Peran Dan Kedudukan Agama - Agama Berdasarkan Pancasila Dan UUD NKRI 1945
Peran Dan Kedudukan Agama - Agama Berdasarkan Pancasila Dan UUD NKRI 1945
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan agama-agama berdasarkan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Untuk mengetahui apa saja tugas negara terhadap agama-agama di Indonesia
3. Untuk mengetahui bagaimana interaksi antara Pancasila da agama-agama di
Indonesia
4. Untuk mengetahui apa nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam praktek
kehidupan bernegara di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan pokok pikiran yang terkandung dalam asas Ketuhanan dalam sila 1
(kesatu) Pancasila dan pembukaan UUD NRI 1945, mewajibkan pemerintah dan
penyelenggaraan negara untuk memegang budi pekerti yang luhur. Peraturan
perundang-undangan dan putusan-putusan Kebebasan hakim dalam urusan
keagamaan wajib menghormati dan memperhatikan kaidah imperatif Pancasila,
terutama sila 1 (kesatu) tiang pancang keberadaan agama-agama berasaskan
Ketuhanan. Sila pertama Pancasila mengandung arti negara berdasarkan Ketuhanan,
dan menjamin kemerdekaan dan kebebasan beragama bagi tiap-tiap pemeluknya.
Agama dan Pancasila memiliki kesamaan fungsi, yaitu sebagai nilai dan alat
untuk mencapai kesejahteraan lahir batin masyarakat. Tidak berlebihan kalau
diibaratkan roda kanan dan kiri sebuah kendaraan. Fungsi roda tersebut sama sebagai
penggerak badan kendaraan untuk menempuh satu tujuan tertentu, namun perannya
yang berbeda. Agama berperan sebagai perekat sosial dan pembina ruhani, sedangkan
Pancasila berperan sebagai pedoman (ideologi) bernegara. Agama adalah rumah besar
yang menyajikan tata kelola mental, spiritual dan seluruh sendi kehidupan manusia,
sedangkan Pancasila adalah rumah besar ragam agama anak bangsa, menyajikan tata
kelola negara supaya terarah pada sasaran. Antara agama dan Pancasila telah terjadi
saling dukung dan saling menguatkan. Pancasila mengakui agama dan juga agama
mengapresiasi nilai-nilai Pancasila. Pancasila memberi ruang yang luas bagi agama.
Nilai ketuhanan yang terkandung dalam Pancasila adalah inti ajaran agama. Sementara
itu agama menilai positif pada isi Pancasila karena tidak bertentangan dengan doktrin
agama.
1. Pancasila jangan ditarik menjadi agama, tetaplah pada perannya. Juga agama
jangan ditarik menjadi ideologi terbatas, sebab akan menimbulkan bias konsep.
Aslinya, sebuah ideologi dirumuskan dalam suatu negara untuk tujuan tertentu,
sedangkan agama dibentuk untuk tujuan tanpa batas. Ideologi yang dirumuskan
oleh manusia tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk mengurus
komitmen ruhani, karena di luar nalarnya. Juga sebaliknya, ketika agama
diminta pertanggungjawabannya untuk tujuan atau kepentingan terbatas, ia
akan mengalami bias konsep. Kepentingan jangka pendek atau yang bersifat
sementara akan dipersepsi sebagai kepentingan abadi dan sejati, ketika agama
ditarik secara paksa menjadi ideologi tujuan tertentu. Oleh sebab itu, agama
dapat ditarik untuk perbandingan cara pandang bukan untuk sebuah taktis-
ideologis. Sebagai perbandingan cara pandang, agama bisa dibawa masuk ke
ranah ekonomi, politik, pendidikan, dan budaya yang menghasilkan warna dan
kekhasan.
2. Pancasila sebagai ideologi, pada tingkat makro dapat disandingkan dengan
ideologi lainnya, seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme dan ideologi
lainnya. Oleh sebab itu, tidak perlu ada tawaran ideologi alternatif lagi untuk
menggantikan Pancasila, lebih-lebih tawaran ideologi yang rentan. Kita sudah
sepakat bahwa Pancasila sudah final sebagai ideologi negara. Konsep haluan
bernegara kita sudah benar dengan adanya Pancasila.
3. Pancasila sebagai ideologi negara tidak perlu diutak-atik lagi. Sudah sangat
ideal dan sarat makna untuk berbangsa dan bernegara. Boleh saja kita diskusi
ideologi alternatif, karena kita berada di negara demokrasi dan menjamin
kebebasan berpendapat. Namun, Pancasila sudah sangat mewadahi gagasan-
gagasan ideologi alternatif tersebut. Unsur agama terbawa, budaya sudah
terwadahi, persatuan, keadilan, kemanusiaan dan kerakyatan serta unsur-unsur
modernitas terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, Pancasila merupakan
platform ideologi yang ideal.
1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat di percaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku
etnis, sikap, pandapat, dan tindakan orang lain yang berbeda darinya.
4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sunggguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk meng hasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas.
8. Demokrasi: Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa, diatas kepentingan kelompok taupun
individu.
11. Cinta tanah air : Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat / komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul,dan bekerjasama dengan orang lain.
14. Cinta damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakana alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memeberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnyya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA