Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Lumajang,13 September 2022

M.FAUZAN
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

Latar Belakang...........................................................................................................................1

Rumusan Masalah......................................................................................................................1

Tujuan........................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

Tugas dan model belajar…... ....................................................................................................2

Usia dan hukuman………………………..……........................................................................3

Tugas belajar mengajar…………………………………..….....................................................6

BAB III PENUTUP...................................................................................................................9

Kesimpulan................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Usia belajar adalah usia sekolah atau usia anak kritis sehingga ia diterima masuk sekolah
secara formal. Dalam hadis ada anjuran perintah anak melaksanakan sholat ketika berusia tujuh
tahun, karena pada usia inilah anak sudah mampu menerima perintah atau sudah faham
menerima perintah yang disebut dengan istilah mumayyiz – usia kritis atau cerdas. Demkian juga
pada usia inilah anak didik diperkirakan sudah mampu belajar sholat dengan baik, sudah mulai
mengenal bacaan dan gerakan-gerakan sholat dengan baik. Kalau pada usia sebelumnya anak
hanya ikut-ikutan, pada usia ini sudah mulai mampu belajar sholat dengan baik.usia ini kebetulan
sama dengan usia anak sekolah dan dipedomani dalam penerimaan masuk sekolah formal di
sekolah tingkat dasar. Konsekuensi anak yang sudah mampu belajar sholat dengan baik berarti ia
telah menerima hukuman jika meninggalkannya.

Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan kewajiban bagi semua orang. Orang yang
belum tahu ilmu tugasnya wajib mencari atau belajar dari orang berilmu dan tugas orang berilmu
adalah mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. Singkatnya orang yang belum tahu
wajib belajar dan ornag yang sudah tahu wajib mengajar. Guru dan murid harus ada kerjasama
yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan metode,
pendekatan, dan model yang relevan. Bab ini akan menjelaskan hadis tentang usia belajar dan
menerima hukuman, tugas belajar dan model belajar, dan tugas belajar mengajar.

2. RUMUSAN MASALAH

Apa tugas dan model yang efektif dalam belajar?

Berapa usia anak mampu menerima hukuman?

Apa saja tugas belajar mengajar?

3. TUJUAN

Untuk memahami tugas dan model belajar

Untuk mengetahui usia anak mampu menerima hukuman

Untuk memahami tugas belaajar mengajar


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tugas dan Model Belajar


‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ِ ‫اربُوْ نَ فََأقَ ْمنَا ِع ْن َدهُ ِع ْن َدهُ ِع ْش ِر ْينَ يَوْ ًما َولَ ْيلَةً َو َكانَ َرسُوْ ُل‬
‫صلَّى‬ ِ َ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َونَحْ نُ َشبَبَةٌ ُمتَق‬ َ ‫ك َأتَ ْينَا ِإلَى النَّبِى‬
ٍ ِ‫ع َْن َمال‬

‫وْ ا ِإلِى اَ ْهلِ ْي ُك ْم‬pُ‫ا َل ارْ ِجع‬pَ‫اهُ ق‬pَ‫ َدنَا فََأ ْخبَرْ ن‬pْ‫ا بَع‬pَ‫اَلَنَا َع َّم ْن تَ َر ْكن‬p‫تَقَنَا َس‬p‫اش‬ ْ ‫هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر ِح ْي ًما َرفِ ْيقًا فَلَ َّما ظَ َّن اَنَّا قَ ْد‬
ْ ‫ ْد‬pَ‫ا اَوْ ق‬pَ‫تَهَ ْينَا اَ ْهلَن‬p‫اش‬

‫َؤ ِّذ ْن لَ ُك ْم‬ppُ‫الةَ فَ ْلي‬p ‫الص‬


َّ ‫ت‬ َ ُ‫صلُّوْ ا َك َما َراَ ْيتُ ُموْ نِي ا‬
َ ‫صلِّي فَِإ َذا َح‬
ْ ‫ض َر‬ َ ‫فَاَقِ ْي ُموْ ا فِ ْي ِه ْم َو َعلِّ ُموْ هُ ْم َو ُمرُوْ هُ ْم َو َذ َك َر اَ ْشيَا َء اَحْ فَظُهَا اَوْ اَل اَحْ فَظُهَا َو‬

)‫اَ َح ُد ُك ْم َو ْليَُؤ َّم ُك ْم اَ ْكبَ ُر ُك ْم (متفق عليه‬

Artinya

Dari Abi Qilabah berkata; memberitakan kepada kami Malik (bin Al-Huwayrits) r.a
berkata: "kami datang kepada Rasulullah SAW kami beberapa pemuda yang sebaya usia dan
tinggal bersama beliau selama 20 hari. Beliau adalah orang yang penyayang dan pengasih.
Ketika beliau mengira bahwa kami telah menginginkan bertemu dengan keluarga dan
merindukannya, beliau bertanya tentang keluarga yang kami tinggalkan, dan setelah kami
beritahu tentang hal itu beliau bersabda: "pulanglah kamu kepada keluargamu, tinggallah
bersama mereka dan ajarkanlah kepada mereka shalat serta perintahlah mereka untuk taat” - dan
beliau menyebutkan beberapa hal yang aku hafal-, shalatlah sebagaimana engkau melihat aku
shalat, apabila datang waktu shalat hendaklah adzan salah satu diantara kamu dan hendaklah
menjadi Imam yang tertua diantara kamu." (HR.Bukhari dan Muslim).

Penjelasannya

Hadis ini menjelaskan bagaimana kesungguhan para sahabat dalam mencari ilmu
meskipun mereka datang dari tempat yang jauh mereka datang dari Bashrah bersama perawi
hadis ini yaitu Malik bin al-Huwayris untuk belajar dan tinggal bersama rasulullah selama 20
hari. Mereka rela meninggalkan kampung halaman, keluarga, harta benda, untuk mencari ilmu,
belajar shalat dan lain-lain. Hadis ini sama dengan awal berdirinya pendidikan dengan sistem
pesantren, di mana murid tinggal bersama guru. Model pendidikan inilah yang dinilai lebih
berhasil, karena semua ranah pendidikan dapat dilakukan dengan baik, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ada beberapa hal yang disampaikan oleh rasulullah kepada para sahabat yang
telah belajar dengan beliau, yaitu:

Pulang kembali ke daerah dan mengajar

‫ارْ ِجعُوْ ا ِإلِى اَ ْهلِ ْي ُك ْم فَاَقِ ْي ُموْ ا فِ ْي ِه ْم َو َعلِّ ُموْ هُ ْم َو ُمرُوْ هُ ْم‬
"pulanglah kamu kepada keluargamu, tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah kepada mereka
shalat serta perintahlah mereka untuk taat”

B. Usia Belajar dan Hukuman

َّ ِ‫ رُوْ ا َأوْ الَ َد ُك ْم ب‬p‫لَّ َم ُم‬p‫ ِه َو َس‬p‫لّى هّللا ُ َعلَ ْي‬p‫ص‬


َ‫نِ ْين‬p‫ب ِْع ِس‬p‫ا ُء َس‬pَ‫الَ ِة َوهُ ْم اَ ْبن‬p‫الص‬ َ ِ ‫وْ ُل هّللا‬p‫ال َر ُس‬p َ َ‫ب ع َْن َأبِ ْي ِه ع َْن َج ِّد ِه ق‬
َ َ‫ال ق‬ ٍ ‫ع َْن َع ْم ِرو ب ِْن ُش َع ْي‬
)‫ضا ِج ِع (اخرجه أبو داود‬ َ ‫َواضْ ِربُوْ هُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم اَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر َوفَرِّ قُوْ ا بَ ْينَهُ ْم فِى ْال َم‬

Artinya

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasululloh SAW bersabda:
“perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat ketika mereka berusia tujuh tahun,dan pukullah
mereka ketika meninggalkan sholat ketika mereka berusia 10 tahun dan pisahkan mereka di
tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud)

Penjelasan

Hadis ini menjelaskan bagaimana mendidik agama mendidik agama pada anak-anak.
Pendidikan agama diberikan kepada anak-anak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-
perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan. Diantara perintah agama yang
disebutkan dalam hadis ada tiga perintah yaitu perintah melaksanakan sholat, perintah
memberikan hukuman bagi pelanggarnya dan perintah mendidik pendidikan. Berikut
penjelasannya:

Perintah sholat

Orangtua sebagai penanggungjawab pendidikan anak-anaknya diperintah rosul SAW, agar


perintah kepada mereka melaksanakan sholat. Sabda beliau:

َّ ‫ُمرُوْ ا َأوْ الَ َد ُك ْم بِال‬


َ‫صالَ ِة َوهُ ْم اَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِ ْين‬

“Perintahlah anak-anakmu melaksanakan sholat sedangkan mereka berusia tujuh tahun.”

Perintah disini maknanya dilakukan secara tegas, sebab umumnya perintah sholat
sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut. Setelah usia anak mencapai
tujuh tahun, perintah orang tua hendaknya secara tegas tidak seperti pada saat dibawah usia tujuh
tahun.Perintah sholat berarti pula perintah mengajarkan cara shplat, karena tidak mungkin anak
hanya diperintah sholat sementara ia belum bisa melakukannya, dalam riwayat al Turmudzi
rosululloh SAW bersabda:

َ‫صالَةَ ا ْبنَ َس ْب َع ِسنِ ْين‬


َّ ‫ي ال‬ َّ ‫َعلِّ ُموْ ا ال‬
َّ ِ‫صب‬

“Ajarkanlah anak akan sholat sedangkan ia berumur tujuh tahun.”


Hadis ini mengajarkan sholat pada anak-anak tentang syarat-syarat, rukun-rukun, dan beberapa
sunnah dalam sholat.

Memberikan hukuman bagi pembangkangnya

Perintah sholat secara tegas dimulai usia tujuh tahun dan berlanjut sampai dengan usia 9
dan 10 tahun. Jika pada usia 10 tahun seorang anak tidak mau melaksanakan perintah sholat,
maka orangtua diperintah memukul. Sebagaimana lanjutan hadis diatas:

‫َواضْ ِربُوْ هُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم اَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر‬

“Pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun.”

Hadis ini perintah memberikan hukuman bagi anak yang membangkang perintah atau melanggar
larangan.

ِ ْ‫َّح َواَ ْن يَتَّقِ َي ْال َوجْ هَ فِى الضَّر‬


‫ب ِإ ْنتَهَى‬ ٍ ‫ضرْ بًا َغ ْي َر ُمبَر‬ ِ ْ‫ َو ْال ُم َرا ُد بِالضَّر‬.‫ب لِ َع ْش ٍرَأِلنَّهُ َح ٌّد يَتَ َح َّم ُل فِيْه الضَّرْ بُ غَالِبًا‬
َ ‫ب‬ ِ ْ‫ِإنَّ َمااُ ِم َر بِالضَّر‬

Yang dimaksud pukulan atau tamparan disini pukulan yang tidak membahayakan, tetapi
pukulan mendidik yang berfungsi agar anak mengakui kesalahannya dan mampu
memperbaikinya.dan hendaknya pukulan tidak diarahkan pada muka anak, karena muka itu
identik mental dan kehormatan seseorang. Jangan sesekali menjatuhkan mental atau kehormatan
seorang anak karena bisa menjadikan anak penakut, rendah diri, dan lain sebagainya.

Pendidian seks

Hadis berikutnya pendidikan seks diberikan ketika berusia 10 tahun. Sebagaimana sabda beliau:

ْ ‫وْ ا ع‬pp‫ا ِإ َذا بَلَ ُغ‬ppَ‫ضا ِج ِع ِه ْم الَّتِى يَنَا ُموْ نَ فِ ْيه‬


َّ ‫ َذرًا ِم ْن غ ََواِئ ِل‬p‫رًا َح‬p‫َش‬
‫ه َْو ِة ِإ ْن‬p‫الش‬ َ ‫ اي فَرِّ قُوْ ا بَ ْينَ اَوْ اَل ِد ُك ْم فِي َم‬:‫اج ِع‬
ِ ‫ض‬َ ‫َوفَ ِّرقُوْ ا بَ ْينَهُ ْم فِى ْال َم‬
ٍ ‫ ُك َّن اَ ْخ َوا‬.
‫ت‬

“Dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya” maksudnya pisahkan antara anak-anakmu di
tempat tidur mereka ketika mereka beruasia 10 tahun karena khawatir gejolak seksual.

Perintah memisahkan tempat tidur antara mereka bertujuan untuk menghindari fitnah
seks ditempat tidur, karena usia menjelang baligh atau menjelang usia remaja. Syekh al-Manawi
dalam Fath al-Qadir Syarah al-Jami’ as-Shaghir berkata bahwa pemisahan tempat tidur antara
mereka untuk menghindari gejolak syahwat. Tidur bersama antar saudara dalam satu tempat
tidak mendidik baik dan dikhawatirkan terjadi penyimpangan seks baik disengaja maupun tidak
disengaja. Al-Thibiy berkata: perintah sholat dan pemisahan tempat tidur diantara mereka
digabungkan karena memberi pelajaran etika serta memelihara perintah Allah secara keseluruhan
dan memberi pembelajaran serta hubungan antara makhluk dan agar mereka meninggalkan hal-
hal yang haram.

Tugas Belajar Mengajar


َ‫ب ِْع ْين‬p‫ث ِإلَ ْي ِه ْم َس‬ ُّ ‫رْ آنَ َو‬pُ‫وْ نَ ْالق‬p‫ االً يُ َعلِّ ُم‬p‫ا ِر َج‬pَ‫ث َم َعن‬
َ ‫ فَبَ َع‬.َ‫نَّة‬p‫الس‬ ْ ‫ان ا ْب َع‬ ْ – ‫لم‬p‫ه وس‬p‫لى هللا علي‬p‫ َجا َء نَسٌ ِإلَى النَّبِى – ص‬:‫س قَا َل‬ ٍ َ‫َوع َْن اَن‬
‫ا ِء‬pp‫اريَ ِج ْيُئوْ نَ بِ ْال َم‬p
ِ pَ‫انُوْ ا بِالنَّه‬pp‫وْ نَ َو َك‬pp‫ ِل يَتَ َعلَّ ُم‬p‫ يَ ْق َرُؤ وْ نَ ْالقُرْ آنَ َويَتَدَا َرسُوْ نَ بِالَّل ْي‬,‫ فِ ْي ِه ْم خَالِي َح َرا ٌم‬,‫ ْالقُرَّا ُء‬:‫ار يُقَا ُل لَهُ ْم‬ ِ ‫ص‬ َ ‫َر ُجالً ِمنَ ااْل َ ْن‬
-‫لم‬pp‫ه وس‬pp‫لى هللا علي‬pp‫ص‬-‫ فَبَ َعثَهُ ْم النَّبِ ُّي‬,‫ َرا ِء‬pَ‫فَّ ِة َولِ ْلفُق‬p‫الص‬ ُّ ‫ ِل‬p‫ا َم َأِل ْه‬pp‫ ِه الطَّ َع‬pِ‫تَرُوْ نَ ب‬p‫هُ َويَ ْش‬pَ‫وْ نَ فَيَبِعُوْ ن‬ppُ‫ َويَحْ تَ ِطب‬,‫ ِج ِد‬p‫عُوْ نَهُ فِى ْال َم ْس‬p‫ض‬ َ َ‫فَي‬
‫ ٌل‬pُ‫ َواَتَى َرج‬,‫يْتَ َعنَّا‬p‫ض‬ ِ ‫ك َو َر‬ َ p‫ينَا َع ْن‬p‫رض‬ ِ َ‫اكَ ف‬ppَ‫ ْد لَقِ ْين‬pَ‫ا اَنَّا ق‬pَ‫ اَللّهُ َّم بَلِّ ْغ َعنَّا نَبِيَّن‬:‫الُوْ ا‬pَ‫ فَق‬, َ‫ان‬p‫وْ ا ْال َم َك‬p‫ل اَ ْن يَ ْبلُ ُغ‬p َ p‫وْ هُ ْم قَ ْب‬ppُ‫فَ َع َرضُوْ ا لَهُ ْم فَقًتَل‬
‫ (ِإ َّن‬: - ‫لم‬pp‫ه وس‬pp‫لّى هللا علي‬pp‫ ص‬- ‫وْ ُل هللا‬p‫ال َر ُس‬p َ pَ‫ فَق‬,‫ ِة‬pَ‫ت َو َربُّ ْال َك ْعب‬ ُ ‫ز‬p ْ pُ‫ ف‬:‫ َرا ٌم‬p‫ فَقَا َل َح‬,ُ‫ح َحتَّى ا ْنفَ َده‬ ٍ ‫ فَطَ َعنَهُ بِ ُر ْم‬,‫َح َرا ًما َخا َل ِم ْن خَ ْلفِ ِه‬
‫ وهذا لفظ مسلم‬,‫ متفق عليه‬.)‫ضيْتَ َعنَّا‬ ِ ‫ك َو َر‬ َ ‫ضينَا َع ْن‬ ِ ‫ك فَر‬ َ ‫ اَللّهُ َّم بَلِّ ْغ َعنَّا نَبِيَّنَا اَنَّا قَ ْد لَقِ ْينَا‬:‫ِإ ْخ َوانَ ُك ْم قَ ْد قُتِلُوْ ا َوِإنَّهُ ْم قَالُوا‬

Terjemahan

Dari Anas r.a berkata: beberapa orang pernah datang menghadap Rasulullah seraya
berkata: “Kirimlah bersama kami beberapa orang delegasi untuk mengajarkan kami Al-Qur’an
dan Sunnah.” Kemudian beliau mengirimkan sebanyak 70 orang ahli Al-Qur’an (Al-Qurra’) dari
sahabat anshar diantaranya paman saya yang beranama Haram. Mereka ahli membaca Al-Qur’an
dan tadarus. Pada malam hari mereka mempelajarinya dan siang hari mereka mempelajarinya
dan pada siang hari mereka mengangkat air ke masjid, mengambil kayu bakar dan menjualnya
untuk memberikan makanan kepada penduduk Shuffah dan orang-orang fakir. Mereka itulah
yang didelegasikan Nabi. Sebelum sampai ke tempat tujuan, mereka diserang dan dibunuh. Maka
mereka berdoa: “Ya Allah sampaikanlah peristiwa kami ini kepada Nabi bahwa kami telah
menemui-Mu (wafat syahid) sedangkan kami ridho kepada-Mu dan Engkau ridho kepada kami.”
Kemudian seorang laki-laki mendatangi Haram(paman Anas) dari belakang dan menusuknya
dengan tombak hingga tembus. Haram berkata: “Aku beruntung demi Tuhan ka’bah.”lalu
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya saudara-saudaramu telah terbunuh dan sesungguhnya
mereka berkata: “Ya Allah sampaikanlah peristiwa kami ini kepada Nabi bahwa kami telah
menemui-Mu (wafat syahid) sedangkan kami ridho kepada-Mu dan Engkau ridho kepada kami.”
(HR.Muttafaq ‘Alayh dan ini lafal Muslim)

Penjelasan

Hadis ini menjelaskan bahwa sekelompok orang yang datang dari Najd memohon kepada
Rosulullah untuk mengirim pengajar Al-Qur’an dan Sunnah di negerinya. Lalu Rasulullah
mengirim 70 sahabat Anshar yang ahli membaca Al-Qur’an dan mengetahui Sunnah. Diantara
mereka ada paman Anas yang bernama Haram bin Malhan. Kriteria pengajar yang dikirim
Rasulullah adalah ahli membaca Al-Qur’an di malam hari, bekerja dan bersedekah di siang hari
dengan tulus melaksanakan tugas. Berikut penjelasan dari golongan tersebut:

Ahli membaca Al-Qur’an pada malam hari

َ ‫يَ ْق َرُؤ وْ نَ ْالقُرْ آنَ َويَتَد‬


َ‫َارسُوْ نَ بِالَّلي ِْل يَتَ َعلَّ ُموْ ن‬

“pekerjaan mereka membaca Al-Qur’an dan tadarus. Pada malam hari mereka mempelajarinya.”

Membaca Al-Qur’an suatu keharusan sebagai ibadah baik dibaca dalam sholat maupun
diluarnya. Tadarus adalah saling membaca dan saling membenarkan ketika ada kesalahan.
Sedang mempelajari Al-Qur’an adakalanya dalam bacaan, pemahaman makna, dan
pengamalannya. Intinya kriteria pengajar yang dikirim nabi adalah menguasai materi yang
diajarkan yakni Al-Qur’an dan Sunnah.

Bekerja keras dan sedekah di siang hari

ِ ‫ضعُوْ نَهُ فِى ْال َمس‬


‫ْج ِد‬ َ َ‫اريَ ِج ْيُئوْ نَ بِ ْال َما ِء فَي‬
ِ َ‫َو َكانُوْ ا بِالنَّه‬
“Pada siang hari mereka mengangkut air dibawa ke masjid untuk diminum kaum muslimin yang
haus datang di masjid.”

‫َويَحْ تَ ِطبُوْ نَ فَيَبِعُوْ نَهُ َويَ ْشتَرُوْ نَ بِ ِه الطَّ َعا َم َأِل ْه ِل الصُّ فَّ ِة َولِ ْلفُقَ َرا ِء‬

“Mengambil kayu bakar dan menjualnya untuk membelikan makanan kepada penduduk Shuffah
dan orang-orang fakir”

Para pengajar mempunyai jiwa perjuangan yang kuat, rela mengorbankan segala
kemampuanya baik tenaga, fikiran, jiwa raga, dan harta benda untuk perjuangan di jalan Allah.
Terutama untuk membantu para sahabat yang tinggal di Shuffah yang menghabiskan waktunya
untuk belajar dan beribadah bersama Rasulullah SAW.

Ketulusan dalam pengabdian dan ridho terhadap ujian

Para pengajar itu patuh pada Rasulullah dan tulus melaksanakan segala tugas yang
diemban dan ridho mengahadapi ujian meskipun membahayakan dirinya. Ketulusan mereka
tercermin pada doa mereka ketika diserang musuh:

‫ضيْتَ َعنَّا‬
ِ ‫ك َو َر‬ ِ ‫اَللّهُ َّم بَلِّ ْغ َعنَّا نَبِيَّنَا اَنَّا قَ ْد لَقِ ْينَاكَ فَ َر‬
َ ‫ض ْينَا َع ْن‬

“Ya Allah sampaikanlah peristiwa kami ini kepada Nabi bahwa kami telah menemui-Mu (wafat
syahid) sedangkan kami ridho kepada-Mu dan Engkau ridho kepada kami.”

Sungguh benar doa itu dikabulkan Allah , peristiwa itu disampaikan kepada Nabi melalui
wahyu sebagai pemuliaan kepada mereka sehingga Nabi mengetahui dan menceritakan kepada
sahabat di Madinah, bahwa mereka terbunuh di tengah jalan sebelum sampai dan berdoa dengan
tulus.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem pendidikan yang dinilai efektif adalah sistem boarding school seperti yang dilaksanakan
rasulullah SAW yaitu sejumlah orang dari Bashrah yang dikirim tugas belajar bersama rasulullah
SAW selama 20 hari. Dan tugas mereka setelah pulang ke daerahnya adalah hidup bersama
masyarakat dan mengajarkan ilmu yang telah diperoleh dari Nabi.

Perintah sholat kepada anak usia 7 tahun dimaksudkan latihan dan pembiasaan sholat. Pada usia
inilah anak telah mampu belajar dan berlatih sholat. Usia 10 tahun pembelajaran anak semakin
ditingkatkan karena semakin dekat dengan usia baligh dan sudah diwajibkan melaksanakan
sholat, juga perlu adanya hukuman jika meninggalkannya. Pendidikan seks juga diperlukan pada
usia ini agar tidak terjadi penyimpangan seksual.

Kriteria pengajar yang dikirim Rasulullah ke negeri Najd adalah ahli membaca Al-Qur’an di
malam hari, bekerja dan bersedekah di siang hari dengan tulus melaksanakan tugas.
DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. 2015, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group


Sulaiman, Abu Daud. Sunan Abi Daud. 889, Beirut: Maktabah Ashriyah
Muslim. Terjemah Shahih Muslim. 1978, Jakarta: Bulan Bintang
Ihsan, Hamdani & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam. 2007, Bandung: Pustaka Setia
al-Bukhari, Abu Abdillah, shahih Bukhari, 1422, Jakarta; Bulan Bintang
Turmudzi,Abu Musa, Al-jami’ Al-kabir Sunan Turmudzi, 1998, Beirut, maktabah syamilah
Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abi Daud, 889, Beirut, Maktabah Ashriyah

Anda mungkin juga menyukai