Mohammad Umar
DOI : http://doi.org/10.37730/edutrained.v5i2.154
Diterima: 23 November 2021 | Disetujui: 19 Desember 2021 | Dipublikasikan: 20 Desember 2021
Abstrak
Permasalahan penelitian adalah apakah model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dapat
meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI IPS-3 semester gasal MAN 1 Kudus Tahun
Pelajaran 2018/2019. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Team
Games Tournament dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI IPS 3 MAN 1
Kudus pada semester gasal tahun pelajaran 2018/2019 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI IPS-3, yang ditunjukkan dengan: (1)
rata-rata hasil belajar pada siklus I 7,14; siklus II 7,44; dan 8,84 pada siklus III; (2) ketuntasan belajar
pada siklus I adalah sebesar 47,22% dari seluruh siswa dan yang tidak tuntas 52,78%; pada siklus II
siswa yang telah tuntas 72,22% dan tidak tuntas 27,78%; sedangkan pada siklus III, siswa telah
tuntas 100%; (3) ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 47,22%, siklus II mencapai 72,22; dan
siklus III mencapai 100%.
Abstract
The problem of this research is whether the Team Game Tournament Learning Model (TGT) can
improve the English learning achievement of calss XI IPS-3 students of MAN 1 Kudus in the even semester
of the academic year 2018/2019. The purpose of this study is to find out that the implementation of the
Team Game Tournament Learning Model (TGT) can improve English learning achievement of class XI
IPS-3 students of MAN 1 Kudus in the even semester of the academic year 2018/2019. The results of
the study showed that there is an improvement of the English learning achievement of class XI IPS-3
students. The improvement was indicated by: (1) the average learning achievement in cycle I is 7.14;
cycle II 7.44; and 8.84 in cycle III; (2) the learning completion in cycle I is 47.22% of all students and the
incompleted students is 52.78%; the completed students in cycle II is 72.22% and the incompleted
students is 27.78%; in cycle III, the completed students in cycle III is 100%; (3) the classical learning
completion in cycle I is 47.22%, in cycle II reaches 72.22; cycle III reaches 100%.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
140
p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan
e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 2, Desember 2021
141
Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735
Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154
manusia dalam jangka panjang. Apabila dan mengatur tempat duduk, (3) guru
model ini berhasil direalisasikan, upaya membagikan tugas kepada siswa, (4)
ke arah penerapan paradigma baru guru mengajukan syarat siswa dapat
pendidikan berbasis kompetensi dapat mengerjakan tugas secara berpasang-
diwujudkan. Bagi bangsa Indonesia, pasangan dua atau tiga orang kemudian
penerapan model pembelajaran yang mengecek pekerjaan di antara teman, (5)
dapat memberikan fondasi bagi Guru memastikan bahwa setiap
pembentukkan sumber daya manusia kelompok menunjuk satu orang siswa
berkualitas memiliki nilai strategis untuk sebagai ketua kelompok. Ketua kelompok
pembangunan dan penyiapan human menetapkan bahwa setiap anggota telah
capital. memahami materi. Artinya jika ada
pertanyaan, siswa dapat mengajukan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe pertanyaan ke satu teman dengan teman
Team Games Tournament (TGT) yang lain dalam satu kelompok sebelum
Menurut (Sudimahayasa, 2015:3) mengajukan pertanyaan kepada siswa
Teams-Games-Tournament (TGT) pada kelompok lain. (6) Guru bertindak
mulanya dikembangkan oleh David sebagai narasumber atau fasilitator. (7)
DeVries dan Keith Edwards. Model ini Guru memberikan kuis kepada siswa
merupakan model pembelajaran yang setelah selesai. Untuk menambah skor
dikembangkan oleh Johns Hopkins. perolehan tim atau kelompok setelah
Dalam model ini, para siswa dibagi dalam melaksanakan tugas masing-masing
tim belajar yang terdiri dari empat diberikan suatu permainan. Tugas guru
sampai lima orang yang berbeda-beda memberikan penghargaan kepada siswa
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan yang dapat menjawab dengan benar dan
latar belakang etniknya. Guru kelompok yang mempunyai nilai tertinggi
menyampaikan pelajaran, lalu siswa serta memberikan pengakuan atau
bekerja dalam tim mereka untuk pujian. Guru dapat memberikan tugas
memastikan bahwa semua anggota tim (PR) secara individu kepada setiap siswa.
telah menguasai pelajaran. Selanjutnya Terakhir dalam menutup kegiatan
diadakan turnamen, yaitu siswa kelompok agar kembali ke tempat
memainkan game akademik dengan masing-masing. Kemudian guru
anggota tim lain untuk menyumbangkan memberikan tes formatif sesuai
poin bagi skor timnya. Pada model TGT kompetensi yang diajarkan.
terdapat dimensi kegembiraan dan
kerjasama yang diperoleh dari Belajar dan Hasil Belajar
penggunaan permainan. Teman satu tim Proses belajar mengajar menurut
akan saling membantu dalam (Dasopang, 2017) sangat erat kaitannya
mempersiapkan diri untuk permainan dengan kegiatan pendidikan. Sebab
dengan mempelajari lembar kegiatan dan dalam proses belajar mengajar terjadi
menjelaskan masalah-masalah satu sama interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan
lain, memastikan telah terjadi tanggung belajar mengajar yang dilakukan untuk
jawab individual. mencapai tujuan tertentu yang
Masih menurut (Sudimahayasa, dirumuskan sebelum pembelajaran. Guru
2015:4) tahapan pelaksanaan seharusnya sebelum mengajar perlu
pembelajaran dengan model TGT dimulai merencanakan kegiatan pendidikan
dari tahap persiapan. Tahap ini meliputi; secara sistematis.
persiapan bahan ajar, penetapan siswa Masih menurut (Dasopang, 2017),
pada tim, serta penetapan siswa pada belajar didefinisikan sebagai proses
meja turnamen. Tahap selanjutnya adalah perubahan perilaku peserta didik sebagai
tahap pelaksanaan pembelajaran dengan hasil dari interaksi siswa dengan
langkah-langkah pembelajaran meliputi: lingkungannya. Perubahan perilaku
(1) guru menyajikan materi seperti biasa, terhadap hasil belajar bersifat terus
(2) guru membentuk kelompok belajar menerus, fungsional, positif, aktif, dan
145
Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735
Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154
terarah. Proses perubahan tingkah laku fisik, dan (e) gerakan gerakan skill dari
dapat terjadi dalam berbagai kondisi. keterampilan sederhana sampai yang
(Hamalik, 2004) mengungkapkan kompleks, sedangkan (f) kemampuan
bahwa “pembelajaran adalah suatu berkomunikasi non decursive, seperti
kombinasi yang tersusun meliputi unsur- gerakan ekspresif dan interpretatif.
unsur manusiawi, material, fasilitas dan Dari berbagai tipe hasil belajar
prosedur yang saling mempengaruhi tersebut, pada penelitian ini penulis
untuk mencapai tujuan.” memprioritaskan tipe hasil belajar
Sedangkan menurut (Putri, 2017:2) kognitif sebagai fokus permasalahan yang
belajar adalah proses yang kompleks, akan ditingkatkan, terutama hasil belajar
yang terjadi pada diri setiap orang Bahasa Inggris.
sepanjang hidupnya. Interkasi antara
seseorang dan lingkungannya METODE PENELITIAN
menyebabkan proses belajar. Oleh karena Penelitian tindakan kelas ini
itu belajar dapat terjadi kapan saja dan di dilaksanakan di kelas XI IPS 3 Madrasah
mana saja. Salah satu pertanda bahwa Aliyah Negeri 1 Kudus yang terletak di
seseorang belajar adalah adanya Jalan Conge Ngembal Rejo Bae Kudus.
perubahan tingkah laku pada diri orang Siswa di kelas XI IPS 3 berjumlah 36
itu yang mungkin disebabkan oleh siswa. Terdiri dari 26 siswa perempuan
terjadinya perubahan pada tingkat dan 10 siswa laki-laki.
pengetahuan, keterampilan atau Waktu dan tempat penelitian dalam
sikapnya. Proses belajar mengajar pada waktu tiga bulan mulai bulan September
dasarnya adalah penyampaian pesan dari sampai dengan bulan November pada
sumber pesan kepada penerima pesan semester gasal tahun pelajaran
dengan cara atau media tertentu. 2018/2019. Subjek penelitian ini adalah
(Sutrisno, 2013) berpendapat bahwa siswa kelas XI IPS 3 Madrasah Aliyah
tipe hasil belajar dibagi menjadi 3 (tiga), Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran
yaitu (1) Tipe hasil belajar kognitif, antara 2018/2019.
lain (a) Tipe hasil belajar pengetahuan Materi yang diajarkan dalam
(knowledge), (b) Tipe hasil belajar penelitian ini adalah materi “Opinion and
pemahaman (comprehensive), (c) Tipe Thought.” Pelaksanaan penelitian dimulai
hasil belajar penerapan (aplikasi), (d) dari kegiatan observasi dan pengumpulan
Tipe hasil belajar analisis, (e) Tipe hasil data awal, perencanaan, pelaksanaan
belajar sintesis, (f) Tipe hasil belajar siklus I, pelaksanaan siklus 2, dan
evaluasi. Bagian kedua dari tipe belajar pelaksanaan siklus 3 serta penyusunan
adalah (2) tipe hasil belajar afektif ini laporan. Adapun jadwal penelitian
berkaitan dengan sikap peserta didik. Ada sebagai berikut:
beberapa tingkat bidang afektif dan tipe Tabel 1: Jadwal Penelitian
hasil belajarnya. Antara lain (a) receiving
attending, yaitu kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar, (b)
responding, yaitu reaksi ang diberikan
seseorang terhadap rangsangan dari luar,
(c) valuing, yaitu penilaian (d) organizing,
dan (e) karakteristik nilai internalisasi
nilai, yakni keterpaduan dari semua Siklus pada penelitian tindakan kelas
system nilai yang dimiliki seseorang. ini dilaksanakan dalam beberapa tahap
Bagian terakhir dari tipe hasil belajar yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
adalah (3) tipe hasil belajar psikomotorik, pengamatan dan relfeksi. Bagan
Ini berkaitan dengan (a) gerakan reflek pelaksanaan siklus penelitian adalah
(gerakan tidak sadar), (b) keterampilan sebagai berikut:
pada gerakan sadar, (c) keterampilan
perseptual, (d) kemampuan di bidang
146
p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan
e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 2, Desember 2021
145
Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735
Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154
Tabel 2: Hasil Siklus I, II, dan III siswa kelas XI IPS 3 Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kudus pada semester gasal
tahun pelajaran 2018/2019 setelah
diterapkan model pembelajaran TGT,
sudah terjawab. Terbukti hasil belajar
siswa kelas XI IPS 3 pada setiap siklus
selalu mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran Team Game Tournament
(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar
pembelajaran Bahasa Inggris.
PENUTUP
Dari tabel tersebut dapat diketahui 1. Simpulan
bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada Berdasarkan analisis data hasil
siklus I adalah 7,14, dengan nilai tertinggi penelitian dan pembahasan, diperoleh
8,00 dan nilai terendah 5,60. Siswa yang kesimpulan bahwa penerapan model
memenuhi kriteria tuntas belajar pembelajaran Team Game Tournament
sebanyak 17 siswa atau 47,22% dan yang (TGT) yang telah dilaksanakan pada
tidak tuntas sebanyak 19 siswa atau siswa kelas XI IPS 3 MAN 1 Kudus pada
52,78%. Sedangkan ketuntasan hasil semester gasal tahun 2018/2019 terbukti
belajar siswa klasikal baru mencapai dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
47,22%. Inggris. Hal ini ditunjukkan adanya
Pada siklus II diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada
peningkatan hasil belajar siswa, yaitu setiap siklus. Peningkatan hasil belajar ini
mencapai rata-rata 7,44, dimana nilai ditunjukkan dengan (1) rata-rata hasil
tertinggi 8,40 dan nilai terendah 5,60. belajar pada siklus I ssebesar 7,14; siklus
Siswa yang memenuhi kriteria tuntas II sebesar 7.44; dan rata-rata siklus III
belajar sebanyak 26 siswa atau 72,22% sebesar 8,84; (2) Siswa yang memenuhi
dan tidak tuntas 12 siswa atau 27,78%. kriteria tuntas belajar pada siklus I
Sementara ketuntasan hasil belajar sebesar 47,22% dan tidak tuntas sebesar
klasikal meningkat menjadi 72,22%. 52,78%; pada siklus II siswa yang
Pada siklus III, diperoleh nilai rata- memenuhi kriteria tuntas sebesar
rata 8,84, dengan nilai tertinggi 10,00 dan 72,22% dan tidak tuntas 27,78%;
nilai terendah 8,00. Ini menunjukkan sedangkan pada siklus III seluruh siswa
bahwa hasil belajar siswa pada siklus III telah memenuhi kriteria tuntas (100%);
mengalami peningkatan dibandingkan (3) ketuntasan hasil belajar siswa secara
dengan siklus II. Pada siklus III ini, siswa klasikal pada siklus I sebesar 47,22%,
yang tuntas sebanyak 36 siswa atau pada siklus II mencapai 72,22; dan pada
100%, dan tidak ada siswa yang tidak siklus III sebesar 100%.
tuntas belajar. Sedangkan ketuntasan
hasil belajar siswa secara klasikal sudah 2. Saran
mencapai 100%. Hasil ini sudah Dalam melaksanakan proses
memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran setiap guru perlu
penelitian yang telah ditetapkan, yaitu melakukan variasi pendekatan, strategi,
ketuntasan belajar klasikal sekurang- maupun model pembelajaran yang sesuai
kurangnya harus mencapai prosentase dengan materi yang akan disampaikan
80%. serta karakteristik siswa. Salah satu
Dari paparan pembahasan di atas, model pembelajaran yang dapat
dapat diketahui bahwa permasalahan digunakan oleh guru yaitu Team Game
yang diangkat dalam penelitian tindakan Tournament (TGT) karena telah terbukti
kelas ini, yaitu apakah terdapat dapat meningkatkan hasil belajar siswa .
peningkatan hasil belajar Bahasa Inggris
146
Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735
Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154
DAFTAR PUSTAKA
Dasopang, A. P. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. Fitrah Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman
Vol. 03 No. 2 Desember 2017 e-ISSN : 2460-2345, p-ISSN: 2442-6997, 333-334.
De Porter, B., & Mike, H. (1992). Quantum Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (A. Abdurrahman, Penerj.) Bandung: Perbit Kaifa.
Fathurrohman, M. R. (2018). Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Teknik
Jigsaw Dengan Teknik Stad Pada Kelas X Di MA Miftahunnajah. Bandung: Program
Studi Biologi Fkip Universitas Pasundan Bandung.
Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Horshit. (2014). Evaluation of Training and Development: An Analysis of Various Model. Journal
of Bussiness and Management, 5(2), 16-17. doi:https://doi.org/10.9790/487X-0521622
Kemendikbud. (2014). Kurikulum 2013 Pedoman Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris Untuk
SMA/MA, SMA/MAK. Jakarta: Pusat Kurikulum Dan Perbukuan Balitbang
Kemendikbud.
Latifah, F. A., Samsudi, & Masrukan. (2014). Model Supervisi Akademik Kelompok Berbasis
Think Talk Write Untuk Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Educational Management, 3(1). Diambil kembali dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman/article/view/4357
Lestari, B. ( 2008). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2, Desember,
146.
Merti, N. M. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) .
Journal of Education Action Research, 315.
Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan. (2018). Dokumen II Kurikulum Diklat
Teknis Substantif Pendidikan. Jakarta: Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan
Keagamaan.
Rusman. (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu, Teori dan Praktik. Jakarta: Gravindo.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Laerning. London: Allymand Bacon.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suparno. (2000). Langkah-langkah Penulisan Artikel Ilmiah. Dalam A. Saukah, & M. Waseno,
Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang: UM Press.
Sutrisno, B. (2013). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan
Menggunakan Teropong Pecahan Di Kelas V Sekolah Dasar. Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fkip Untan, 2.
Tea, T. (2009). Inspiring Teaching: Mendidik Penuh Inspirasi. Jakarta: Gema Insani.
147