Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DAN

MODEL PEMBELAJARAN ARCS ( ATTENTION, RELEVANCE,


CONFIDENCE, AND SATISFACTION) TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA SMK DWI TUNGGAL 1 TANJUNG
MORAWA T.A 2020/2021

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian


Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
MONA GLEDYS MANALU
NIM : 7163144023

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang

atas berkat dan rahmat-Nya telah memberikan kesehatan kepada peneliti sehingga

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan

Model Pembelajaran Hypnoteaching Dan Model Pembelajaran ARCS

(Attention, Relevance, Confidence, And Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar

Siswa SMK SWASTA DWI TUNGGAL 1 TANJUNG MORAWA.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Pendidikan Administrasi Perkantoran di Universitas

Negeri Medan. Pada kesempatan ini peneliti juga menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak yang telah memberikan bimbingan dan

bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu kepada :

1. Bapak Dr. Syamsul Gultom, S.KM. M.Kes, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Eko Wahyuni Nugrahadi, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Drs. La Ane, M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Drs. Johnson, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

2
6. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Universitas

Negeri Medan.

7. Ibu Nelly Armayanti, SP., M.SP, selaku Ketua Prodi Pendidikan Administrasi

Perkantoran Ekonomi Universitas Negeri Medan.

8. Ibu Rotua SP Simanulang, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

saya yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan,

masukkan dan koreksi terhadap isi sewaktu penyusunan sehingga skripsi ini

diselesaikan dengan baik.

9. Ibu Dra. Gartima Sitanggang, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing Akademik

dan sebagai dosen Penguji I.

10. Bapak Dr. Hasyim, S.Ag., SE, MM., selaku dosen Penguji II.

11. Bapak Dr. Khairuddin E Tambunan, M.Si, selaku dosen Penguji III

12. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas dan Staf

Pegawai Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran dan Staf

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan.

13. Ibu Hermin Nurmianna, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMK BM Dwi Tunggal

1 Tanjung Morawa dan Ibu Samwidy Anggraini, S.Pd selaku Guru Mata

Pelajaran Korespondensi.

14. Teristimewa kepada orang tua saya, Ibu saya Morlinda Hutahaean yang selalu

memberikan semangat, mendoakan, dan dukungan sehingga saya berhasil

menyelesaikan pendidikan dengan gelar Sarjana Pendidikan.

15. Keluarga saya, Op. Marihot Hutahaean, tante Melda Hutahaean, tante Dewi

Hutahaean, Tulang Maridonni Hutahaean, Tulang Pipo Hutahaean, adek

3
Michael Manalu, dan Maura Armelia Tampubolon yang senantiasa

memberikan dukungan dan motivasi untuk saya dalam menyelesaikan skripsi

saya.

16. Teman-teman terdekat saya Novia Dahnia Haris, S.Pd., Debora Nadia Marbun

S.Pd., Purwadi S.Pd., Dwi Amalia S.Pd., Gresia Silalahi S.Pd., Bangun Sihite,

Gugun Simanjuntak, Juan Sinaga, Putra Hutagaol, Anita Purba, Dame

Simanjuntak, Melyani Saragih, Kartika Tampubolon, Yenny Z Sianipar S.Pd.,

yang memberikan semangat dan dukungannya.

17. Keluarga besar Pendidikan Administrasi Perkantoran Reguler B 2016

18. Teman-teman KKN di Desa Bah-bah Buntuh, atas semangat dan

dukungannya.

Medan, Oktober 2021

Peneliti

Mona Gledys Manalu

Nim: 7163144023

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung

mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi

manusia yang cerdas, terampil dan bermoral. Seorang guru tentunya di dalam

proses pembelajaran harus mampu menjalankan tugas dan perannya dengan baik,

karena guru juga memiliki kontribusi yang besar dalam mencetak peserta didik

yang berkualitas.

Guru dituntut memiliki kompoten profesionalisme yang tinggi dalam

proses belajar mengajar. Guru harus mampu mewujudkan langkah-langkah

inovatif dan kreatif agar proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Misalnya

guru membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam pembelajaran,

memberikan masalah yang menarik sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar

siswa serta kemampuan siswa dan mampu membantu siswa berkembang.

Untuk dapat menggali dan mengembangkan kemampuan siswa tentunya

dalam proses pembelajaran perlu pembelajaran yang aktif. Pembelajaran tidak lagi

berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator

serta pembimbing.Peran guru sangat diharapkan bisa menciptakan situasi

pendidikan atau pengajaran yang menstimulus siswa untuk aktif belajar, bukan

hanya sekedar menjadi pihak pasif (penerima) belajar saja.

Masalah yang terjadi disekolah tersebut guru yang mengajar masih

terfokus pada buku pelajaran, guru hanya menjelaskan apa yang ada di buku dan

5
menyuruh siswa untuk mencatat atau meringkas. Kurang tertariknya siswa untuk

bertanya dan menyampaikan pendapat disebabkan karena model pembelajaran

yang digunakan guru kurang merangsang siswa untuk aktif bertanya dan

menyampaikan pendapat. Aktivitas bertanya dan mengkomunikasikan pendapat

merupakan aktivitas yang sangat berpengaruh dalam memunculkan sikap ilmiah

siswa karena dapat membantu pengembangan rasa ingin tahu siswa terhadap

materi.

Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa

nyaman dan rileks dalam belajar dengan memberi sugesti-sugesti positif kepada

siswa melalui pemanfaatan metode hypnoteaching. Hypnoteaching ini merupakan

metode pembelajaran yang kreatif, unik, sekaligus imajinatif. Hypnoteaching

merupakan perpaduan dari dua kata, yaitu hypnosis berarti mensugesti dan

teaching berarti mengajar.Jadi dapat dikatakan bahwa hypnoteaching adalah usaha

untuk menghipnosis atau mensugesti siswa supaya menjadi lebih baik dan hasil

belajarnya meningkat. Penerapan metode hypnoteaching dapat mengefektifkan

proses pembelajaran agar menjadi lebih menyenangkan dan menumbuhkan focus

penuh perhatian siswa.

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa metode pembelajaran

hypnoteaching efektif digunakan dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan

meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya jurnal Akbar Taufik & Suryanti

(2018) tentang Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Hypnoteaching

Terhadap Hasil Belajar Matematika dan jurnal Bahar Agus Setiawan (2018)

tentang Pengaruh Metode Hypnoteaching Terhadap Aktifitas Belajar Dan

6
Dampaknya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaran Al-

Islam Di Smp Muhammadiyah 1 Jember.

Model pembelajaran Attention, Relevence, Confidence, Satisfaction

(ARCS) merupakan suatu pembelajaran yang sederhana, sistematik dan

bermakna. Pembelajaran model ini mengutamakan perhatian siswa,

menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman siswa, menciptakan rasa

percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa puas terhadap diri siswa

sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menciptakan imaginasi atau sugesti

siswa untuk mempunyai rasa suka terhadap materi pembelajaran yang disesuaikan

dengan pengalaman belajar siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada

dasarnya ARCS mempunyai sifat yang luwes dan fleksibel sehingga dalam

pelaksanaannya dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain, namun

inti yang ingin dicapai yakni menekankan pada upaya membangkitkan semangat

siswa dengan suatu mata pelajaran tertentu.

Salah satu hasil penelitian menunjukan bahwa metode pembelajaran

ARCS efektif digunakan dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan

meningkatkan hasil belajar siswa yaitu jurnal Alfiyana Rifda (2018) tentang

Pengaruh Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, And

Satisfaction) dengan Metode Talking Stick Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

Siswa Materi Sistem Pencernaan Makananan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Hypnoteaching

Dan Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, And

7
Satisfaction)” Terhadap Hasil Belajar Siswa SMKS Dwi Tunggal 1 Tanjung

Morawa’’`

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas ada beberapa

masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu:

1. Kurang efektif model pembelajaran yang digunakan oleh guru saat

proses pembelajaran di kelas.

2. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Kegiatan belajar mengajar terfokus pada guru

1.3 Batasan Masalah

Supaya penelitian ini tidak terlalu luas dan menyimpang dari tujuan

penelitian yang telah direncanakan, maka penulis menetapkan batasan-batasan

masalah pada hal-hal berikut ini :

1. Model pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran

hypnoteaching dan model arcs

2. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar korespondensi siswa

kelas X OTKP di SMKS Dwi Tunggal 1 Tanjung Morawa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada

pengaruh penggunaan model pembelajaran Hypnoteaching dan model

ARCS terhadap hasil belajar kearsipan siswa kelas X OTKP SMKS Dwi

Tunggal 1 Tanjung Morawa T.A 2020/2021?

8
1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Hypnoteaching

terhadap hasil belajar korespondensi siswa kelas X OTKP di SMK Dwi

Tunggal 1 Tanjung Morawa T.A 2020/2021.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran ARCS terhadap hasil

belajar korespondensi siswa kelas X OTKP di SMK Dwi Tunggal 1

Tanjung Morawa T.A 2020/2021.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian ini ialah :

1. Sebagai masukan dan menambah wawasan, pengalaman dan ketrampilan

peneliti mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran

hypnoteaching dan model ARCS terhadap hasil belajar siswa.

2. Sebagai kontribusi pemikiran untuk lembaga pendidik dan kepada pihak

sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan alternative

dalam memilih model pembelajaran yang tepat.

3. Sebagai bahan masukan, informasi dan sumber refrensi untuk penelitian

lebih lanjut.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Model Pembelajaran Hypnoteaching

Guru dan kualitas pembelajaran adalah konsep dwitunggal yang

tidak dapat dipisahkan. Bagaimana suatu proses pembelajaran dapat diterima dan

dipahami dengan mudah oleh peserta didik adalah tujuan dari pembelajaran itu

sendiri. Tugas guru adalah menciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif

dan efisien melalui berbagai metode, strategi atau kiat-kiat praktis menjalani

pengajaran agar menjadi menyenangkan. Salah satu metode menarik yang dapat

membantu proses pembelajaran, meningkatkan prestasi belajar serta

perkembangan anak didik adalah Hypnoteaching.

Hypnoteaching merupakan improvisasi dari sebuah metode pembelajaran

yang menggunakan sugesti-sugesti positif untuk mencapai alam bawah sadar anak

didik. Dalam penyampaian materi pelajaran, guru menggunakan bahasa-bahasa

bawah sadar, yakni bahasa persuasif, yang akan menimbulkan ketertarikan

tersendiri bagi anak didik.

Istilah hypnoteaching berasal dari dua kata yaitu “hypno” dan

“teaching”. Elvin Saputra, dalam Kamus Lengkap 99 Miliar Inggris-

Indonesiaditulis dalam buku hypnoteaching for Succes Learning mengartikan

kata Hypnotic dimaknakan sebagai hal yang menyebabkan tidur. Dan, hypnotis

berarti ahli hypnosis.Sedangkan teaching berarti mengajar.Dengan pengertian ini,

hypnoteaching berarti mengajar yang dapat menyebabkan tidur.

10
Hipnosis adalah suatu metode berkomunikasi, baik verbal maupun

nonverbal, yang persuasif dan sugesti kepada seorang klien sehingga dia menjadi

kreatif (berimajinasi) dengan emosional dan terbuka wawasan internalnya

kemudian beraksi (baik persetujuan maupun penolakan) sesuai dengan sistem nilai

dasar spiritual yang dimiliki, Milton H (2016:17).

Definisi hypnoteaching sebagai seni berkomunikasi dalam proses

pengajaran dengan cara mengeksplorasi alam bawah sadar, sehingga siswa

menjadi fokus, rileks dan sugestif dalam menerima materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru (Yustisia, 2017 : 75).

Menurut Mansur (2015:7) “ untuk menembus filter bahwa sadar

seseoranang dan memasukkan sugesti-sugesti positif dengan mudah adalah

melalui hypnosis”. Disinilah ketekaitan antara hypnosis dan pengajaran yang

kemudian disebut dengan hypnoteaching.

Model hypnoteaching juga dapat didefenisikan sebagai model

pembelajaran yang dalam menyampaikan materi, guru memakai bahasa-bahasa

bahwa sadar yang bisa menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada peserta didik.

Sebagai gambaran banyak masyarakat yang tidak mengetahui hipnosis akan tetapi

sebenarnya telah memperaktekan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya

seorang guru yang piawai memberikan motivasi kepada anak didiknya untuk

belajar.Guru-guru yang digandrungi oleh murid-muridnya dianggap sebagai guru

teladan, tanpa disadari sebenarnya guru tersebut telah mengaplikasikan teknik

hypnosis dalam kehidupan sehari-hari.

11
Kunci dari model hypnoteaching sebenarnya adalah bagaimana guru bisa

menciptakan lingkungan belajar yang nyaman secara intern (psikis) maupun

ekstren (fisik). Karena ketika kenyamanan ada dalam pembelajaran , mereka akan

merasakan pula proses belajar yang menyenangkan, dan dipastikan materi yang

disampaikan guru akan lebih mudah sekali diserap oleh peserta didik. Hal itu bisa

terjadi karena kondisi nyaman adalah kondisi yang diciptakan oleh operator

hypnosis (guru) dengan sebuah komunikasi yang berguna membawa subjek

hypnosis (peserta didik) ke kondisi alam bahwa sadarnya.

Menurut Muhammad Neor (2016:137) terdapat beberapa unsur-unsur

hypnoteaching antara lain :

1. Penampilan Guru

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam menyukseskan

program hypnoteaching adalah dengan memperhatikan performa atau

penampilan diri. Guru hendaknya berpakaian serba rapi, kalau memungkinkan

bagi yang laki-laki bisa pakai dasi yang serasi. Penampilan yang baik tentunya

akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi serta memiliki daya tarik

yang kuat bagi peserta didik.

2. Sikap yang Empatik

Sebagai seorang pendidik, bukan sekedar pengajar, seorang guru harus

mempunyai rasa empati. Ketika didapati ada atau banyak peserta didik yang

bermasalah, suka membuat ulah di sekolah, suka cari perhatian teman dan

guru dengan berbicara sendiri dan membuat ulah yang kurang baik, Guru yang

memiliki rasa empati tidak akan begitu saja menyematkan gelar “peserta didik

12
nakal”.Guru tersebut justru menyelidiki latar belakang yang menyebabkan

tindakan peserta didik itu dengan menggali dan mengumpulkan berbagai

informasi yang ada serta membantu peserta didik tersebut menjadi lebih baik

dan maju.

3. Rasa Simpati

Seorang guru harus mempunyai rassa simpati yang tinggi kepada peserta

didiknya sehingga peserta didiknya pun akan menaruh simpati kepadanya

pula. Sebab, hukum alam pasti berlaku adalah kaidah timbal balik. Jika guru

memperlakukan peserta didiknya dengan baik, peserta didiknya pun pastiakan

bersikap baik kepadanya. Meskipun peserta didiknya itu sangat nakal, ia pasti

akan tetap merasa enggan dan hormat kepada guru yang juga

menghormatinya.

4. Penggunaan Bahasa

Guru yang baik hendaknya memiliki kosa kata dan bahasa yang baik serta

enak didengar telinga, bisa menahan emosi diri, tidak mudah terpancing

amarah, suka menghargai karya, potensi, dan kemampuan peserta didik, tidak

suka merendahkan, menghina, mengejek, atau memojokkan peserta didik

dengan berbagai ungkapan kata yang tidak seharusnya keluar dari lidahnya.

Guru yang bisa menjaga lisannya dengan baik, niscaya para peserta didik pun

tidak akan berani mengatakan kalimat yang menyakiti hatinya. Paling tidak

peserta didik yang di perhatikan dan di nasehati dengan bahasa hati akan

menuruti dengan sepenuh hati.

13
5. Peraga Bagi yang Kinestetik

Peraga merupakan salah satu unsur hipnosis dalam proses pembelajaran, yang

dimaksud adalah peraga atau mengeluarkan ekspresi diri. Seluruh anggota

badan digerakkan jika diperlukan. Tangan, kaki, mimik, dan suara

dieksplorasi secara maksimal dan optimal. Guru ketika menerangkan

diusahakan menggunakan gaya bahasa tubuh agar apa yang disampaikannya

semakin mengesankan dan untuk menerapkan ini, terlebih dahulu guru harus

menguasai materi yang akan disampaikan, karena guru yang tidak menguasai

materi biasanya akan mengajar peserta didik dengan cara yang membosankan.

6. Motivasi Peserta didik dengan cerita dan Kisah

Salah satu keberhasilan hypnoteaching adalah menggunakan teknik cerita dan

kisah. Alangkah baiknya jika dalam mengajar kita selalu menyelipkan kisah-

kisah orang-orang sesuai pelajaran yang sedang menjadi pembahasan, karena

dengan hal itu secara tidak langsung kita telah memberi motivasi positif,

apalagi melihat peserta didik yang dipastikan mempunyai masalah pribadi

masing-masing yang biasanya mengganggu fokus pikiran, dan tidak

termotivasi dalam belajar. Dengan guru bercerita, secara tidak langsung guru

sedang menasehati peserta didik tanpa harus menggurui. Kalau ingin

menguasai pikiran peserta didik, kuasai terlebih dahulu hatinya. Dalam

mengajar, kuasailah hati peserta didik terlebih dahulu, maka secara otomatis

akan mampu menguasai pikirannya memahami perkembangannya. Dalam

mengajar diharapkan guru tidak mengajar secara formal yang menjadikan

14
suasana kelas menjadi kaku, miskin canda tawa, miskin kreasi dan tidak

mengenal psikologi anak, tetapi mengajar dengan fun.

Dalam menerapkan model hypnoteaching diharapkan guru bisa menjadi

magnet bagi peserta didik, artinya jika guru menginginkan ketenangan kelas

dalam pembelajaran, maka guru sendiri harus bersikap tenang dulu, jika guru

menginginkan peserta didiknya gemar membaca, maka guru harus gemar

membaca, jika guru menginginkan peserta didiknya rajin belajar, maka guru harus

rajin belajar. Jadi hukum tarik menarik adalah hal yang dimaksudkan dalam

model hypnoteaching, jika guru menginginkan menjadi apa yang diinginkan,

maka guru harus bisa menjadi apa yang guru inginkan dari peserta didik (Noer,

2016:127).

Teknik pembelajaran hypnoteaching merupakan sebuah pembelajaran

yang dirancang dengan menciptakan situasi yang nyaman dan menyenangkan

dalam lingkungan yang terkendali dengan melibatkan perpaduan pikiran sadar dan

pikiran bahwa sadar sehingga materi pelajaran dapat dengan mudah masuk

kedalam pikiran bahwa sadar siswa.

Aktivitas pikiran bawah sadar terjadi ketika kita berada dalam gelombang

otak alpha atau theta Gelombang Alpha berada pada posisi khusyuk, rileks,

mediatif, nyaman, dan ikhlas. Gelombang otak ini menyebabkan kita merasa

nyaman, tenang, dan bahagia pada kondisi gelombang otak ini seluruh proses

hipnotis dan sugesti dilakukan sedangkan gelombang theta terjadi ketika kita telah

berada dalam kondisi hipnotis, hampir tertidur, atau tidur disertai mimpi.

15
Untuk mengakses pikiran bahwa sadar dan mengukur gelombang otak

dapat diukur dengan alat yang dinamakan Electro Encephalograph (EEG). EEG

ditemukan pada tahun 1929 oleh psikiater Jerman, Hans Berger. Sampai saat ini,

EEG adalah alat yang sering diandalkan para peneliti yang ingin mengetahui

aktivitas pikiran seseorang dalam satuan frekuensi. Frekuensi yang dimaksudkan

disini adalah jumlah pulsa/impuls per detik dalam satuan hz. Gelombang otak

manusia dapat digolongkan menjadi empat yaitu :

1. Gelombang Beta: Waspada, Konsentrasi.

Kondisi gelombang otak Beta (12-25 Hz) menjaga pikiran kita tetap tajam dan

terfokus. Dalam kondisi Beta, otak anda akan mudah melakukan analisis dan

penyusunan informasi, membuat koneksi, dan menghasilkan solusi-solusi

serta ide-ide baru. Beta sangat bermanfaat untuk produktivitas kerja, belajar

untuk ujian, persiapan presentasi, atau aktivitas lain yang membutuhkan

konsentrasi dan kewaspadaan tinggi.

2. Gelombang Alpha: Kreativitas, Relaksasi, Visualisasi

Gelombang otak Alpha (8-12 Hz) sangat kontras dibandingkan dengan kondisi

Beta. Kondisi relaks mendorong aliran energi kreativitas dan perasaan segar,

sehat. Kondisi gelombang otak Alpha ideal untuk perenungan, memecahkan

masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas kita.

3. Gelombang Theta: Relaksasi mendalam, Meditasi, Peningkatan Memori

Lebih lambat dari Beta, kondisi gelombang otak Theta (4-8 Hz) muncul saat

kita bermimpi pada tidur ringan. Atau juga sering dinamakan sebagai

mengalami mimpi secara sadar. Frekuensi Theta ini dihubungkan dengan

16
pelepasan stress dan pengingatan kembali memori yang telah lama. Kondisi

“senjakala” (twilight) dapat digunakan untuk menuju meditasi yang lebih

dalam, menghasilkan peningkatan kesehatan secara keseluruhan, kebutuhan

kurang tidur, meningkatkan kreativitas dan pembelajaran.

4. Gelombang Delta: Penyembuhan, Tidur Sangat Nyenyak.

Kondisi Delta (0.5-4 Hz), saat gelombang otak semakin melambat, sering

dihubungkan dengan kondisi tidur yang sangat dalam. Beberapa frekuensi

dalam jangkauan Delta ini diiringi dengan pelepasan hormon pertumbuhan

manusia (Human Growth Hormone), yang bermanfaat dalam penyembuhan.

Kondisi Delta, jika dihasilkan dalam kondisi terjaga, akan menyediakan

peluang untuk mengakses aktivitas bawah sadar, mendorong alirannya ke

pikiran sadar. Kondisi Delta juga sering dihubungkan dengan manusia-

manusia yang memiliki perasaan kuat terhadap empati dan intuisi.

Menurut Jaya (dalam Yustisia,2017) hypnoteaching memberi beberapa teknik

yang cepat, gembira, efektif, dan menyenangkan dalam penerapannya, yaitu :

1. Yelling

Yeling atau berteriak dipakai untuk mengembalikan konsentrasi peserta didik

ke materi pelajaran dengan meneriakkan sesuatu bersama-sama. Tata cara

berteriak atau menyahut harus telah disepakati sejak awal pembelajaran.

Ketika guru melihat konsentrasi peserta didiknya mulai terpecah, ia bisa

menggunakan teknik ini untuk mengembalikan konsentrasi peserta didiknya.

2. Jam emosi

Jam emosi merupakan jam untuk mengatur emosi. Pada hakikatnya, emosi

17
setiap orang bisa berubah-ubah setiap detiknya, demikian halnya dengan

peserta didik disekolah mereka pun memiliki waktu emosi yang berbeda-

beda. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara supaya mereka tetap dalam

emosi yang sama pada suatu waktu. Jam emosi dibagi menjadi 4 bagian yaitu

jam tenang, jam diskusi, jam lepas, dan jam tombol.

3. Ajarkan dan puji

Dalam skala rata-rata, proses pembelajaran menunjukkan bahwa anak

mengingat 20% dari apa yang mereka baca, 30 % dari apa yang mereka

dengar, 40% dari apa yang mereka lihat, 50% dari apa yang mereka katakan,

50% dari apa yang mereka lakukan, dan anak mengingat 90% dari apa yang

mereka lihat, dengar dan katakan. Maka perlu bagi guru membuat peserta

didik dapat mencapai persentasi 90% dalam proses pembelajaran. Teknik

ini dilakukan dengan saling mengajarkan kembali materi materi kepada teman

yang lain. Setelah peserta didik sudah berusaha untuk saling mengajarkan

kepada temannya yang lain, guru harus memberikan apresiasi kepada peserta

didik dengan memujinya.

4. Pertanyaan ajaib.

Dalam membentuk sebuah pertanyaan yang bisa meningkatkan hasil belajar

peserta didik, diperlukan pertanyaan khusus yang bisa membangun proses

pembelajaran, memberikan solusi, meningkatkan potensi, dan mengarahkan

peserta didik.

2.1.2 Langkah – Langkah Pembelajaran Hypnoteaching

Menurut Muhammad Noer dalam bukunya N. Yustisia (2015:85), ada

18
beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh guru. Langkah-langkah tersebut

sebagai berikut:

1. Niat dan Motivasi

Kesuksesan seorang sangat tergantung pada niatnya untuk senantiasa berusaha

dan bekerja dalam mencapai kesuksesan yang ingin diraih. Niat yang besar

dan tekad yangkuat akan menumbuhkan motivasi dan komitmen yang tinggi

pada bidang yang ditekuni. Sebagaimana seorang guru, guru yang mempunyai

motivasi dan komitmen yang kuat terhadap profesinya, pasti akan selalu

berusaha yang terbaik menjadi guru yang patut dijadikan sosok yang pantas

untuk digugu dan ditiru oleh peserta didiknya.

2. Pacing

Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak

dengan orang lain. Dalam hal ini adalah bagaimana guru menyesuaikan diri

dengan peserta didiknya. Prinsip dalam langkah ini adalah manusia cenderung

atau lebih suka berkumpul, berinteraksi dengan manusia yang mempunyai

banyak kesamaan dengannya. Sebab ini akan membuat seseorang merasa

nyaman ketika berada didalamnya, melalui rasa nyaman yang bersumber dari

kesamaan gelombang otak tersebut, setiap pesan yang disampaikan dari satu

orang pada orang lain akan bisa diterima dan dipahami dengan baik.

3. Leading

Leading berarti memimpin atau mengarahkan. Setelah guru melakukan

pacing peserta didik akan terasa nyaman dengan suasana pembelajaran yang

berlangsung. Ketika itulah setiap apapun yang diucapkan guru atau ditugaskan

19
guru kepada peserta didik, peserta didik akan melakukannya dengan suka rela

dan senang hati. Meskipun materi yang dihadapi sulit akan tetapi pikiran

bawah sadar peserta didik akan menangkap materi pelajaran yang sampaikan

guru menjadi hal yang mudah.

4. Menggunakan kata-kata positif

Langkah ini merupakan langkah pendukung dalam melakukan pacing dan

leading . Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah

sadar yang menerima apa saja yang diucapkan oleh siapa pun negatif maupun

positif, jadi hendaknya guru membiasakan untuk menggunakan kata-kata

positif agar tidak ada hal negatif yang diterima oleh alam bawah sadar peserta

didik.

5. Memberikan pujian

Salah satu hal yang penting yang harus diingat guru adalah adanya reward dan

punishment. Pujian adalah reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian

ini merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang.

Sementara punishment merupakan hukuman atau peringatan yang diberikan

guru ketika peserta didik melakukan tindakan yang kurang baik, tentunya

dalam memberikan hukuman guru melakukannya dengan hati-hati agar tidak

membuat peserta didik merasa rendah diri dan tidak bersemangat.

6. Modeling

Modeling merupakan proses pemberian teladan atau contoh melalui ucapan

dan perilaku yang konsisten. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting

dan menjadi kunci berhasil tidaknya menerapkan metode hypnoteaching.

20
Untuk mendukung serta memaksimalkan sebuah pembelajaran dengan metode

hypnoteaching, sebaiknya guru juga menguasai materi pembelajaran secara

komprehensif. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan peserta didik secara

aktif dalam proses pembelajaran, sebisa mungkin menyampaikan materi

secara kontekstual, memberi kesempatan peserta didik melakukan

pembelajaran secara kolaboratif, memberi umpan balik secara langsung

kepada peserta didik. Tidak kalah penting pemberian motivasi dan sugesti

positif harus sering dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

Menurut Hajar (2015 :119)

Mengategorikan langkah-langkah model hypnoteaching dalam proses


pembelajaran kepada peserta didik sebagai berikut:
a) Semua siswa dipersilakan duduk dengan rileks;
b) Kosongkan pikiran untuk sesaat;
c) Tarik napas panjang melalui hidung, lalu hembuskan lewat mulut;
d) Lakukan terus secara berulang dengan pernapasan yang teratur;
e) Berikan sugesti pada setiap tarikan napas supaya badan terasa
rileks;
f) Lakukan terus-menerus dan berulang, kata-kata sugesti yang akan
membuat suyet nyenyak dan tertidur;
g) Perhatikan kepala dari semua peserta. Bagi yang sudah tertidur,
akan tampak tertunduk atau leher tidak mampu menahan beratnya
kepala;
h) Berikan sugesti positif, seperti fokus pada pikiran, peka terhadap
pendengaran, fresh otak dan pikiran, serta kenyamanan pada
seluruh badan; dan
i) Jika dirasa sudah cukup, bangunkan peserta secara bertahap dengan
melakukan hitungan 1-10 maka, pada hitungan ke-10 semua
peserta akan tersadar dalam kondisi segar bugar.

Berdasarkan pernyataan tersebut tentang langkah-langkah model

hypnoteaching dalam proses belajar dapat dilihat dari kegiatan inti sewaktu proses

pembelajaran berlangsung dengan mengaitkan metode tersebut dalam pemberian

arahandan pemberian sugesti dalam konteks pembelajaran.

21
Menurut Miftakhurozaq (2018: 91-92)

Langkah-langkah peneraan model pembelajaran hypnoteaching dapat


dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi kebutuhan siswa pada tahap awal proses pembelajaran,
yaitu menentukan bentuk pembelajaran apa yang menarik untuk siswa,
sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
b) Merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media hipnosis, seperti
suara, gambar,tulisan, gerak, dan symbol-simbol
c) Memulai mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat
d) Melakukan afirmasi (menyatakan sesuatu yang positif tentang diri sendiri)
sebagai bahan untuk memunculkan gagasan dari siswa. Contohnya, guru
dengan bangga mengatakan kepada siswa bahwa: saya adalah pribadi yang
haus akan ilmu dan saya adalah pribadi yang terus dan akan terus belajar
dengan siapapun, kapanpun, dan dimanapun dengan penuh semangat
e) Melakukan visualisasi sebagai sarana agar siswa dapat membuat gagasan
yang terkait dengan topik pembelajaran
f) Melakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan guru yaitu mengevaluasi
bagaimana motivasi, keaktifan, kreatifitas siswa selama proses
pembelajaran. Selain itu guru juga mengevaluasi pemahaman siswa
tentang materi yang diberikan
g) Melakukan refleksi tentang apa yang dialami siswa sebelum pembelajaran
diakhiri. Refleksi dilakukan dengan menanyakan kesan siswa selama
proses pembelajaran.

Adapaun menurut Kasmaja (2016: 37-38)

Langkah-langkah hypnoteacing dalam pembelajaran adalah sebagai


berikut:
a) Perhatian yang terpusat atau terfokus. Kondisi hypnosis dapat dibagi
menjadi hypnosis ringan (light hypnosis) dan hypnosis dalam (deep
hypnosis). Proses kegiatan belajar mengajar lebih menggunakan teknik
light hypnosis ketimbang deep hypnosis. Kondisi fokus saat belajar
sebenarnya kondisi yang dibutuhkan oleh setiap orang agar pikiran tidak
bercabang dan tingkat emosional seseorang menjadi stabil
b) Relaksasi kondisi fisik. Relaksasi sering dilupakan pada saat sesi
pembelajaran. Padahal hal itu merupakan prasyarat seseorang untuk dapat
menyerap setiap data, informasi, dan pengetahuan.Sebuah ketegangan
menyebabkan seseorang sulit untuk berkonsentrasi dan hasil dari
pembelajaran tidak maksimal. Itulah mengapa proses pembelajaran pada
pagi hari biasanya jauh lebih menyenangkan dari pada siang hari. Pada
pagi hari, tingkat relaksasi seorang murid yang masih segar bugar masih
tinggi. Di sinilah peran seorang guru yang mengajar di pagi hari untuk
mampu memberikan motivasi kepada murid-muridnya agar tetap
semangat.

22
c) Doa dan Visualisasi. Doa merupakan kekuatan yang tak terhingga yang
menyelimuti diri kita dari setiap hal negatif yang akan mendatangi diri
kita. Doa mengaktifkan kekuatan yang terpendam dalam diri. Mahatma
Gandhi pernah berkata bahwa kekuatan tidak datang dari kemampuan
fisik, kekuatan datang dari kehendak yang tangguh. Pada saat berada pada
kondisi rileks dan damai, itulah saat yang tepat bagi anda untuk berdoa.
Begitupun setelah anda membimbing siswa memasuki kondisi relaksasi,
pada saat itu gelombang otak mereka sudah beralih dari gelombang betha
menuju alpha. Saat inilah critical area siswa menjadi kurang aktif.
Kondisi ini sangat identik saat kita berdoa khusyuk. Saat seperti ini adalah
saat yang tepat untuk membimbing siswa berdoa kepada Tuhan.
d) Afirmasi (sugesti positif). Afirmasi adalah sebuah pernyataan positif yang
kita tuangkan kedalam tulisan maupun pikiran bawah sadar, digunakan
oleh seseorang untuk menyatakan tujuan. Afirmasi ini harus positif dan
tidak bertentangan dengan belief atau kepercayaan yang ada dalam diri.
Afirmasi dapat berbentuk doa yang diucapkan secara berulang-ulang yang
ditanamkan ke dalam pikiran bawah sadar, sehingga tubuhpun merespon
sesuai dengan yang diperintahkan.

Langkah-langkah model pembelajaran hypnoteaching secara umum

adalah:

1. Guru terlebih dahulu menyakini dirinya siap untuk mengajar kemudian

memastikan siswa untuk siap belajar dan memberikan motivasi kepada siswa

maka siswa akan mengetahui untuk apa ia belajar.

2. Membangun kedekatan guru denagn siswa, dengan cara memberi cerita

motivasi member tebak-tebakan, atau membahas hal-hal yang menjadi trend

remaja saat itu.

3. Ketika siswa dalam keadaan rileks, guru memulai untuk mengarahkan siswa

pada materi pembelajaran yang kan dibahas. Agar proses pembelajaran lebih

menarik guru harus dapat mengunakan media yang sesuai.

4. Menggunakan kata-kata positif dalam mengajar dan memeberikan pujian

kepada siswa pada saat siswa memberikan umpan balik atau sekecil apapun

bentuk hasil belajarnya.

23
5. Guru menyimpulkan pelajaran dan melakukan evaluasi hasil belajar dengan

memberikan latihan soal.

Langkah-langkah yang dijelaskan diatas memberikan gambaran bahwa

seorang guru yang tidak mempunyai rasa cinta terhadap profesi dan rasa cinta

terhadap peserta didikakan terasa kesulitan dalam melakukan hal itu, karena

model hypnoteaching bukanlah model yang membutuhkan fisik guru saja, akan

tetapi membutuhkan psikis guru yang harus stabil. Karena model hypnoteaching

menuntut guru menyelaraskan unsur fisik dan psikis guru. Hal itu bisa dilihat dari

bagaimana guru melakukan langkah memberikan motivasi kepada peserta didik,

guru yang motivasinya dengan cepat diterima peserta didik adalah guru yang

mampu memotivasi diri sendiri karena guru yang tidak memotivasi peserta didik

akan terlihat dari ketidak konsistenan antara apa yang diucapkan guru dengan

mimik muka guru.

Selain itu, guru juga dituntut untuk bisa menjadi teladan yang baik,

maksudnya menyelaraskan apa yang menjadi perintah guru dengan tindakan guru

khususnya yang berhubungan dengan nilai kebaikan. Dalam hal ini guru dituntut

untuk menjadi figur yang pantas jadi teladan bagi peserta didik

Dalam model hypnoteaching, terdapat kekuatan sikap dan kata-kata yang

dapat mengubah dunia didalam diri siswa yaitu :

1. Kemampuan berbicara bermula dari hati

Sosok pengajar merupakan kunci sukses dalam kegiatan belajar mengajar.

Oleh karena itu, seorang pengajar harus mampu mengontrol emosi agar

kondisi kelas tetap baik dan nyaman.

24
2. Kemampuan berbicara yang mampu mengunggah

Seorang pengajar, orang tua, guru, serta dosen diharapkan dapat menggugah

dan menyentuh hati setiap anak didiknya. Dalam hal ini, ia bukan hanya

sekedar untuk konsumsi akal dan logika, melainkan mampu menembus

sampai kerohani mereka. Isi yang di sampaikan hendaknya menumbuhkan

kesan yang mampu tersimpan ke memori jangka panjang anak didiknya.

3. Kemampuan berbicara yang mampu mengubah

Seorang pengajar diharapkan mampu mengubah mindset peserta didik. Hal

ini diawali dengan perubahan cara pikir dan pandang, kemudian perubahan

dan motivasi, sikap, dan akhirnya perubahan perilaku.

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Hypnoteaching

Menurut Hajar (2015:82)

Ada beberapa kelebihan-kelebihan dari model hypnoteaching yaitu sebagai


berikut:
a) Proses belajar mengajar lebih dinamis dan ada interaksi yang baik
antara guru dan siswa
b) Siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minat masing-
masing siswa
c) Proses pemberian keterampilan lebih banyak yang diberikan dalam
hypnoteaching
d) Proses pembelajaran dalam hypnoteaching lebih beragam
e) Siswa dapat dengan mudah menguasai materi dengan mudah
karena lebih termotivasi untuk belajar
f) Pembelajaran bersifat aktif
g) Pemantauan terhadap siswa lebih intensif
h) Siswa lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif
i) Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati
j) Daya serap lebih cepat dan bertahan lama
k) Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru.

25
Adapun menurut Miftakhurozaq (2018: 101-102)

Kelebihan model pembelajaran hypnoteaching yakni sebagai berikut :


a) Guru bisa menciptakan proses pembelajaran yang beragam sehingga tidak
membosankan bagi peserta didik
b) Tercipta interaksi yang baik dalam pembelajaran antara guru dan peserta
didik.
c) Proses pembelajaran lebih bersifat aktif karena peserta didik lebih bisa
berimajinasi dan berpikir secara kreatif dalam belajar
d) Daya serap peserta didik akan lebih cepat dan bertahan lama serta
keunikan guru yang menguasai metode hypnoteaching menjadi kebelihan
tersendiri sebagai profil pendidik yang selalu ditunggu-tunggu
kedatangannya oleh siswa

Sebuah model pembelajaran, pasti tidak sempurna dan mempunyai

kekurangan. Adapun menurut Miftakhurozaq (2018: 101)

Kekurangan model pembelajaran hypnoteaching yakni sebagai berikut :


a) Jumlah peserta didik yang berada dalam suatu kelas dalam
pembelajaran mengakibatkan para guru merasa kesulitan untuk
memberikan perhatian satu per satu kepada peserta didik
b) Metode hypnoteaching masih tergolong dalam metode baru
sehingga muncul berbagai pendapat baik yang pro maupun kontra
bagi para guru untuk menerapkannya
c) Para guru masih belum menguasi metode pembelajaran
hypnoteaching juga menjadi kendala tersendiri dalam
mengimpelentasikan metode ini dalam pembelajaran

Adapun kekurangan atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya

secara umum yaitu sebagai berikut:

a. Dipandang sebagai metode yang aneh

b. Kurangnya pendidik untuk memberikan perhatian satu persatu kepada siswa

c. Bukan model yang instan

d. Perlu pelatihan hypnoteaching

e. Masih sedikit yang menggunakan model hypnoteaching

26
f. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya model

hypnoteaching

g. Kebanyakan siswa masih pasif dalam pembelajaran

2.2 Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, And

Satisfaction)

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,

Confidence, And Satisfaction)

Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),

dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan

bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi

berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan

teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen

yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar

berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller

dikembangkan menjadi empat komponen.Keempat komponen model

pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan

akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).

Dalam proses belajar dan pembelajatran ke empat kondisi motivasional

tersebut sangat peting dipraktekan untuk terus dijaga sehingga motivasi siswa

terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.

Menurut Keller, bahwa model pembelajaran ARCS merupakan suatu

bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi serta

lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk

27
belajar Keller.

Pada model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,

Satisfaction) ini mengutamakan perhatian murid, penyesuaian materi ajar dengan

pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari sehingga murid merasa

bahwa materi yang diajarkan ada relevansinya dengan kehidupan sehari-

hari.Selain itu model pembelajaran ARCS ini juga mampu menciptakan rasa

percaya diri dalam diri murid, dan menimbulkan rasa puas dalam diri murid

tersebut.

Menurut Malik (2014 : 102) pembelajaran yang dikembangkan atas dasar

ARCS dapat meningkatkan perhatian peserta didik selama pembelajaran,

mengembangkan relevansi dengan kebutuhan peserta didik, membuat harapan

positif untuk sukses dan memiliki kepuasan dalam keberhasilan. Model

pembelajaran ARCS adalah suatu bentuk pembelajaran yang mengutamakan

perhatian terhadap peserta didik, menyesuaikan materi pembelajaran dengan

pengalaman belajar peserta didik baik dirumah maupun lingkunga sekitar rumah,

menciptakan rasa percaya diri dalam diri peserta didik, dan menimbulkan rasa

puas dalam diri peserta didik tersebut untuk belajar yang rajin.

2.2.2 Komponen Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, And

Satisfaction)

Model ARCS memiliki 4 (empat) komponen yang memiliki ciri-ciri yang

berbeda dan saling berhubungan pada setiap komponennya antara lain

28
Tabel 2.1. Ciri-ciri yang terdapat dalam masing-masing komponen model
ARCS

Komponen Ciri-ciri Penerapannya Dalam Pembelajaran

Memperkenalkan tujuan awal pembelajaran


Attention
Menunjukan contoh konkrit dan visual yang menarik
( Perhatian )
Menggunakan berbagai unsure multimedia

Menyampaikan objek pembelajaran secara eksplisit sesuai


Relevance yang diharapkan
( Relevansi) Memberikan alternative jalan penyelesaiannya dari suatu
masalah

Menyusun bahan pembelajaran berdasarkan aturan (dari


mudah ke sukar)
Confidence
(Keyakinan) Memberikan pernyataan tentang apresiasi yang akan diberikan
apabila siswa dapat menjawab soal, sehingga siswa lain
berani menjawab untuk soal selanjutnya.

Memberikan hadiah yang menarik dan pujian secara lisan


Memberikan penjelasan apabila ada materi yang kurang
Satisfaction dipahami atau sisa yang kurang tepat dalam memahami
(Kepastian) materi
Mengulang pembelajaran yang telah dilaksanakan terutama
yang berkaitan dengan konsep yang baru

Pada setiap model pembelajaran dikenal dengan adanya sintak atau pola

urutan yang menggambarkan alur atau langkah yang pada umumnya diikuti oleh

serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan

jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan guru atau siswa.

2.2.3 Langkah – Langkah Model Pembelajaran ARCS

Langkah-langkah model pembelajaran ARCS menurut (Hamoraon 2015:

79) sebagai berikut :

1. Mengingatkan kembali mahasiswa pada konsep yang telah dipelajari

29
(Attention). Pada langkah ini, guru menarik perhatian dengan cara mengulang

kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari peserta didik dan

mengaitkan materi tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Guru

juga dapat memberikan penambahan poin nilai diawal pembelajaran bagi

mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan untuk

menarik perhatian peserta didik.

2. Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (Relevance). Pada langkah

ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan

disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat dilakukan

dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip perbedaan

individual siswa sehingga keseluruhan siswa dapat menangkap tujuan dan

manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui hubungan

atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan

pengalaman belajar siswa tersebut. Saat proses penyampaian materi guru

dianjurkan untuk menumbuhkan rasa percaya diri mahasiswa dengan cara

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan

tanggapan, ataupun mengerjakan soal/latihan.

3. Memberi bimbingan belajar (Confidence). Pada langkah ini, guru memotivasi

dan mengarahkan siswa agar lebih mudah dalam memahami materi

pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah ini dapat

meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa sehingga tidak merasa ragu dalam

memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan

oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga bermanfaat bagi mahasiswa

30
yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga siswa

tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang

disajikan.

4. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi dalam

pembelajaran (Confidence dan Satisfaction). Pada langkah ini, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menanggapi, ataupun

mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi,siswa akan

berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berparisipasi dalam pembelajaran

ini juga dapat menumbuhkan atau pun dapat menimbulkan rasa puas di dalam

diri siswa karena merasa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.

5. Memberi umpan balik (Satisfaction). Pada langkah ini, guru memberikan

suatu umpan balik yang tentunya dapat merangsang pola berfikir mahasiswa.

Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara aktif menanggapi feedback

dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat menumbuhkan rasa percaya

diri siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa.

6. Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan diakhir pembelajaran

(Satisfaction). Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran

yang baru saja disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan

kepada seluruh siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru

mereka pelajari dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak

31
langsung, langkah ini dapat menciptakan rasa puas di dalam diri siswa.

Secara operasional penerapan strategi ARCS (Wena 2015) dapat dilihat

sebagai berikut :

1. Attention (Menarik Perhatian)

a) Membangkitkan daya Persepsi

Apa yang harus dilakukan untuk membangkitkan minat siswa?

 Menggunakan efek audio visual, misalnya dengan

menggunakan animasi, cahaya, kemampuan suara dan audio

visual lainnya dalam pembelajaran

 Menggunakan peristiwa atau kontens yang tidak

biasa,kontradiktif, atau hal yang aneh untuk merangsang

perhatian siswa, tetapi tetap pada batas wajar

 Menghindari gangguan, dengan jalan menghindari hal-hal

yang dapat mengalihkan perhatian.

b) Membangkitkan keinginanuntuk meneliti/bertanya

Bagaimana gurudapat merangsang/membangkitkan sikap meneliti

pada siswa?

 Aktif merespon, yaitu merangsang minat siswa dengan

menggunakan interaksi pertanyaan-respon-umpan balik, yang

mempersyaratkan berpikir aktif

 Menciptakan masalah, yaitu memberi kesempatan siswa untuk

memecahkan masalah

32
 Menciptakan misteri, yaitu menciptakan situasi pemecahan

masalah dalam konteks yang membutuhkan eksplorasi dan

daya pengungkapan rahasia pengetahuan

c) Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi

Bagaimana guru dapat mempertahankan minat siswa?

 Meringkas bagian pembelajaran dan menggunakannya secara

efektif dalam bahan ajar/buku

 Menciptakan respon yang saling mempengaruhi dalam

pembelajaran dengan menyajikan informasi yang beraneka

ragam secara interaktif

 Mengintegrasikan media yang fungsional, yaitu menggunakan

yang efektif dan seimbang sebagai bagian dari pembelajaran

2. Relevance (Meningkatkan Relevansi)

a) Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada

tujuan/kompetensi

Bagaimana guru dapat memenuhi dengan baik keinginan siswa dan

bagaimana guru bisa mengetahui kebutuhannya?

 Menggunakan suatu pernyataan tujuan yang jelas serta penting

dan berguna

 Memberi kesempatan pada siswa untuk memilih tipe tujuan

yang berbeda yang sesuai dengan strategi dan hasil

b) Menggunakan strategi yang sesuai

33
Bagaimana dan kapan guru dapat memberikan pilihan, tanggung

jawab dan pengaruh yang sesuai?

 Memberi kesempatan pada siswa memilih tujuan

yangberaneka ragam, yang sesuai dengan tingkat kesulitan,

guna merangsang kebutuhan untuk berprestasi

 Menggunakan system skorsing dan system umpan balik

terhadap unjuk kerja siswa, guna merangsang kebutuhan untuk

berprestasi

 Menyajikan pilihan-pilihan yang memungkinkan siswa bekerja

bersama teman lainnya

c) Menciptakan keakraban

Bagaimana guru dapat mengaitkan proses pembelajaran dengan

pengalaman siswa?

 Menggunakan bahasa dan gambar yang menarik, yaitu dengan

menggunakan ungkapan-ungkapan yang biasa dikenal siswa

 Menggunakan iliustrasi untuk mengkonkretkan suatu konsep

yang abstrak/tidak biasa bagi siswa

 Menggunakan contoh dan konteks yang familiar pada isi

pembelajaran dan lingkungan sekitar yang sudah dikenal

siswa.

3. Confidence (Menumbuhkan keyakinan pada diri siswa)

a) Menyajikan prasyarat belajar

34
Bagaimana guru dapat membantu menumbuhkan harapan positif

untuk sukses?

 Merancang secara jelas dan mudah dipahami struktur isi dan

tujuan pembelajaran.

 Menjelaskan criteria evaluatif dan memberikan kesempatan

untuk latihan dengan umpan balik.

 Menjelaskan prasyarat-prasyarat pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang dapat membantu dalam mengerjakan tugas.

 Menjelaskan pada siswa berapa jumlah item dan berapa waktu

yang diperlukan dalam setiap tes.

b) Memberikan kesempatan untuk sukses

Bagaimana pengalaman belajar akan dapat mendorong dan

meningkatkan kepercayaan siswa terhadap kemampuan/

kompetensinya?

 Membuat isi pembelajaran dari yang bersifat mudah ke sukar,

dan memberikan rencana umpan balik yang teratur.

 Membuat pembelajaran yang sesuai dengan pengetahuan dan

keterampilan siswa, guna menjaga tingkat

tantangan/kebosanan yang berlebihan.

 Memasukan peristiwa-peristiwa yang bersifat random selama

pembelajaran dan menyelingi dengan tingkat tantangan yang

tak terduga.

35
 Mengendalikan tingkat kesulitan dengan menambahkan batas

waktu, kecepatan stimulus yang beraneka ragam.

c) Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi

Bagaimana siswa dapat mengetahui dengan pasti bahwa

kesuksesannya didasari atas usaha dan kemampuannya?

 Memberi atribusi (yang berwujud penguatan) pada diri siswa

sehingga mereka merasa yakin akan tindakan-tindakan

selanjutnya

4. Satisfaction (Menumbuhkan Kepuasan)

a) Memberi kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang baru

dikuasai

Bagaimana guru dapat memberikan kesempatan yang bermakna

bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan/keterampilan yang

baru dikuasai?

 Memberikan tugas-tugas yang mengharuskan siswa

mengalikasikan pengetahuan atau ketrampilan yang baru

diperolehnya.

 Membuat isi pembelajaran/tugas-tugas sehingga pengetahuan

dan ketrampilan yang baru diperoleh segera dapat digunakan

dalam kegiatan berikutnya.

 Menggunakan simulasi pada akhir pembelajaran yang

mengharuskan penggunaan pengetahuan atau keterampila yang

baru diperoleh

36
b) Merencanakan umpan balik/penguatan yang positif

Penguatan bentuk apa yang akan diberikan atas kesuksesannya?

 Menggunakan umpan balik motivasional yang positif atau

ganjaran lain atas kesuksesan siswa, sesudah setiap respon yang

mereka berikan secara tepat.

 Menghindari pemberian penguatan yang dapat mengurangi

motivasi, misalnya memberikan pujian yang berlebihan pada

suatu yang sederhana.

 Menggunakan ganjaran ekstrinsik atas respon yang benar dan

jangan memberikan ganjaran pada respon yang salah.

c) Mempertahankan standaran konsekuensi secara konsisten

Bagaimana guru dapat membantu siswa dalam menanamkan

perasaan positif tentang prestasinya?

 Menjaga struktur isi pembelajaran secara konsisten dengan

pernyataan tujuan.

 Membuat tugas-tugas/tes agar tetap konsisten dengan tugas atau

tes yang lainnya dan juga dengan tujuan pembelajaran.

Menurut Farida (2016)

Tahapan sintaks pada model pembelajaran ARCS ini sebagai beikut :


1. Attention oleh guru yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa
dengan cara menggunakan media pembelajaran seperti video dan
mengajukan pertanyaan tentang sistem pencernaan kepada siswa.
Melalui pemberian Attention ini siswa tertarik dan dapat termotivasi
untuk memperoleh pengetahuan dan mengikuti pembelajaran sistem
pencernaan makanan
2. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran
(Relevance), yaitu guru memberikan apersepsi, motivasi siswa dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Pemberian apersepsi bertujuan

37
untuk menggali pengetahuan awal siswa, sehingga guru dapat
mengetahui ketertarikan antara materi sistem pencernaan makanan
dengan pengalaman belajar siswa. Siswa diberikan pertanyaan oleh
guru bertujuan mengetahui pengetahuan awal yang sudah siswa ketahui.
3. Guru menyampaikan materi sistem pencernaan makanan
menggunakan media power point dan video tentang sistem pencernaan
makanan, supaya pembelajaran lebih menarik sehingga dapat
menumbuhkan dan menjaga perhatian siswa
4. Guru mengarahkan siswa untuk menulis konsep materi sistem
pencernaan makanan yang siswa peroleh dari penjelasan guru, sehingga
siswa dapat memahami materi secara lebih dalam dan meningkatkan
rasa percaya diri siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru.
5. Guru memberi umpan balik (Satisfaction) dengan metode Talking
stick yaitu memberikan siswa tongkat secara bergilir, dan siswa yang
mendapat tongkat tersebut akan menjawab pertanyaan yang diberikan
guru. Siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat
nilai, dengan memberikan nilai dapat menumbuhkan rasa percaya diri
siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa.
2.2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran ARCS

Menurut Awoniyi (2016: 125)

Model pembelajaran ARCS ini mempunyaikelebihan yaitu sebagai berikut:


1. Memberikan petunjuk aktif dan memberi arahan tentang apa yang
harus dilakukan oleh peserta didik.
2. Cara penyajian materi dengan model attention, relevance,
confidende, satifaction (ARCS) ini bukan hanya dengan teori yang
penerapannya menarik.
3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk
pembelajaranberpusat pada peserta didik.
4. Penerapan model (attention, relevance, confidence, satisfaction)
ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi
lainnya yangpada hakekatnya kurang menarik.
5. Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang
lebihdari karakteristik peserta didik agar strategi pembelajaran
lebih efektif.

Adapun menurut Alfiyana, dkk. (2018: 235)

Kelebihan dari model pembelajran ARCS ini yakni sebagai berikut :


1) Siswa lebih termotivasi untuk belajar
2) Siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya
3) Kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan
4) Terdapat innteraksi antara guru ddan siswa

38
Selanjutnya Awoniyi menjelaskan bahwa mempunyai kekurangan dari

model pembelajaran attention, relevance, confidende, satisfaction (ARCS) ini

yaitu:

1) Hasil afektif peserta didik sulit dinilai secara kuantitatif

2) Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS inisulit

dijadikan penilaian.

Adapun menurut Alfiyana, dkk. (2018: 235) kekurangan dari model

pembelajran ARCS ini yakni sebagai berikut:

1. Kesulitan dalam mengatur waktu

2. Kesulitan dalam mengarahkan siswa untuk lebih fokus dalam belajar

Kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran attention, relevance,

confidende, satisfaction (ARCS) ini adalah pembelajaran harus menarik dan tidak

terpusat pada guru tetapi peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga mendorong mereka untuk percaya diri dan pembelajaran

ini juga sulit untuk dilakukan penilaian dikaenakan peserta didik ada yang mampu

dan tidak mengikuti proses pembelajaran.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang akan terus dilakukan sepanjang

hayat. Hamper semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan,

kegemaran bahkan sikap manusia terbentuk karena adanya proses pembelajaran

yang dijalani. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku

pada individu yang belajar.Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang

39
menjadi hasil belajar yang digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau

kriteria dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar merupakan suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan

dalam perilaku dan penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk

menggambarkan hasil yang diharapkan. Hasil belajar termasuk komponen

pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar

diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar

mengajar. Sudjana (2014 : 24) mengemukaan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Istarani dan Intan ( 2017:19) hasil belajar adalah suatu pernyataan

yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku dan penampilan yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Menurut Susanto (2015:5), hasil belajar adalah perubahan-perubah yang

terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik sebgai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar adalah tingkat

keberhasilan para siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran, dimana tingkat

keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol.

Berdasarkan teori taksonomi Bloom (Istarani & Intan, 2016 : 38)

Ada tiga ranah kemampuan yang diharapkan siswa sebagai hasil belajar
yaitu :
1) Ranah Kognitif, yaitu membahas hasil pembelajaran dengan proses
mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat
yang lebih tinggih yaitu evaluasi.
2) Ranah Afektif , yaitu berkaitan dengan sikap, nilai-nilai inters,
apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan social.
3) Ranah Psikomotorik, mencakup hasil yang berkaitan dengan skill
yang bersifat manual atau motorik.

40
Ketiga ranah tersebut yang menjadi objek penilaian hasil belajar diatara

kawasan tersebut, yaitu kawasann kognitif yang paling banyak dinilai oleh para

guru karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran.

2.3.2 Penilaian Keberhasilan Belajar

Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar. Belajar

akan diaktakan berhasil jika peserta didik telah memenuhi criteria ataupun nilai

yang telah ditentukan oleh guru.

Menurut Yamin (2015:146)

Penilaian keberhasilan belajar siswa dapat dilakukan dengan:


1) Pertanyaan Lisan Di Kelas
Pada penilaian kali ini,guru memberikan pertanyaan di dalam kelas kepada
murid. Siswa juga diberikan kesempatan untuk berfikir jawaban dari
pertanyaan tersebut, namun jika siswa menjawab salah, maka pertanyaan
akan dilemparkan pada siswa yang lain dan berhenti hinggapada siswa
yang menjawab benar.
2) Kuis
Cara kuis yaitu memberikan pertanyaan dengan waktu terbats (biasanya 15
menit). Pertanyaan dalam teknik penialian melalui kuis dapat berupa
jawaban singkat. Waktu pelaksanaan kuis biasanya dilakukan pada awal
pembeljaran. Kuis ini efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
untuk berlomba agar lebih cepat menjawab untuk mendapatkan nilai
tambahan. Namun jika sebagian siswa ada yang belum menguasai, guru
bisa menjelaskan ulang mengenai materi sebelumnya.
3) Ulangan Harian
Ulangan harian merupakan ulang periodik yang bisa guru lakukan jika
telah meyelesaikan satu atau dua materi.Dalam ulangan harian ini guru
bisa menilai dalam objektif maupun non objektif.
4) Ulangan Semester
Ulangan yang dilakukan setiap akhir semester.Cakupan ulangan semester
lebih luas daripada ulangan harian.Soal dalam ulangan semester juga
berupa pilihan berganda ataupun essay.
5) Tugas Individu
Tugas yang diberikan kepada masing-masing siswa untuk mengisi tingkat
pemahaman terhadap materi pelajaran.Tugas individu ini dapat diberikan
setiap minggu dengan bentuk tugas soal tertulis ataupun kerja lapangan.
6) Tes Kelompok

41
Tugas yang diberikan untuk menilai kemampuan kerja kelompok. Pola
dalam tugas kelompok hampir sama dengan tugas individu, hanya saja
tugas ini dikerjakan bersama dengan siswa lainnya dalam kelompok-
kelompok tertentu yang telah ditentukan oleh guru.

Tes-tes tersebut yang menentukan hasil belajar siswa melewati KKM yang

ditentukan oleh sekolah. Sedangkan perbedaan dari hasil belajar di kalangan para

siswa disebabkan oleh berbagai alternatif faktor-faktor, antara lain faktor

kematangan, latar belakang pribadi masing-masing, sikap dan bakat terhadap

suatu bidang pelajaran yang diberikan

2.3.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor.Menurut Intan dan Istarani (2017:29)

Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu :


1) Faktor Internal yang meliputi :
a) Sikap terhadap belajar
b) motivasi belajar
c) konsentrasi belajar
d) mengolah bahan belajar
e) menyimpan perolehan hasil belajar
f) menggali hasil belajar yang tersimpan
g) kemampuan berprestasi
h) rasa percaya diri siswa
i) intelegensi dan keberhasilan siswa
j) kebiasaan belajar.
2) Faktor eksternal meliputi :
a) guru sebagai pembina siswa belajar
b) sarana dan prasarana pembelajaran
c) kebijakan penilaian
d) lingkungan social siswa disekolah
e) kurikulum sekolah.
2.4 Penelitian Yang Relevan

Desi (2016) dalam penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran

Hypnoteaching berbasis Media Microsoft Power Point Terhadap Hasil Belajar

Akuntansi Siswa Kelas X AK di SMK N 1 Binjai Tahun Pembelajaran

42
2015/2016. Dalam penelitian terdapat pengaruh positif dan signifikan dengan

menggunakan metode pembelajaran Hypnoteaching terhadap hasil belajar

akuntansi siswa.

Subiyono (2017) yang berjudul “Pengaruh Metode Hypnoteaching

Terhadap PrestasiBelajar Siswa pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam(PAI)

di SMPBina Bangsa Surabaya mengemukakan bahwa terdapat pengaruh metode

hypnoteaching terhadap prestasi belajar siswa di SMP Bina Bangsa Surabaya. Hal

ini dibuktikan darihasil perhitungan rumus rxy (0,522) adalah lebih besar dari

hasil perhitungan tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 5 % (0,274) atau taraf

signifikansi 1 % (0,354) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak dan berarti

terdapat pengaruh variabel X terhadapvariable Y.

Ozi Feisal Pardede (2017) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh

Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Dan

Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS

SMA Katolik Budi Murni 2 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017, Hasil

penelitian dalam menerapkan model pembelajaran ini dapat meningkatkan

keaktifan belajar siswa yang diikuti dengan peningkatan hasil belajar nya.

Pencapaian keaktifan belajar tertinggi yaitu aspek mendengarkan dan

memperhatikan dan pencapian terendah yaitu membaca dan mengajukan

pertanyaan.

Widya Restuti (2015) “Pengaruh Model Pembelajaran ARCS Terhadap

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SD N 11 Sesetan Tahun pelajaran 2014/2015”.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tedapat perbedaan yang signifikan hasil

43
belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran ARCS dan siswa

yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional SDN 11 Sesetan Tahun

Pelajaran 214/2015. Hal ini dapat dibuktikan thitung=5,433>ttabel=2,000 dengan

db=59(∑n-2=61-2 = 59) dan tarf signifikansi 5%. Demikian juga rata-rata hasil

belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ARCS (83,68)

lebih besar dari hasil belajar IPA siswa dengan model pembelajaran konvensional

(76,46). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS

berpengaruh Terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VII SD Negeri 11 Sesetan

Tahun pelajaran 2014/2015.

2.5 Kerangka Berpikir

Guru tentunya harus mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas. Pembelajaran

sebagai upaya penting dalam menuntut siswa agar dapat berperan aktif dalam

kegiatan belajar menagajar.Namun pada kenyataannya pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru di dalam kelas belum berlangsung seperti yang

diharapkan. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran

yang monoton sehingga siswa hanya menerima materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru, dan menyuruh siswa untuk mencatat atau meringkas yang

ada di buku pelajaran, yang mengakibatkan siswa tidak aktif dan tidak

mempunyai kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Siswa dapat berperan aktif apabila kegiatan pembelajaran mampu

membuat siswa melaksanakan aktivitas belajar yang menyenangkan.Pemahaman

materi oleh siswa sangat berpengaruh besar terhadap rendah tingginya hasil

44
belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus cermat dalam memilih model

pembelajaran, pendekatan dan metode yang digunakan pada saat mengajar di

kelas.

Kondisi ini tentunya memerlukan perbaikan, dan salah satu alternatif yang

dapat dilakukan adalah melalui model pembelajaran hypnoteaching dan model

pembelajaran ARCS untuk dapat meningkatkan hasil belajar.

Model pembelajaran hypnoteachingmerupakan perpaduan pengajaran yang

melibatkan pikiran sadar dan bawah sadar.Dalam pembelajaran sebenarnya guru

tidak perlu menidurkan anak didiknya ketika memberikan sugesti. Guru cukup

menggunakan bahasa yang persuasif sebagai alat komunikasi yang sesuai dengan

harapan peserta anak didik, dan bahasa yang dipahami siswa. Guru dapatmenarik

minat dan perhatian siswa dengan bahasa komunikasi persuasif yang lembut,

halus, dan mengena.

Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,

Satisfaction) ini mengutamakan perhatian murid, penyesuaian materi ajar dengan

pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari sehingga murid merasa

bahwa materi yang diajarkan ada relevansinya dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan pembelajaran ini peserta didik dapat dengan mudah menguasai

materi, karena termotivasi lebih untuk belajar dan peserta didik akan melakukan

pembelajaran dengan senang hati.

Dari uraian di atas maka diduga ada pengaruh pengguna model

pembelajaran hypnoteaching dan model pembelajaran ARCS terhadap hasil

belajar.

45
46
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Dwi Tunggal 1 Tanjung Morawa.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas X OTKP di SMK Dwi Tunggal 1 Tanjung Morawa.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti

(Arikunto, 2014: 109). Dalam pengambilan sampel, apabila jumlah subjek kurang

dari 100 orang lebih baik jumlah tersebut diambil semua, sehingga penelitiannya

menjadi penelitian populasi, selanjutnya apabila jumlah subyek lebih besar dari

100 orang maka dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih

(Arikunto, 2014: 112).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka teknik penggumaan sampel yang

digunakan adalah total sampling, pemilihan teknik ini dikarenakan jumlah subjek

kurang dari 100. Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas X OTKP di SMK Dwi Tunggal 1 Tanjung Morawa yang berjumlah

sebanyak 33 siswa.

47
3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang

mempengaruhi dan menjadi sebab perubahan atau terjadinya variable terikat

(dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran

Hypnoteaching Dan Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,

Confidence, And Satisfaction) yang selanjutnya diberi notasi X1 dan X2

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat atau dependent variable adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang kemudian diberi notasi Y

3.3.4 Defenisi Operasional

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Model hypnoteaching merupakan model pembelajaran yang dalam

menyampaikan materi, guru memakai bahasa-bahasa bahwa sadar yang

bisa menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada peserta didik. Kunci

dari model hypnoteaching sebenarnya adalah bagaimana guru bisa

menciptakan lingkungan belajar yang nyaman secara intern (psikis)

maupun ekstren (fisik).

2. Model pembelajaran ARCS adalah suatu bentuk pembelajaran yang

mengutamakan perhatian terhadap peserta didik, menyesuaikan materi

pembelajaran dengan pengalaman belajar peserta didik baik dirumah

maupun lingkunga sekitar rumah, menciptakan rasa percaya diri dalam diri

48
peserta didik, dan menimbulkan rasa puas dalam diri peserta didik tersebut

untuk belajar yang rajin.

3. Hasil belajar adalah perubahan-perubah yang terjadi pada diri siswa, baik

yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebgai hasil

dari kegiatan belajar. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan para siswa

setelah mengikuti suatu pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan

tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol.

3.4 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dakam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Menurut Sugiyono (2016; 72) metode penelitian eksperimen adalah

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam metode eksperimen

ini terdapat kelompok yang diajarkan dengan model pembelajaran hypnoteaching

dan kelompok yang diajarkan dengan menggunakan model ARCS (Attention,

Relevance, Confidence, And Satisfaction. Penelitian ini menggunakan

menggunakan pendekatan pre-eksperimental design dengan bentuk intact-group

comparison. Menurut Sugiyono (2016; 75) “pada intact-group comparison

terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi menjadi

dua yaitu setengah kelompok untuk eksperimen dan setengah untuk kelompok

control (yang tidak diberi perlakuan)”. Dalam penelitian ini penggunaan intact-

group comparison didasarkan kepada hal berikut ini:

1. Jumlah kelas OTKP di SMK Dwi Tunggal 1 Tanjung Morawa hanya

terdapat satu kelas

49
2. Diakibatkan pandemi covid-19, siswa melakukan pembelajaran dibagi

menjadi dua sesi/kelompok. Sesi/kelompok pertama diikuti oleh 17 siswa

dan sesi/kelompok kedua diikuti oleh 16 siswa.

Rancangan penelitian dalam ini terdapat satu kelompok yang akan

digunakan sebagai objek pada penelitian, kemuadian kelompok tersebut dibagi

menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen I yang akan diberikan

perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran hypnoteaching dan

kelompok eksperimen II yang akan diberikan perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction).

Dalam hal ini peneliti mengikuti kelompok yang telah ditentukan oleh

pihak sekolah dengan kelompok pertama menggunakan model pembelajaran

hypnoteaching sebanyak 17 siswa dan kelompok kedua menggunkan model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dengan

jumlah siswa sebanyak 16 siswa. Adapun desain dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1
Desain Penleitian Intact Group Comparison

X1 O2
P O1 Y
X2 O3

Dimana:
P = Sampel

50
O1 = Kemampuan awal (pretest)
X1 =Treatment yang diberikan kepada kelompok pertama dengan
menggunakan model pembelajaran hypnoteaching
X2 =Treatment yang diberikan kepada kelompok kedua dengan menggunakan
model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction)
O2 = Tes akhir (posttest) kelompok eksperimen I
O3 = Tes akhir (posttest) kelompok eksperimen II
Y = Hasil belajar

Dasar pelaksanaan penelitian adalah untuk membedakan pengaruh

penggunaan model pembelajaran hypnoteaching dan dan penggunaan model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) terhadap

hasil belajar siswa kelas OTKP di SMK Dwi Tunggal 1 Tanjung Morawa.

Selama penelitian ini diberikan tes sebanyak dua kali. Sebelum diberikan

perlakuan, peneliti terlebih dahulu memberika pre-test yang tujuannya untuk

mengetahui kemampuan awal dari siswa dan setelah perlakuan peneliti

memberikan post-test kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

dari masing-masing penggunaan model pembelajaran pada setiap kelompok.

3.5 Prosedur Penelitian

Dalam rangka melakukan penelitian yang akan ditempuh adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Awal ( Persiapan dan Perencanaan)

Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi kepada pihak SMK Dwi Tunggal 1 Tanjung

Morawa

b. Membuat jadwal penelitian

51
c. Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai

dengan kurikulum 2013

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengambilan sampel dan populasi

b. Melakukan pretest kepada masing-masing kelompok untuk mengetahui

kemampuan masing-masing siswa sebelum diberlakukannya perlakuan.

c. Melaksanakan pembelajaran korespondensi dengan menngunakan model

pembelajaran hypnoteaching untuk kelompok pertama dan model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)

untuk kelompok kedua.

d. Melakukan post-test diakhir pertemuan untuk mengetahui hasil belajar

siswa setelah diberikan perlakuan kemudian dilakukan uji hipotesis

e. Setelah uji hipotesis dapat diambil kesimpulan

3. Tahap Pelaporan, yaitu menyusun analisis data dan kesimpulan hasil penelitian

dalam bentuk laporan akhir atau skripsi.

Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian ini dapat dilihat pada gambar

prosedur penelitian dibawah ini:

52
Gambar 3.2
Prosedur Penelitian

Populasi

Pre-test

Sampel

Eksperimen I Eksperimen II

Hypnoteaching ARCS

Post-test

Data Hasil Penelitian

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

53
3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil

belajar siswa adalah tes. Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan

kepada seseorang dengan maksud mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar

bagi penetapan skor angka (Margono, 2009:170). Penelitian ini menggunakan tes

hasil belajar sebagai alat pengumpul data. Tes yang diberikan adalah sebanyak

dua kali yaitu pretest dan postest dalam bentuk pilihan ganda.

Dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes

hasil belajar. Tes adalah alat ukur atau prosedur yang dipergunakan dalam

pengukuran dan penilaian. Bentuk tes berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal

(terlampir). Kriteria pembobotan skor untuk setiap jawaban pertanyaan pada tes

apabila diberi skor 1 dan apabila salah diberi skor 0. Berikut ini merupakan kisi-

kisi instrument tes yang sesuai dengan mata pelajaran korespondensi

54
Tabel 3.2
Kisi-kisi Test bidang Kognitif Kompetensi
Mata Pelajaran Korespondensi
Jenjang Kemampuan Dan
No
Indikator Tingkat Kesukaran Jumlah
.
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Menjelaskan pengertian 1, 15, 16 5 6
1.
surat elektronik ( E-mail). 4 19,
2. Menguraikan kelebihan dan 2 1
kekurangan surat elektronik
e-mail.
3. Mengemukakan langkah- 6 7 9 8, 5
langkah membuat alamat e- 18,
mail.
4. Mengoperasikan menu-menu/ 10, 17 11 4
fitur pada aplikasi e-mail 14,
dengan tepat sesuai dengan
fungsi.
5. Melaksanakan kegiatan 20 12 13 3 4
pengiriman dan penerimaan
surat elektronik dengan
notifikasi berhasil sesuai
prosedur.

Penskoran dalam soal berbentuk pilihan berganda dapat dirumuskan:

B
x 100
N

Ket:
B = banyak butir soal yang dijawab benar
N= Banyak butir soal

Sebelum tes diberikan maka terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap

tes yang akan dibuat melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda soal.

55
3.7 Teknik Pengumpulan dan Uji Instrumen Data

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga yaitu

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan usaha peneliti untuk datang langsung ke lokasi

penelitian yaitu sekolah SMK Dwi Tunggal 1 Tanjung Morawa untuk

mengetahui kegiatan pembelajaran.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu langkah atau teknik yang digunakan

untuk mengumpulkan data. Langkah ini digunkan peneliti untuk

mendapatkan data tentang gambaran pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang diterapkan oleh

peneliti dikelas.

3. Tes

Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang

dengan maksud mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi

penetapan skor angka. Penelitian ini menggunakan tes hasil belajar sebagai

alat pengumpul data. Tes yang diberikan adalah sebanyak dua kali yaitu

pretest dan postest dalam bentuk pilihan ganda.

56
3.7.2 Uji Instrumen Tes

3.7.2.1 Uji Validitas

Untuk uji validitas butir angket dihitung dengan menggunakan teknik

analisis korelasi Product Moment dari Karl Pearson, yaitu:

n ⅀ xy −( ⅀ x ) ( ⅀ y )
r xy=
√ {n ⅀ x2 −( ⅀ x ) ❑2 n ⅀ y 2−¿ ¿ ¿
Dimana :

rxy : koefisien korelasi X dan Y


x : skor untuk butir yang diuji
y : skor total
n : jumlah siswa

Kemudian nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel dengan menggunakan taraf

signifikansi (sig) = 95% dan taraf nyata (α) = 5%. Jika nilai rhitung> rtabel maka

instrumen dinayatakan valid, dan jik rhitung< rtabel maka instrumen penelitian

dikatakan tidak valid.

Tabel 3.3
Interpretasi Besaran Koefisien Korelasi
Interval Interpretasi
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi

3.7.2.2 Uji Reliabilitas

Untuk uji reliablitas butir angket dihitung dengan menggunakan rumus

Cronbach Alpha, yaitu:

k ⅀ si
r 11 = x {1− }
k −1 st

57
(Arikunto, 2014: 122)

Dimana :
r11 = Nilai reliabilitas
∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
k = Jumlah item

Dengan rumus varians, yaitu :

si=⅀ x 2i −¿ ¿ ¿

Dimana :
Si = Varians skor tiap-tiap item
∑xi2 = Jumlah kuadrat item Xi
(∑xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan
N = Jumlah responden

Kemudian nilai r11 dibandingkan dengan rtabel dengan menggunakan taraf

sifnifikansi (sig) = 95%, dan taraf nyata (α) = 5%. Jika nilai r11> rtabel maka

instrumen dinyatakan reliabel, dan jika r11< rtabel maka instrumen dinyatakan tidak

reliabel.

Tabel 3.4
Interpretasi Besaran Reliablitas
Interval Interpretasi
0,00 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,70 Sedang
0,71 – 0,90 Timggi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi

3.7.2.3 Taraf Kesukaran Tes

Taraf kesukaran adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyak

subjek tes yang dapat menjawab dengan benar. Untuk mengetahui tingkat

kesukaran tes dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

B
P=
JS

58
Keterangan : P = Indeks kesukaran soal
B = Jumlah siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Adapun kriteria tingkat kesukaran menurut Arikunto (2010:210) sebagai berikut:

1. Soal dengan p, 0,00 – 0,30 adalah soal sukar

2. Soal dengan p, 0,31 – 0,70 adalah soal sedang

3. Soal dengan p, 0,71 – 1,00 adalah soal mudah

3.7.2.4 Daya Pembeda

Daya pembeda butir tes dihitung dengan menggunakan rumus indeks

deskriminasi sebagai berikut:

BA BB
D= - = P A - PB
JA JB

(Arikunto 2014:213)

Keterangan:
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal yang benar
BA
PA= = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
JA
BB
PB = = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
JB

Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2014; 218) yaitu:

E= 0.00-0.20 = jelek
C= 0.21-0.40 = cukup baik
B= 0.41-0.70 = baik
A= 0.71-1.00 = baik sekali

3.8 Teknik Analisis Data

59
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik

statistik deskriptif dan inferensial. Teknik deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan data, antara lain : meaan, median, modus, standard deviation,

dan kecenderungan data.

Teknik statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian,

dimana teknik inferensial yang digunakan adalah teknik analisis varians dan jalur

signifikan 5%. Arti dari 5% (0,05) ini adalah dimana peneliti mengambil resiko

salah dalam pengambilan keputusan untuk menolak hipotesis yang benar dan 95%

(0,95) tingkat kepercayaan, atau dengan kata lain peneliti percaya bahwa 95% dari

keputusan untuk enolak hipotesis yang salah adalah benar.

3.8.1 Menghitung Mean

Mean atau rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi

dengan banyaknya subjek. Secara sederhana rumusnya adalah :

⅀x
X=
n

(Sugiyono,2016:109)

Dimana :
X = rata-rata (mean)
⅀x = jumlah seluruh skor
n = banyaknya subjek

3.8.2 Menghitung Standar Deviasi

Standar deviasi atau simpangan baku ditentukan dengan rumus sebagai

berikut :

SD ¿ ⅀ ¿ ¿

(Sugiyono, 2016:2014)

60
Dimana :
X = skor yang dicapai
= rata-rata
3.8.3 Uji Asumsi Klasik
3.8.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji nilai residual yang telah

distandarisasi pada model regresi berdisribusi normal atau tidak. Nilai residual

dikatakan berdistribusi normal jika nilai sebagian besar mendekati rata-ratanya.

Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menguji normalitas yaitu uji

Kolmogrov-Smirnov dengan taraf signifikansi (sig) = 95% dan taraf nyata (α) =

5%. Interpretasi terhadap hasil uji normalitas dengan statistik uji Kolmogrov-

Smirnov, yaitu :

1. Jika taraf nyata (α) yang diperoleh < 0,05 maka data tidak berdistribusi

normal

2. Jika taraf nyata (α) yang diperoleh ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.

(Suliyanto, 2011:69)

3.8.3.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui data mempunyai varians

yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians menggunakan uji Levene,

dengan hipotesis sebagai berikut :


2 2
H 0 :σ 1=σ 2

2 2
H 0 :σ 1 ≠ σ 2

Untuk menguji hipotesis diatas digunakan rumus :

SS b
F¿
SS w

61
Keterangan:
SSb= Jumlahkuadratantarkelompok
SSw= Jumlahkuadratantarkelompok
Dengan

(∑ x ¿¿ 2)
(∑ x ¿¿ 2)
SSb = −¿ ¿ ¿ ¿ ¿ dan 2 n tot
ntot (∑ x ) tot− ¿
ntot −n k−1

Jika pengolahan data menunjukkan bahwa sig. < 0,05 , maka Ho diterima

dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua sampel mempunyai

varians yang tidak homogen.

Jika pengolahan data menunjukkan bahwa sig. > 0,05 , maka Ho ditolak

dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua sampel mempunyai

varians yang homogen.

3.8.4 Uji Hipotesis

3.8.4.1 UjiParsial (Uji t)

Ujihipotesisi yang digunakan dalam penelitian ini uji-t dengan taraf

signifikansi 95% dan alpha = 0,05


2
r (n−1)
t= 2
(1 r )
Keterangan :
t = nilaithitung
r = koefisien korelasional hasilrhitung
n = jumlah responden
Dengan kriteria bila hasil thitung>ttabel padataraf signifikansi 95% dan α =

0,05 maka hipotesis (H0) dapat diterima dan apabila thitung<ttabel maka hipotesis

(H0)ditolak

62
DAFTAR NAMA SISWA

NO NAMA-NAMA SISWA

GELOMBANG I GELOMBANG II

1. Afifa br. Sinaga 1. Khairunisa

2. Afrilisa Yolanda T 2. Ledyes Ananta Hulu

3. Aliya Adridasari 3. Lyra Siregar

4. Angelika P br. Malau 4. Nadia Rahmadhani

5. Anggi Astia Dinda 5. Nadila Aulia

6. Aqna Suhaina 6. Nayla Oka Noviana

7. Aura Hidayah 7. Nurhasanah

8. Ayu Lestari 8. Pitri Yani

9. Devfika br. Ginting 9. Priska Tri Nanda

10. Diana Nurhaliza 10. Putri Nur Anjani

11. Dinda Sagita 11. Riska Putri

12. Dinda Syahdini 12. Sabilah Nur Qodry

13. Fera Fariska 13. Saskia Khadiza Rinina

14. Fikah Aulia Nasution 14. Siska Sulistyani

15. Ica Bela Putrina 15. Siti Rahmadani

Ika Fitriani 16. Tamira Diah Ayu Putri


16.
17. Wulan Dwi Ramadhani

Jumlah Siswa : 33 Orang

63

Anda mungkin juga menyukai