Anda di halaman 1dari 9

Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735

 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME


TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA
INGGRIS

Mohammad Umar

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kudus


abineisam@gmail.com

DOI : http://doi.org/10.37730/edutrained.v5i2.154
Diterima: 23 November 2021 | Disetujui: 19 Desember 2021 | Dipublikasikan: 20 Desember 2021

Abstrak
Permasalahan penelitian adalah apakah model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dapat
meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI IPS-3 semester gasal MAN 1 Kudus Tahun
Pelajaran 2018/2019. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Team
Games Tournament dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI IPS 3 MAN 1
Kudus pada semester gasal tahun pelajaran 2018/2019 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI IPS-3, yang ditunjukkan dengan: (1)
rata-rata hasil belajar pada siklus I 7,14; siklus II 7,44; dan 8,84 pada siklus III; (2) ketuntasan belajar
pada siklus I adalah sebesar 47,22% dari seluruh siswa dan yang tidak tuntas 52,78%; pada siklus II
siswa yang telah tuntas 72,22% dan tidak tuntas 27,78%; sedangkan pada siklus III, siswa telah
tuntas 100%; (3) ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 47,22%, siklus II mencapai 72,22; dan
siklus III mencapai 100%.

Kata kunci: Team Game Tournament, model pembelajaran, hasil belajar.

Abstract

The problem of this research is whether the Team Game Tournament Learning Model (TGT) can
improve the English learning achievement of calss XI IPS-3 students of MAN 1 Kudus in the even semester
of the academic year 2018/2019. The purpose of this study is to find out that the implementation of the
Team Game Tournament Learning Model (TGT) can improve English learning achievement of class XI
IPS-3 students of MAN 1 Kudus in the even semester of the academic year 2018/2019. The results of
the study showed that there is an improvement of the English learning achievement of class XI IPS-3
students. The improvement was indicated by: (1) the average learning achievement in cycle I is 7.14;
cycle II 7.44; and 8.84 in cycle III; (2) the learning completion in cycle I is 47.22% of all students and the
incompleted students is 52.78%; the completed students in cycle II is 72.22% and the incompleted
students is 27.78%; in cycle III, the completed students in cycle III is 100%; (3) the classical learning
completion in cycle I is 47.22%, in cycle II reaches 72.22; cycle III reaches 100%.

Keywords: Team Game Tournament, learning model, learning achievement

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License

140
p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan
e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 2, Desember 2021


PENDAHULUAN Siswa cenderung acuh tak acuh saat


belajar Bahasa Inggris. Bahkan
Tujuan mata pelajaran Bahasa diantaranya menyatakan bahwa
Inggris dalam Kurikulum 2013 di Sekolah pelajaran Bahasa Inggris tidak penting.
Menengah Atas dan/atau yang sederajat Karena tidak menjadi bahan pertanyaan
adalah untuk mengembangkan potensi di kubur. Hal ini berakibat hasil prestasi
peserta didik agar memiliki kompetensi siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris
komunikatif dalam wacana interpersonal, masih rendah.
transaksional, dan fungsional, dengan Untuk itu perlu adanya penerapan
menggunakan berbagai teks berbahasa model pembelajaran yang banyak
Inggris lisan dan tulis, secara runtut melibatkan peran aktif siswa agar
dengan menggunakan unsur kebahasaan semangat belajar mereka meningkat.
yang akurat dan berterima, tentang Guru seharusnya berusaha membuat
berbagai pengetahuan faktual dan pembelajaran yang menjadikan siswa
prosedural, serta menanamkan nilai-nilai mengalami sendiri dan motivasi mereka
luhur karakter bangsa, dalam konteks selalu meningkat.
kehidupan di lingkungan rumah, sekolah, Banyak pendekatan dan model
dan masyarakat (Kemendikbud, 2014). pembelajaran yang dapat mengajak siswa
Sudah menjadi kewajiban semua aktif dalam pembelajaran. Salah satu
Guru Bahasa Inggris untuk mewujudkan model pembelajaran yang dapat
tujuan tersebut, namun sampai saat ini digunakan adalah cooperative learning.
hal tersebut belum sepenuhnya terwujud. Model pembelajaran ini dipandang sesuai
Kenyataan yang ada, masih ada siswa untuk diterapkan di abad XXI, karena di
yang menganggap bahwa mata pelajaran dalamnya siswa dapat bekerjasama untuk
Bahasa Inggris adalah momok. Setiap kali memecahkan masalah (Problem Solver).
siswa ditanya mengenai apa kesulitan Terdapat berbagai jenis/tipe model
dalam belajar Bahasa Inggris, mereka pembelajaran dalam pendekatan
menjawab memang pelajaran ini sulit. kooperatif ini, antara lain: Jigsaw, Group
Sebagai gambaran, hasil belajar Investigation, Time Games Tournament
siswa kelas XI IPS 3 MAN 1 Kudus pada (TGT), serta beberapa tipe yang lain.
ulangan harian yang rata-rata masih Model pembelajaran Kooperatif tipe
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal Time Games Tournament (TGT)
(KKM) yang ditetapkan, yakni 70. Rata- merupakan salah model pembelajaran
rata hasil prestasi mereka adalah 55. yang dapat diterapkan guru dalam
Selain itu, rata-rata nilai ulangan tengah pembelajaran Bahasa Inggris.
semester gasal mapel Bahasa Inggris Berdasarkan penelitian yang telah
tahun pelajaran 2018/2019 yakni 50. dilakukan Ni Made Merti (Merti, 2020)
Jelas hasil ini masih jauh di bawah KKM. tentang Penerapan Model Pembelajaran
Penulis sebagai guru di kelas tersebut, Teams Games Tournament (TGT)
tentu merefleksi diri ada permasalahan diketahui bahwa penerapan model
apa di kelas tersebut. pembelajaran Teams Games Tournament
Data hasil penilaian formatif maupun (TGT) dengan media audio visual dapat
penilaian tengah semester siswa kelas XI meningkatkan hasil belajar Bahasa
IPS 3 di atas jelas menunjukkan ada Inggris siswa. Dari sinilah penulis tertarik
permasalahan di kelas tersebut. dan ingin membuktikan sendiri jika
Permasalahan ini terkait motivasi model TGT dapat meningkatkan hasil
berprestasi siswa. Selain itu siswa merasa belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI IPS
jenuh dengan model pembelajaran yang 3 MAN 1 Kudus pada semester gasal
diterapkan guru yang hanya ceramah dan tahun pelajaran 2018/2019.
tidak melibatkan siswa aktif dalam kelas.

141
Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735
 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154

Secara garis besar, implementasi meningkatkan hasil belajar bahasa


TGT dalam pembelajaran merupakan Inggris. Selain itu guru dapat menambah
pengembangan dari kegiatan Student alternatif model pembelajaran yang dapat
Team Achievement Divisions (STAD) yang meningkatkan kemampuan siswa dalam
ditambah dengan permainan. Dalam hal memahami konsep dan menyelesaikan
ini, untuk menambah skor perolehan tim soal. Bagi siswa, penerapan model ini
atau kelompok, dapat diberikan lagi oleh dapat menumbuhkan kemampuan siswa
guru melalui permainan. Dengan dalam memecahkan masalah yang
demikian guru harus mempersiapkan berkaitan dengan pembelajaran. Selain
satu permainan untuk dimainkan siswa itu, mereka dapat meningkatkan
setelah memberikan kuis (Slavin, keaktifannya dalam pembelajaran dan
2005:24). menumbuhkan kebiasaan kerjasama dan
Ciri khas dalam pembelajaran komunikasi dengan teman dan
kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran kelompoknya, sehingga pada akhirnya
koperatif lainnya adalah adanya diharapkan adanya peningkatan hasil
turnamen. Dengan adanya turnamen belajar.
diharapkan dapat menanamkan KAJIAN PUSTAKA
sportivitas siswa dan dapat Model Pembelajaran Kooperatif
meningkatkan motivasi siswa untuk Model pembelajaran kooperatif
berusaha lebih baik lagi bagi dirinya (cooperative learning) menurut (Rusman,
maupun untuk orang lain. Melalui 2015), merupakan pembelajaran yang
turnamen diharapkan juga dapat dilakukan dengan cara membagi siswa ke
membantu siswa menjadi lebih berani dalam kelompok-kelompok kecil dengan
dalam berkompetisi. Sehingga siswa anggota tidak lebih dari enam orang.
selalu berusaha untuk berada dalam Mereka belajar dan bekerjasama secara
posisi unggul karena mempunyai daya kolaboratif antar anggota yang heterogen.
saing tinggi. Dengan demikian, tujuan Sedangkan menurut (Lestari, 2008)
penerapan model pembelajaran Team model pembelajaran kooperatif ini
Game Tournament adalah peningkatan merupakan model yang sesuai dengan
keaktifan siswa dalam pembelajaran dan perkembangan abad ke-21 karena
juga adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dituntut berperilaku dan
siswa. dapat bekerja serta belajar secara
Permasalahan yang diangkat dalam kolaboratif untuk mewujudkan
penelitian ini adalah apakah penerapan keberhasilan bersama. Keberhasilan
model pembelajaran Team Games tersebut sangat dipengaruhi oleh
Tournament dapat meningkatkan hasil keterlibatan dari setiap anggota
belajar bahasa Inggris siswa kelas XI IPS 3 kelompok itu sendiri, terutama dalam
MAN 1 Kudus pada semester gasal tahun menyelesaikan tugas-tugas terstruktur.
pelajaran 2018/2019. Sedangkan tujuan Selain itu alur proses belajar tidak harus
dalam penelitian ini untuk mengetahui berasal dari guru menuju peserta didik.
penerapan model pembelajaran Team Peserta didik bisa juga saling mengajar
Games Tournament dalam meningkatkan dengan sesama peserta didik lainnya.
hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI Model ini juga menekankan pada proses
IPS 3 MAN 1 Kudus pada semester gasal pencarian pengetahuan dari pada
tahun pelajaran 2018/2019. transfer pengetahuan. Peserta didik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipandang sebagai subyek belajar yang
bermanfaat bagi guru, siswa, maupun perlu dilibatkan secara aktif dalam proses
praktisi pendidikan lainnya. Bagi guru, pembelajaran.
dapat menerapkan model pembelajaran Lebih lanjut dikatakan oleh (Lestari,
kooperatif Team Games Tournament 2008) bahwa dengan model
(TGT) untuk melibatkan siswa aktif pembelajaran kooperatif ini diharapkan
dalam pembelajaran. Melalui penerapan dapat menjadi salah satu bentuk solusi
model ini diharapkan dapat permasalahan kualitas sumber daya
146
p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan
e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 2, Desember 2021


manusia dalam jangka panjang. Apabila dan mengatur tempat duduk, (3) guru
model ini berhasil direalisasikan, upaya membagikan tugas kepada siswa, (4)
ke arah penerapan paradigma baru guru mengajukan syarat siswa dapat
pendidikan berbasis kompetensi dapat mengerjakan tugas secara berpasang-
diwujudkan. Bagi bangsa Indonesia, pasangan dua atau tiga orang kemudian
penerapan model pembelajaran yang mengecek pekerjaan di antara teman, (5)
dapat memberikan fondasi bagi Guru memastikan bahwa setiap
pembentukkan sumber daya manusia kelompok menunjuk satu orang siswa
berkualitas memiliki nilai strategis untuk sebagai ketua kelompok. Ketua kelompok
pembangunan dan penyiapan human menetapkan bahwa setiap anggota telah
capital. memahami materi. Artinya jika ada
pertanyaan, siswa dapat mengajukan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe pertanyaan ke satu teman dengan teman
Team Games Tournament (TGT) yang lain dalam satu kelompok sebelum
Menurut (Sudimahayasa, 2015:3) mengajukan pertanyaan kepada siswa
Teams-Games-Tournament (TGT) pada kelompok lain. (6) Guru bertindak
mulanya dikembangkan oleh David sebagai narasumber atau fasilitator. (7)
DeVries dan Keith Edwards. Model ini Guru memberikan kuis kepada siswa
merupakan model pembelajaran yang setelah selesai. Untuk menambah skor
dikembangkan oleh Johns Hopkins. perolehan tim atau kelompok setelah
Dalam model ini, para siswa dibagi dalam melaksanakan tugas masing-masing
tim belajar yang terdiri dari empat diberikan suatu permainan. Tugas guru
sampai lima orang yang berbeda-beda memberikan penghargaan kepada siswa
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan yang dapat menjawab dengan benar dan
latar belakang etniknya. Guru kelompok yang mempunyai nilai tertinggi
menyampaikan pelajaran, lalu siswa serta memberikan pengakuan atau
bekerja dalam tim mereka untuk pujian. Guru dapat memberikan tugas
memastikan bahwa semua anggota tim (PR) secara individu kepada setiap siswa.
telah menguasai pelajaran. Selanjutnya Terakhir dalam menutup kegiatan
diadakan turnamen, yaitu siswa kelompok agar kembali ke tempat
memainkan game akademik dengan masing-masing. Kemudian guru
anggota tim lain untuk menyumbangkan memberikan tes formatif sesuai
poin bagi skor timnya. Pada model TGT kompetensi yang diajarkan.
terdapat dimensi kegembiraan dan
kerjasama yang diperoleh dari Belajar dan Hasil Belajar
penggunaan permainan. Teman satu tim Proses belajar mengajar menurut
akan saling membantu dalam (Dasopang, 2017) sangat erat kaitannya
mempersiapkan diri untuk permainan dengan kegiatan pendidikan. Sebab
dengan mempelajari lembar kegiatan dan dalam proses belajar mengajar terjadi
menjelaskan masalah-masalah satu sama interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan
lain, memastikan telah terjadi tanggung belajar mengajar yang dilakukan untuk
jawab individual. mencapai tujuan tertentu yang
Masih menurut (Sudimahayasa, dirumuskan sebelum pembelajaran. Guru
2015:4) tahapan pelaksanaan seharusnya sebelum mengajar perlu
pembelajaran dengan model TGT dimulai merencanakan kegiatan pendidikan
dari tahap persiapan. Tahap ini meliputi; secara sistematis.
persiapan bahan ajar, penetapan siswa Masih menurut (Dasopang, 2017),
pada tim, serta penetapan siswa pada belajar didefinisikan sebagai proses
meja turnamen. Tahap selanjutnya adalah perubahan perilaku peserta didik sebagai
tahap pelaksanaan pembelajaran dengan hasil dari interaksi siswa dengan
langkah-langkah pembelajaran meliputi: lingkungannya. Perubahan perilaku
(1) guru menyajikan materi seperti biasa, terhadap hasil belajar bersifat terus
(2) guru membentuk kelompok belajar menerus, fungsional, positif, aktif, dan
145
Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735
 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154

terarah. Proses perubahan tingkah laku fisik, dan (e) gerakan gerakan skill dari
dapat terjadi dalam berbagai kondisi. keterampilan sederhana sampai yang
(Hamalik, 2004) mengungkapkan kompleks, sedangkan (f) kemampuan
bahwa “pembelajaran adalah suatu berkomunikasi non decursive, seperti
kombinasi yang tersusun meliputi unsur- gerakan ekspresif dan interpretatif.
unsur manusiawi, material, fasilitas dan Dari berbagai tipe hasil belajar
prosedur yang saling mempengaruhi tersebut, pada penelitian ini penulis
untuk mencapai tujuan.” memprioritaskan tipe hasil belajar
Sedangkan menurut (Putri, 2017:2) kognitif sebagai fokus permasalahan yang
belajar adalah proses yang kompleks, akan ditingkatkan, terutama hasil belajar
yang terjadi pada diri setiap orang Bahasa Inggris.
sepanjang hidupnya. Interkasi antara
seseorang dan lingkungannya METODE PENELITIAN
menyebabkan proses belajar. Oleh karena Penelitian tindakan kelas ini
itu belajar dapat terjadi kapan saja dan di dilaksanakan di kelas XI IPS 3 Madrasah
mana saja. Salah satu pertanda bahwa Aliyah Negeri 1 Kudus yang terletak di
seseorang belajar adalah adanya Jalan Conge Ngembal Rejo Bae Kudus.
perubahan tingkah laku pada diri orang Siswa di kelas XI IPS 3 berjumlah 36
itu yang mungkin disebabkan oleh siswa. Terdiri dari 26 siswa perempuan
terjadinya perubahan pada tingkat dan 10 siswa laki-laki.
pengetahuan, keterampilan atau Waktu dan tempat penelitian dalam
sikapnya. Proses belajar mengajar pada waktu tiga bulan mulai bulan September
dasarnya adalah penyampaian pesan dari sampai dengan bulan November pada
sumber pesan kepada penerima pesan semester gasal tahun pelajaran
dengan cara atau media tertentu. 2018/2019. Subjek penelitian ini adalah
(Sutrisno, 2013) berpendapat bahwa siswa kelas XI IPS 3 Madrasah Aliyah
tipe hasil belajar dibagi menjadi 3 (tiga), Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran
yaitu (1) Tipe hasil belajar kognitif, antara 2018/2019.
lain (a) Tipe hasil belajar pengetahuan Materi yang diajarkan dalam
(knowledge), (b) Tipe hasil belajar penelitian ini adalah materi “Opinion and
pemahaman (comprehensive), (c) Tipe Thought.” Pelaksanaan penelitian dimulai
hasil belajar penerapan (aplikasi), (d) dari kegiatan observasi dan pengumpulan
Tipe hasil belajar analisis, (e) Tipe hasil data awal, perencanaan, pelaksanaan
belajar sintesis, (f) Tipe hasil belajar siklus I, pelaksanaan siklus 2, dan
evaluasi. Bagian kedua dari tipe belajar pelaksanaan siklus 3 serta penyusunan
adalah (2) tipe hasil belajar afektif ini laporan. Adapun jadwal penelitian
berkaitan dengan sikap peserta didik. Ada sebagai berikut:
beberapa tingkat bidang afektif dan tipe Tabel 1: Jadwal Penelitian
hasil belajarnya. Antara lain (a) receiving
attending, yaitu kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar, (b)
responding, yaitu reaksi ang diberikan
seseorang terhadap rangsangan dari luar,
(c) valuing, yaitu penilaian (d) organizing,
dan (e) karakteristik nilai internalisasi
nilai, yakni keterpaduan dari semua Siklus pada penelitian tindakan kelas
system nilai yang dimiliki seseorang. ini dilaksanakan dalam beberapa tahap
Bagian terakhir dari tipe hasil belajar yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
adalah (3) tipe hasil belajar psikomotorik, pengamatan dan relfeksi. Bagan
Ini berkaitan dengan (a) gerakan reflek pelaksanaan siklus penelitian adalah
(gerakan tidak sadar), (b) keterampilan sebagai berikut:
pada gerakan sadar, (c) keterampilan
perseptual, (d) kemampuan di bidang
146
p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan
e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 2, Desember 2021


Sumber data pada penelitian ini


adalah guru dan siswa, dengan jenis data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
berupa hasil pengamatan terhadap
aktivitas guru dan siswa selama
berlangsungnya pembelajaran yang
dikumpulkan melalui lembar observasi
guru dan siswa. Sedangkan data
kuantitatif berupa berupa nilai yang
Gambar1: Siklus Penelitian Tindakan diperoleh dari hasil pelaksanaan evaluasi
Kelas hasil belajar siswa. Data hasil belajar
Penjelasan singkat pada setiap siklus siswa ini dianalisis dengan cara
dapat penulis uraikan sebagai berikut. membandingkan nilai perolehan siswa
Pada tahap perencanaan meliputi: (1) dengan ketuntasan belajar minimal, baik
pembuatan rencana pembelajaran secara individu maupun klasikal.
dengan TGT, (2) penyusunan Lembar Pelaksanaan penelitian pada masing-
Kerja Siswa (LKS), (3) pembentukan masing siklus melalui penerapkan model
kelompok siswa dengan memperhatikan Team Game Tournament (TGT)
keseimbangan kemampuan dalam dinyatakan berhasil apabila hasil belajar
kelompok, (4) menyusun lembar siswa yang mampu mencapai KKM
observasi siswa untuk mengamati sekurang-kurangnya 80% dari seluruh
aktivitas komunikasi siswa dan guru siswa. Adapun KKM untuk mata pelajaran
dalam penerapan model TGT. Bahasa Inggris adalah 75.
Pada tahap pelaksanaan, meliputi
langkah-langkah sebagai berikut: (1) HASIL PENELITIAN DAN
penjelasan materi sesuai perencanaan PEMBAHASAN
dengan mengacu pada langkah-langkah Tujuan penelitian tindakan kelas ini
penerapan TGT, (2) membagi siswa ke adalah untuk mengetahui penerapan
dalam beberapa kelompok, (3) model pembelajaran Team Games
membagikan LKS dan soalnya. Pada tahap Tournament (TGT) dalam meningkatkan
ini guru sekaligus melakukan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI
pengamatan dan motivasi kepada siswa. IPS 3 MAN 1 Kudus. Untuk itu
(4) pelaksanaan diskusi dalam kelompok, pembahasan hasil penelitian tindakan
(5) perwakilan kelompok kelas ini didasarkan pada hasil
mempresentasikan hasil diskusi, (6) pengamatan terhadap pelaksanaan
presentasi siswa, dilanjutkan tanya pembelajaran pada seluruh siklus, mulai
jawab. Selanjutnya pada akhir dari sikuls I, II, dan III, terutama fokus
pembelajaran dilaksanakan evaluasi. pada hasil belajar siswa, baik hasil belajar
Tahap pengamatan (observasi) individu maupun klasikal.
meliputi pengamatan terhadap aktivitas Setelah pembelajaran dengan model
siswa dan guru dalam pembelajaran Team Games Tournament (TGT) pada
dengan menerapkan model Team Game siklus I, siklus II, dan siklus III selesai
Tornament (TGT). Pada tahap refleksi, dilaksanakan, dapat dikemukakan data
peneliti melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa sebagai berikut:
hasil pengamatan serta data hasil belajar
siswa. Kendala pada siklus 1 akan
dijadikan permasalahan yang akan
dilakukan tindakan perbaikannya pada
siklus II, kemudian dilanjutkan dengan
merancang perbaikan tindakan pada
siklus III apabila siklus II dinyatakan
belum berhasil.

145
Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735
 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154

Tabel 2: Hasil Siklus I, II, dan III siswa kelas XI IPS 3 Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kudus pada semester gasal
tahun pelajaran 2018/2019 setelah
diterapkan model pembelajaran TGT,
sudah terjawab. Terbukti hasil belajar
siswa kelas XI IPS 3 pada setiap siklus
selalu mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran Team Game Tournament
(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar
pembelajaran Bahasa Inggris.

PENUTUP
Dari tabel tersebut dapat diketahui 1. Simpulan
bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada Berdasarkan analisis data hasil
siklus I adalah 7,14, dengan nilai tertinggi penelitian dan pembahasan, diperoleh
8,00 dan nilai terendah 5,60. Siswa yang kesimpulan bahwa penerapan model
memenuhi kriteria tuntas belajar pembelajaran Team Game Tournament
sebanyak 17 siswa atau 47,22% dan yang (TGT) yang telah dilaksanakan pada
tidak tuntas sebanyak 19 siswa atau siswa kelas XI IPS 3 MAN 1 Kudus pada
52,78%. Sedangkan ketuntasan hasil semester gasal tahun 2018/2019 terbukti
belajar siswa klasikal baru mencapai dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
47,22%. Inggris. Hal ini ditunjukkan adanya
Pada siklus II diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada
peningkatan hasil belajar siswa, yaitu setiap siklus. Peningkatan hasil belajar ini
mencapai rata-rata 7,44, dimana nilai ditunjukkan dengan (1) rata-rata hasil
tertinggi 8,40 dan nilai terendah 5,60. belajar pada siklus I ssebesar 7,14; siklus
Siswa yang memenuhi kriteria tuntas II sebesar 7.44; dan rata-rata siklus III
belajar sebanyak 26 siswa atau 72,22% sebesar 8,84; (2) Siswa yang memenuhi
dan tidak tuntas 12 siswa atau 27,78%. kriteria tuntas belajar pada siklus I
Sementara ketuntasan hasil belajar sebesar 47,22% dan tidak tuntas sebesar
klasikal meningkat menjadi 72,22%. 52,78%; pada siklus II siswa yang
Pada siklus III, diperoleh nilai rata- memenuhi kriteria tuntas sebesar
rata 8,84, dengan nilai tertinggi 10,00 dan 72,22% dan tidak tuntas 27,78%;
nilai terendah 8,00. Ini menunjukkan sedangkan pada siklus III seluruh siswa
bahwa hasil belajar siswa pada siklus III telah memenuhi kriteria tuntas (100%);
mengalami peningkatan dibandingkan (3) ketuntasan hasil belajar siswa secara
dengan siklus II. Pada siklus III ini, siswa klasikal pada siklus I sebesar 47,22%,
yang tuntas sebanyak 36 siswa atau pada siklus II mencapai 72,22; dan pada
100%, dan tidak ada siswa yang tidak siklus III sebesar 100%.
tuntas belajar. Sedangkan ketuntasan
hasil belajar siswa secara klasikal sudah 2. Saran
mencapai 100%. Hasil ini sudah Dalam melaksanakan proses
memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran setiap guru perlu
penelitian yang telah ditetapkan, yaitu melakukan variasi pendekatan, strategi,
ketuntasan belajar klasikal sekurang- maupun model pembelajaran yang sesuai
kurangnya harus mencapai prosentase dengan materi yang akan disampaikan
80%. serta karakteristik siswa. Salah satu
Dari paparan pembahasan di atas, model pembelajaran yang dapat
dapat diketahui bahwa permasalahan digunakan oleh guru yaitu Team Game
yang diangkat dalam penelitian tindakan Tournament (TGT) karena telah terbukti
kelas ini, yaitu apakah terdapat dapat meningkatkan hasil belajar siswa .
peningkatan hasil belajar Bahasa Inggris
146
Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan p-ISSN 2581-0735
 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 e-ISSN 2721-0154

DAFTAR PUSTAKA

Dasopang, A. P. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. Fitrah Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman
Vol. 03 No. 2 Desember 2017 e-ISSN : 2460-2345, p-ISSN: 2442-6997, 333-334.
De Porter, B., & Mike, H. (1992). Quantum Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (A. Abdurrahman, Penerj.) Bandung: Perbit Kaifa.
Fathurrohman, M. R. (2018). Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Teknik
Jigsaw Dengan Teknik Stad Pada Kelas X Di MA Miftahunnajah. Bandung: Program
Studi Biologi Fkip Universitas Pasundan Bandung.
Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Horshit. (2014). Evaluation of Training and Development: An Analysis of Various Model. Journal
of Bussiness and Management, 5(2), 16-17. doi:https://doi.org/10.9790/487X-0521622
Kemendikbud. (2014). Kurikulum 2013 Pedoman Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris Untuk
SMA/MA, SMA/MAK. Jakarta: Pusat Kurikulum Dan Perbukuan Balitbang
Kemendikbud.
Latifah, F. A., Samsudi, & Masrukan. (2014). Model Supervisi Akademik Kelompok Berbasis
Think Talk Write Untuk Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Educational Management, 3(1). Diambil kembali dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman/article/view/4357
Lestari, B. ( 2008). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2, Desember,
146.
Merti, N. M. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) .
Journal of Education Action Research, 315.
Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan. (2018). Dokumen II Kurikulum Diklat
Teknis Substantif Pendidikan. Jakarta: Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan
Keagamaan.
Rusman. (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu, Teori dan Praktik. Jakarta: Gravindo.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Laerning. London: Allymand Bacon.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suparno. (2000). Langkah-langkah Penulisan Artikel Ilmiah. Dalam A. Saukah, & M. Waseno,
Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang: UM Press.
Sutrisno, B. (2013). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan
Menggunakan Teropong Pecahan Di Kelas V Sekolah Dasar. Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fkip Untan, 2.
Tea, T. (2009). Inspiring Teaching: Mendidik Penuh Inspirasi. Jakarta: Gema Insani.

147

Anda mungkin juga menyukai