Anda di halaman 1dari 33

15

2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini diawali dengan sejumlah penelitian tentang studi pemasaran,


khususnya pemasaran produk pertanian/perikanan yang telah dilakukan oleh para
peneliti terdahulu, dalam rangka menunjukkan kebaharuan dari penelitian yang
dilakukan.
Penelitian tentang sistem pemasaran produk pertanian telah banyak
dilakukan dan Tabel 3 maupun 4 menunjukkan sebagian kecil yang ada. Pada
hakekatnya, esensi tujuan penelitian pemasaran mengkaji bagaimana efisiensi
sistem pemasaran dapat tercapai melalui analisis berbagai komponen yang
biasanya terlibat dalam sistem tersebut, yaitu Marketing mix, Segmenting,
Targetting, Positioning (STP) dan Five Diamond Porter.
Marketing mix (bauran pemasaran) yang terdiri dari Product, Price, Place,
Promotion (4P‟s) merupakan suatu konsep untuk menerjemahkan perencanaan
pemasaran ke dalam pelaksanaan. Bauran pemasaran bukanlah suatu teori ilmiah,
melainkan kerangka konseptual yang membantu manajer membentuk penawaran
yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep ini dapat digunakan untuk
membangun strategi jangka panjang maupun program taktis jangka pendek
(Palmer 2004). Dua manfaat penting dari konsep bauran pemasaran adalah
memungkinkan seseorang melihat pekerjaan manajer pemasaran dan
mengungkapkan dimensi lain pekerjaan manajer pemasaran. Setiap manajer harus
mengalokasikan sumber daya yang tersedia di antara berbagai permintaan yang
ada dan pada akhirnya mengalokasikan sumber daya tersebut di antara elemen
kompetitif dari bauran pemasaran (Chai 2009). Lebih lanjut dikatakan bahwa
bauran pemasaran yang digunakan oleh suatu perusahaan akan berbeda dengan
perusahaan lainnya, tergantung dari sumber daya yang dimiliki, kondisi pasar dan
perubahan kebutuhan dari konsumen. Keputusan tidak dapat diambil hanya
berdasarkan satu unsur dalam bauran pemasaran, tanpa mempertimbangkan
dampaknya terhadap unsur lainnya.
Segmenting, Targetting, Positioning (STP) merupakan konsep dasar dalam
memahami pemasaran dan strategi perusahaan. Pemahaman tentang model STP
merupakan dasar utama bagi seseorang untuk lebih memahami hubungan antara
16

segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran dan penetapan posisi produk. Proses
STP menunjukkan hubungan antara keseluruhan pasar dan bagaimana perusahaan
memilih untuk bersaing di pasar, yang didahului dengan pelaksanaan segmentasi
sedang, diikuti oleh pemilihan satu atau lebih target pasar dan akhirnya
pelaksanaan posisi. STP berfungsi sebagai panduan perusahaan untuk
mengembangkan dan melaksanakan bauran pemasaran (Market Segmentation
Study Guide 2012).
Five Diamond Porter merupakan suatu model yang menunjukkan lima
kekuatan yang memengaruhi lingkungan kompetitif suatu usaha. Kekuatan
tersebut adalah kekuatan tawar-menawar produsen dan konsumen, ancaman dari
pesaing baru, ancaman produk substitusi dan industri pesaing. Five Diamond
Porter menentukan lingkungan kompetitif perusahaan yang memengaruhi
profitabilitas. Kekuatan tawar menawar penjual dan pembeli memengaruhi
perusahaan untuk meningkatkan harga dan mengelola biaya masing-masing.
Apabila produk yang sama tersedia dari beberapa penjual, maka pembeli memiliki
daya tawar yang tinggi atas penjual. Namun jika hanya tersedia satu penjual untuk
produk tertentu, maka penjual tersebut lebih memiliki daya tawar dibandingkan
pembeli. Rendahnya hambatan untuk berkompetisi dalam suatu usaha menarik
lebih banyak penjual untuk ikut dalam kompetisi tersebut (Basu 2013).
Walau penelitian tentang pemasaran di bidang pertanian telah banyak
dilakukan, namun penelitian tentang pemasaran produk perikanan khususnya di
Maluku masih sangat terbatas.

Tabel 3 Studi terdahulu tentang sistem pemasaran produk pertanian/perikanan


PENELITI TAHUN METODE HASIL
Peningkatan efisiensi dapat dila-
Abdallah kukan melalui perbaikan fasilitas,
1998 Descriptive penguatan quality control (QC),
Omezzine
penegakan hukum dan pengem-
bangan pemusatan pasar ikan.
Kinerja Usaha; Struktur, Tingkah Jasa lembaga pemasaran sangat
Laku dan Keragaan Pasar, Margin diperlukan dalam proses pema-
Asri Hidayati 2000
dan Distribusi, Lembaga saran, karena jauhnya jarak tempat
Penunjang Pemasaran. produksi dengan konsumsi.
Pedagang perantara berpengaruh
Eleni Z. Gabre -
2001 Bilateral Optimal Model positif dalam meningkatkan
Mahdin
surplus.
17

Lanjutan Tabel 3
PENELITI TAHUN METODE HASIL
Produk musiman berimplikasi terha-
dap keamanan pangan. Konsumsi
David A. Hennesy and Endogenous seasonility
2003 produk musiman turut menyeim-
Jutta Roosen Model
bangkan program diet pada masya-
rakat Uni Eropa.
Perubahan keinginan konsumen,
Adam Lindgreen and Matriks Situasi Perubahan tingkah laku pedagang dan kebijak-
2004
Michael Beverland Penjual dan Pembeli. an Pemerintah mengakibatkan orien-
tasi usaha berubah.
Tingginya modal, teknologi dan
Market Conduct :
SDM, mengakibatkan perusahaan
Bambang Sayaka 2005 institutional and functional
multinasional cenderung oligopo-
approach
listik.
Koperasi sangat berfungsi dalam
Godfred Yeboah 2005 The Farmapine Model
produksi dan pemasaran produk.
Marcel Fafchamps, 2005 Statistic Pemerintah harus menemukan tek-
Eleni Gabre-Madhin, nologi dan institusi baru dalam rang-
Bart Minten ka meningkatkan efisiensi pasar per-
tanian.
Lokman Zaibet, Houcine Tingginya biaya transaksi merupa-
Statistic : “Delphi
Boughanmi and Qaseem 2005 kan faktor utama inefisiensi pema-
Method”
Habib saran.
Efisiensi suatu komoditas mendo-
William G.Tomek and Ordinary Stochastic
2005 rong beragamnya tingkah laku harga
Hikaru Hanawa Peterson Dominance
dan alternatif strategi pemasaran.
Kesuksesan dan/atau kegagalan ke-
putusan yang diambil tergantung pa-
Ron Wilson 2006 Descriptive
da tingkah laku jangka panjang pa-
sar yang dimasuki.
Sejumlah kunci dalam mengantisi-
M.H.A. Binnekamp and
2006 Descriptive pasi tantangan pemasaran produk
P.T.M. Ingenbleek
baru.
Struktur pasar industri benih jagung
di tingkat produsen Jawa Timur sa-
Bambang Sayaka 2006 Market Structure
ngat oligopoli, perusahaan multina-
sional mendominasi pasar.
Koperasi merupakan instrumen pen-
A. Wagenaar and M.
2007 Survei ting dalam menyediakan kredit dan
D‟Haese
pemasaran produk.
Pasquale Cirillo, Gabrielle Analisis Regresi Linear Loyalitas berdampak terhadap
2012
Tedeschi and Mauro Sederhana penentuan harga.
Gallegati

Omezzine (1998) dalam penelitiannya tentang Pemasaran Ikan Segar di


Tepi Pantai Oman dengan menggunakan metode deskriptif menemukan bahwa
sedikitnya terdapat dua struktur pasar dengan kinerja yang berbeda. Persaingan
struktur biasa dilakukan di pasar dimana pembeli bertindak sebagai pedagang atau
konsumen. Kedua pasar kelihatannya mempunyai masalah efisiensi dan
persaingan yang ada akan terkoreksi melalui mekanisme pasar. Efisiensi dapat
18

ditingkatkan melalui perbaikan fisik fasilitas, penguatan QC, penegakan hukum


dan pengembangan pemusatan pasar ikan. Lindgreen and Beverland (2004)
mengemukakan bahwa berubahnya keinginan konsumen, tingkah laku pedagang
dan kebijakan pemerintah mengakibatkan orientasi suatu usaha berubah. Akibat
perubahan tersebut pemasar terdorong untuk lebih mengindahkan proses
pemasaran, termasuk di dalamnya bentuk hubungan dalam pasar.
Dalam penelitiannya tentang Analisis Kinerja Sistem Pemasaran Rumput
Laut di Lombok Timur, Hidayati (2000) mengemukakan bahwa jasa lembaga
pemasaran sangat diperlukan dalam proses pemasaran, karena jauhnya jarak
tempat produksi dengan konsumsi. Dengan menjual hasil ke pedagang pengumpul
desa, harga yang diperoleh petani akan lebih tinggi dibandingkan dengan jika
menjual hasil ke pedagang pengumpul dusun, namun sedikitnya jumlah produk
yang dipasarkan membuat petani merasa lebih efisien apabila menjual produknya
ke pedagang pengumpul dusun. Tidak adanya alternatif tempat meminjam uang,
mengakibatkan petani meminjam uang untuk keperluan modal dan kebutuhan
lainnya kepada pedagang pengumpul, sehingga terjadi kesepakatan yang bersifat
mengikat walaupun tidak tertulis bahwa petani harus menjual produksi rumput
lautnya ke pedagang pengumpul tersebut. Hal serupa dikemukakan oleh Madhin
(2001) dalam penelitiannya tentang peran pedagang perantara dalam memperluas
efisiensi pasar padi dan biji-bijian, menemukan bahwa kehadiran pedagang
perantara memberikan dampak positif terhadap surplus total dengan cara
memungkinkan alokasi pasar yang lebih efisien.
Sementara Yeboah (2005) menerapkan The Farmapine Model sebagai
suatu strategi pemasaran yang kooperatif dan pendekatan pengembangan berbasis
pasar. Model ini menunjukkan fungsi koperasi sebagai penolong petani untuk
memproduksi dan memasarkan produksinya dengan baik. Sejalan dengan hal
tersebut, Wagenaar dan D‟Haase (2007) dalam penelitian terhadap Pengembangan
Perikanan Skala Kecil di Yaman, menemukan bahwa koperasi merupakan suatu
instrumen yang berperan penting dalam penyediaan bantuan kredit dan pemasaran
produk perikanan. Koperasi juga harus memperkuat sekaligus membantu nelayan
dalam mengembangkan teknologi penangkapannya. Karenanya untuk
19

membangun suatu koperasi yang baik, harus ada saling percaya dan tindakan
bersama, sehingga pengembangan kapasitas koperasi meningkat.
Dalam penelitian tentang hubungan margin dan biaya pemasaran,
Fafchamps et al., (2005) menemukan bahwa apabila penerimaan meningkat tetap,
maka kehadiran pedagang kecil dalam jumlah banyak tidak akan efisien. Dengan
peningkatan penerimaan, diharapkan sejumlah pedagang berkembang dan secara
bertahap mengeliminasi operator kecil yang tidak efisien. Akan tetapi dengan
adanya keterbatasan seperti rendahnya akses modal dan kegagalan koordinasi
dalam transport mungkin dapat menunda proses tersebut, sehingga intervensi
kebijakan dituntut untuk mempercepat proses „kematangan‟ dari pasar pertanian
liberal. Margin yang ditemukan menunjukkan kecilnya hubungan dengan ukuran
transaksi. Sehubungan dengan hal tersebut, Zaibet et al., (2005) menemukan
bahwa para importir yang beroperasi di Pasar Al-Mawaleh Oman, menghadapi
tingginya biaya transaksi yang terdiri atas tiga (3) komponen : biaya meneliti,
monitor dan pelaksanaan. Hal ini dapat dipahami sebagai ijin impor dan jadwal
impor yang membentuk aturan kebijakan yang sangat mempengaruhi para
importir. Perubahan jadwal impor dan ketidakjelasan prosedur ijin impor
meningkatkan biaya pencarian dan monitor para importir.
Tomek and Petterson (2005) meneliti tentang hubungan tingkah laku
harga terhadap strategi pemasaran dengan menggunakan Ordinary Stochastic
Dominance. Ditemukan bahwa komoditas yang efisien dapat mendorong tingkah
laku harga yang sangat beragam dengan demikian alternatif strategi pemasaran
yang ditawarkan juga beragam. Suatu strategi spesifik hanya dapat dilaksanakan
di waktu tertentu, sementara strategi umum dilaksanakan sepanjang waktu.
Wilson (2006) menyimpulkan dari penelitiannya, bahwa strategi pemasaran
sangat penting dalam usaha jangka panjang. Seorang manajer harus mempunyai
pemahaman yang cukup akan dasar-dasar pemasaran, karena kesuksesan dan
kegagalan keputusan yang diambil tergantung pada tingkah laku jangka panjang
dari pasar yang dimasuki suatu produk. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu
strategi pemasaran haruslah merupakan suatu dokumen yang tersusun dengan
rapih, memuat seluruh informasi, asumsi dan cara untuk mencapai strategi
tersebut. Binnekamp and Ingenbleek (2006) memberikan beberapa kunci dalam
20

mengantisipasi tantangan pemasaran produk baru, yaitu (1) produk yang dijual
harus benar-benar memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, (2)
perbandingan harga dan mutu produk membuat konsumen bernilai dalam
mencoba produk tersebut, (3) „pesan‟ dari produk tersebut harus tersampaikan
dengan baik, melalui nama, kemasan dan promosinya, (4) ketepatan segmen
konsumen sebagai sasaran produk, dan (5) produk diterima oleh segmen ini.

Tabel 4 Studi terdahulu tentang integrasi pasar produk pertanian


PENELITI TAHUN METODE HASIL
Harga gandum dan soybean di sejumlah
Barry K. Goodwin
Treshold Autoregression dan pasar di North Carolina terintegrasi,
and Nicholas E. 2001
Cointegration Model adanya treshold memengaruhi hubungan
Piggott
harga spasial.
Dibandingkan dengan kebijakan yang ti-
Thomas L. Cox and Interregional Spatial Market dak ditetapkan sebagai peraturan, kebijak-
2001
Jean-Paul Chavas Equilibrium Model an umum lebih memengaruhi perbedaan
daerah dan agregat substantif.
Pertukaran nilai uang menghambat integ-
Thomas Vollrath and Law-of- one price (LOP) and
2006 rasi pasar sejumlah komoditi di Amerika
Charles Hallahan Vector Autoregressive (VAR)
Serikat dan Kanada.
Proses penyesuaian dan reformasi pasar
Asfaw Negassa and Treshold Autoregression and
2007 gandum yang dinamis meningkatkan efi-
Robert J. Myers Parity Bounds Model (PBM)
siensi spasial pada beberapa pasar.
Uji Kointegrasi Johansen, Pasar beras Bengkulu adalah pasar yang
Andi Irawan dan Vector Error Correction terintegrasi spasial secara tidak sempurna.
2007
Dewi Rosmayanti Model dan Uji Kausalitas
Granger
Tidak adanya perilaku integrasi pasar sa-
Muhammad Firdaus
Pendekatan Kointegrasi dan yur di tingkat produsen dengan pasar acu-
dan Irwanto
2010 Model Ravallion an untuk daerah sentra produksi tertinggi,
Gunawan
maupun terendah.
Karakteristik produk, kondisi geografis
dengan keterbatasan sistem transportasi
Nikolaos 2012 Linear Multiple Regression
dan informasi merupakan faktor utama pe-
Papavassiliou Analysis
nentu ketidakefisienan pemasaran produk
perikanan di Yunani.

Dengan menggunakan Treshold Autoregression dan Cointegration


Models, Goodwin and Piggott (2001) mengevaluasi hubungan antara harga spasial
dengan dinamika harga harian gandum dan soybean di sejumlah pasar di North
Carolina. Ditemukan bahwa pasar-pasar tersebut terintegrasi kuat dan adanya
treshold mempengaruhi hubungan harga spasial. Biaya transaksi mengakibatkan
suatu ikatan yang kuat antar pasar yang terintegrasi walaupun harga di pasar-pasar
tersebut tidak berhubungan secara langsung. Vollarth and Hallahan (2006)
21

melakukan penelitian untuk menguji integrasi pasar daging dan ternak antara
Amerika Serikat dan Kanada, menemukan pasar produk daging babi Amerika-
Kanada lebih terintegrasi dibandingkan pasar produk daging sapi dan lembu.
Pertukaran nilai uang juga turut menghambat integrasi pasar komoditi tersebut di
Amerika dan Kanada. Ditemukan pula bahwa faktor berpengaruh terhadap harga
spasial adalah biaya transaksi, siklus musiman, kebijakan Pemerintah dan
keterlambatan penyerahan. Sementara Hennesy and Roosen (2003) membangun
model berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Penelitian dilakukan terhadap produk
musiman seperti susu. Aplikasi model menunjukkan bahwa tidak adanya
pembatasan kuota telah mengakibatkan meningkatnya, atau menurunnya produksi
seiring dengan subsidi penyimpanan. Produk musiman dapat berimplikasi
terhadap keamanan pangan. Penyimpanan rahasia, maupun intervensi pasar
produk hanya akan memperburuk masalah. Pada tahun 2000 ditemukan bahwa
produksi susu bulanan di Belanda lebih rendah dari Irlandia, namun lebih tinggi
dari produksi Perancis dan Inggris.
Cox and Chavas (2001) menganalisis hubungan antara diskriminasi harga
dan reformasi kebijakan domestik pada usaha pemerahan susu. Kehadiran banyak
pasar untuk produk susu membuat banyak pilihan untuk diskriminasi harga.
Disimpulkan juga bahwa diskriminasi harga pada pasar produk berupa cairan
lebih efektif dan mempengaruhi alokasi pasar dan harga dibandingkan pada pasar
produk non-cairan seperti keju dan mentega. Walau begitu kemungkinan untuk
diskriminasi harga pada pasar produk non-cairan juga turut meningkatkan
tambahan penerimaan.
Negassa and Myers (2007) dalam penelitiannya tentang Pengaruh
Kebijakan Terhadap Efisiensi Pasar Spasial dengan menggunakan Treshold
Autoregression dan Parity Bounds Model, menyimpulkan bahwa proses
penyesuaian dan reformasi pasar gandum yang dinamis meningkatkan efisiensi
spasial pada beberapa pasar.
Penelitian pemasaran produk perikanan, khususnya ikan segar di Maluku
masih sangat sedikit dilakukan. Karenanya penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan sistem pemasaran ikan segar yang berlaku di Maluku, khususnya
di Kawasan Maluku Tengah, mengidentifikasi kekuatan eksternal dan internal dari
22

sistem pemasaran tersebut, menganalisis derajat efisiensi spasial, maupun


temporal antar pasar di Pulau Ambon dan Pulau Seram. Berdasarkan hasil
tersebut, kemudian dirumuskan strategi dalam rangka peningkatan efisiensi
pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah.
Dari sejumlah penelitian pemasaran yang telah dilakukan para ahli dengan
berbagai pendekatan untuk menghasilkan pemasaran yang efisien seperti yang
telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini akan mengacu pada pendekatan-
pendekatan yang digunakan Sayaka (2005;2006), Vollarth and Hallahan (2006),
Firdaus dan Gunawan (2010) serta Papavassiliou (2012).

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pemasaran

Tiga (3) aspek pokok kegiatan ekonomi yang menyangkut cara manusia
berpencaharian dan hidup, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Produksi dan
distribusi merupakan kegiatan penciptaan dan penambahan fungsi dari barang dan
jasa, sementara konsumsi berhubungan dengan penurunan kegunaan barang dan
jasa. Dalam dunia usaha, perkataan produksi dipakai sebagai tindakan pembuatan
barang dan jasa, sedangkan distribusi atau yang sering diartikan pemasaran
dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang dan jasa dari
produsen ke konsumen. Uraian tersebut mendefinisikan pemasaran sebagai
keseluruhan tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan barang
dan jasa dari produsen sampai ke konsumen (Hanafiah dan Saefuddin 2006).
Menurut Kotler dan Amstrong (2004), pemasaran dapat didefinisikan sebagai
proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang
diinginkan dan dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran barang dan nilai
dengan pihak lain. Pemasaran juga berarti proses pemberian kepuasan kepada
konsumen untuk mendapatkan laba.
Tujuan akhir dari pemasaran adalah menempatkan barang dan jasa ke
tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan kegiatan-
kegiatan pemasaran yang dibangun berdasarkan arus barang dan jasa yang
meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (ekualisasi) dan
proses penyebaran (dispersi). Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari
arus barang dan jasa, dimana barang dan jasa yang dihasilkan dikumpulkan ke
23

dalam jumlah besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran lebih efisien.
Ekualisasi merupakan tahap kedua yang bertujuan untuk menyesuaikan
permintaan dan penawaran, berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan mutu.
Dispersi merupakan tahap terakhir, dimana barang dan jasa yang telah terkumpul
disebarkan ke arah konsumen atau pihak yang membutuhkannya (Hanafiah dan
Saefuddin 2006).
Purcell (1979) menekankan pengertian pemasaran kepada adanya
koordinasi atas suatu proses/sistem yang menjembatani, atau menghubungkan gap
antara apa yang diproduksi produsen (what is produced) dan apa yang diinginkan
konsumen (what is demanded). Kohls and Uhls (2002) mendefinisikan
pemasaran sebagai keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran dari produk-
produk dan jasa-jasa yang dimulai dari tingkat produksi hingga ke tingkat
konsumen akhir. Dahl and Hammond (1977) menekankan definisi pemasaran
kepada serangkaian fungsi yang diperlukan dalam pergerakan produk dan jasa
yang dimulai dari titik produksi primer sampai ke konsumen akhir. Selanjutnya
Kotler (2005) menyatakan bahwa aktivitas pemasaran terdiri dari sejumlah
keputusan dengan strategi bauran pemasaran 4P‟s.
Schaffner et al., (1998) mengemukakan pengertian pemasaran ditinjau dari
dua (2) perspektif, yaitu perspektif makro dan mikro. Perspektif makro
menganalisis sistem pemasaran setelah dari produsen, yaitu fungsi-fungsi yang
diperlukan untuk menyampaikan produk dan jasa yang berhubungan dengan nilai
guna, bentuk, tempat dan kepemilikan kepada konsumen dan kelembagaan, atau
perusahaan (pengolah, distributor, broker, agen, grosir dan pedagang eceran) yang
terlibat dalam sistem tersebut. Sementara perspektif mikro menekankan
pemasaran dalam aspek manajemen dimana perusahaan secara individu, pada
setiap tahapan pemasaran dalam mencari keuntungan, melalui pengelolaan bahan
baku, produksi, penetapan harga, distribusi dan promosi yang efektif terhadap
produk perusahaan yang akan dipasarkan. Baik perspektif makro, maupun mikro,
mempunyai sasaran akhir kepada kepuasan konsumen.
24

2.1.1 Bentuk-Bentuk Pasar

Pasar sering diartikan sebagai tempat atau lokasi terjadi transaksi antara
penjual yang melakukan fungsi penawaran dan pembeli yang melakukan fungsi
permintaan, sehingga membentuk harga tertentu. Dahl and Hammond (1977)
mengartikan pasar sebagai ruang, atau dimensi dimana kekuatan penawaran dan
permintaan bekerja untuk menentukan, atau mengubah harga. Pasar merupakan
himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai keinginan dan
kebutuhan untuk terlibat dalam pertukaran untuk memutuskan keinginan dan
kebutuhan tersebut (Kotler 1993). Pasar adalah arena pengorganisasian beserta
fasilitas dari aktifitas bisnis untuk menjawab pertanyaan ekonomi pasar: apa yang
diproduksi, bagaimana memproduksi, berapa banyak diproduksi dan bagaimana
mendistribusikan hasil produksi (Kohls and Uhls 2002).
Bentuk pasar adalah bentuk yang menunjukkan keadaan-keadaan obyektif,
dimana terjadi pertukaran. Dalam membedakan pasar berdasarkan bentuk
biasanya dipakai kriteria jumlah penjual dan pembeli. Hanafiah dan Saefuddin
(2006), membedakan bentuk pasar atas :

1. Pasar persaingan murni

Suatu pasar dikatakan pasar persaingan murni, apabila mempunyai tiga (3)
macam sifat, atau syarat berikut :
a. Pada pasar tersebut berbagai perusahaan menjual produk tunggal yang
identik.
b. Jumlah penjual dan pembeli demikian banyaknya, sehingga tidak
seorangpun di antaranya dapat mempengaruhi harga produk secara berarti.
c. Penjual dan pembeli leluasa dalam mengambil keputusan, tidak ada
perjanjian antara satu dengan yang lainnya.

2. Pasar monopoli dan monopsoni

Pasar monopoli dalam arti umum adalah situasi pasar dimana seorang,
atau sekelompok penjual mempunyai pengaruh demikian besar atas penawaran
produk tertentu, sehingga dapat menentukan harga. Pada monopoli murni,
25

perusahaan bersangkutan tidak mempunyai saingan langsung dan juga tidak


berhadapan dengan produk, atau sekelompok produk yang bersaing dengan
produknya.
Bentuk pasar yang dekat keadaannya dengan monopoli adalah duopoli dan
oligopoli. Pasar duopoli adalah bentuk pasar dimana hanya terdapat dua (2)
penjual produk tertentu, sementara pasar oligopoli (monopoli parsial) adalah
bentuk pasar dimana terdapat lebih dari dua (2) penjual (tetapi sedikit jumlahnya,
misalnya tiga (3) atau empat (4) penjual) produk tertentu dan karenanya setiap
perusahaan dapat memengaruhi penjualan pihak saingannya dengan jumlah yang
berarti.
Pasar monopsoni akan dijumpai apabila terdapat seorang atau sebuah
badan pembeli untuk benda tertentu, sehingga dapat memengaruhi permintaan dan
harga barang tersebut. Bentuk pasar yang dekat keadaannya dengan pasar
monopsoni adalah pasar duopsoni dan pasar oligopsoni. Pasar duopsoni adalah
kebalikan dari pada pasar duopoli, dimana hanya terdapat dua (2) pembeli
komoditi tertentu. Pasar oligopsoni kebalikan dari pasar oligopoli, dimana
terdapat tiga (3), atau empat (4) orang pembeli komoditi tertentu.

3. Pasar persaingan monopolistik

Pasar persaingan monopolistik disebut juga sebagai pasar monopoli tidak


sempurna, atau pasar persaingan tidak sempurna. Pasar ini merupakan bentuk
antara dari pasar persaingan murni dan pasar monopoli murni, karena dijumpai
unsur-unsur tertentu dari persaingan murni dan kondisi-kondisi yang berkaitan
dengan monopoli murni. Salah satu kondisi dari persaingan murni yang terdapat
dalam pasar persaingan monopolistik adalah bahwa terdapat sejumlah besar
penjual barang tertentu, tetapi di antaranya ada penjual yang dapat memengaruhi
penjualan dari setiap penjual lainnya hingga timbul suatu reaksi.

2.1.2 Tingkatan Pasar

Tingkatan pasar biasanya dibagi atas tingkat distribusi barang dan jasa
yang diproduksi (Hanafiah dan Saefuddin 2006), yaitu :
26

1. Pasar Lokal

Pasar lokal ini sering disebut pasar pengumpul lokal (local assembling
market) dan sering dijumpai di daerah atau di sekitar daerah produksi, di luar kota
besar. Dalam pemasaran hasil perikanan, pasar ini sering pula disebut pasar
petani (grower market) dan biasanya satu kompleks dengan tempat pendaratan
ikan (TPI). Kegiatan yang banyak dijumpai di pasar ini adalah pembelian hasil
perikanan dalam jumlah-jumlah kecil dari nelayan atau petani ikan untuk
kemudian dikirim dalam jumlah yang lebih besar ke pasar-pasar sentral, usaha-
usaha pengolahan maupun pembeli lainnya. Kegiatan lain yang menonjol di pasar
ini adalah sortir, grading dan packing.
Di pasar lokal ini banyak dijumpai pedagang yang mengumpulkan hasil
produksi seperti tengkulak, pedagang besar, pedagang besar perantara dan
kadang-kadang perkumpulan koperasi, yang membeli hasil perikanan dari
nelayan, atau petani ikan untuk dikirim ke pasar sentral, atau pembeli lainnya. Di
pasar lokal daerah perikanan laut di Indonesia banyak pula dijumpai usaha
pengolahan seperti usaha pengasinan, pemindangan, pengasapan, pengalengan
dan lainnya yang membeli hasil produksi nelayan untuk diolah menjadi ikan asin,
ikan pindang, ikan asap, ikan kaleng dan sebagainya.
Di pasar lokal ini juga biasanya tersedia fasilitas-fasilitas penimbangan,
penyimpanan, pengangkutan dan lainnya. Fasilitas pengangkutan seperti jalan
raya harus tersedia untuk kelancaran perhubungan antara pasar lokal dengan
pusat-pusat konsumsi, agar pemenuhan kebutuhan hasil perikanan di daerah
konsumsi berjalan lancar dan hasil perikanan tersebut tidak mudah busuk.
Fasilitas lain yang juga harus tersedia di pasar lokal adalah lembaga pelelangan
ikan. Pentingnya lembaga pelelangan disesuaikan dengan sifat ikan yang cepat
rusak, yang harus segera terjual, pada tingkat harga yang wajar. Betapa
pentingnya lembaga pelelangan ikan ini tersedia di tempat pendaratan ikan ikan
laut di Indonesia bila disadari bahwa keadaan ekonomi sebagian besar nelayan
masih rendah dengan hasil produksi yang relatif besar pada musim ikan,
sementara tempat pendaratan ikan berjauhan dengan sebagian besar daerah
konsumen yang disertai dengan komunikasi kurang lancar.
27

2. Pasar Sentral

Pasar sentral sering pula dinamakan pasar terminal (terminal atau primary
market) yang merupakan pusat-pusat perdagangan dan banyak terdapat di kota-
kota besar. Pasar ini menerima barang dari pasar lokal atau langsung dari nelayan
dan petani ikan. Sebagai pusat pasar, maka di pasar ini ditemukan proses
konsentrasi, equalisasi dan dispersi, terutama konsentrasi fisik dari hasil-hasil
perikanan. Di pasar ini dijumpai lembaga-lembaga pemasaran seperti pedagang
besar (wholesaler, jobber), pedagang komisi (komisioner), makelar, spekulator
dan sebagainya. Pedagang besar umumnya membeli barang dalam jumlah lebih
besar melalui agen-agennya (komisioner dan makelar) dan menjualnya dalam
jumlah-jumlah kecil, biasanya kepada grosir yang lebih kecil, toko (pedagang
eceran), hotel dan restauran. Grosir yang lebih kecil ini menjual barangnya
kepada pengecer, hotel, restauran, rumah sakit dan penjaja tertentu.

3. Pasar ekspor-impor

Pasar ini disebut juga pasar pelabuhan, merupakan pasar pusat bagi
barang-barang yang akan dikirim ke luar negeri, atau ke pulau-pulau dan barang
yang diimpor. Barang yang akan dikirim ke luar negeri berasal dari pasar pusat,
pasar lokal dan jarang dari produsen (nelayan, petani ikan, atau petani pada
umumnya).
Lembaga pemasaran terpenting yang beroperasi di pasar ini adalah para
eksportir, importir, perusahaan pergudangan, pengangkutan antar pulau dan antar
negara dan lembaga lainnya.

4. Pasar antar negara

Di pasar antar negara (pasar dunia atau pasar internasional) ini terdapat
hubungan antara penawaran dan permintaan barang tingkat dunia. Di pasar ini
hanya tersedia monster (contoh barang) yang diperjualbelikan yang mempunyai
standar tertentu. Dengan demikian standardisasi sangat penting dalam
perdagangan antar negara.
28

5. Pasar eceran

Pasar eceran merupakan pusat perdagangan dimana pedagang eceran


menjual barang dagangannya dalam jumlah kecil kepada konsumen akhir
(keluarga penduduk) secara langsung. Di pasar eceran dijumpai berbagai
pedagang eceran, ada yang memiliki toko dan tidak memiliki toko (kios).
Banyak macam barang sandang, pangan, obat-obatan dan lain-lain dijual di pasar
eceran; ada toko yang hanya menjual satu macam barang, ada yang membatasi
beberapa macam dan ada pula toko yang menjual berbagai macam barang. Di
pasar eceran, dijumpai pula eating places seperti restauran dan rumah makan
(warung nasi) yang juga merupakan konsumen ikan. Pasar eceran terutama
ditemukan di daerah pusat konsumsi, yaitu kota-kota besar, kota-kota kecil dan di
daerah pedesaan.
Di daerah-daerah dimana daya beli masyarakat dan sumber kapital
terbatas, sebuah pasar eceran dapat terdiri dari kedai-kedai (kios), dimana banyak
jenis barang diperdagangkan, atau suatu kelompok penjual di sepanjang pinggir
jalan.

2.1.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran

Dahl and Hammond (1977) menekankan definisi pemasaran kepada


serangkaian fungsi yang diperlukan dalam penanganan/pergerakan input ataupun
produk mulai dari titik produksi primer sampai ke konsumen akhir. Serangkaian
fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fisik
(pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan) dan fasilitas (pembiayaan, risiko,
standardisasi dan intelijen pemasaran). Fungsi-fungsi pemasaran tersebut adalah
kegiatan produktif (meningkatkan nilai guna bentuk, tempat, waktu dan
kepemilikan), sedangkan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dapat dilakukan oleh
kelompok perusahaan atau individu yang disebut lembaga pemasaran.
Untuk memudahkan pengertian dan memperluas analisis pemasaran
produk pertanian, Dahl and Hammond (1977) membaginya dalam empat (4)
segmen, yaitu segmen sarana produksi pertanian (farm-input industries), segmen
aktivitas usahatani, segmen pemasaran produk pertanian (perusahaan pengumpul,
penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan distribusi produk-produk pertanian
29

maupun olahannya) dan segmen terakhir adalah kebijakan, maupun fasilitas


pemerintah.

2.2 Permintaan dan Penawaran Pasar Serta Faktor-Faktor Berpengaruh

2.2.1 Permintaan Pasar dan Faktor-Faktor Berpengaruh

Rosyidi (2011) menyatakan bahwa permintaan adalah keinginan yang


disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang
bersangkutan. Seseorang boleh saja menginginkan suatu barang, namun jika
keinginannya tidak ditunjang oleh kesediaan serta kemampuan untuk membeli,
maka keinginannya hanya akan keinginan saja. Gaspersz (2005) mengemukakan
bahwa permintaan (demand) didefinisikan sebagai kuantitas barang dan jasa yang
rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu berdasarkan
kondisi-kondisi tertentu. Periode waktu disini berupa satuan jam, satuan hari,
satuan minggu, satuan bulan, satuan tahun atau periode lainnya. Sedangkan
kondisi-kondisi tertentu adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan terhadap barang atau jasa itu sendiri.
Lebih lanjut Gaspersz (2005) menyatakan dalam permintaan, ada tiga (3)
hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
a Jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Ini
menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh konsumen.
b Apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan
permintaan efektif.
c Kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian kontinyu.

P D

P = harga

Q = jumlah yang diminta

D = permintaan (demand)

Q
Gambar 2 Kurva Permintaan.
30

Permintaan akan suatu jenis barang adalah jumlah-jumlah itu yang


pembeli (atau para pembeli) bersedia membelinya pada tingkat harga yang
berlaku pada suatu pasar, serta waktu tertentu. Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat dipahami bahwa (1) permintaan merupakan sederetan angka yang
menunjukkan banyaknya satuan barang yang diminta pada pelbagai tingkat harga
dan (2) barang yang diselidiki dalam suatu pembicaraan mengenai permintaan
adalah satu jenis barang saja dan bahwa permintaan tersebut terjadi di pasar serta
waktu yang juga tertentu.
Gambar 2 menunjukkan bentuk kurva permintaan akan satu jenis barang.
Terlihat bahwa harga dan jumlah yang diminta menunjukkan hubungan yang erat
dan negatif. Semakin tinggi harga suatu barang, maka akan semakin sedikitlah
jumlahnya yang dapat dijual, sebaliknya semakin rendah harga, semakin banyak
jumlahnya akan dibeli orang (Rosyidi 2011). Selanjutnya dikatakan bahwa
permintaan seorang konsumen terhadap suatu barang, atau jasa ditentukan oleh
banyak faktor seperti selera, daya beli, mode, harga barang lain (barang pengganti
maupun pelengkap), harapan masyarakat dan sebagainya.

2.2.2 Penawaran Pasar dan Faktor-Faktor Berpengaruh

Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan untuk dijual pada


pelbagai tingkat harga dalam suatu pasar pada suatu waktu tertentu. Penawaran
merupakan gabungan antara pemilikan (ownership) dengan kesediaan untuk
menjual barang yang dimilikinya (Rosyidi 2011). Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dapat dipahami bahwa penjual akan menjual sejumlah tertentu
barangnya untuk masing-masing tingkat harga tertentu. Pada saat harga rendah,
maka hanya menjual sedikit sebab takut rugi, tetapi pada saat harga naik, maka
jumlah barang yang dijualpun banyak sebab akan memperoleh keuntungan.
Penawaran barang tersebut terjadi pada pasar tertentu dan waktu yang tertentu
pula, artinya pada pasar yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka jumlah
barang yang ditawarkan kemungkinan berbeda pula.
Gambar 3 menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah yang
ditawarkan. Terlihat dari gambar tersebut bahwa harga dan jumlah yang
ditawarkan bergerak dengan arah gerakan yang sama, jika harga naik, maka
31

jumlah yang ditawarkanpun naik dan sebaliknya. Adalah hal yang wajar apabila
hubungannya searah seperti itu, karena pada tingkat harga yang rendah, sedikit
sekali yang ditawarkan. Hal ini sangat jelas jika diingat tujuan utama para
pengusaha adalah untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Kalau harga
rendah, sudah tentu uang yang akan diterima rendah juga; hanya saja dari pada
tidak laku sama sekali, mereka pun tetap menjual, sekalipun dalam jumlah yang
sedikit.

P = harga
P S
Q = jumlah yang diminta

S = penawaran (supply)

Gambar 3 Kurva Penawaran.

Rosyidi (2011) menyatakan bahwa penawaran dipengaruhi oleh banyak


faktor seperti stok barang, tingkat teknologi, harga faktor produksi dan
sebagainya. Bervariasinya faktor-faktor penentu tersebut di antara para penawar
dapat mengakibatkan bentuk kurva penawaran antara seorang penawar dengan
penawar lainnya berbeda.

2.2.3 Hukum Harga dan Keseimbangan Pasar

Rosyidi (2011) menyatakan bahwa permintaan dan penawaran adalah dua


kekuatan yang saling mendorong satu sama lain dengan arah yang berlawanan.
Kekuatan dorongan masing-masing itulah yang kemudian bertemu dan berhenti
pada titik di mana keduanya berpotongan pada titik E (Equilibrium) (Gambar 4).
Equilibrium atau keseimbangan yang dinyatakan oleh titik E tersebut
menyatakan pula suatu harga output di pasar. Pada titik tersebut terjadi tingkat
32

harga dan sekaligus juga tingkat output yang disepakati bersama-sama baik oleh
pembeli dan penawar. Jelaslah bahwa harga keseimbangan adalah suatu tingkat
harga, dimana pada tingkat itu jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang
diminta, sedangkan jumlah keseimbangan adalah suatu tingkat output yang pada
tingkat itu harga permintaan sama dengan harga penawaran.

P D S P = harga

Q = jumlah yang diminta

D = permintaan (demand)

E S =penawaran (supply)

Q
Gambar 4 Keseimbangan pasar (market equilibrium).
Pada posisi keseimbangan seperti itu, baik harga maupun jumlah output
tidak akan berubah-ubah lagi, kecuali jika terjadi pergeseran, baik pergeseran
kurva permintaan maupun kurva penawaran, ataupun kedua-duanya. Apabila hal
semacam itu terjadi, maka suatu harga dan jumlah keseimbangan yang baru akan
terjadi, yaitu pada suatu titik dimana jumlah yang diminta sama dengan jumlah
yang ditawarkan. Dengan perkataan lain, kalau terjadi pergeseran seperti itu,
maka akan terjadilah suatu titik keseimbangan baru dan titik itupun tetaplah akan
terjadi pada perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran yang baru pula.

2.3 Paradigma Sistem

Manetsch dan Park dikutip oleh Eriyatno (1998) menyatakan bahwa


sistem adalah gugus dari unsur yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk
mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan. Sistem merupakan
himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan
yang kompleks seperti sistem transportasi. Namun tidak semua kumpulan dan
gugus bagian dapat disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya
kesatuan (unity), hubungan fungsional dan tujuan yang berguna.
33

Ilmu sistem ditumbuh kembangkan untuk merangkai secara utuh


komponen-komponen yang berharga dari pengetahuan spesialis, dan
mewujudkannya menjadi gambaran yang jelas. Teori sistem dimanfaatkan untuk
mempelajari kenyataan akan aturan yang sistematik dan ketergantungan
(interdependency) di dunia ini. Oleh karena itu, dalam mendefinisikan suatu
sistem, yang paling penting adalah perihal relevansi (kesesuaian). Karenanya
adalah penting untuk selalu membayangkan suatu sistem sebagai koleksi yang
terisolir dari komponen-komponen yang berinteraksi. Interaksi, atau hubungan
antar dua atau lebih unsur menyatakan bahwa apabila ada perubahan dalam atribut
suatu unsur akan mengakibatkan perubahan dalam atribut unsur yang terkait.
Adanya interaksi tersebut menyebabkan kendala terhadap perilaku sistem, dimana
perlu diketahui sifat hubungan unsur terhadap totalitas (relation to the whole) dan
sifat hubungan antar unsur terkait (relation of an entitiy toward other entities).

2.4 Sistem Perikanan

Widodo dan Suadi (2006) menyatakan bahwa sistem perikanan tersusun


oleh beberapa komponen yang memiliki berbagai bentuk interaksi kompleks.
Sekurang-kurangnya sistem perikanan tersusun oleh tiga (3) komponen, yaitu
sumber daya ikan, habitat, atau lingkungan dan manusia. Serupa dengan
komponen tersebut, Charles (2001) menggambarkan perikanan sebagai suatu
jaring dalam bentuk lebih detail yang tidak hanya melingkupi tiga (3) komponen
besar di atas, tetapi juga sistem pengelolaannya (subsistem alam, manusia dan
pengelolaan) serta berbagai faktor eksternal, seperti tersaji pada Gambar 5.
Dalam kajian sumber daya ikan, dinamika sumber daya selain dipengaruhi
oleh parameter populasi seperti pertumbuhan, rekrutmen dan mortalitas, juga
sangat ditentukan oleh faktor lingkungan dan faktor eksternal lainnya seperti
perubahan iklim. Keragaman habitat perikanan juga memberikan keragaman
dalam potensi sumber daya ikan dan strategi pengembangan perikanan. Di antara
habitat utama perikanan, dikenal tiga habitat perikanan utama, yaitu daerah pantai
(continental self), upwelling, dan samudera (open ocean). Pusat-pusat perikanan
saat ini, seperti halnya Indonesia, masih terbatas di wilayah pantai, sehingga
34

eksploitasi sumber daya di wilayah ini cenderung mengarah ke pemanfaatan


secara berlebihan (over eksploitasi) dan meninggalkan berbagai konflik.
Sementara, pengembangan perikanan tangkap ke arah samudera, walaupun
dapat menghasilkan ikan dengan nilai ekonomi tinggi (sumbangan ekonomi yang
tinggi bagi nelayan dan devisa negara), memerlukan perhitungan-perhitungan
ekonomi dan sumber daya yang tepat untuk menghindari berbagai bentuk
kerugian akibat karakter sumber daya alam (SDA) yang tidak seproduktif dua (2)
daerah lainnya.

Sistem
Sistem alam Pengelolaan

Perencanaan Pengelolaan
Komunitas Kebijakan Perikanan

Pengembangan Penelitian
Perikanan Perikanan

Lingkungan Perairan

Sistem Manusia Kekuatan eksternal


Kekuatan eksternal (misal Kebijakan
(misal Perubahan iklim) Pemerintah)
Pemananen
Kelompok Kelompok P = Pengolahan
1 Nelayan Teknologi 2 D = Distribusi
M= Pasar
W= Pedagang Besar
R = Pengecer
C = Konsumen
P
Komunitas
D (1). Konflik antar
C Pasca
pengguna
Panen
4
(2). Konflik alat tangkap
R M (3). Ekonomi masyarakat
dan interaksi sosial
RT W (4). Rantai Pemasaran

Lingkungan Sosek
Kekuatan eksternal
(misal Kebijakan ekonomi
makro, struktur pasar, dll)

Gambar 5 Komponen utama sistem perikanan (Charles, 2001).


35

Dari aspek manusia, sistem perikanan lebih rumit lagi karena dinamika dari
subsistem ini selain menyangkut aspek yang lebih banyak baik psikologi,
antropologi, sosial dan ekonomi, juga menyangkut kelembagaan dan politik.
Dalam kajian perikanan, komponen manusia meliputi nelayan, pasca panen dan
pemasaran serta berbagai faktor sosial ekonomi perikanan. Sebagai ilustrasi, pada
Tabel 5 diuraikan interaksi pemasaran perikanan dengan pengembangan ekonomi.

Tabel 5 Interaksi pemasaran perikanan dengan pengembangan ekonomi


Dampak Meningkatkan Memperbaiki Memperbaiki Meningkatkan Memberdayakan
pemasaran permintaan sistem distri- akses pasar alternatif nelayan
konsumen busi pekerjaan

Dampak Meningkatnya Saluran Meningkatkan Berkurangnya Berkurangnya


Pertengahan produksi ikan pemasaran ekspor dan ni- ketergantung- pedagang
yang kurang yang lebih lai tukar uang an antar nela- perantara,
dimanfaatkan baik yan pendapatan
nelayan
bertambah

Dampak Lebih banyak Ketersediaan Keseimbangan Menurunnya Pengembangan


Pembangunan pekerja dan protein perdagangan keinginan masyarakat
ketersediaan meningkat meningkat kredit bunga nelayan
pangan tinggi
meningkat
Sumber : Charles, 2001

Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam perikanan; dalam konteks


komersial, hasil tangkap hanya akan bernilai apabila terjual. Pemasaran adalah
tindakan menempatkan dan mengatur pasar (khususnya pembeli) untuk hasil
tangkapan yang diperoleh nelayan, koperasi, perusahaan, atau masyarakat. Pada
prinsipnya, tindakan seperti itu akan memberikan pendapatan nyata bagi nelayan,
dibandingkan apabila sejumlah besar ikan tidak terjual. Ketika pemasaran
bertujuan untuk memastikan bahwa ikan telah dibawa dari pesisir pantai menuju
langkah selanjutnya yang adalah tingkat „mikro‟ penting bagi nelayan, koperasi,
perusahan dan masyarakat, ternyata terdapat juga suatu pandangan luas bahwa
pemasaran itu penting. Pada tingkat „makro‟, pemasaran meliputi promosi
konsumsi ikan secara luas (misalnya kampanye nasional oleh suatu organisasi)
dan promosi konsumsi secara spesifik (misalnya melalui iklan pada negara-negara
target). Usaha pada skala ini untuk meningkatkan pemasaran dan distribusi
36

memegang peranan penting dalam pengembangan ekonomi suatu daerah, seperti


yang ditunjukkan pada Tabel 5.
Mekanisme distribusi ikan juga merupakan hal yang penting. Sistem
penjualan hanya akan lengkap apabila ikan telah tersampaikan kepada pembeli.
Ini merupakan bagian yang nyata, dimana kenyataan pada sejumlah negara
berkembang bahwa sebagian besar populasi, terkadang bisa mencapai lebih dari
50% tidak makan ikan laut, sederhana karena ketidaktersediaannya. Pada
sejumlah negara, konsumsi ikan per kapita rendah diakibatkan oleh harganya yang
tinggi, sementara di negara lain, ikan bukanlah makanan tradisional, sehingga
permintaannya rendah.

2.5 Sumber daya Ikan dan Karakteristiknya

Sumber daya ikan tergolong sumber daya yang dapat diperbaharui, namun
bukan berarti tidak terbatas, dibutuhkan manusia untuk kehidupannya. Sampai
sejauh mana sumber daya tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia, dapat
diketahui melalui pengukuran ketersediaannya. Gordon (1954) menyatakan
bahwa sumber daya ikan bersifat common property resources, atau SDA milik
bersama dan open access. Karakteristik milik bersama dapat menimbulkan adanya
kompetisi dalam proses penangkapannya, sedangkan kondisi open access atau
terbuka akan menimbulkan lebih tangkap secara ekonomis (economic
overfishing), karena perikanan tidak terkontrol. Kondisi tersebut berdampak
kepada eksploitasi berlebihan (over-exploitation), investasi berlebihan (over-
capitalization) dan tenaga kerja berlebihan (over-employment). Selain itu, sifat
sumber daya ikan mengharuskan adanya hak kepemilikan (property right).
Menurut Nikijuluw (2002), terdapat tiga (3) sifat khusus pada sumber daya
perikanan milik bersama, yaitu :
a. Eskludabilitas berkaitan dengan upaya pengendalian dan pengawasan
terhadap akses ke sumber daya bagi stakeholder tertentu, dimana upaya
dimaksud semakin sulit dan mahal, karena sifat sumber daya ikan yang
bergerak pada laut luas. Hal ini menimbulkan kebebasan pemanfaatan oleh
siapa saja, maka otoritas manajemen menjadi sulit dalam pengawasan.
37

b. Substraktabilitas merupakan suatu kondisi bagi seseorang untuk menarik


manfaat dan keuntungan yang dimiliki oleh orang lain, walaupun telah ada
kerjasama di antara stakeholder dalam pengelolaan sumber daya ikan.
Kondisi tersebut dapat menimbulkan kompetisi, bahkan dapat mengarah
ke konflik pemanfaatan sumber daya.
c. Indivisibilitas menjelaskan sumber daya ikan sebagai milik bersama agak
sulit dipisahkan, walaupun pemisahan secara administratif dapat
dilakukan.

2.5.1 Usaha Perikanan Tangkap

Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan, atau badan hukum untuk
menangkap, atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan,
mendinginkan, atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial, atau untuk
mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan. Perikanan laut sebagai salah satu
sub sektor dari usaha perikanan terbagi dalam dua aspek, yaitu (1) penangkapan
ikan di laut dan muara-muara sungai, laguna dan sebagainya yang dipengaruhi
oleh pasang surut dan (2) budidaya di laut, yaitu semua kegiatan memelihara yang
dilakukan di laut atau perairan lain yang terletak di muara sungai dan laguna
(Syafrin dalam Novianti 2006).
Monintja (2010) menyatakan bahwa perikanan tangkap adalah kegiatan
ekonomi dalam bidang penangkapan meliputi pengumpulan hewan, atau tanaman
air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Definisi tersebut secara
jelas menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dimaksud bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan baik secara finansial maupun untuk memperoleh
nilai tambah lainnya, seperti penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan
terhadap protein hewani, devisa serta pendapatan negara.

2.5.2 Sifat dan Karakteristik Produk Perikanan, serta Implikasinya Dalam


Pemasaran

Produk perikanan, baik yang berasal dari perairan laut, maupun perairan
darat, biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan. Hanafiah dan
Saefuddin (2006) menyatakan bahwa sifat dan karakteristik produk perikanan
38

berbeda dengan produk lainnya, dapat menimbulkan masalah dalam proses


pemasarannya. Sifat dan karakteristik produk perikanan tersebut adalah :
a. Produksinya musiman (seasonal) dan berlangsung dalam ukuran kecil
(small scale). Waktu panen yang relatif singkat dalam periode tertentu dan
daerah produksi yang jauh dari pusat konsumsi, atau pasar menyebabkan
tingginya kebutuhan lembaga, atau fasilitas pemasaran yang dapat
menghimpunkan produksi yang jumlahnya kecil menjadi jumlah yang
lebih besar guna diangkut ke pusat-pusat konsumsi dan pusat pengolahan
(processing). Keadaan ini biasanya turut mengakibatkan adanya beban
musiman (peak load) dalam pembiayaan, penyimpanan, pengangkutan dan
pemasaran.
b. Mudah rusak (perishable). Produk perikanan adalah organisme hidup
dan karenanya mudah atau cepat mengalami kerusakan atau pembusukan
akibat kegiatan bakteri, enzimatis dan oksidasi. Masalah ini membutuhkan
usaha, atau perawatan khusus dalam proses pemasaran guna
mempertahankan mutu. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat-tempat
atau ruangan dingin (kamar dingin dan peti dingin) dan pengangkutan
perlu dilaksanakan dengan alat pengangkutan yang dilengkapi dengan alat,
atau mesin pendingin. Usaha ini memerlukan biaya tambahan yang secara
otomatis meninggikan biaya pemasaran.
c. Konsumsi relatif stabil. Sifat demikian dihubungkan dengan sifat
produksinya yang musiman dan jumlahnya tidak berketentuan, karena
pengaruh cuaca, dapat menimbulkan masalah dalam penyimpanan dan
pembiayaan.
d. Jumlah dan mutu sering berubah. Perubahan dalam jumlah
mengakibatkan timbulnya fluktuasi harga besar sebagai akibat dari
perubahan kondisi penawaran. Variasi yang besar dalam mutu cenderung
mengakibatkan tidak terorganisirnya pasar, perubahan dalam harga,
menambah ongkos dalam penyimpanan dan sukar dalam grading.
39

2.6 Analisis Market Structure-Conduct-Performance

Analisis Market Structure-Conduct-Performance (S-C-P) merupakan salah


satu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sistem pemasaran kompetitif
yang didasarkan pada kajian empiris berbasis ekonomi industri dan mekanisme
harga dalam situasi persaingan (Mc Kie diacu dalam Asmarantaka 2009).

2.6.1 Market Structure

Market Structure merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan


sebagai hubungan (korelasi) antara pembeli dan penjual secara strategik
memengaruhi penentuan harga dan pengorganisasian pasar. Beberapa ukuran
untuk melihat market structure (Mc Kie diacu dalam Asmarantaka 2009), antara
lain :
a Market concentration (konsentrasi pasar); diukur berdasarkan persentase
dari penjual/aset/pangsa pasar.
b Exit-entry (kebebasan keluar-masuk calon penjual); perusahaan yang besar
mempunyai kelebihan dalam menentukan price control, dalam rangka
mempertahankan konsentrasinya di dalam pasar.
c Product differentation (diferensiasi produk); perusahaan yang mempunyai
konsentrasi pasar tinggi mempunyai kelebihan menentukan product
differentiation untuk lebih meningkatkan keuntungannya.

2.6.2 Market Conduct

Market conduct, atau perilaku pasar adalah seperangkat strategi dalam


pemilihan yang ditempuh, baik oleh penjual maupun pembeli untuk mencapai
tujuannya masing-masing (Mc Kie dalam Asmarantaka 2009). Ada tiga (3) cara
mengenal perilaku, yaitu :
a Penentuan harga dan setting level of output; penentuan harga dimana harga
tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara
bersama-sama penjual, atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga
(price leadership).
b Product promotion policy; melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan.
40

c Predatory and Exclusivenary tactics; strategi ini bersifat ilegal karena


bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Strategi
ini antara lain menetapkan harga di bawah biaya marginal, sehingga
perusahaan lain tidak dapat bersaing secara sehat.

2.6.3 Market Performance

Market Performance, atau keragaan pasar yang dapat diukur dengan


beberapa ukuran. Mc Kie dalam Asmarantaka (2009) secara khusus
mengklasifikasikan ukuran tersebut sebagai berikut :
a Pricing efficiency, yaitu ukuran yang didasarkan pada seberapa jauh harga
mendekati biaya total.
b Cost efficiency or productive efficiency adalah ukuran yang digunakan dapat
dalam jangka pendek, yaitu efisiensi pada fungsi produksi dan efisiensi
alokasi sumber daya; sedangkan ukuran dalam jangka panjang adalah excess
capacity and optimal size.
c Sale promotion cost dengan ukuran dilihat dari volume penjualan.
d Technical progressive (dinamic product efficiency), yang pengukurannya
dilihat dari seberapa jauh menurunnya Long-run Average Total Cost.
e Rate of product development, atau inovasi, dengan pengukurannya
bagaimana memproduksi (how to produce) dengan mutu, efisiensi dan
higienitas, sehingga dihasilkan produk yang memiliki keunggulan
kompetitif.
f Exchange efficiency; meliputi efisiensi biaya dalam penentuan harga dan
transportasi.
g Market externality; bagaimana dapat meminimalkan market externalities
negatif dan meningkatkan yang positif ?
h Conservation; berkaitan dengan isu-isu antara lain ekolabeling dan
greenpeace.
i Price flexibility; dalam kaitan dengan bagaimana penyesuaian atau
perubahan harga dengan adanya perubahan biaya.
Selain pendekatan S-C-P ini, dikenal juga lima (5) pendekatan lain dalam
analisis pemasaran, yaitu Pendekatan Fungsi (Functional Approach),
41

Kelembagaan (Institutional Approach), Komoditas (Commodity Approach),


Sistem (System Approach) dan Permintaan-Penawaran (Demand-Supply
Approach) (Purcell 1977); Gonarsyah 1996; Kohls and Uhl diacu dalam
Asmarantaka 2009).

2.7 Konsep Integrasi Pasar

Integrasi pasar dapat dipahami melalui dua sisi. Pertama, integrasi pasar
merujuk pada integrasi vertikal dan integrasi horizontal. Integrasi vertikal
berhubungan dengan kealamiannya usaha, sementara integrasi horizontal lebih
berurusan dengan integrasi pasar spasial. Kedua, integrasi meliputi integrasi pasar
spasial, integrasi pasar temporal, integrasi lintas bentuk harga dan integrasi lintas
bentuk produk.
Integrasi, atau keterpaduan pasar merupakan suatu indikator dari efisiensi
pemasaran, khususnya efisiensi harga. Integrasi didefinisikan sebagai suatu
ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi pada pasar
acuan (pasar di tingkat lebih tinggi, misalnya di tingkat pedagang eceran) akan
menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya (misalnya, pasar di
tingkat petani). Dengan demikian analisis integrasi pasar erat kaitannya dengan
analisis struktur pasar.
Dua (2) pasar dikatakan terpadu, apabila perubahan harga dari salah satu
pasar disalurkan, atau ditransfer ke pasar lain. Dalam struktur pasar persaingan
sempurna, perubahan harga dari pasar acuan (misalnya, pasar sentral, atau pasar
induk) diteruskan secara sempurna ke pasar pengikut. Keterpaduan pasar dapat
terjadi apabila terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini
disalurkan dengan cepat ke pasar lain. Dengan demikian agar terjadi keterpaduan
pasar, partisipan yang terlibat di antara pasar (pasar acuan dengan pasar pengikut)
memiliki informasi sama. Ukuran dari integrasi pasar dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu (a) pendekatan dengan metode korelasi (r), (b) pendekatan
dengan regresi sederhana (Ordinary Least Square, OLS) yang akan menghasilkan
elastisitas ataupun fleksibilitas transmisi dan (c) pendekatan hubungan lag
bersebaran autoregresif (autoregressive distribute lag) antara harga pasar acuan
42

dengan pasar pengikut (Ravallion, Heytens, Simatupang dan Situmorang serta


Hutabarat diacu dalam Asmarantaka 2009).
Ukuran integrasi pasar untuk butir (a) dan (b) ini dilakukan pada analisis
harga di tingkat pasar yang satu dengan pasar lainnya terjadi pada waktu yang
bersamaan (concurrent method). Sedangkan pada analisis (c) data yang dipakai
merupakan the time lag method. Cara yang pertama menggunakan metode
korelasi, cara yang kedua mempergunakan regresi sederhana (OLS) dan cara yang
ketiga dengan pendekatan vektor autoregresi.

2.7.1 Integrasi Pasar Spasial dan Faktor Penyebab

Analisis harga spasial pada mulanya didefinisikan sebagai „pergerakan


bersama‟ harga di sejumlah lokasi pasar yang berbeda (contohnya: ko-integrasi
seperti pada Goodwin and Schroeder diacu dalam Vollarth and Hallahan 2006).
Tahapan dimana pasar secara spasial disebut efisien memiliki implikasi penting
terhadap liberalisasi pasar dan reformasi kebijakan lainnya. Dalam penelitiannya,
Vollarth and Hallahan (2006) mengontrol beberapa faktor yang dianggap
menjelaskan beberapa isu memengaruhi spasial harga seperti, keterlambatan
penyerahan, biaya transaksi, siklus musiman dan kebijakan Pemerintah.
Integrasi pasar spasial mencerminkan pengaruh perubahan harga di satu
pasar terhadap pasar lainnya. Secara teoritis, di bawah asumsi persaingan penuh,
ketika terjadi perdagangan antara dua tempat, maka harga produk pada tempat
dimana produk tersebut diimpor sama dengan harga ekspor produk tersebut
ditambah dengan biaya transportasi. Oleh sebab itu, perubahan harga di daerah
ekspor akan menyebabkan perubahan harga di daerah impor pada arah dan derajat
yang sama. Pada kondisi seperti itu, kedua pasar disebut terintegrasi secara
sempurna.
Integrasi pasar spasial meliputi integrasi pasar jangka panjang maupun
pendek (Laping, 2001). Integrasi pasar jangka panjang merujuk kepada kondisi
dimana terdapat suatu hubungan harga yang stabil antara dua pasar jangka
panjang. Meskipun keseimbangan hubungan jangka panjang dapat terganggu pada
suatu jangka pendek, namun pada akhirnya keseimbangan tersebut akan
terpulihkan. Integrasi jangka pendek menunjukkan perubahan harga di suatu pasar
43

pada beberapa waktu akan segera membawa perubahan harga pada pasar lainnya.
Hal ini mencerminkan penyebaran sensitivitas harga produk antar pasar-pasar
tersebut.
Integrasi pasar mencerminkan keterkaitan harga, apabila terdapat
perdagangan antara dua pasar, oleh sebab itu studi tentang integrasi pasar
biasanya menganalisis harga-harga dari kedua pasar tersebut. Transportasi
merupakan faktor terpenting yang memengaruhi integrasi pasar, selain
penyebaran informasi pasar, musim, inflasi dan kebijakan Pemerintah. Intervensi
Pemerintah melalui kebijakan terkadang dapat membawa pada pemblokiran pasar
regional, sehingga dapat menurunkan derajat integrasi pasar dan memotong
hubungan harga antar pasar secara menyeluruh. Namun pada sisi lain, intervensi
Pemerintah dapat mengakibatkan perubahan harga yang sama pada pasar regional,
sehingga derajat integrasi pasar kelihatan lebih besar. Faktor musim dan inflasi
mempengaruhi integrasi pasar, terutama pada jangka panjang. Lebih lanjut,
karakteristik produk, hadirnya kekuatan monopoli dan tercukupnya produksi juga
dapat mengakibatkan integrasi pasar.

2.7.2 Analisis Integrasi Pasar

Para ekonom menggunakan definisi dan alat diagnosa yang berbeda untuk
menganalisis integrasi pasar melalui waktu dan ruang. Untuk mengkonsepsikan
keterpaduan pasar yang mecoba mengukur pengaruh pada harga-harga setempat
oleh harga-harga di tempat lain, diterapkan model yang dikembangkan oleh
Ravallion diacu dalam Hutabarat (1988). Model dimulai dengan membangun
hubungan lag bersebaran autoregresif (autoregressive distributed lag) antara
setiap harga mata dagangan suatu tempat dengan tingkat harga acuan yang tepat
(mungkin harga nasional, atau harga pusat pasar setempat, atau harga beberapa
tempat). Lebih terperinci model ditulis berikut :

……………………… ( 2.5)

Untuk αi = 1, 2, …, k dan t = 1, 2, …, n dimana Hit adalah harga produk di pasar i


pada waktu t, HAt adalah harga produk di pasar acuan waktu t, X adalah vektor
musiman dan peubah lain yang relevan di pasar i pada waktu t (dengan koleksi
peubah yang sama pada semua pasar pada semua waktu), μit adalah galat, αi (L),βi
44

(L) dan γi (L) menggambarkan polinomial dalam operator lag (LiHt = Ht-i) dibatasi
sebagai :
-αi (L) = 1 – αi1L - … - αin Ln
βi (L) = βi0 + βi1L + … +βim Lm
γi (L) = γi0 + γi1L + … + γin Ln
Untuk digunakan dalam penelitian empirik, persamaan (2.5) perlu ditulis kembali
sebagai perbedaan pertama dari harga setempat sebagai peubah tak bebas. Tetapi,
sebelumnya perlu dibatasi Δ sebagai operator perbedaan waktu (misalnya ΔHit =
Hit – Hit-1) dan Δi adalah perbedaan harga berdasar jarak (Δi = Hit – HAt). Pada
kasus n ≤ m, persamaan (2.5) dapat ditulis :
Δit = ((
Δ ……………… (2.6)

dapat diolah, sehingga perubahan harga pada periode saat ini merupakan suatu lag
sebaran dari perbedaan harga berdasarkan tempat dan waktu dari waktu-waktu
sebelumnya. Peubah-peubah harga ini dapat merupakan angka-angka mutlak, atau
logaritma, sehingga Δ ini dapat dianggap sebagai perubahan harga mutlak, atau
persentase. Persamaan (2.6) agak sulit ditafsirkan, sehingga perlu disederhanakan
dalam satu lag untuk setiap beda harga pasar setempat dan pasar acuan (n=m=1),
sehingga menjadi :

ΔHit = (αi1 L-L)ΔiHt + βi0ΔHAt + (αi1 + βi0 + βi1-1)HAt-1 + γiX + μit ..….. (2.7)

Apabila tanda Δ dibuang, maka persamaan tersebut menjadi :

(Hit-Hit-1)=(αi-1)(Hit-1-HAt-1)+βi0(HAt–HAt-1)+(αi+βi0+βi1-1)HAt-1+γiX+μit… (2.8)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan harga di suatu tempat


merupakan fungsi dari perubahan dalam selisih harga dengan pasar acuan waktu
sebelumnya, perubahan harga pasar acuan pada waktu yang sama dan ciri-ciri
pasar setempat.
Dengan mengolah persamaan di atas lebih lanjut, maka akan diperoleh
indikator keterpaduan pasar yang lebih tepat dan umum. Seandainya koefisien
dalam persamaan (2.8) dilambangkan sebagai berikut :
αi– 1 = b1, βi0= b2, αi+βi0+βi1-1= b3 dan seterusnya, maka persamaan tersebut
dapat dituliskan sebagai :
45

(Hit-Hit-1)=b1(Hit-1-HAt-1)+b2(HAt–HAt-1)+b3HAt-1+b4 X+μit …………… (2.9)

Yang kemudian dapat disusun kembali seperti :

(Hit)=(1 +b1)(Hit-1)+b2(HAt–HAt-1)+(b3 -b1) HAt-1+b4 X ………............ (2.10)

2.8 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT)

Analisis strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) adalah


identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategik selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan organisasi (Rangkuti 2002).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat
ditentukan oleh kombinasi faktor internal (Strengths dan Weaknesses) dan
eksternal (Opportunities dan Threats). Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT (Gambar 6).
Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi memiliki
peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (Growth oriented
strategy).
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi.
Kuadran 3 : organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain
pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus
strategi organisasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal, sehingga dapat merebut peluang lebih baik.
Kuadran 4 : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena
organisasi menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
46

Berbagai
Peluang
3. Mendukung 1. Mendukung
strategi turn- strategi
around agresif

Kelemahan Kekuatan
Internal Internal

4 Mendukung 2. Mendukung
strategi strategi
defensif diversifikasi
Berbagai
Ancaman

Gambar 6 Diagram analisis SWOT (Rangkuti, 2002).

2.10 Pengertian dan Jenis Model

Kusnendi (2008) menyatakan bahwa model adalah kerangka pikiran atau


konstruksi teoritis penelitian yang dirumuskan dalam bentuk diagram dan atau
persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis penelitian, maka
model sebagai kerangka penelitian paling tidak akan menampilkan empat (4) hal
sebagai berikut :
1. Peubah yang diteliti,
2. Prediksi atau hipotesis hubungan antar variabel,
3. Parameter yang diestimasi,
4. Dekomposisi pengaruh antar variabel.
Sementara Dimyati dan Dimyati (2002) mengartikan model sebagai
gambaran ideal dari suatu situasi (dunia) nyata, sehingga sifatnya yang kompleks
dapat disederhanakan. Ada beberapa jenis model yang biasa digunakan, di
antaranya :
1 Model-model ikonis/fisik, yaitu penggambaran fisik dari suatu sistem, baik
dalam bentuk yang ideal maupun dalam skala yang berbeda. Contoh, foto,
blue print, peta dan globe.
47

2 Model-model analog/diagramatis, yaitu penggambaran situasi yang


dinamis dan lebih banyak digunakan dari pada model-model ikonik,
karena sifatnya yang dapat dijadikan analogi bagi karakteristik sesuatu
yang sedang dipelajari. Contoh, kurva distribusi frekuensi pada statistik,
kurva supply demand, flow chart.
3 Model-model simbolis/matematik, yaitu penggambaran dunia nyata
melalui simbol-simbol matematik.
Pada awalnya model simbolis/matematik ini berupa model-model abstrak
yang dibentuk di dalam pikiran seseorang, kemudian disusun menjadi
model-model simbolis, seperti gambar, simbol atau rumus matematik.
Model matematik yang paling banyak digunakan dalam penelitian
operasional adalah model matematik yang berupa persamaan atau
ketidaksamaan.
4 Model-model simulasi, yaitu model-model yang meniru tingkah laku
sistem dengan mempelajari interaksi komponen-komponennya, karena
tidak memerlukan fungsi-fungsi matematik secara eksplisit untuk
merelasikan peubah-peubah sistem, maka model-model simulasi ini dapat
digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang tidak dapat
diselesaikan secara matematik. Akan tetapi, model-model ini tidak dapat
memberikan solusi yang benar-benar optimum.
5 Model-model heuristik, yaitu suatu metode pencarian yang didasarkan atas
intuisi atau aturan-aturan empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik
daripada solusi yang telah dicapai sebelumnya.
Dalam penelitian operasional, model yang paling banyak digunakan
adalah model matematik/simbolis.

Anda mungkin juga menyukai