MAKALAH
PEMBUKTIAN
(HUKUM ACARA PERDATA)
DISUSUN OLEH :
HENDRA GUNAWAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa, sholawat serta salam
senantiasa kita panjatkan kepada junjungan kita,baginda nabi Muhammad saw, beserta
keluarga beliau yang di sucikan oleh Allah swt,semoga kita semua bisa mendapatkan
syawaatnya beliau di akhirat kelak.makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh bapak Aminuddin Lahami S.H,M.H tentang ( pembuktian ) selain itu,
penyusunan makalah ini juga menambah serta pengetahuan hukum acara perdata perdata
secara meluas.
Dalam penulis makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun penyusunan, karena itu kami mengharap krtik dan saran guna memperbaiki
kesalahan pada pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembuktian
B. Pembagian Beban Pembuktian
C. Alat-Alat Bukti
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
1
PENDAHULU
1
ii
A. Latar Belakang
Dalam hukum acara perdata dalam pembuktian mencakup beberapa prinsip
yang harus di pahami yaitu prinsip kontradiksi merupakan prinsip dasar dalam system
hukum acara perdata yang menjamin bahwa setiap pihak memiliki kesempatan yang
sama untuk mengajukan bukti dan memberikan pembelaan terhadap bukti yang di
ajukan oleh pihak lawan. Pinsip ini memastikan keadilan dan kesetaraan dalam
persidangan.dan kemudian prinsip beban pembuktian menentukan siapa yang
bertanggug jawab untuk membuktikan kebenaran klaim atau tuntuan dalam
persidangan dalam hukum acara perdata, pihak yang mengajukan klaim biasanya
memeiliki beban pembuktian yang cukup untuk meyakinkan pengadilan tentang
kebenaran kliam mereka. Pihak yang membantah klaim memiliki beban pembuktian
sekunder yang biasanya lebih ringan, untuk membuktikan pembatalan atau keberatan
terhadap klaim yang di ajukan.
Hukum acara perdata mengakui prinsip kebebasan pembuktian, yang berarti
pihak dapat menggunakan alat bukti apa pun yang sah dan relevan untuk
membuktikan klaimnya. Prinsip ini memberikan fleksibilitas bagi pihak untuk
menyampaikan bukti sesuai dengan kepentingan mereka, asalkan bukti tersebut
memenuhi persyaratan admissibility (dapat diterima) dan relevansi.
Suatu bukti dapat diterimah pengadilan.ada aturan standar tertentu yang
mengatur admissibility bukti,seperti aturan tentang bukti yang diperoleh secara illegal
atau bukti yang tidak relevan. Pengadilan bertanggung jawab untuk menilai apakah
bukti tersebut dapat diterimah atau tidak,pengadilan memiliki kewenangan untuk
menilai kekuatan dan bobot bukti yang di ajukan dalam persidangan. Mereka akan
mempertimbangkan keabsahan,kredibilitas,dan relevansi bukti tersebut.dalam
mengambil keputusan penilaian bukti dilakukan dengan mempertimbangkan standar
pembuktian yang relevan dan prinsip-prinsip keadilan.
Hak pemeriksaan dan pemeriksaan silang pihak yang mengajukan klaim
memiliki hak untuk memeriksa saksi mereka dan mengajukan pertanyaan untuk
memperkuat klaim mereka.pihak lawan juga memiliki hak untuk melakukan
pemeriksaan silang terhadap saksi tersebut, yang memungkinkan mereka untuk
menguji kebenaran kesaksian dan kekuatan bukti yang diajukan.
B. Rumusan Masalah
iii
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembutian
2. Untuk memahami mengenai pembagian beban pembuktian
3. Untuk mengetahui mengenai alat-alat bukti
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembuktian
Pembuktian Secara Etimologi Berasal Dari Bukti Yang Berarti Sesuatu Yang
Menyatakan Kebenaran Suatu Peristiwa. Kata Bukti Jika ,Mendapat Awalan Pe Dan
Akhiran An Maka Berarti Proses,Perbuatan, Cara Pembuktian. Secara Terminologi
Pembuktian Berarti Usaha Menunjukkan Benar Atau Salahnya Si Terdakwa Dalam
Sidang Pengadilan.1
1
Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut hukum acara dan hukum positif (Cet.I; Yogyakarta :
Pustaka pelajar Offset), h.25
2 2
Sulaikin Lubis, Th. Wismar ‘Ain Marzuki, dkk Hukum acara perdata peradilan agama di indonesia
(Cet.II Jakarta: Kencana, 2006), h.136.
3
Ibid., h. 136
v
4
Ibid ., h 137.
5
R. Subekti, op. cit., h. 15.
vi
C. Alat-alat Bukti
Dalam Hukum Acara Perdata, Terdapat Beberapa Alat-Alat Bukti Yang
Digunakan Untuk Memperkuat Atau Membuktikan Suatu Peryataan Atau Klaim Yang
Diajukan Dalam Persidangan.
1. Surat
Surat Atau Dokumen Tertulis Seperti Kontrak,Surat Perjanjian, Surat Kuasa
Atau Surat Pemberitahuan Dapat Digunakan Sebagai Bukti Dalam
Persidangan Perdata. Surat Surat Ini Harus Memiliki Keaslian Dan
Keabsahan Yang Dapat Dipertanggungjawabkan.
2. Saksi
Kesaksian Saksi Adalah Salah Satu Alat Bukti Yang Paling Umum
Digunakan Dalam Persidangan Perdata. Saksi Adalah Orang Yang
Memberikan Keterangan Di Pengadilan Berdasarkan Apa Yang Dilihat,
Didengar, Atau Dialami Olehnya Terkait Dengan Perkara Yang Sedang
Dibahas.
3. Keterangan Ahli
Ahli Adalah Orang Yang Memiliki Pengetahuan Khusus Atau Keahlian Di
Bidang Tertentu Yang Berkaitan Dengan Perkara Yang Sedang
Dipersidangkan. Keteraganahli Dapat Digunakan Untuk Membantu
9
R. Subekti, op.cit. h. 16.
viii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Materi Pembuktian Hukum Acara Perdata Adalah Bahwa
Pembuktian Merupakan Proses Penting Dalam Persidangan Perdata Yang
Melibatkan Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Perkara. Setiap Pihak Memiliki
Tanggung Jawab Untuk Menghadirkan Bukti Yang Relevan Dan Sah Guna
Mendukung Klaim Atau Tuntutan Mereka. Penilain Bukti Dilakukan Oleh Hakim
Berdasarkan Prinsip-Prinsip Pembuktian Yang Berlaku, Dengan Tujuan Mencapai
Keputusan Yang Adil Dan Berdasarkan Fakta Yang Terbukti.
B. Saran
Demikian Yang Dapat Kami Paparkan Mengenai Materi Yang Menjadi Pokok
Bahasan Dalam Makalah Ini, Tentunya Masi Banyak Kekurangan Dan
Kelemahannya, Karena Kurangnya Pengetahuan Kami Sebagai Penulis, Rujukan
Serta Referensi Yang Ada. Untuk Itu, Kami Mengharapkan Para Pembaca Agar
Memberikan Kritik Serta Masukan Yang Bersifat Membangun Demi Memperbaiki
Kesalahan Dalam Pembuatan Makalah Ini Pada Kesempatan Berikutnya. Semoga
Makalah Ini Berguna Terutama Bagi Penulis, Para Pembaca Serta Khalayak Umum.
Serta dapat memotivasi penulis untuk membuat makalah kedepannya.
x
DAFTAR PUSTAKA
1
Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut hukum acara dan hukum positif (Cet.I;
Yogyakarta : Pustaka pelajar Offset), h.25
2
Sulaikin Lubis, Th. Wismar ‘Ain Marzuki, dkk Hukum acara perdata peradilan agama di
indonesia (Cet.II Jakarta: Kencana, 2006), h.136.
3
Ibid., h. 136
4
Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut hukum acara dan hukum positif (Cet.I;
Yogyakarta : Pustaka pelajar Offset), h.25
5
Sulaikin Lubis, Th. Wismar ‘Ain Marzuki, dkk Hukum acara perdata peradilan agama di
indonesia (Cet.II Jakarta: Kencana, 2006), h.136.
6
Ibid., h. 136
7
Solahuddin, kitab undang-undang hukum pidana, acara pidana dan perdata ( Cet.III; jakrta:
Transmedia Pustaka, 2009), h. 571.
8
Makaro Taufik. Moh, pokok-pokok hukum acara perdata (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.95.
Ibid
9
R. Subekti, op.cit. h. 16.