Memasuki era industry 4.0, berbagai perubahan terasa sangat cepat dan telah menciptakan
berbagai kondisi ketidakpastian ekonomi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya dalam bidang informatika, telah memberikan solusi atas berbagai kerumitan sistem, dan
mampu memperkecil waktu, jarak, proses produksi dan lainnya, dan menjadikan biaya
produksi/operasional yang rendah serta menciptakan bisnis model yang efektif dan efisien.
Secara umum seluruh pelaku usaha, memahami akan perubahan yang telah terjadi beserta
dampak dari perubahan tersebut. Di setiap akhir tahun, para pelaku usaha khususnya perusahaan
besar secara konsisten membuat perencanaan bisnis (business plan) agar perusahaan dapat memiliki
kondisi keuangan yang sehat (healthy financial) dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi.
Namun pada kenyataannya, rencana dan target tersebut hanya formalitas semata, dan perusahaan
tetap harus berjuang agar mampu bertahan dalam arus perubahan. “Most people don’t plan to fail,
they fail to plan - John J Beckley”, adalah ungkapan yang tepat atas berbagai permasalahan yang
menimpa para pelaku usaha. Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan rencana yang telah disusun
dan teori yang digunakan, sebab seluruh teori telah teruji oleh waktu dan berbagai kondisi. Pola
pikir/paradigma lama dari para pengambil keputusanlah yang menghambat organisasi untuk menjadi
simple dan flexible yang pada akhirnya tidak dapat beradaptasi pada perubahan.
HEALTHY FINANCIAL
Healthy financial atau keuangan yang sehat, bukanlah istilah yang asing bagi seluruh pelaku usaha,
bahkan bagi masyarakat umum. Dalam dunia usaha, keuangan yang sehat dapat dilihat dari
beberapa indikator, antara lain:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Rasio likuiditas (uang tunai dan aset yang mudah dikonversikan) merupakan indikator utama
sehatnya kondisi keuangan perusahaan, yang memberikan pemahaman akan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi komitmen atau kewajiban keuangan dalam jangka pendek.
Rasio yang semakin rendah memberikan indikasi akan kesulitan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan (pembayaran), yang secara umum akan berdampak:
a) Kehilangan peluang/lost opportunities, merupakan resiko yang harus diterima pelaku usaha
akibat rendahnya rasio likuiditas. Peluang untuk mengirimkan karyawan pelatihan, penundaan
pembelian harga material yang murah/diskon, dan lain sebagainya. Dan jika perusahaan
melakukan inkonsistensi dalam pembayaran kewajiban, maka kepercayaan vendor kepada
perusahaan akan hilang dan akan berdampak pada semakin terbatasnya vendor.
b) Harga penawaran yang lebih tinggi. Salah satu indiktor rasio likuiditas yang rendah adalah
jangka waktu pembayaran (term of payment) yang lebih panjang melebihi batas kewajaran
umum dan berdampak pada harga penawaran dari vendor lebih tinggi. Sadar atau tidak, selisih
harga yang lebih tinggi akan menyebabkan naiknya biaya produksi (COGM).
Besaran rasio likuiditas yang baik, sangat bervariasi, bergantung pada jenis usaha serta lingkungan
(industri dengan resiko usang yang tinggi, contoh: fashion dan perishable akan berbeda dengan
industri yang memiliki aset bernilai tinggi dan tidak mudah rusak, contoh: logam dan otomotif).
Terlalu tinggi rasio likuiditas juga berarti bahwa perusahaan kurang mengoptimalkan keuangan
yang dimiliki, yang dapat digunakan untuk inovasi, pengembangan usaha, promosi (diskon, iklan,
dll) maupun upaya-upaya lain yang dapat meningkatkan produktivitas dan omset perusahaan.
2. Rasio Efisiensi (Efficiency Ratios)/Kinerja Operasional
Jika seluruh pengambil keputusan tidak merubah paradigma berfikir, maka seluruh rencana bisnis
dan rencana aksi organisasi hanya sekedar formalitas yang disebabkan oleh resistensi akan
perubahan, maka layaknya KODAK, NOKIA, HANJIN, Jamu Nyonya Meneer, Yahoo dan perusahaan
lain, kegagalan dan bahkan bangkrut hanya menunggu waktu saja.
Desember 2018,
Bortiandy Tobing
https://www.scribd.com/document/396566027/2019-Bertumbuh-Dengan-Keuangan-Yang-Sehat
Baca juga:
Pembaharuan dalam Pergeseran dan Kesetimbangan Ekonomi, Bortiandy Tobing, 2017, www.scribd.com
Upah Naik, Daya Beli Turun?, Bortiandy Tobing, 2017, www.scribd.com
Waspadai Gelombang SHIFT!!, Bortiandy Tobing, 2017, www.scribd.com
Daya Beli Menurun? Changed or Eliminated!!, Bortiandy Tobing, 2016, www.scribd.com
Aplikasi Online - Peluang dan Tantangan, Bortiandy Tobing, 2016, www.supplychainindonesia.com
2016: Tahun Pemulihan dan Pembaharuan Bisnis, Bortiandy Tobing, 2016, www.supplychainindonesia.com
2015 Tahun Evolusi Bisnis Nasional_Fake Growth, Bortiandy Tobing, 2015, www.supplychainindonesia.com