Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HADIS TENTANG MENGHORMATI ORANG TUA

disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah Hadis Pendidikan Anak

Dosen pengampu: Ibu Lia Laquna Jamali, M.Ag

disusun oleh:

Raden Rivaldo Ramadhan 1908307027

Acep Pathurohman 1908307008

Fajar Sidik 1908307034

JURUSAN ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya kita telah diberikan nikmat sehat,nikmat iman. Sholawat beserta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada baginda kita Habibana Muhammad SAW, Kepada keluarganya, Para
sahabat dan tak lupa kepada kita semua selaku umatnya semoga mendapat syafaat di yaumul
akhir. Amiin

Akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Hadis
Tentang Menghormati Orang Tua” sebagai tugas Mata Kuliah Hadis Pendidikan Anak. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat susunan kata yang kurang
sempurna. Oleh karena itu, Kritik dan saran sangat kami harapkan dengan tujuan agar
mendapatkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Mohon maaf jika banyak
sekali kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih atas perhatiannya.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dengan tujuan untuk
menambah wawasan kita semua.

Cirebon, 14 November 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
2.1 Hadis tentang menghormati orang tua............................................................................................5
2.2 Pengertian Mengormati Orang Tua..................................................................................................6
2.3 Bentuk-bentuk dan Keutamaan Birrul Walidain..............................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................................9
PENUTUP.....................................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kedua orang tua adalah hamba Allah yang menjadi perantara hadirnya manusia di dunia.
Lebih dari itu, mereka juga orang yang penuh akan kasih sayang, merawat, membesarkan,
mendidik dan mencukupi kebutuhan, baik secara lahir maupun batin. Sudah sepantasnya kita
selalu berbakti kepada orang tua, karena orang tua sudah rela berkorban demi
membahagiakkan dan muwujudkan keingginan anak-anaknya. Dalam ajaran Islam berbuat
baik orang tua atau birrul walidain mempunyai kedudukan yang istimewa, dan setiap anak
mempunyai kewajiban terhadap orang tuanya agar mereka senantiasa berbuat baik kepada
keduanya, namun masih terdapat anak-anak yang tidak memperlakukan orang tuanya
sebagaimana mestinya. Banyak sekali anak yang tidak lagi memperdulikan bagaimana
bentuk-bentuk ketika berbicara, bergaul, mencintai serta mendoakan kedua orang tuanya.
Sering kali anak berlaku seenaknya terhadap kedua orang tuanya.
Konsep birrul walidaini dalam Islam dapat dipahami berdasarkan hadis. Hadis adalah
apapun yang berasal dari Nabi Muhammad Saw, baik yang tersebar di dalam kitab-kitab
hadis maupun teraktualisasi di masyarakat. Pembahasan hadis tentang berbakti kepada orang
tua merupakan bidang kajian ilmu hadis. Ilmu hadis adalah ilmu tentang hadis. Hadis tentang
berbakti kepada kedua orang tua setidaknya menjadi contoh bagi umat Islam agar tetap
berbakti kepada kedua orang tua baik yang sudah meninggal ataupun yang masih hidup.
Maka disini Penulis tertarik mengkaji hadis tentang berbakti dan menghormati orangtua.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hadis tentang menghormati Orang tua?
2. Bagaimana Pengertian Orang tua?
3. Bagaimana bentuk-bentuk dan keutamaan penghormatan pada Orang tua?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hadis tentang menghormati Orang tua?
2. Untuk mengetahui Pengertian Orang tua?
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan keutamaan penghormatan pada Orang tua?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hadis tentang menghormati orang tua

‫يب قَا َل ح و َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َكثِي ٍر َأ ْخبَ َرنَا‬ ٌ ِ‫ش ْعبَةَ قَااَل َح َّدثَنَا َحب‬ ُ ْ‫س َّد ٌد َح َّدثَنَا يَ ْحيَى عَن‬
ُ ‫س ْفيَانَ َو‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُم‬
‫سلَّ َم ُأ َجا ِه ُد‬ َ ‫س عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو قَا َل قَا َل َر ُج ٌل لِلنَّبِ ِّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫ب عَنْ َأبِي ا ْل َعبَّا‬
ٍ ‫س ْفيَانُ عَنْ َحبِي‬ ُ
ِ ‫قَا َل لَ َك َأبَ َو‬
‫ان قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَفِي ِه َما فَ َجا ِه ْد‬

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami


Yahya dari Sufyan dan Syu'bah keduanya berkata, telah menceritakan kepada
kami Habib dia berkata. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Katsir, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari
Habib dari Abu Al 'Abbas dari Abdullah bin 'Amru dia berkata, seorang laki-laki
berkata kepada Nabi Saw "Saya hendak ikut berjihad." Beliau lalu bersabda,
"Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?" dia menjawab, "Ya, masih."
Beliau bersabda, "Kepada keduanya lah kamu berjihad."

‫ش ْيبَانِ ِّي عَنْ َع ْب ِد‬ َّ ‫س ِن ْب ِن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ عَنْ َأبِي َع ْم ٍرو ال‬ َ ‫ش ْيبَةَ َح َّدثَنَا َج ِري ٌر عَنْ ا ْل َح‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُع ْث َمانُ بْنُ َأبِي‬
َّ ‫ض ُل اَأْل ْع َما ِل َأ ْو ا ْل َع َم ِل ال‬
‫صاَل ةُ لِ َو ْقتِ َها َوبِ ُّر ا ْل َوالِ َد ْي ِن‬ َ ‫سلَّ َم قَا َل َأ ْف‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫هَّللا ِ عَنْ النَّبِ ِّي‬

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah, telah menceritakan
kepada kami Jarir dari al-Hasan bin Ubaidullah dari Abu Amru asy-Syaibani dari
Abdullah dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda, "Amalan-amalan yang paling utama (atau
amal) adalah salat pada waktunya dan berbakti kepada orang tua."

ْ‫ب عَن‬
ٍ ‫ش َع ْي‬
ُ ‫ق عَنْ َع ْم ِرو ْب ِن‬ َ ‫س َح‬ْ ‫ض ْي ٍل عَنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن ِإ‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ٍر ُم َح َّم ُد بْنُ َأبَانَ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ف‬
‫ص ِغي َرنَا َويَ ْع ِرفْ ش ََرفَ َكبِي ِرنَا‬ َ ‫س ِمنَّا َمنْ لَ ْم يَ ْر َح ْم‬ َ ‫سلَّ َم َل ْي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫َأبِي ِه عَنْ َج ِّد ِه قَا َل قَا َل َر‬
َّ ‫ق نَ ْح َوهُ ِإاَّل َأنَّهُ قَا َل َويَ ْع ِرفْ َح‬
‫ق َكبِي ِرنَا‬ ْ ‫َح َّدثَنَا َهنَّا ٌد َح َّدثَنَا َع ْب َدةُ عَنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن ِإ‬
َ ‫س َح‬

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Muhammad bin Aban, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari Muhammad bin Ishaq
dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata, bersabda, "Tidak
termasuk golongan kami, orang yang tidak mengasihi anak-anak kecil dan tidak

4
pula menghormati para orang tua kami." Telah menceritakan kepada kami
Hannad, telah menceritakan kepada kami Abdah dari Muhammad bin Ishaq
semisalnya. Hanya saja, ia menyebutkan, "Dan (tidak pula) mengetahui hak para
orang tua kami."
2.2 Pengertian Mengormati Orang Tua
Kata birrul walidain berasal dari gabungan dua kata, yakni kata albirrul dan kata al-
walidain, yang mana kata birru yang berarti berbuat baik, kebaikan, berbakti. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kebaikan atau baik artinya adalah sifat manusia yang
dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang mendatangkan
keselamatan, keberuntungan sesama manusia. Sedangkan al-walidain yang merupakan
bentuk tastniah dari kata al-walidu yang berarti kedua orang tua yaitu ayah dan ibu.

Menurut Mujab Mahalli birru walidain didefinisikan dengan berbakti, berbuat baik
kepada kedua orangtua, mengasih sayangi, taat dan patuh kepadanya, menunaikan kewajiban
terhadapnya, dan melakukan hal-hal yang membuat kedua orangtua ridha, serta
meninggalkan sesuatu yang membuatnya murka.

Islam sangat menjunjung tinggi perbuatan bakti kepada orang tua. Akan tetapi, berbakti
kepada orang tua ada batasnya, yakni selama perbuatan bakti tersebut tidak melanggar
ketentuan yang telah digariskan Allah Swt, baik yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan
Hadis. Misalnya, jika orang tua memaksa anak untuk berbuat syirik atau melakukan
kejahatan maka perintah orang tua tersebut wajib ditentang, namun ingat, harus dengan cara
yang baik agar mereka tidak tersinggung. Birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang
tua mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Perkara berbakti kepada orang
tua telah diatur baik dalam Al-Quran maupun Hadis.

Perintah berbuat baik kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah Swt di dalam Al-Qur’an
langsung setelah perintah beribadah hanya kepada-Nya, semata-mata atau sesudah larangan
mempersekutukan-Nya. Allah Swt berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 83 yang artinya:
“Dan ingatlah ketika kami mengambil janji dari Bani Israil yaitu: Janganlah kamu
menyembah selain Allah Swt., dan berbuat baiklah kepada ibu bapak…” (Qs. al-Baqarah:
83). Sedangkan dalam Hadis, Rasulullah Saw meletakkan birrul walidain sebagai amalan
kedua terbaik sesudah salat tepat pada waktunya dan lebih diutamakan dari pada jihad dan
hijrah. Sudah seharusnya kedua orang tua mendapatkan perlakuan yang baik dari anaknya

5
sebagaimana mereka memperlakukan anaknya dari kecil hingga dewasa dengan baik. Islam
memandang bagian ini lebih utama (didahulukan dari pada jihad dan hijrah).

2.3 Bentuk-bentuk dan Keutamaan Birrul Walidain


Berbakti kepada orangtua dapat ditunjukkan dengan cara tidak menyakiti hatinya serta
senantiasa mematuhi perintahnya. Namun, ada juga cara lain yang bisa menunjukkan sikap
birrul walidain seorang anak kepada orangtua. Adapun bentuk-bentuk birrul walidain,
sebagai berikut:

1. Memuliakan orang tua. Salah satu karakteristik utama dari seorang muslim sejati adalah
perlakukanlah dengan bijak dan baik kepada orang tuanya, sebabmemperlakuakn orang
tua dengan hormat dan baik merupakan salah satu ajaran Islam. Rasulullah saw
bersabda : “Sesungguhnya dosa yang paling besar di sisi Allah adalah dosa seseorang
yang melaknat kedua orang tuanya ”para sahabat bertanya, ”bagaimanakan bentuknya
seseorang itu melaknat kedua orang tuanya? ’’Rasullullah menjawab, seseorang
mengeluarkan kata-kata yang isinya mencela dan menghina keduanya” (HR. Bukhari dari
Abdullah bin Amr).
2. Mengikuti keinginan, dan mentaati saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik
masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Tentu dengan catatan
penting selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam. Apabila
bertentangan atau tidak sejalan dengan ajaran Islam, maka tidaklah punya kewajiban
untuk mematuhinya. Bahkan harus menolaknya dengan cara yang baik, seraya berusaha
meluruskan.
3. Menghormati kedua orang tua, dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas
jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. Ibu yang
mengandung dengan susah payah dan penuh penderitaan. Bapak yang membanting tulang
mencari nafkah untuk ibu dan anak-anaknya. Banyak cara untuk menunjukkan rasa
hormat kepada orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan yang
menunjukkan hormat, berbicara kepadanya dengan lemah-lembut, tidak mengungkapkan
kata-kata kasar (apalagi kalau mereka berdua sudah lanjut usia), pamit kalau
meninggalkan rumah (kalau tinggal serumah), memberi khabar tentang keadaan kita dan
menanyakan keadaan keduanya lewat surat atau telepon.
6
4. Membantu ibu dan bapak secara fisik dan material. Misalnya sebelum berkeluarga dan
mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua (terutama ibu) mengerjakan
pekerjaan rumah, dan setelah berkeluarga atau berdiri sendiri membantu orang tua secara
finansial, baik untuk membeli pakaian, makanan, minuman, dan lain-lain.
5. Selalu mendoakan ibu bapak semoga Allah Swt memberi ampunan, rahmat hidayat dan
sebagainya.
6. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidaian, masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain: meminta ampun kepada Allah Swt dengan taubat nashuha (jujur) bila kita
pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup,
menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke liang lahat, selalu memintakan
ampunan untuk keduanya, membayarkan hutang-hutangnya, melaksanakan wasiat sesuai
dengan syari’at, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya, memuliakan sahabatsahabatnya, dan selalu mendo’akan keduanya.

Sehubungan dengan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yang lebih utama
dibandingkan dengan perbuatan baik lainnya bahkan termasuk dengan jihad (perang
membela agama Allah Swt), berkaitan dengan hadits yang sudah di paparkan pada materi
sebelumnya, bahwa Rasulullah adalah orang yang paling mengetahui baik buruknya (manfaat
atau madharat) terhadap amal yang akan dilakukan oleh sahabatnya secara khusus dan oleh
umatnya secara umum. Padahal pada saat itu Rasulullah memerlukan teman dan tenaga yang
lebih banyak dalam melaksanakan hijrah dan jihadnya, akan tetapi bahwa lelaki yang datang
kepadanya merupakan seseorang yang sangat dibutuhkan keberadaannya oleh kedua orang
tuanya, akan lebih baik dan lebih manfaat apabila ia menemani kedua orang tuanya,
dibandingkan mengikuti Rasulullah berhijrah dan berperang, dengan harapan kedua orang
tuanya merasa senang dan gembira, atas keberadaan anaknya sehingga menjadi jalan juga
bagi lelaki itu untuk mendapatkan pahala dan ridho-Nya sebagaimana yang diharapkan
sahabat Nabi tersebut.

7
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Birrul walidain adalah berlaku baik kepada kedua orang tua, bersikap lemah lembut, tidak
mengeraskan suara dihadapan kedua orang tua, tidak melawan, taat kepada keduanya,
melaksanakan apa yang diridhai-nya, menjauhi apa yang membuat marah, menghormatinya,
membahagiakannya, dan mendoakan keduanya baik ketika masih hidup ataupun sudah
meninggal. Perintah berbakti kepada orangtua di dalam Al-Qur’an sejajar dengan perintah
beriman dan beribadah kepada Allah. Menurut hadis, berbuat baik kepada orang tua
merupakan jihad. Kualitas hadis ini sahih baik sanad maupun matan. Adapun keutamaan
birrul walidain, di antaranya adalah berbakti kepada orang tua adalah amal yang paling
utama, ridha Allah Swt tergantung kepada keridhaan orang tua, menghilangkan kesulitan
yang sedang dialami, diluaskan rizki dan dipanjangkan umur, dan dimasukkan ke dalam
jannah-Nya. Diharapkan penelitian ini memiliki implikasi manfaat bagi pengembangan
khazanah pengetahuan Islam, terkhusus dalam praktiknya di masyarakat muslim. Bagaimana
pun penelitian ini diakui memiliki keterbatasan dalam beberapa hal, yakni penggunaan jenis
penelitian, penguasaan metode syarah hadis dan penerapan analisis. Sehingga dibutuhkan
penelitian lanjutan, khususnya penelitian lapangan yang ditopang dengan metode yang tepat
dengan pendekatan analisis yang lebih tajam.

8
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Hofifah. 2021. Berbakti Kepada Orang Tua dalam Ungkapan Hadis. Jurnal Riset
Agama. 1(1), 45-58.

Nenden & Erni Isnaeniah & Husnul Qodim. 2022. Studi Hadis tentang Berbakti Kepada
Orang Tua. Gunung Djati Conference Series. 8(2), 867-879.

Sabir, Muhammad. 2019. Aktualisasi Konsep Hadis-Hadis Ajaran Birru Walidain pada
Kehidupan Masyarakat di Kota Makassar (Studi Kasus pada Panti Asuhan Muthmainnah
Kecamatan Tallo). Al-Qada’u. 6(2), 215-234

Anda mungkin juga menyukai