Anda di halaman 1dari 3

B.

Gaya Belajar

Guru yang baik memahami cara siswanya belajar. Di sinilah esensi psikologi pendididkan atau psikologi
pembelajaran perlu mewarnai pendekatan dan cara kerja guru dalam memberikan layanan kepada
siswanya. Richard M.Felder dan Barbara A.Solomon (2009) mengemukakan beberapa jenis gaya belajar
siswa, seperti berikut ini.

1. Pelajar aktif dan Reflektif


Dilihat dari segi gaya belajar, siswa ada yang bergaya aktif da nada pula yang bergaya reflektif.
Perbedaannya yaitu :
a. Pelajar aktif cenderung selalu aktif berusaha mempertahankan dan memahami keterangan
terbaik dengan melakukannya sendiri. Dia pun sangat aktif membahas, menerapkan,
menjelaskan kepada atau melakukan inisiasi untuk melibatkan teman-temannya. Pelajar
reflektif lebih suka berfikir secara diam-diam terlebigh dahulu tentang hal-hal atau focus
yang sedang dihadapinya.
b. Pelajar aktif memulai kerja dengan pertanyaan “mari kita coba dan melihat cara kerjanya”.
Pelajar reflektif memulai pertanyaan “mari kita fikirkan dahulu”
c. Pelajar aktif cenderung lebih menyukai kerja kelompok , sebaliknya pelajar reflektif lebih
suka belajar sendirian.
d. Duduk mendengarkan ceramah tanpa melakukan aktifitas fisik apaun,tapi mencatat sulit
bagi kedua jenis belajar., tetapi sangat sulit untuk peajar yang aktif.

2. Pelajar instuitif dan Sensorik


Siswa dapat di golongkan menjadi dua kategori, yaitu siswa instuitik dan sensorik. Baik
siswa instuitif maupun keduanya merupakan cara utama dalam menangkap, memahami dan
merefleksi atas substansi pembelajaran. Keduanya tidak untuk dinilai mana yang baik atau mana
yang jelek, melainkan sebatas kegiatan belajar.
a. Pelajar sensorik cenderung menyukai fakta-fakta pembelajaran, pelajar intutif biasanya
lebih memilih menumukan kemungkinan dan hubungan.
b. Pelajar sensorik sering memecahkan masalah dengan metode kerja yang ketat dan
kompleks, tidak menyukai cara kerja dengan “kejutan”, pelajar intuitif tidak menyukai
“inovasi” dan pengulangan.
c. Pelajar sensorik sangat tidak suka mengerjakan materi ujian yang tidak secara eksplisit di
ajarkan di kelas, sebaliknya pelajat intuitif relative terbuka menerima bahan ujian,
sungguhpun belum tercakup secar eksplisit di kelas.
d. Pelajar sensorik cenderung bersabar dengan detail hafalan maupun fakta-fakta dan
melakukan pelajaran doi laboratorium, sebaliknya pelajar intuitif mungkin lebih
menyenangi konsep-konsep baru dan lebih nyaman dengan absraksi dan formulasi
matematis.
e. Pelajar sensorik cenderung lebih praktis dan berhati-hati dibandingkan pelajar intuitif.
Sebaliknya pelajar intuitif cenderung bekerja lebih cepat dan lebih novatf dibandingkan
dengan pelajar sensorik.
f. Pelajar sensorik tifdak suka dengan program yang tidak memiliki hubungan nyata dengan
dunia nyata, sebaliknya pelajar intuitif tidak program yang melibatkan nbanyak menghafal
dan perhiyungan rutin.
3. Pelajar Visual dan Verbal
Dari perspektif interaksi antara siswa dengan objek atau bentuk sajian, pelajar dikategorikan
menjadi dua, yaitu pelajat yang lebih menyukai sajian materi secara visual dan lebih menyukai
sajian materi secara verbal. Pelajar visual terbaik dalam mengungat apa yang mereka lihat ,
seperti foto, diagram, bagan alur, garis, waktu, film dan demonstrasi. Pembelajar verbal
mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih banyak dari kata-kata dan penjeklasan, baik
tertulis maupun lisan. Setiap orang belajar lebih banyak ketika informasi di sajikan baik secara
visual maupun verbal. Pelajar yang visual sangat cepat jenuh jika hanya mendengarkan ceramah,
membaca buku atau jurnal. Pelajar verbal sangat cepat jenuh jika hanya disodori gambar., bagan,
grafik, atau bentuk fisik lainnya. Di sekolah atau perguruan tinggi, metode ceramah, penugasan,
membaca, dan sejenisnya amat lazim. Sayangnya, kebanykan siswa merupakan manusia visual.
Berarti sebagian besar siswa tidak mendapatkan sebanyak yang mereka lakukan jika persentasi
visual lebih banyak digunakan di kelas. Siswa yang baik mampu memproses informasi yang
disajikan baik secara visual maupun verbal.
4. Pelajar Sekuensial dan Global
Dilihat dari cara belajar untuk menyerap ilmu, pelajar dapat dikategorikan menjadi dua
kategori, yaitu siswa yang belajar secara sekuensial dan siswa yang belajar secara global. Pelajar
sekuensial cenderung berfikir secara runtut, sebaliknya siswa global cenderung berfikir acak atau
lateral. Gaya belajar semacam ini tidak dinilai mana yang baik dan mana yang buruk. Melainkan
sebatas cara memualai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran.
a. Pelajar sekuensial cenderung memperoleh pemahaman dalam langkah-langkah berurutan
atau linier. Mereka menikmati setiap langkah-langkah atau urutan penjelasan secara logis.
Pelajar global cenderung belajar dalam lompatan besar, menyerap material pelajaran
hamper secra acalk tampa melihat keterhubungan, dan kemudian tiba-tiba”
mendapatkannya”.
b. Pelajar sekunsial cenderung mengikuti jalur tahapan-tahapan yang logis dalam mencari
solusi. Sebaliknya pelajar global dapat memecahkan masalah yang kompleks dengan cepat
atau membuat sesuatu bersama-sama dengan cara baru setelah mereka memahami
gambaran umum, tapi mereka mungkin mengalami kesulitan menjelaskan bagian mana
melakukannya .
c. Pelajar sekuensial mungkin tidak sepenuhnya memahami urutan marteri, tetapi mereka
tetap dapat melakukan sesuatu dengan itu misalnya, memecahkan masalah pekerjaan
rumah atau mengerjakan tes, karena mereka dapat memahami potongan-potongan
pengetahuan dan pengalaman yang terhubung secara logis, sebaliknya pelajar global
sangat tidak mungkin memiliki kemampuan berfikir yang berurutan secara baik, karena itu
mungkin mengalami kesulitan yang serius sampai dengan mampu memiliki gambaran
secara umum.
d. Pelajar sekuensiala mungkin tahu banyak tentang aspek-aspek spesifik dari subjek, namun
buksn tidak mungkin mereka akan mengalami kesulitan berkaitan dengan aspek yang
berbeda dari subjek yang sama atau subjek yang berbeda, sebaliknya bagi pelajar global,
sangat mungkin setelah mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman, mereka masih
tentang rincian subjek.

Anda mungkin juga menyukai