Anda di halaman 1dari 15

Sistematika

Putusan Hakim
Dr. H. Edi Riadi, S.H., M.H.
Sistematika Putusan Hakim Kepala Putusan Identitas dan Kedudukan Pihak

Putusan/Penetapan Nama, Umur, Agama, Pekerjaan, Alamat, dll

Nomor Putusan Kuasa Hukum dan Alamat

Basmalah (Arab) Tanggal Surat Kuasa

Irah-irah Kedudukan Pihak

Pengadilan yang Mengadili

Pertimbangan Hukum Duduk Perkara

Kewenangan Gugatan

Legal Standing Jawaban

Provisi Replik

Eksepsi Duplik

Rekonvensi (jika ada)


Pertimbangan dalil mana yang harus dibuktikan
Intervensi (jika ada)
Alat bukti eksepsi
Hasil Descente
Pertimbangan alat bukti P utk melumpuhkan eksepsi T
Bukti P
Pertimbangan dalil eksepsi T yang dapat dibuktikan atau tidak
Bukti T
Pertimbangan penerapan hukum
Kesimpulan Pihak Beperkara
Pertimbangan pengabulan atau penolakan eksepsi

Pertimbangan Pokok Perkara

Pertimbangan dalil yang diakui Tergugat

Pertimbangan dalil yang dibantahTergugat

Pertimbangan dalil yang harus dibuktikan

Pertimbangan alat bukti Penggugat

Pertimbangan alat bukti Tergugat utk melumpuhkan alat bukti Penggugat

Pertimbangan dalil Penggugat yg dapat dibuktikan

Pertimbangan penerapan hukum

Pertimbangan pengabulan atau penolakan rekonvensi

Pertimbangan Rekonvensi

Pertimbangan dalil yg diakui Tergugat Rekonvensi

Pertimbangan dalil yg dibantah

Pertimbangan dalil rekonvensi yg harus dibuktikan

Pertimbangan alat bukti Penggugat Rekonvensi

Pertimbangan alat bukti Tergugat Rekonvensi utk melumpuhkan Penggugat Rekonvensi

Pertimbangan dalil Penggugat Rekonvensi yg dapat dibuktikan

Pertimbangan penerapan hukum

Pertimbangan pengabulan atau penolakan dalil rekonvensi

Pertimbangan Intervensi

Pertimbangan dalil Intervensi yg diakui Tergugat Intervensi

Pertimbangan dalil Intervensi yg dibantah

Pertimbangan dalil Intervensi yg harus dibuktikan

Pertimbangan alat bukti Penggugat Intervensi

Pertimbangan alat bukti Tergugat Intervensi utk melumpuhkan Penggugat Intervensi

Pertimbangan dalil Penggugat Intervensi yg dapat dibuktikan atau yang tdk dapat
dibuktikan

Pertimbangan penerapan hukum

Pertimbangan pengabulan atau penolakan dalil Intervensi

Pertimbangan sita jaminan sah dan berharga dalam Intervensi

Pertimbangan Konvensi, Rekonvensi, dan Intervensi ttg Biaya Perkara

Paragraf mengingat peraturan yg berlaku serta hukum Islam yg berkaitan dgn perkara

Amar Putusan Kaki Putusan

Kata MENGADILI Tanggal Penjatuhan Putusan

Provisi Majelis yg Menjatuhkan Putusan

Konvensi Penjelasan Persidangan Terbuka utk Umum

Kehadiran Para Pihak


Eksepsi
Tanda Tangan Hakim dan Panitera Pengganti
Pokok Perkara
Rincian Biaya Perkara
Rekonvensi

Eksepsi

Pokok Perkara

Intervensi

Eksepsi

Pokok Perkara

Dalam Konvensi, Rekonvensi, dan Intervensi

Ttg Biaya Perkara


Sistematika Putusan
No Bagian

1 Kepala Putusan
2 Identitas dan kedudukan pihak
3 Duduk Perkaranya
4 Pertimbangan hukum
5 Amar putusan
6 Kaki Putusan

Pengaturan dasar putusan Perdata


1. Pasal 57 ayat (2) UU 7/1989 UUPA jo. Pasal 2 ayat (1) jis.
Pasal 50 ayat (1) dan (2) UU 48/2009 UUKK: irah-irah Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (kepala
putusan).
2. Pasal 67 huruf (a) UU 7/1989 UUPA: identitas pihak
3. Pasal 89 – 90 UU 7/1989 UUPA jo. Pasal 23 UU 14/1970 jo.
UU 35/1999 jo. Pasal 25 UU 4/2004 jo. Pasal 184 ayat 1 HIR/
195 Rbg.: putusan dibuat secara ringkas dan jelas.
4. Pasal 62 ayat (1) dan (2) UU 7/1989 UUPA jo. Pasal 184 ayat
(3): putusan di tanda tangani (kakai Putusan)
Beberapa langkah penting perumusan putusan

❖Rumuskan hasil jawab-jinawab: dalil yang diakui


dan dibantah & dalil yang sudah dan belum
terbukti
❖Penilaian alat bukti (formil dan materil)
❖Rumuskan Fakta peristiwa
❖Rumuskan Fakta hukum
❖Uji fakta tersebut (fakta sosiologis) dengan
Keadilan Filosofis/Moral dan Keadilan Yuridis
KOMPONEN PERTIMBANGAN PUTUSAN

❑Philosophical/Moral Justice (Keadilan


Filosofis/Moral)
-------> Nilai-nilai universal, hak asasi, dst
❑Juridical Justice (Keadilan Yuridis)
--------> Hukum, UU, Hukum Tidak tertulis
❑Sosiological Justice (keadilan Sosiologis)
--------> Fakta Hukum yang ditemukan dalam
perkara
Contoh:
A (istri) menikah dengan B (suami) punya 1 orang
anak, tanpa sepengetahuan A, lalu B menikah lagi
dengan C telah dikaruniai 2 orang anak. B mengaku
duda sewaktu menikah dengan C. Lalu A mengetahui
perkawinan B dengan C dan mengajukan pembatalan
ke Pengadilan Agama. Anggota I mengabulkan dengan
alas bahwa perkawinan kedua tanpa izin dianggap
tidak ada. Anggota II Menolak dengan alasan bahwa C
menikah secara baik dan benar dengan itikad baik (te
goeder trouw) lebih dari itu, 2 orang anak harus
dilindungi masa depannya. KM belum berpendapat,
masih buka2 kitab. Apa pendapat anda?
Contoh:
A (istri) menikah dengan B (suami), tanpa sepengetahuan A, lalu
B membujuk rayu dan mengumbar janji-janji palsu kepada C yang
usianya terpaut 45 tahun untuk menikah, lalu B dan C menikah
secara resmi dan memiliki buku nikah dan tercatat secara resmi,
catatan, pada saat menikah, C mengetahui bahwa B memiliki istri
sah.
8 bulan perkawinan, B memberikan hadiah ulang tahun C yang ke
23 berupa mobil HRV terbaru, menjanjikan akan membangun Villa
dan mengizinkanya untuk berbisnis di Ruko milik A dan B.
Ternyata perkawinan tersebut tidak mulus, B dan C bercerai, lalu
5 bulan setelah perceraian, C menggugat Harta Bersama. HA I
menolak, karena perkawinan kedua tanpa izin dianggap tidak ada
maka C tidak punya alas hukum menuntut HB. HA. 2
mengabulkan sebagian, karena C adalah korban janji2 dan sudah
melaksanakan kewajibanya selaku istri. KM masih berpikir dan
mengkaji, apa pendapat saudara?
Contoh pertimbangan filosofis/Moral (1)

Cerai talak/gugat Harta bersama

▪Bahwa perkawinan adalah ▪ Bahwa perkawinan adalah


mitsaqan ghalidza mitsaqan ghalidza
(akad/kesepakatan yang (akad/perjanjian yang kokoh)
bermuatan moral). Oleh dan menimbulkan hak dan
karenanya, perkawinan tidak kewajiban. (Q.S. Al-Maidah: 1,
dapat diputuskan kecuali didasari Al-Isra’: 34, dan ayat/hadis lain
adanya alasan hukum. (Q.S. Al- yang berkenaan dengan
Nisa: 21, dan ayat/hadis lain perjanjian)
yang berkenaan dengan syiqaq,
lian, dsb.)
Contoh pertimbangan filosofis/Moral (2)

gugatan HADLANAH Gugatan waris

▪Bahwa Anak memiliki hak ❑ Bahwa hak kewarisan timbul dari


hubungan darah dan hubungan
utk dilindungi dan dipenuhi perkawinan. (Q.S. Al-Maidah: 1, Al-
kebutuhan rohani dan Isra’: 34, dan ayat/hadis lain yang
berkenaan dengan perjanjian)
jasmaninya. (Q.S. Al-Nisa’: 9, ❑ Perempuan maupun laki-laki berhak
Al-Tahrim: 6, dsb.) utk mewarisi dari orang tua, anak dan
kerabatnya. Penyimpangan thd hak
mewarisi tersebut dapat dilakukan jika
ada dasar/alasan hukum. Misal: anak
angkat/anak beda agama yang
merawat pewaris saat sakit.
Contoh pertimbangan filosofis/Moral (3)
▪ GUGATAN HIBAH/WAKAF
❑Tasharruf (tindakan pengalihan harta) adalah kewenangan
pemilik harta. (Q.S. Al-Baqarah: 215)
❑Manusia memiliki hak atas apa yang diusahakannya. (Q.S. An-
Nisa’: 7)
❑Harta yang telah ditasharrufkan tidak bisa ditarik kembali,
kecuali dengan alasan hukum. (Hadis Shahih Muslim No. 3051 -
Kitab Hibah ttg perumpamaan orang yang menarik barang
pemberiannya kembali )
❑ Hibah tidak boleh merugikan ahli waris.
❑Tasharruf hak milik yang paling utama adalah utk keluarga, utk
orang yang membutuhkan, dan utk kepentingan umum. (Wakaf)
Contoh pertimbangan filosofis/Moral (4)
▪ PENGESAHAN PERKAWINAN (ITSBAT NIKAH)
❑Pernikahan adalah hak asasi setiap orang yang tidak dapat dibatasi
oleh apapun atau dihalangi oleh siapapun, kecuali oleh undang-
undang.
❑Perkawinan merupakan hak subjektif setiap orang. Pencatatan
perkawinan adalah ranah hukum objektif. Hukum subjektif adalah
hukum yang melindungi hak asasi manusia. Hukum objektif adalah
hukum yang berfungsi utk menegakkan hukum subjektif. Hak
subjektif merupakan hak tertinggi dan tidak boleh dihilangkan oleh
ketentuan hukum objektif.
❑Pencatatan perkawinan adalah pencatatan peristiwa perdata biasa,
seperti kelahiran dan kematian.

Anda mungkin juga menyukai