ketersediaan sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan dapat dijadikan
pertimbangan dalam membangun sarana yang berada pada kawasan militer. Sarana yang
berada pada tapak dapat dikatakan belum lengkap untuk mendirikan suatu kawasan militer
sehingga diperlukannya pengembangan sarana khususnya sarana untuk kepentingan bagi
aparat TNI seperti kantor mako koramil, aula koramil, lapangan apel, garasi kendaraan militer,
mushola/masjid, dan perumahan. Sementara itu pada depan tapak terdapat kawasan
Batalyon Infanteri 600/Raider, pada kawasan tersebut telah terdapat sarana mako batalyon,
aula, kantor kompi, lapangan apel batalyon, garasi, dan perumahan bagi aparat yang bekerja
pada kawasan batalyon.
Prasarana pada wilayah tapak seperti jaringan jalan masih kurang baik sehingga
diperlukannya perbaikan jalan agar mudah akses. Jaringan drainase pada wilayah tapak
sudah cukup memadai dengan kondisi drainase yang bersih, hanya saja diperlukan drainase
yang tertutup agar memberi view yang nyaman dilihat. Jaringan telekomunikasi berada di sisi
jalan arteri primer dan dapat dikatakan cukup untuk akses telekomunikasi jika nantinya akan
dibangun kawasan koramil. Jaringan listrik pada tapak dialiri sepenuhnya oleh PLN sehingga
untuk kebutuhan listrik pada kawasan militer dapat terpenuhi.
89
Gambar 4.15 Peta Sirkulasi Kendaraan Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
90
4.11 Analisis Pola Aliran Air
Kejadian dan pergerakan air yang terjadi bergantung pada kondisi fisik dan geologi
setempat. aliran air merupakan salah satu bagian yang kompleks. Curah hujan merupakan
sumber utama dari air tanah selain sumber-sumber lain. Air hujan yang jatuh di permukaan
bumi tidak seluruhnya mengalir sebagai aliran permukaan yang menuju ke sungai akan tetapi
sebagian akan meresap ke dalam tanah melalui infiltrasi atau perkolasi sebagai umpan air
tanah. Jumlah bagian air hujan yang masuk ke dalam tanah dipengaruhi oleh kondisi geologi,
topografi, penggunaan lahan dan penutup lahan serta faktor lainya. Berikut merupakan
kondisi pola aliran air dalam tanah.
91
Gambar 4.16 Kondisi Eksisting Pola Aliran Air Pada Lahan
Sumber: Survei Primer, 2021
92
Gambar 4.17 Design Respon Analisis Pola Aliran Air Pada Lahan
Sumber: Analisis Penulis, 2021
93
Berdasarkan gambar 4.16 dapat kita lihat bahwa dari kontur pada lahan menyebabkan
arah aliran air bergerak dari bagian yang memiliki ketinggian 41 m - 50 m menuju ke bagian
yang lebih rendah. Dalam artian air yang bergerak dari dataran tinggi, yang semula sangat
sedikit dan akan semakin banyak berkumpul di daerah lereng dan lembah. Arah aliran air lebih
banyak menuju ke arah Tenggara karena memiliki kontur yang paling rendah. Jenis tanah
pada lokasi juga memiliki sifat tidak mudah kering Karena memiliki sifat yang mudah
menyerap air. Dengan adanya perencanaan kawasan militer pada lahan ini menyebabkan
berkurangnya daerah resapan air sehingga, akan direncanakan drainase sebagai upaya
untuk mengendalikan/mengelola limpasan air permukaan. Nantinya, air tersebut akan
dialirkan ke DAS Manggar yang telah diilustrasikan pada gambar 4.17.
94
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui ketepatan dalam
pemilihan lokasi tapak dengan direncanakannya pembangunan kawasan militer dapat ditarik
kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan hasil identifikasi lahan yang berada pada Kelurahan Manggar Baru,
Kecamatan Balikpapan Timur dan akan direncanakan sebagai Kawasan militer maka
didapatkan data berupa gambaran umum mengenai klimatologi yang terdiri atas suhu
rata-rata, curah hujan, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin, serta penyinaran
matahari. Kemudian, data mengenai geologi, vegetasi, topografi, hidrologi,
penggunaan lahan. Lalu, data mengenai prasarana berupa jaringan jalan, jaringan
drainase, dan jaringan telekomunikasi dan sarana berupa sarana peribadatan, sarana
Kesehatan, dan sarana Pendidikan. Identifikasi tersebut dilakukan dengan survei
primer yaitu pengumpulan data langsung pada lahan dan juga melalui survei sekunder
dengan mendapatkan data dari Google maps, dokumen RTRW, Bappeda, BMKG, dan
Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar
dari analisis untuk perencanaan tapak dengan tema Kawasan Militer.
2. Berdasarkan identifikasi rencana kawasan militer koramil. Maka, dilakukan analisis
yaitu, identifikasi rencana Kawasan militer koramil, analisis kualitas visual, analisis
kesesuaian lahan, analisis vegetasi, analisis kebisingan, analisis jaringan jalan dan
perkerasan jalan, analisis kelengkapan sarana dan prasarana, analisis sirkulasi
kendaraan, dan analisis aliran pola air. Pada kawasan militer berupa koramil
merupakan Kawasan untuk menjaga keutuhan wilayah Kecamatan Balikpapan Timur
dari segala gangguan dan ancaman melalui kerja sama antara masyarakat dan aparat
TNI AD setempat. Pelaku kegiatan berupa aparat TNI selaku pengelola dan
masyarakat sipil serta dapat mengetahui sarana/fasilitas yang harus ada dan dapat
menunjang aktivitas dari pelaku kegiatan. Kesesuaian lahan dilihat berdasarkan
RTRW Kota Balikpapan pasal 57 bahwa Kecamatan Balikpapan Timur diperuntukan
kawasan pertahanan karena terdapat Yonif 600/Raider. Ditinjau dari kualitas visual
lahan tapak terdapat Batalyon Infanteri 600/Raider yang berada di sebelah selatan
dan depan lahan serta view laut jika bangunan berada di kontur 31-50 m dan
menghadap ke selatan. Vegetasi pada lahan tapak terbagi menjadi kebun,
pepohonan, dan tanaman liar. Analisis kebisingan berupa kebisingan sedang sebesar
49 dB dan rendah sebesar 40 dB. Pada analisis jaringan jalan yang merupakan jalan
lingkungan dengan kondisi jalan berlubang serta perkerasan jalan berupa semen,
95
aspal, dan tanah. Kelengkapan sarana pendidikan di sekitar tapak dan peribadatan di
wilayah tapak yang nantinya berpengaruh dalam pembangunan, prasarana.
Prasarana yaitu jaringan drainase yang cukup memadai dan kondisinya bersih.
Jaringan telekomunikasi dan jaringan listrik cukup memadai karena berada di
sepanjang jalan lingkungan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Sirkulasi kendaraan
yang jarang dilewati oleh kendaraan karena lokasi tapak yang cukup jauh dari jalan
arteri primer. Pada analisis iklim mikro, rata-rata kecepatan angin sebesar 1,95 m/s
dan masuk dalam kriteria aman karena di bawah 17 m/s, suhu pada wilayah tapak
sebesar dengan rata-rata 26,4ºC serta curah hujan dengan rata-rata 200 mm termasuk
kategori menengah karena berada di antara 100-300 mm.
3. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka ketepatan dalam pemilihan lokasi
tapak terhadap perencanaan kawasan militer telah sesuai karena ditinjau dari analisis
berupa kesesuaian lahan yang telah sesuai dengan RTRW Kota Balikpapan Tahun
2012-2032 bahwa Kecamatan Balikpapan Timur diperuntukan kawasan pertahanan
dan keamanan sehingga pemilihan lokasi telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dari analisis iklim mikro, kecepatan angin, sinar matahari, suhu dan curah hujan
termasuk normal sehingga dalam melakukan pembangunan perlunya penyesuaian
terhadap kondisi iklim mikro tersebut. Selain itu, ditinjau dari kebisingannya sebesar
40-49 dB yang berarti termasuk kategori nyaman sehingga jika dibangun perumahan,
RTH, dan fasilitas umum pada kawasan militer, kebisingan tersebut berpengaruh
terhadap kenyamanan. Perlunya peningkatan pada kualitas pada jaringan jalan.
Sarana dan prasarana berupa pendidikan, peribadatan, jaringan telekomunikasi, listrik
dan drainase perlu adanya peningkatan pembangunan sarpras tersebut pada kawasn
militer yang akan dibangun untuk memenuhi pelayanan aktivitas bagi aparat militer
setempat nantinya.
96
DAFTAR PUSTAKA
97
Soetikno Sastrokusumo S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wijana, Nyoman. 2015. Struktur dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan di Sepanjang
Pantai Pembudidaya Udang di Laut Lepas Desa Sangsit, Kecamatan Sawan,
Kabupaten Buleleng. Prosiding Seminar Nasional MIPA. 2015.
Hasanah, H. (2020). Pengaruh Kesesuaian Harga dan Fasilitas Terhadap Kepuasan
Konsumen BRT Trans Semarang Melalui Kualitas Layanan Sebagai Variabel
Intervening. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Ir. Herry Gusmara, M. (2016). Bahan Ajar Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu: Universitas
Bengkulu.
Noor, D. (2014). Pengantar Geologi. Yogyakarta: Deepublish.
Pangerang, C. H. (2017). Penataan Fasilitas Umum di Tanjung Bunga Dalam Mewujudkan
Kota Mandiri. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Purnomo, N. H. (2017). Geografi Tanah. Surabaya: Geo Fish Unesa.
Badan Meteorologi, K. d. (2021). Informasi Cuaca. Retrieved from Probabilistik Curah Hujan
20 mm (tiap 24 jam): https://www.bmkg.go.id/cuaca/probabilistik-curah-hujan.bmkg
Geospasial, B. I. (2018). Sop Pemetaan Kemiringan Lereng. Retrieved from
https://jdih.big.go.id/lihatdoc?id=538
Kehutanan, K. (2013). Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Perhutanan Sosial Nomor : P.4/V-SET/2013 Tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis.
Maridi, Saputra, A., & Agustina, P. (2014). Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. BIOEDUKASI , 28-42.
Nurul Khotimah, M. S. (2008). PGF-208. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
PC, P. P. (2017). Hidrologi. Retrieved from https://bpusdataru-pc.jatengprov.go.id/hidrologi/
Prof.Dr.Ir. Yonny Koesmaryono, M., & Muhamad Askari, S. M. (2016). Pengertian dan Ruang
Lingkup Klimatologi Pertanian, dan Pengaruh Atmosfer terhadap Kehidupan dan
Pertanian. In Klimatologi Pertanian.
Saribun, D. S. (2007). Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan dan Kelas Kemiringan Lereng
Terhadap Bobot Isi, Porositastotal, dan Kadar Air Tanah Pada Sub-DAS Cikapundung
Hulu. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.
Sasongko, A. (2014). Perancangan Aplikasi Rekam Data Cuaca Hasil Pengamatan Observer
Stasiun Meteorologi BMKG Berbasis Website. Jurnal Khatulistiwa Informatika, Vol. 2
No. 2.
98
Sihotang, O. (2018). Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Pendugaan Cadangan Karbon
Pada Kawasan Hutan di Desa Siparmahan Kecamatan Harian Kabupaten Samosir..
Universitas Sumatra Utara.
Winarno, G. D., Harianto, S. p., & Santoso, T. (2019). Klimatologi Pertanian. Bandar Lampung:
Pusaka Media.
99
LAMPIRAN
100
101