Konsep Sejarah
1.Sejarah Sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa erat kaitannya dengan sesuatu yang telah terjadi, di mana
hal tersebut benar-benar ada. Hal ini menyangkut kejadian penting, nyata, dan juga
aktual.Sejarah sebagai peristiwa memiliki karakteristik, yaitu bersifat abadi (tidak
akan berubah), hanya terjadi sekali, dan mempunyai pengaruh yang timbul dari
berlangsungnya peristiwa sejarah yang bersangkutan. Sejarah hanya membahas
peristiwa penting masa lampau yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Contoh dari ruang lingkup sejarah sebagai peristiwa yaitu: kemerdekaan Indonesia,
sejarah berdirinya PBB, atau peristiwa sumpah pemuda.
2. Jarak Jarak adalah ruang yang menghubungkan antara dua lokasi atau dua objek.
Konsep jarak dibagi menjadi dua, yaitu jarak mutlak dan jarak relatif. Jarak mutlak
adalah jarak dua tempat yang diukur berdasarkan garis lurus di udara yang mudah
diukur pada peta. Contohnya jarak Jakarta - Malang.Lalu, jarak relatif bisa dinyatakan
pada jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu perjalanan yang diperlukan
maupun satuan biaya angkutan. Contohnya jarak Jakarta - Malang dengan pesawat
adalah 1,5 jam.
3. Keterjangkauan Konsep geografi ini mengacu pada kemudahan untuk mencapai suatu
objek yang dipengaruhi oleh kondisi geografis suatu wilayah. Contohnya, dari Jakarta
akan lebih mudah menjangkau kota Padang daripada kepulauan Mentawai.
4. Pola Konsep ini mengacu pada susunan atau penyebaran fenomena pada ruang
muka bumi. Contoh, pola pemukiman penduduk di wilayah pesisir memanjang mengikuti
garis pantai.
7. Interaksi dan Interdependensi Konsep ini berkaitan dengan hubungan timbal balik
atau saling ketergantungan antar wilayah. Contohnya hubungan antara desa dan kota.
Warga kota membutuhkan makanan dari desa, sedangkan warga desa membutuhkan
teknologi dari kota.
8. Nilai Kegunaan Nilai kegunaan mengacu pada kelebihan yang dimiliki suatu tempat
atau wilayah tertentu dan memiliki nilai kegunaan yang berbeda berdasarkan fungsinya.
Contohnya, wilayah yang memiliki alam yang indah cocok sebagai daerah wisata.
10. Keterkaitan Ruang Konsep ini menunjukkan tingkat hubungan antar wilayah.
Contohnya, daerah hilir mengalami banjir karena pembangunan yang terjadi di daerah
hulu.
3. Konsep Ekonomi
Ilmu Ekonomi Deskriptif
Sesuai namanya, ilmu ekonomi ini akan memberikan deskripsi terhadap data-data yang
menggambarkan kenyataan atau fenomena yang terjadi. Lewat ilmu ekonomi deskriptif,
kamu bisa melakukan analisis untuk menggambarkan kondisi sebenarnya dalam
kegiatan perekonomian. Untuk mendapatkan gambaran yang valid, data atau fakta yang
diperoleh harus disusun secara sistematis. Contoh dari ilmu ekonomi deskriptif yaitu
gambaran mengenai krisis moneter pada tahun 1998 di Indonesia.
Ilmu ekonomi terapan berkaitan dengan pemanfaatan ekonomi secara praktis oleh
individu atau kelompok dalam mengambil kebijakan, pedoman, atau standar dengan
tujuan mengatasi masalah ekonomi tertentu. Contoh ilmu ekonomi terapan yaitu
kegiatan ekonomi yang berlangsung di perusahaan, ekonomi moneter, ekonomi
perbankan, dan lain-lain.
Ilmu ekonomi teori berupaya menjelaskan pengertian dan hubungan sebab-akibat, serta
cara kerja sistem perekonomian. Jenis ilmu ekonomi ini berlandaskan pada hasil
observasi terhadap aksi dan reaksi kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Pada perkembangannya, ilmu ekonomi teori terbagi menjadi dua jenis, yaitu teori
ekonomi makro dan mikro. Teori ekonomi makro membahas kegiatan ekonomi secara
menyeluruh. Analisisnya bersifat global dan berfokus pada permasalahan sistem
perekonomian secara keseluruhan. Contohnya, pengangguran, inflasi, suku bunga, dan
pertumbuhan stagnan. Sementara itu, teori ekonomi mikro membahas perekonomian
dalam ruang lingkup kecil atau khusus. Biasanya, teori ekonomi mikro ini mempelajari
perilaku individu, rumah tangga, perusahaan dalam membuat keputusan untuk
mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Permasalahan ekonomi yang sering terjadi
dalam teori mikro, misalnya penetapan harga pasar, kenaikan harga bahan bakar,
praktik monopolistik, dan panjangnya saluran distribusi.
4.Konsep Politk dan Pemerintah
a. Sosialisasi Politik
Sosialisasi antara lain berarti proses sosial yang memungkinkan
seseorang menjadi anggota kelompoknya. Oleh karena itu ia mempelajari
kebudayaan kelompoknya dan peranan dalam kelompok.
Jadi dengan demikian sosialisasi politik adalah merupakan proses
sosial yang menjadikan seseorang anggota masyarakat memiliki budaya
politik kelompoknya dan bersikap serta bertindak sesuai dengan budaya
politik tersebut. Dan sosialisasi dilakukan oleh semua unsur dalam
masyarakat, misalnya lingkungan pergaulan dan pekerjaan, media massa,
keluarga dan sekolah, juga instansi resmi. Dengan demikian kebudayaan
politik dapat berkembang dan terpelihara sampai pada generasi berikutnya.
b. Rekruitmen Politik
Rekruitmen politik dimaksudkan adalah proses seleksi warga
masyarakat untuk menduduki jabatan politik dan administrasi. Menurut
Gabriel A. Almont setiap sistem politik mempunyai cara tersendiri dalam
merekrut warganya untuk menduduki kedudukan politik dan administrasi.
c. Artikulasi Kepentingan
Fungsi ini merupakan suatu proses penentuan kepentingan yang
dikehendaki dari sistem politik. Hal ini rakyat menyatakan kepentingan
mereka kepada lembaga-lembaga politik dan pemerintahan dengan melalui
kelompok kepentingan yang dibentuk bersama dengan orang lain yang
memiliki kepentingan yang sama, kadang-kadang rakyat secara langsung
menyatakan keinginannya kepada pejabat pemerintahan.
d. Agresi Kepentingan
Fungsi ini adalah proses perumusan alternatif dengan jelas dengan
jalan penggabungan atau penyesuaian kepentingan yang telah diartikulasikan
atau dengan merekrut calon-calon pejabat yang menganut politik
kebijaksanaan tertentu.
Agresi kepentingan dapat diselenggarakan oleh seluruh subsistem dari
sistem politik seperti lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, birokrasi, media
komunikasi, partai-partai politik dan kelompok kepentingan.
5. Konsep Sosiologi
1. Teori Fungsionalisme Struktural Muncul dari sosok Émile Durkheim yang
mengimajinasikan masyarakat sebagai suatu organisme yang tersusun dari berbagai
komponen dan saling mempengaruhi untuk dapat terus berfungsi. Teori fungsionalisme
mengajarkan bahwa masyarakat terdiri dari sistem yang tersusun secara struktural
dengan perannya masing-masing. Sehingga hasil dari berjalannya sistem secara
keseluruhan dapat menciptakan tatanan dan stabilitas sosial. Durkheim yang menaruh
perhatian pada tatanan sosial membawa perspektif fungsionalisme ini pada struktur
sosial level makro sebagai fokusnya dengan institusi sosial sebagai komponen dari
sistem sosial tersebut. Dalam kacamata teori ini, lembaga sosial akan bertahan ketika
fungsinya dijalankan dengan baik. Ketika terjadi malfungsi, maka perlahan lembaga
sosial ini akan perlahan menghilang. Antar institusi sosial ini pun harus terjalin kerja
sama yang baik, jika tidak sistem sosial akan kacau. Institusi sosial yang dimaksud di
sini ialah keluarga, pendidikan, pemerintah, ekonomi, agama, media, dan lain-lain.
2. Teori Konflik Teori yang digagas Marx ini berasumsi pada perbedaan kepentingan
antarkelas dapat menghasilkan relasi sosial yang bersifat konfliktual. Pendistribusian
kekayaan yang tidak merata menciptakan jurang kesenjangan sosial, di mana semakin
parah kesenjangan yang ada membesar pula potensi timbulnya konflik sosial. Kelas
sosial ini terbagi dalam dua kelompok, yakni borjuis dan proletar. Borjuis sebagai pemilik
modal mayoritas sehingga memegang kontrol atas sumber daya yang ada. Sedangkan
kelompok proletar adalah mereka kelas pekerja yang tidak memiliki kontrol. Dari masing-
masing kelas yang ada jelas tujuan dan kepentingan keduanya saling bertolak belakang,
lantaran keinginan kaum borjuis untuk mempertahankan atau menambah kekuasaan
sama besarnya dengan keinginan proletar dalam mendistribusikan kekayaan secara
merata. Ketika kedua kelompok ini terus mengalami pergesekan lama-kelamaan akan
pecah dan memicu revolusi. Terlebih dengan adanya kesadaran kelas ketika kaum
proletar sadar bahwasanya mereka telah dieksploitasi.
2. Fase Kedua (pertengahan abad ke-19) Pada pertengahan abad ke-19, antropologi
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan
informasi mengenai tingkatan kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran
kebudayaan manusia. Pada fase ini muncul karangan yang menyusun bahan etnografi
berdasarkan cara berpikir evolusi dan difusi.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20) Fase ketiga adalah masa dimana antropologi
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan
pemerintah kolonial. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan pengertian mengenai
masyarakat masa kini yang kompleks. Fase ini berkaitan dengan kemantapan
kekuasaan dari negara-negara penjajah Eropa.
4.Fase Keempat (setelah tahun 1930) Fase keempat ditandai dengan terjadinya dua
perubahan penting yaitu makin hilangnya bangsa-bangsa primitif dan timbulnya sikap
antipati terhadap kolonialisme. Pada masa ini antropologi seolah telah kehilangan
lapangan dan obyek penelitian sehingga mengembangkan lapangan penelitian baru.
Fase ini antropologi menetapkan tujuan barunya. Antropologi memiliki tujuan akademik
untuk mencapai pengertian makhluk manusia secara umum dengan jalan
mempelajarinya. Tujuan praktis antropologi adalah mempelajari beragam warna
masyarakat suku bangsa di dunia untuk membangun bangsa tersebut.
7. Konsep Psikologi Sosial
1. Konsep Emosi Terhadap Objek Sosia Pertama adalah konsep dasar ilmu psikologi
sosial mengenai emosi terhadap objek sosial. Ini menunjukkan bahwa emosi dapat
dipengaruhi lingkungan. Ketajaman emosi dan reaksi emosional dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Pengendalian respon emosi sangat penting dalam kehidupan
sosial.Bisa dikatakan, emosi ini adalah kajian dari psikologi ini dan memiliki peranan
penting dalam pembentukan perilaku seseorang terhadap respon dari stimulus dalam
lingkungan sosial.
2. Konsep Perhatian Selanjutnya adalah dalam konsep perhatian. Pada konsep ini,
perhatian atau rasa peka terhadap apa yang terjadi di lingkungan sosial seseorang juga
sangat mempengaruhi seorang individu terhadap hubungan sosialnya.
3. Konsep Minat Selain itu, minat atau daya tarik juga sangat berpengaruh dengan
hubungan sosial antara individu satu dengan individu lain serta kelompok yang
berkaitan dengan proses interaksi dalam diri individu dan mungkin juga dipengaruhi
oleh subjek dari luar.
4. Konsep Kecerdasan dalam Menghadapi Persoalan Sosial Selain itu, ini juga bisa
didasarkan pada kecerdasan dalam menghadapi persoalan sosial. Ini merupakan
modal dasar yang ada dalam diri individu masing-masing dan berbeda pada setiap
individu. Kemudian, nantinya ini juga bisa jadi modal dasar untuk memecahkan
permasalahan sosial yang muncul. Potensi kecerdasan ini merupakan karakter yang
bersifat kognitif dan akan lebih mudah untuk diukur. Sedangkan kecerdasan yang
sikapnya efektif akan lebih susah diukur dan dievaluasi dengan aspek ini. Selain itu,
konsep ini juga sangat penting untuk membantu individu dalam menjalani kehidupan
dan menghadapi berbagai masalah hidup yang terus saja terjadi.
5. Konsep Sikap Mental Selain itu, konsep dasar ini juga bisa dilihat dari sikap mental
seseorang. Sikap mental sendiri adalah reaksi yang timbul dari diri masing-masing
individu jika ada rangsangan yang datang. Reaksi mental ini bisa bersifat positif, bisa
bersifat negatif namun juga bisa bersifat netral. Hal ini tentunya sangat tergantung pada
kondisi diri masing-masing individu serta tergantung juga pada rangsangan yang
datang. Rangsangan yang datang akan direspon oleh individu melalui sikap atau reaksi
mental yang bisa dikatakan positif, negatif atau netral juga.