Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN STATUS KLINIS

LANSIA DENGAN PERMASALAHAN MEMORI DAN KOGNISI


STASE GERIATRI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SRAYA DENPASAR

Oleh :
NI LUH DIAN APSARI
2002631063

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

A. Definisi Lansia
Menurut WHO merupakan seorang individu yang meliputi usia 60 sampai
74 tahun yang disebut young old, antara 75 tahun sampai 90 tahun disebut midle old
dan usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun.
B. Memori
Memori manusia adalah suatu proses dimana informasi diterima, disandikan,
disimpan, dan dipanggil kembali. Struktur memori dapat dibedakan menjadi tiga
sistem, yaitu: (a) sistem ingatan sensorik (sensory memory), (b) sistem ingatan
jangka pendek atau short term memory (STM), dan (c) sistem ingatan jangka panjang
atau long term memory (LTM).
Memori sensori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui salah
satu atau kombinasi dari panca indra, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran
melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit. Bila
informasi atau stimuli tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan, namun
bila diperhatikan maka informasi tersebut ditransfer ke sistem ingatan jangka pendek.
Sistem ingatan jangka pendek menyimpan informasi atau stimuli dengan memberi
kode terhadap informasi. Masing‐masing stimulus diberi kode secara berlainan
berdasarkan sifat‐sifat khas yang dimiliki oleh rangsangan itu sendiri selama sekitar
30 detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi (chunks) dapat disimpan dan
dipelihara di sistem memori jangka pendek dalam suatu saat.  Setelah berada di
sistem memori jangka pendek, informasi tersebut dapat ditransfer lagi dengan proses
pengulangan ke sistem ingatan jangka panjang untuk disimpan, atau dapat juga
informasi tersebut hilang/terlupa‐ kan karena tergantikan oleh tambahan bong‐ kahan
informasi baru (displacement). Selanjutnya setelah berada di sistem memori jangka
panjang, informasi tersebut dapat diperoleh kembali melalui strategi tertentu, atau
informasi tersebut terlupakan (gagal atau tidak dapat diperoleh kembali) karena
adanya kekurangan dalam sistem peng‐arsipannya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

Gambar 1. Struktur memori


C. Fungsi kognitif
Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir,
belajar, mengingat dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan
kemampuan atensi, memori, pemecahan masalah, pertimbangan, serta kemampuan
eksekutif (merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi).
Fungsi kognitif dibagi menjadi :
1. Atensi
Atensi adalah kemampuan seseorang untuk beraksi untuk merespon stimulus
spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya.
2. Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang
membangun kemampuan fungsi kognitif. Fungsi Bahasa merujuk pada
kemampuan yang meliputi 4 parameter, yaitu kelancaran, pemahaman,
pengulangan dan naming.
3. Fungsi Memori
Kemapuan yang memungkinkan seseorang untuk menyimpan informasi yang
akan di recall kembali dikemudian hari.
4. Visuospasial
Kemampuan visuospasial adalah kemampuan konstruksional seperti
menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misalnya lingkaran atau
kubus) dan juga menyusun balok-balok
5. Fungsi eksekutif
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

Fungsi eksekutif dari otak dapat didefinisikan sebagai suatu proses kompleks
seseorang dalam memecahkan suatu masalah atau persoalan baru. Proses ini
meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah, dapat mengevaluasi,
menganalisa serta memecahkan atau mencari jalan keluar dari persoalan
tersebut.

D. Penurunan fungsi kognisi terkait usia


Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan menurunnya sistem fisiologis dan meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Pada lanjut usia, individu
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Penurunan tersebut mengenai berbagai sistem dalam tubuh seperti penurunan daya
ingat, kelemahan otot, pendengaran, penglihatan, perasaan dan tampilan fisik yang
berubah serta berbagai disfungsi biologis lainnya.
Penurunan fungsi kognitif menurun secara perlahan berupa perubahan gradual
khususnya dalam hal kemampuan daya ingat dan daya pikir. Perubahan fungsi
kognitif pada usia lanjut di akibatkan oleh proses penuaan dibuktikan dengan adanya
perubahan signifikan pada korteks frontalis yang ditunjukkan oleh imaging maupun
analisis posmortem. Perbandingan gambaran histologis maupun imajing otak antara
dewasa muda dibandingkan dengan lansia menunjukkan secara jelas bahwa terdapat
perubahan struktur otak manusia seiring bertambahnya usia, walaupun tanpa adanya
penyakit neurodegeneratif. Gambaran otak pada lansia menunjukkan terjadinya
penurunan selektif regional baik pada substansia alba maupun substansia grisea.
Korteks frontal mengalami perubahan paling dramatis dan perubahan tersebut
berkaitan erat dengan defisit kognitif seseorang. perubahan kognitif normal terkait
usia tidak mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Salah satu masalah kognisi yang dialami lansia yaitu demensia.
Demensia adalah sindrom penurunan kemampuan intelektual progresif yang
menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional sehingga mengganggu fungsi sosial,
pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Sub tipe demensia yang paling umum yaitu
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

demensia alzheimer, demensia vaskular, Demensia dengan badan lewy, dan demensia
Frontotemporal.

E. Pemeriksaan fungsi kognitif


1. Mini Mental State Examination (MMSE) digunakan untuk menilai kognitif
pasien dengan 11 soal yang menilai orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat, dan Bahasa yang telah direkomendasikan karena penerimaan dan
penggunaannya yang luas. MMSE memiliki sensitivitas 78.7%, spesifisitas
92.2%.
Intepretasi :
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

2. AD-8 adalah tes berupa pertanyaan yang ditujukan kepada keluarga pasien
mencakup aspek kognisi dan fungsional dapat digunakan sebagai tes skrining
sebelum dimulai pemeriksaan status mental lainnya. untuk demensia memiliki
sensitivitas 89,5% dan spesifisitas 94,7 %.
Intepretasi :
Total score of 0-1: normal
Toal score > 2: Cognitive impairment

3. Montreal Cognitive Assessment (MoCA) bertujuan menilai fungsi kognitif yang


dimana MoCA terdiri dari 8 ranah kognitif meliputi: fungsi eksekutif, kemampuan
visuospasial, atensi dan konsentrasi, memori, bahasa, konsep berfikir, kalkulasi, dan
orientasi. Tes MoCA sangat tinggi sensitifitas dan spesifisitasnya untuk skrining MCI
dibandingkan MMSE. Skor tertinggi adalah 30 poin, sementara skor 26 keatas
dianggap normal.
4. Clock Drawing Test (CDT) berfungsi menilai kemampuan pemahaman, kemampuan
visuo spasial, kemampuan merekonstruksi, konsentrasi, pengetahuan angka, ingatan
visual dan fungsi eksekutif. Meskipun tes tersebut mampu untuk menguji aspek
kognitif yang luas, CDT tidak terlalu menekankan pada aspek pengetahuan
dibandingkan dengan tes lain .Tes ini memiliki akurasi yang cukup baik dalam
membedakan DFT dari DA dan subjek normal, dapat mengidentifikasi 88,9% kasus
DFT dan 76% kasus DA dengan prediksi akurasi 83,6%.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

F. Intervensi :
1. Cognitive Exercise
Stimulasi Kognitif mengacu pada berbagai kegiatan yang kurang standarisasi, yang
bertujuan untuk perbaikan umum dalam fungsi kognitif seperti bermain pazzles,
permainan kata, dan berkebun dalam ruangan. Program stimulasi kognitif dan
keterlibatan dalam aktivitas waktu luang yang menyenangkan adalah intervensi yang
aman dan efektif pada pasien dengan demensia akibat penyakit Alzheimer pada
setiap tahap keparahan.
2. Exercise
Bermanfaat dalam fungsi fisik, gejala neuropsikiatri seperti depresi, dan
memperlambat penurunan fungsi.
3. Combine training
Menggabungan latihan kognitif dan latihan fisik. Latihan fisik dan kognitif secara
bersamaan memiliki potensi yang lebih besar untuk meningkatkan kognisi global
(memori kerja, memori episodik, dan fungsi eksekutif) dan gaya berjalan serta
neuroplastisitas Contohnya yaitu Exergaming adalah tipe tipikal yang
menggabungkan latihan fisik dengan realitas virtual interaktif, yang memberikan
rangsangan kognitif saat ikut serta dalam aktivitas fisik, misalnya bersepeda
stasioner dengan tur virtual reality. exergaming meningkatkan fungsi eksekutif dan
status klinis pasien gangguan kognitif ringan.

Edukasi yang diberikan kepada keluarga dan pengasuh :


- Pengasuh dapat diinstruksikan untuk memasukkan informasi orientasi (misalnya
hari, tanggal, waktu, nama orang) selama percakapan. Gaya percakapan seperti
itu akan membantu orang tersebut untuk tetap berorientasi. Anggota keluarga
yang tinggal bersama dan rekan dekat dapat mengingat hal ini selama interaksi
sosial. Pada saat yang sama jangan berlebihan melakukan ini. Jangan mencoba
untuk menguji ingatan atau orientasi orang tersebut. Berikan saja isyarat jika
perlu
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

- Materi seperti surat kabar, radio, atau program TV dapat membantu untuk
menyesuaikan dengan peristiwa terkini.
- Foto dan barang rumah tangga dapat digunakan untuk mempromosikan
komunikasi. Ini dapat merangsang ingatan, dan mendorong orang tersebut untuk
berbicara tentang pengalaman masa lalu
- Penting untuk menggunakan bahasa sederhana untuk berkomunikasi. Kalimat
pendek akan membuat komunikasi verbal menjadi jelas dan tidak ambigu.
Dengarkan baik-baik apa yang dikatakannya.
- Memfasilitasi interaksi sosial dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Ini akan
membantu meningkatkan kualitas hidup penderita demensia dan penyakit
jantungnya. Instruksikan pengasuh untuk aktif secara sosial dan tetap terhubung
dengan teman dan anggota keluarga lainnya. Mereka harus mencoba dan secara
aktif mencegah isolasi social
- Dorong aktivitas mandiri sebanyak mungkin. Bantuan terkadang dibutuhkan.
Namun, dorong orang tersebut untuk terlibat dalam ADL dengan panduan.
Tawarkan bantuan dan doronglah untuk melakukan aktivitas dengan bantuan
daripada “melakukan tugas untuk orang itu”. Ini akan meningkatkan kemampuan
fungsional dan akan memungkinkan pelestarian dan pemeliharaan keterampilan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama : Mrs. A
b. Umur : 89 Tahun
c. Alamat : Hayam wuruk
d. J. Kelamin : Perempuan

II. Pemeriksaan Subjektif


a. Keluhan Utama (KU)
Pasien mengalami kepikunan, tidak mengingat riwayat jatuh sebelumnya
tetapi menyatakan bahwa dia selalu menggunakan alat bantu jalan untuk
berdiri dan berjalan.

b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Pasien dirawat di memory care unit. Pasien terjatuh beberapa kali selama
c.
beberapa bulan terakhir setelah pulang dari perawatan di rumah sakit
karena pneumonia.
Pasien berjalan menggunakan walker beroda dari kamar tidurnya ke ruang
makan untuk makan 3 kali sehari selebihnya jarang keluar kamar.
Pasien mengonsumsi anxiolytic untuk menangani kecemasan dan agitasi.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) & Penyakit Penyerta

RPD : Pneumonia, coronary artery disease,


RPP : osteoporosis, kyphoscoliotic deformity, hypertension, anxiety, and
d. severe bilateral hearing loss.

Riwayat Kesehatan Keluarga

e. Ibu mengalami demensia alzaimer

Pasien tinggal seorang diri dan menggunakan BPJS untuk mendapatkan


pelayanan kesehatan.

Riwayat Sosial Ekonomi


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

III. Pemeriksaan Objektif


a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
HR : 78x/Min Saturasi Oksigen : 99%
RR : 20x/Min Suhu : 36°C
BP : 120/90 mmHg
GCS : E4V5M6

Kesadaran : Compos Mentis

b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi statis:
- terlihat postur tubuh pasien kyphoscoliotic
Inspeksi dinamis:
- Tampak pasien pasien berjalan mengunakan alat bantu walker beroda
- Palpasi:
- Spasme otot trapezius
Auskultasi
- Suara nafas normal (vesikuler)

Pemeriksaan sensoris

Visual Menggunakan snellen chart dengan


nilai 2 (normal)
Vestibular (+) negatif
Taktil dan proprioseptif (-) negatif

Pengukuran
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

Pengukuran Alat Ukur Hasil


Kekuatan MMT ekstremita bawah : 3/5
otot
Lingkup Goniometer Ekstremitas : normal
gerak sendi
Penilaian VAS Nyeri diam: 0/10
rasa nyeri Nyeri tekan: 0/10
Nyeri gerak: 0/10
Keseimbanga Tinetti skor 8 dari 16 di bagian keseimbangan (POMA-b)
n dan risiko Balance dan 9 dari 12 pada bagian gaya berjalan (POMA-
jatuh Assessment g). Pasien melakukan gait saction dengan
Tool
menggunakan walker beroda. Skor gabungannya
(POMA)
(total POMA) adalah 17 dari 28, indikasi risiko
jatuh tinggi.
Pemeriksaan MMSE score 12/30 yang menandakan modered demensia
kognitif
Indeks Barthel Aktifitas Score
fungsional index Makan 2
Mandi 1
BAB 2
BAK 2
Penggunaan Toilet 2
Menggunakan 1
IV. Pakaian
Merawat Diri Sendiri 2
Transfer 2
(perpindahan dari
tidur ke duduk atau
sebaliknya)
Mobilitas (di 2
permukaan datar)
Naik Turun Tangga 1
TOTAL SCORE 17 (ketergantungan
ringan)
Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan
MRI = peningkatan intensitas darah kortikal dan periventikular. Atrofi pada
daerah subkortikal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id
KU : Pasien mengalami kepikunan, tidak mengingat riwayat jatuh
sebelumnya tetapi menyatakan bahwa dia selalu menggunakan alat
Algoritma Pemeriksaan bantu jalan untuk berdiri dan berjalan.
RPS : Pasien terjatuh beberapa kali selama beberapa bulan terakhir
setelah pulang dari perawatan di rumah sakit karena pneumonia.
Pasien berjalan menggunakan walker beroda dari kamar tidurnya ke
ruang makan untuk makan 3 kali sehari selebihnya jarang keluar
kamar. Pasien mengonsumsi anxiolytic untuk menangani
kecemasan dan agitasi.
Anamnesis RPD : Pneumonia, coronary artery disease,
RPP : osteoporosis, kyphoscoliotic deformity, hypertension,
anxiety, and severe bilateral hearing loss.
RPK : Ibu mengalami demensia alzaimer
Vital Sign RSE : Pasien tinggal seorang diri dan menggunakan BPJS untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
HR: 78x/min
RR : 20x/min
BP:120/90 mmHg Inspeksi statis:
Saturasi oksigen: - . terlihat postur tubuh
99% pasien kyphoscoliotic
Inspeksi dinamis:

Inspeksi statis,
- Tampak pasien Pasien
Pemeriksaan fisik
dinamis ,palpasi dan berjalan mengunakan alat
aukultasi bantu walker beroda

Auskultasi :
Suara nafas normal (vesikuler)
Aktif, Pasif, Isometrik
Pemeriksaan Fungsi
Gerak Dasar

Sensoris (visual, vestibular, proprioseptif)


Kekuatan otot =MMT
ROM = goniometer
Nyeri =VAS
Tes keseimbangan dan resiko jatuh = Tinetti Balance Assessment Tool (POMA)
Pemeriksaan kognitif = MMSE
Indeks fungsional = Barthel index

Pengukuran

Penunjang (MRI)

Adanya penurunan kekuatan otot ekstremitas, keseimbangan, fungsi kognisi, sehingga


Diagnosis FT
terjadinya penurunan aktivitas fungsional e.c. Dementia Alzaimer
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

DIAGNOSIS
ICFCoding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)
Body structure :
s110 Structure of brain
s260 Structure of inner ear
s750 structure of lower extremity
Body function :
b117 Intellectual functions
b240 Sensations associated with hearing and vestibular function
b730 muscle power

II. Activity Limitation


d570 Looking after one’s health
d450 walking

III. Participation of Restriction


d910 community life
d920 Recreation and leisure

IV. Contextual Factor


a. Personal Factor

Usia pasien 89 tahun


Jenisa kelamin perempuan
Pasien mapu memahami intruksi cukup baik

b. Environmental Factor

Fasilitator:
E355 health profesional
e5800 Health services.

Barrier:
e150 Design, construction and building products and technology of
building for public use.
e115 Product and technology for personal use in daily living
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

Diagnosis Fisioterapi

Adanya penurunan kekuatan otot ekstremitas, keseimbangan, fungsi kognisi,


sehingga terjadinya penurunan aktivitas fungsional e.c. Dementia Alzaimer

PROGNOSIS
I. Quo ad vitam

Dubia ad bonam
II. Quo ad sanam
Dubia ad bonam
III. Quo ad fungsionam

Dubia ad bonam

IV. Quo ad cosmeticam


Dubia ad bonam

PLANNING
I. Jangka Pendek
II. Jangka Panjang
- Meningkatkan kekuatan otot
- Mengoptimalkan
Meningkatkan keseimbangan
aktivitas fungsional.
- Meningkatkan fungsi kognitif
Meningkatkan kualitas hidup pasien
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

INTERVENSI

No Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based


1. Strengthening Latihan yang dilakukan kontraksi 6 American Geriatric Society
exercise yaitu isometric detik (2001) ‘Exercise Prescription
strengthening exercise Frekuensi : for Older Adults With
pada kelompok otot 2 kali/hari, Osteoarthritis Pain : Consensus
yang mengalami 2-3x/mingg Practice Recommendations’,
kelemahan. Pasien u pp. 808–823.
diinstruksikan untuk
melakukan gerakan
sesuai dengan gerakan
otot dengan adanya
beban yang telah
disesuaikan oleh terapis

2. Balance Balance exercise 31-45 Kolasinski, S. L. et al. (2020)


exercise dilakukan untuk menit ‘2019 American College of
mengontrol dan 3 Rheumatology / Arthritis
menstabilisasikan posisi kali/minggu Foundation Guideline for the
tubuh. Jenis balance Management of Osteoarthritis
exercise yang of the Hand , Hip , and Knee’,
digunakan yaitu static 72(2), pp. 149–162. doi:
balance dengan 10.1002/acr.24131.
meminta pasien berdiri
dengan kaki rapat,
functional reach dengan
menginstruksikan
pasien untuk
mengambil benda
sejauh jangkauannya
3. Combine Dual-task walking = 10-12 White, L., Ford, M., Brown, C.,
exercise berjalan sembari menit Peel, C., & Triebel, K. (2014).
menghitung mundur. dengan Facilitating the Use of Implicit
PT berjalan di samping istirahat Memory and Learning in the
pasien, PT memberikan duduk Physical Therapy Management
isyarat taktil ke sesuai of Individuals With Alzheimer
punggung pasien untuk permintaan Disease. Journal Of Geriatric
memfasilitasi pasien Physical Therapy, 37(1), 35-
peningkatan kecepatan 44. doi:
berjalan 10.1519/jpt.0b013e3182862d2c

I. Edukasi dan Home Program

Edukasi dan Home Program


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

Edukasi untuk penjaganya :


- Pengasuh dapat diinstruksikan untuk memasukkan informasi orientasi
(misalnya hari, tanggal, waktu, nama orang) selama percakapan. Gaya
percakapan seperti itu akan membantu orang tersebut untuk tetap
berorientasi. Anggota keluarga yang tinggal bersama dan rekan dekat
dapat mengingat hal ini selama interaksi sosial. Pada saat yang sama
jangan berlebihan melakukan ini. Jangan mencoba untuk menguji ingatan
atau orientasi orang tersebut. Berikan saja isyarat jika perlu
- Materi seperti surat kabar, radio, atau program TV dapat membantu untuk
menyesuaikan dengan peristiwa terkini.
- Penting untuk menggunakan bahasa sederhana untuk berkomunikasi.
Kalimat pendek akan membuat komunikasi verbal menjadi jelas dan tidak
ambigu. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakannya.
- Memfasilitasi interaksi sosial dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat.
Ini akan membantu meningkatkan kualitas hidup penderita demensia dan
penyakit jantungnya. Instruksikan pengasuh untuk aktif secara sosial dan
tetap terhubung dengan teman dan anggota keluarga lainnya. Mereka
harus mencoba dan secara aktif mencegah isolasi social
- Dorong aktivitas mandiri sebanyak mungkin. Bantuan terkadang
dibutuhkan. Namun, dorong orang tersebut untuk terlibat dalam ADL
dengan panduan. Tawarkan bantuan dan doronglah untuk melakukan
aktivitas dengan bantuan daripada “melakukan tugas untuk orang itu”. Ini
akan meningkatkan kemampuan fungsional dan akan memungkinkan
pelestarian dan pemeliharaan keterampilan.

Home Program
- Melakukan latihan yang sudah diajarkan
Vital sign
Absolut Tambahan*
HR : 78x/Min Saturasi Oksigen : 99%
RR : 20x/Min Suhu : 36°C
Evaluasi BP : 120/90 mmHg
GCS : E4V5M6

Kesadaran : Compos Mentis


MMT = 4/5
Tinetti Balance Assessment Tool (POMA)=21/28
MMSE =20/30
Barthel index =17(ketergantungan ringan)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail :psfisioterapi@unud.ac.id

Anda mungkin juga menyukai