Anda di halaman 1dari 10

209 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

harus dibawa ketingkat moral yang tinggi, dan sesudah itu mereka akan bersama-sama
dengan kita melaksanakan pekerjaan yang abadi mengejar kesempurnaan. Tugas yang amat
besar ini yang telah berabad-abad lamanya dilaksanakan mati-matian oleh orang-orang
yang baik dan mulia, yang berusaha membawa umat manusia ke alam yang terang.
Bukankah satu kebajikan memperjuangkan yang demikian itu untuk kehidupan kita semua?

Kutipan surat ini masih relevan dengan kondisi sekarang.Bagaimana pendidikan saat ini?
Apakah sudah menyentuh pada pembangunan watak? Apakah sudah menyentuh pembangunan
watak bngsa. Banyak sekali kutipan dari surat Raden Ajeng Kartini yang dapat diutarakan di sini
untuk mengungkapkan betapa tigginya pikiran dan kecerdasan seorang gadis remaja yang
menyatakan dirinya sebagai anak dari golongan tertindas dan terinjak-injak Berjuang untuk
kehormatan dan martabat bangsanya. Cukuplah jika dikatakan bahwa Kartini adalah seorang jenius
dengan gaya tersendiri. Seperti halnya dengan teman seperjuangannya, sikap srikandi perang dari
Aceh yaitu Cut Nyak Dien, dalam hal ini Kartini juga adalah Dewi Penyelamat yang sesudah wafatnya
memberi ilham kepada pemuda-pemuda Indonesia supaya berjuang untuk mencapai kemerdekaan
bangsa dan negara.

Kartini yang berperang melawan penindasan, kebodohan dan dengan kecerdasannya dapat
mengilhami para pemuda untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Harum nama Kartini
sampai keluar daerah perbatasan negara, bahkan pengamat pengamat Barat mengatakan:
"pengaruh daripada kehidupan dan ajarannya barangkali lebih besar dari pada pengaruh wanita
manapun di zaman modern ini karena pengaruhnya itu menyentuh semua rakyat Indonesia yang
berjuta-juta bahkan meluas sampai ke negara-negara lain di timur". Semasa hidupnya Kartini tidak
dapat berbuat banyak untuk negaranya. Akan tetapi pengaruh tulisan-tulisannya setelah wafat lebih
banyak dari apa yang dilakukan seseorang diwaktu hidup.

Amat menarik untuk diperhatikan bahwa perlawanan Kartini secara langsung terhadap
kebudayaan Barat telah menembus ide-ide humanistis dan sosialistisnya yang bercorak Barat tetapi
asing bagi daerah kebangsaan Jawanya. Keseluruhan pengaruh-pengaruh itu telah membangun
bentuk batin Kartini.
210 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

D. Tahapan-tahapan Kejuangan

Dalam kehidupan manusia, terdapat beberapa fase kejuangan yaitu fase pengenalan,
pertumbuhan, pematangan atau justru fase penurunan. Masing-masing tahap atau fase dijelaskan
sebagai berikut:

- Tahap atau fase pengenalan adalah periode seseorang yang baru mengenal kejuangan baik
dari orang lain maupun dari diri sendiri.Pada fase ini orang baru mengenal apa arti, makna,
bagaimana, dan mengapa diperlukan suatu kejuangan.
- Tahap pertumbuhan adalah tahapan atau fase dan seseorang yang mulai menyadari dan
melaksanakan kejuangan dengan pertumbuhan atau perubahan yang cepat.
- Tahap pematangan adalah tahap yang ditandai dengan pertumbuhan kejuangan yang
lambat atau bahkan stabil. Pada tahap inilah kejuangan yang ideal terjadi pada diri
seseorang dalam kehidupannya
- Tahap penurunan adalah tahap yang ditandai dengan kejuangan yang sudah mulai menurun
dan pada titik tertentu dapat berakibat pada tingkat yang membahayakan bagi integritas
dirinya. Jika kejadian ini terjadi dalam diri seseorang yang jumlahnya banyak, maka akan
membahayakan integritas bangsa dan negara. Hal itu untuk lebih jelasnya dapat dilihat
gambar berikut
211 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

Dari gambar 8.2 dapat diketahui bahwa kejuangan seseorang ataupun suatu bangsa
sepanjang waktu tidaklah sama. Idealnya harus tetap pada posisi kejuangan yang matang (tahap
pematangan) Pada tahap ini pengorbanan untuk bangsa sangat tinggi. Bila seseorang semakin tinggi
karyanya untuk bangsa atau kejuangannya (K), maka seseorang itu akan semakin tinggi nilainya
untuk kepentingan bangsa. Karya seseorang dapat berupa karya fisik yang merupakan hasil
pemikirannya. Karya atau produksi dari seseorang akan semakin menjadi berarti kalau kuantitas dan
kualitasnya tinggi, sehingga kejuangan seseorang semakin bermanfaat. Hal ini berarti semakin
diperlukan kecerdasan otak setiap manusia untuk bisa menghasilkan karya dengan kualitas seperti
yang dimaksudkan tersebut. Dengan pernyataan lain seseorang akan lebih memungkinkan
menghasilkan karya dengan kualitas tinggi apabila memiliki EQ (Emotional Intelligence) dan IQ
(Intelligence Quotient) yang tinggi.

Seandainya karya seseorang sebesar 100%, maka kira-kira berapa persen karyanya itu yang
diperuntukkan bagi bangsanya? Semakin besar prosentase karya seseorang untuk bangsa berarti
semakin tinggi kejuangannya.

Sementara itu untuk menentukan seberapa prosentase seseorang yang sebaiknya karyanya
diberikan untuk bangsa adalah sangatlah sulit kita gariskan. Hal ini hanyalah sekedar pegangan untuk
kita, idealnya kita berikan sebesar yang diperlukan bangsa dan negara seperti yang telah dilakukan
oleh para pejuang kita terdahulu. Kita tahu, pada saat perjuangan untuk mencapai kemerdekaan
negara Republik Indonesia tidaklah sedikit diantara para pejuang tersebut mengorbankan seluruh
hidupnya (karyanya) untuk bangsa ini. Dalam hal ini seperti telah ditunjukkan oleh perilaku
kejuangan RA. Kartini, Jenderal Soedirman, Soekarno, dan lain-lain.

E. Kejuangan Pembentukan Bangsa Indonesia

Kalau kita mau bersungguh-sungguh menegakkan/mengembang-kan kejuangan, maka kita


harus mengenali terlebih dahulu mengenai apa itu kejuangan dan mengapa perjuangan itu
diperlukan?

Kejuangan diperlukan oleh pribadi, institusi maupun bangsa dan negara. Tanpa kejuangan,
maka kita akan sulit untuk survive dalam menghadapi segala tantangan; baik sebagai individu,
institusi
212 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

maupun sebagai bangsa dan negara. Suatu institusi memerlukan kejuangan agar institusi tersebut
bukan hanya sekedar sapi perahan untuk kepentingan pribadi. Kita tahu sebuah institusi diperlukan
untuk kepentingan orang banyak. Institusi butuh eksistensi dalam waktu yang tidak terbatas atau
sepanjang zaman, yang berart institusi harus mampu menghadapi segala tantangan zaman,
berstrategi jangka panjang, dan bersifat dinamis. Memposisikan lembaga sebagai kepentingan untuk
bangsa dan negara adalah merupakan tantangan yang sangat penting saat ini. Tetapi untuk
menjawab hal itu sangat sulit dikarenakan minimnya kejuangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam diri masyarakat Indonesia.

F. Internalisasi Nilai-nilai Kejuangan

Menyadari pentingnya nilai-nilai kejuangan seperti telah diuraikan tersebut, perlu dikaji
lebih dalam lagi untuk menginternalisasikan nilai-nilai juang pada kondisi aktual saat ini. Internalisasi
(penghayatan) nilai-nilai juang sangat penting dikarenakan pada saat ini di Indonesia sedang terjadi
krisis multidimensional, yang pada intinya krisis moral bangsa ditandai dengan luntur/pudarnya
semangat rasa kebangsaan karena kurangnya memahami dan menghayati (internalisasi) nilai-nilai
juang bangsa. Hal ini ditandai dengan timbulnya perseteruan elit politik yang berkepanjangan karena
tidak adanya etika, budaya dan partisipasi politik sehingga tidak ada kompromi politik. Akibatnya
tidak ada stabilitas politik dalam kehidupan nasional kita. Menurut Ciptadi (2002) apabila kondisi
tersebut berkelanjutan, maka akan membawa dampak terhadap aspek politik ekonomi sosial budaya
pertahanan dan keamanan (ipolek-sosbud). Jika ini dibiarkan secara terus-menerus, maka akan
timbul gejolak sosial yang dapat membahayakan keselamatan negara. Kalau sudah demikian tibul
dua pertanyaan mendasar, yaitu: 1) Apakah NKRI akan tetap tegak dan utuh berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 di dalam menghadap krisis multidimensional yang mengarah kepada disintegrasi
bangsa? 2) Apakah NKRI akan hancur di dalam menghadapi krisis multidimensional yang mengarah
kepada disintegrasi bangsa? Kurangnya penghayatan nilai-nilai juang tersebut menyebabkan
terjadinya distorsi atau penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai
213 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

juang yang pada dasarnya adalah mengutamakan kepentingan pribadi/-kelompok/golongan di atas


kepentingan bangsa dan negara.

Di samping itu kondisi yang ada sekarang ini memberikan peluang dan kendala tersendiri
untuk menginternalisasikan (menghayati) nilai-nilai juang yang dimaksud. Peluang tersebut antara
lain:

1. Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 masih sebagai andasan konstitusional dalam
kehidupan nasional Indonesia.
2. Letak geografis, jumlah penduduk dan sumber kekayaan alam apabila diberdayakan secara
optimal dan dikelola dengan manajemen yang baik dapat merupakan modal dasar dalam
menghadapi krisis, sehingga merupakan peluang menghadapi tantangan global.
3. Kepercayaan global terhadap pemerintah Indonesia yang sedang berupaya mewujudkan
kehidupan politik yang lebih demokratis, menghargai HAM (Hak Asasi Manusia) dan
menjunjung tinggi supremasi hukum.
4. Kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) memacu SDM untuk meningkatkan
kualitas/profesionalismenya.
5. Tap MPR No.XI Tahun 1998 tentang Berantas KKN merupakan peluang mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
6. UU No.22/29 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25/99 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah, merupakan peluang untuk mengoptimalkan sumber daya yang
ada di daerah guna kepentingan nasioanl.

Beberapa kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam menginternalisasikan nilai-nilai juang
pada setiap warga negara antara lain

1. Ideologi. Secara sadar atau tidak sadar telah diakui bahwa Pancasila adalah ideologi negara
dan pedoman hidup bangsa Indonesia, sehingga Pancasila diera Order Baru (Orba)
ditetapkan sebagai satu-satunya asas. Diera reformasi tidak lagi sebagai satusatunya asas
sehingga timbul multiperanan/pedoman dalam hidup berbangsa.
2. Politik. Sadar atau tidak sadar terdapat persaingan antar kelompok elit politik, sehingga
terjadi benturan kepentingan karena adanya perbedaan kepentingan dan akhirnya terjadi
konflik kepentingan serta pengaruh stabilitas nasional.
214 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

Ekonomi. Perusahaan banyak yang bangkrut sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK,
PMA (Perusahaan Menengah Asing) turun drastis karena taktor keamanan, dan proses
perbankan belum mendukung ekonomi sehingga krisis ekonomi berlanjut.

3. Sosial budaya. Lemahnya sistem filter dan akulturasi budaya asing yang cenderung
menerima apa adanya, sehingga mengakibatkan berkembangnya budaya negatif di
masyarakat.
4. Pertahanan dan Keamanan. Secara sadar atau tidak sadar sebagian besar masyarakat
Indonesia kurang kesadarannya dalam bela negara. Bela negara merupakan tanggungjawab
seluruh WNI sesuai pasal 30 UUD 1945, bukan hanya tugas TNI saja.

G. Kejuangan sebagai Watak dan Budaya

Kejuangan merupakan suatu. watak yang melekat pada diri manusia dan mewarnai aktivitas
kehidupannya Watak ini mendorong atau mewarnai budaya seseorang. Akar dari budaya terletak
pada cara berpikir. Dari, pemikiran-pemikiran seseorang akan diimplementasikan dalam bentuk
perbuatan. Kalau perbuatan itu sering dilakukan, maka akan menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan
yang dilakukan berulang-ulang secara terus-menerus akan menjadi kebudayaan. Menjadikan
kejuangan sebagai kebudayaan, mendarah daging dalam kehidupan adalah suatu kondisi idealis yang
ingin dicapai. Keinginan tersebut dapat terwujud kalau kita mampu memposisikan kejuangan
sebagai suatu wawasan hidup atau pemikiran manusia. Hal ini membutuhkan kemampuan
bagaimana berparadigma kejuangan agar merupakan suatu kebutuhan hidup bukan sebagai
kewajiban. Untuk itu perlu adanya berkomunikasi yang baik dalam mengupayakan sosialisasinya.
Dengan adanya Kejuangan sebagai wawasan hidup seseorang maka orang tersebut akan cenderung
mengimplementasikan dalam kehidupan yang mengarah menjadi kebiasaan. Bila demikian, maka
selanjutnya akan menjadi budaya, jati diri atau ciri utamanya; yakni cinta tanah air, mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepenunga pribadi maupun golongan.

H. Menguatkan Kejuangan sebagai Jatidiri

Jatidiri merupakan salah satu syarat penting bagi keberhasilan pribadi maupun institusi.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan
215 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

lebih tetapi tidak mempunyai jatidiri, maka orang tersebut akan mudah terombang-ambing dalam
menghadapi tantangan zaman. Demikian juga institusi maupun bangsa yang tanpa memiliki jatidiri
yang kuat dirinya akan mudah terombang-ambingkan. Lebih-lebih di zaman peralihan atau transisi
seperti sekarang, tanpa jatidiri yang kuat seorang individu dapat menuai kegagalan dalam hidupnya.
Apabila taruhan kegagalan adalah sebagai negara bangsa, maka hal itu merupakan taruhan yang
amat mahal. Untuk itu kita tidak boleh setengah-setengah dalam upaya menguatkan jatidiri kita.
Sebagai bangsa yang memperoleh kemerdekaan dengan perjuangan yang amat berat, maka bangsa
Indonesia harus mengakui bahwa kejuangan tersebut adalah sebagai salah satu dari jatidiri bangsa
Indonesia. Untuk itu kejuangan harus melekat pada segenap warga negara Indonesia. Kejuangan
harus diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Demikian juga halnya untuk UPN "Veteran" sebagai lembaga pendidikan tinggi harus
memiliki jatidiri yang kuat. Dilihat dari sejarah berdirinya UPN "Veteran" merupakan usaha dari para
pejuang kemerdekaan di berbagai medan pertempuran, beralih menjadi pejuang dalam
pembangunan yang bersesanti "Widya Mwat Yasa". Beralihnya profesi dari pejuang kemerdekaan ke
pejuang pembangunan merupakan tindakan nyata yang dinamis dalam menghadapi perubahan atau
tantangan zaman. Saat ini tantangar zaman yang nyata adalah kita berada dalam posisi transisi atau
perubahan zaman yang harus kita hadapi dengan menguatkan jatidiri kita, Mengenai bagaimana cara
memotivasi ke arah itu, maka langkah utama yang harus kita pikirkan sebelum mensosialisasikan
dirinya adalah bagaimana kejuangan menjadi sesuatu hal yang menarik. Kita harus bisa
mengkondisikan supaya kejuangan menjadi suatu harapan kita semua.

L. Membongkar Keyakinan Kejuangan yang Salah

Tidak menutup fakta kalau kata kejuangan bernasib sama seperti kata pembangunan yang
merupakan kata yang kurang menarik, akibat keyakinan yang salah tentang kejuangan. Di telinga
banyak orang kata kejuangan seperti sesuatu yang berkonotasi dengan sesuatu yang mustahil atau
sesuatu yang omong kosong atau lagu lama. Akibat kata kejuangan sering dilontarkan orang, tetapi
orang tersebut perilakunya tidak mencerminkan dengan yang sering
216 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

kali diucapannya. Pandangan miring ini berjalan terus-menerus hingga saat ini akibat memudarnya
kepercayaan masyarakat Indonesia satu dengan yang lainnya.

Keyakinan kejuangan sebagai suatu mimpi harus dibuang jauh-jauh dari diri kita. Sebab
apabila keyakinan seperti itu senantiasa tetap dipertahankan, maka kita menjadi terobsesi untuk
tidak menjalankan atau mensukseskan. Bahkan bisa dikatakan sebagai usaha untuk menggagalkan
suatu nilai-nilai kebaikan.

J. Kemampuan Melihat ke Depan

Meningkatkan kemampuan melihat ke depan merupakan hal penting untuk membudayakan


kejuangan. Hidup berarti menyongsong masa depan. Memprediksi ke depan menjadikan orang
berbuat atau bersiap-siap atas perhitungan prediksi-prediksinya. Bagaimana masa depan seseorang
atau bangsa yang tidak punya jiwa kejuangan, apakah akan menguntungkan atau merugikan?
Pertanyaan ini harus dijawab oleh kita semua. Kita seyogyanya bercermin terhadap bangsa-bangsa
lain yang kini mengalami keruntuhan atau kehancuran akibat keroposnya nilai kejuangan mereka.
Negara-negara yang tanpa kejuangan atau tanpa meletakkan kepentingan bangsa di atas
kepentingan pribadi atau golongan kinitelah hancur berkeping-keping tinggallah kenangan, seperti
misalnya negara-negara Uni Soviet maupun Negara Balkan. Kehancuran negara bangsa berdampak
pada kesengsaraan masyarakatnya. Kasus runtuhnya negara-negara Blok Timur (Uni Soviet)
hendaknya kita jadikan sebagaí acuan untuk senantiasa memantapkan nilai-nilai kejuangan pada
setiap individu sebagai warga negara Indonesia Bukankah alam kemerdekaan yang kita nikmati
selama in merupakan hasil kejuangan para pendahulu kita? Apakah kita masih tega berkeyakinan
bahwa nilaí-nilai kejuangan itu tidak kita perlukan lagi di era sekarang? Memang kejuangan itu
mungkin tidak langsung bIsa kita nikmati saat ini, tetapi hasilnya mungkin baru tampar dalam waktu
yang lama atau bahkan mungkin hal itu diperuntukKait bagi orang lain (generasi penerus). Namun
sebagai bangsa yang berbudi dan bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup bang ini hal itu
tidaklah perlu kita perdebatkan. Kita memang Perlu mewariskan negeri ini pada anak cucu kita
hingga akhir zaman.
217 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

K. Kejuangan dalam Menerima dan Menghormati Keberagaman

Menerima dan menghormati keberagaman adalah, suatu konsensus nasional sebagai negara
bangsa dan saat ini sedang diuji. Hal ini merupakan salah satu kejuangan yang harus diupayakan
untuk tetap lestari agar keutuhan bangsa Indonesia terjamin. Apabila kita cermati kondisi bangsa
saat ini, maka mengapa konflik terus saja berlangsung dan semakin hari semakin tajam mengancam
sendisendi kehidupan bangsa? Hal ini dikarenakan kita kurang mampu beretika sebagai warga
negara bangsa yang mau tidak mau harus kita jalani, untuk dapat menerima dan menghormati
keberagaman. Tidak terasa bahwa martabat manusia menjadi menurun akibat kurang bisa
menerima dan menghormati keberagaman yang ada di sekitar kita. Naluri manusia untuk melindungi
diri dan keluarganya tidak terasa telah menjalar menjadi sifat egoisme kelompok ataupun etnis yang
berintikan menjadi kurang menerima dan menghormati keberagaman. Konflik antar kelompok
agama, etnis, dan daerah semakin mengerikan mencabik-cabik Indonesia. Untuk itulah nilainilai
kejuangan dalam kebersamaan sebagai suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia harus senantiasa lekat
tertanam dalam setiap jiwa individu warga negara Indonesia.

L. Kejuangan Kebersamaan Senasib Sepenanggungan

Menbangun kebersamaan di era sekarang merupakan tantangan besar yang dihadapi bangsa
Indonesia. Demokrasi pada kenyataannya sering disalahartikan untuk membangun perbedaan
menuju perpecahan bangsa atau yang bertentangan dengan kepentingan bangsa. Sekiranya
perbedaan itu menuju perpecahan bangsa kita harus meredamnya. Hal ini terasa sangat sulit, tetapi
itulah kejuangan mengorbankan diri demi keutuhan bangsa dan negara. Nampaknya kondisi ini
sering terbalik, tanpa merasa malu tanpa merasa mengkhianatinya. Sering kita mendengar
aspirasiaspirasi dari masyarakat yang disertai dengan ancaman untuk memisahkan diri (disintegrasi),
apabila tidak dikabulkan tuntutannya. Semangat kebersamaan sebagai bangsa Indonesia telah
ditinggalkan.

Kita perlu mengingat apa yang dilakukan kawan-kawan Soetomo, dalam menghadapi
ancaman dikeluarkannya Soetomo dari sekolah karena mendirikan Boedi Oetomo. Menghadapi itu,
kawan-kawan Soetomo sepakat: jika Soetomo dilepas dari sekolah,
218 BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

merekapun secara serempak dan serentak minta dilepas juga. Perlu diketahui saat itu, untuk masuk
sekolah STOVIA tidak semudah masuk perguruan tinggi saat ini. Mereka berumur rata-rata 18 tahun.

M. Kejuangan Keberanian Rela Berkorban

Kemunduran Boedi Oetomo semenjak 1913, ditengarai karena kurang radikal dan kurang
terbuka. Adanya keberanian (radikal), pikiran maju dan terbuka oleh Indiersche Partij melalui
propaganda secara terang-terangan berani mengarah ke perjuangan "Kemerdekaan Indonesia",
menjadikan semakin tenggelam Boedi Detomo. Indiersche Partij adalah partai politik yang pertama
dan yang menjelaskan tujuannya ke arah merdeka. Indiersche Partij yang berdasarkan kebangsaan
yang terdiri dari Belanda peranakan, Cina peranakan, dan sebagainya, didirikan oleh "Tiga Serangkai"
yaitu Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara), Ernes Eugne Francois Douwes Dekker (Danudirdja
Setia Budhi) dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo. Keberaniannya membawa konsekuensi mereka
ditangkap oleh Penjajah Belanda kemudian mereka dimasukkan ke sel penjara karena tulisan-
tulisannya yang sengit terhadap pemerintah Belanda.

Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 18 Agustus 1913 No. 2a, Suwardi Surjaningrat
dibuang ke Bangka, Tjipto Mangoenkoesoemo dibuang ke Banda Niera, dan Douwes Dekker
diasingkan ke Timor, Kupang, Atas mufakat mereka ketiganya meminta dibuang ke Nederland, dan
permintaannya dikabulkan. Mereka telah siap pada kondisi atau masa depan terburuk yang harus
dihadapi akibat perjuangan. Mereka rela berkorban demi kepentingan bangsa, walaupun mereka
tidak menikmati apa yang diperjuangkannya.

Anda mungkin juga menyukai