Anda di halaman 1dari 17

Referat I

SIMTOM-SIMTOM GANGGUAN KOGNITIF


Penyaji : Heni Indrawati Dalimunthe
Pembimbing : Dr. dr. Elmeida Effendy, M.ked, Sp.KJ (K)
Moderator : Dr. dr. Elmeida Effendy, M.ked, Sp.KJ (K)
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Maret 2021
Pukul : 08.15 WIB
Tempat : Departemen Psikiatri, Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara Lantai 3

I. PENDAHULUAN

Kognitif berhubungan dengan memori, bahasa, orientasi, hubungan


interpersonal, judgment dan problem solving.1 Kognitif tidak hanya
menggambarkan gangguan pada satu atau beberapa hal diatas tetapi juga
komplikasi dan simtom-simtom perilaku. Gangguan kognitif menunjukkan
interfensi yang kompleks diantaranya adalah neurologi dan psikiatri. 1 Kognitif
meliputi masukan, penyimpanan dan pengeluaran informasi. Kognitif meliputi
memanggil dan memproses informasi yang relevan dari daya ingat yang
disimpan.2 Seseorang melakukan pekerjaan mental dan menyimpan potongan-
potongan informasi didalam daya ingat untuk didapatkan kembali disuatu waktu
kemudian.
Struktur otak yang terlibat dalam membentuk dan menyimpan daya ingat
adalah hipokampus, korteks dan serebelum. Seratus milyar neuron didalam otak
adalah terlibat dalam pembentukan daya ingat, termasuk suatu lapisan dari 4,6
juta sel di hipokampus.
Psikiater harus jeli betul dalam menilai keadaan dari penderita gangguan
tersebut, sebelum tiba pada suatu diagnosis dan terapi. Keuntungannya
2
kemajuan biologi molekuler, teknik diagnostik dan pengobatan yang signifikan.
Steven Samuel dan Neugroschl menjelaskan patofisiologi dan
penanganan dari delirium. Dari gangguan kognitif, delirium sulit untuk

1
didiagnosis, dan memberikan prevalensi yang besar, yang membuat klinisi untuk
2
mengantisipasi kondisi tersebut serta mencari etiologi dengan penuh inisiatif.
Pada referat ini dibahas tentang simtom-simtom gangguan kognitif yang
meliputi definisi, etiologi, teori kognitif, simtom-simtom dan gangguan
neurokognitif ringan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DEFINISI
Gangguan kognitif adalah perburukan fungsi kognitif dari kasus yang
bervariasi. Contoh penyalahgunaan obat dan alkohol, kasus perusakan kognitif
karena pengaruh kombinasi dari tindakan langsung pada otak, efek tidak
langsung dari penggunaan obat (gaya hidup), gangguan dari organ sistem
integriti (hati, pankreas, jantung) dan infeksi. 3
Gangguan kognitif menurut DSM-IV-TR, mengklasifikasikan tiga kelompok
gangguan yaitu delirium, demensia dan gangguan amnestik, gejala utama
adalah umum untuk semua gangguan jiwa yaitu gangguan dalam kognisi (daya
ingat, bahasa, dan perhatian). Walaupun DSM IV-TR menyatakan bahwa
gangguan kognitif adalah gejala utama dari delirium, demensia dan gangguan
amnestik, didalam masing-masing kategori diagnostik tersebut, DSM-IV-TR tidak
membatasi tipe spesifik . 1

II.2. ETIOLOGI
Sebagai reaksi dari setiap keadaan yang dapat mengganggu metabolisme
otak adalah : 2.3
1. Kausa Intra Kranial
- Epilepsi
- Trauma Kapitis
- Infeksi
- Pendarahan Sub arachnoid
2. Kausa Ekstra Kranial
- Akibat pemakaian dan penghentian tiba-tiba obat tertentu
2
- Disfungsi endokrin
- Penyakit non endokrin; hati, ginjal, jantung, pulmo, penyakit-
penyakit sistemik

II.3. TEORI KOGNITIF


Episode memori adalah suatu bentuk explicit memori meliputi
penyimpanan dari peristiwa-peristiwa tertentu sampai ke alam bawah sadar.
Episode memory biasanya diceritakan dalam kata-kata dengan suatu cerita. Jika
cukup signifikan episode memory sebagian berasal dari autobiografi memori,
sejarah dari diri sendiri. Lobus Medial Temporal terutama pada hippocampus
merupakan sifat-sifat dasar pengkodean, penyimpanan dan pencarian
keterangan dalam sejarah dari pada trauma episode memori. 6
Proses utama yang terlibat dalam organisasi kognitif adalah adaptasi yaitu
kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Adaptasi terjadi sebagai akibat dari dua proses yang saling
melengkapi: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah mengambil pengalaman
baru melalui sistem pengetahuan seseorang. Akomodasi adalah penyesuaian
sistem pengetahuan seseorang terhadap kebutuhan kenyataan dari
lingkungannya. 2
Stadium-stadium perkembangan kognitif menurut Piaget dimana
menggambarkan empat stadium utama yang mengarah kepada kemampuan
orang dewasa untuk berpikir.
Keempat stadium itu adalah:
1) Stadium sensomotorik (sejak lahir sampai umur 2 tahun)
2) Stadium pikiran praoperasional ( usia 2 - 7 tahun)
3) Stadium operasi konkrit (usia 7-11 tahun)
4) Stadium operasi formal (usia 11 tahun sampai akhir masa remaja).
1

Adapun tipe-tipe dari konsepsi neurokognitif adalah sebagai berikut :


1. Memori sekunder 2,7

3
Dua tipe dari memori adalah memori segera dan memori sekunder.
Memori sekunder mengenai kecakapan memperoleh dan menyimpan informasi
berlebih pada suatu periode waktu panjang (biasanya abadi untuk beberapa
lama). Daya ingat jangka panjang lebih lama dipertahankan dibandingkan
dengan daya ingat jangka pendek karena semakin lama dari daya ingat tersebut
dihubungkan dengan sejumlah lokasi dikorteks. Daya ingat jangka panjang (long
term memory ) yang dikenal sebagai daya ingat masa kini (recent memory), daya
ingat yang baru lewat (recent post memory), daya ingat jauh (remote memory.
2. Immediate memory 2,7
Immediate memory menunjuk kepada kemampuan untuk memperoleh
suatu batas kuantitas dari informasi ”On-Line” untuk satu periode laporan singkat
dari waktu (biasanya satu golongan kecil). Immediate memory sering juga
disebut sebagai short term memory atau memori jangka pendek, daya ingat kerja
(working memory), daya ingat primer (primery memory), dan daya ingat
penyangga (buffer memory).
3. Viglilance 7
Juga setiap saat disebut ”Sustained Attention” kewaspadaan menunjuk
kepada kemampuan untuk memelihara suatu kesiapan untuk merespon terhadap
sinyal (targets stimuli) dan tidak respon terhadap keributan (nontargets) melebihi
suatu periode waktu.
4. Executive functioning / cardsorting 7
Menunjukkan kepada kemampuan, program, tujuan aksi dan monitor diri
sendiri terhadap perilaku.
5. Verbal fluency 7
Test ini ukuran suatu kemampuan untuk membangkitkan kata-kata
dengan suatu huruf yang pasti, atau menciptakan kata-kata khusus dari kategori
arti kata.
7
6. Early visual processing
Ukuran dari early visual processing adalah dasar tingkatan dari proses
penglihatan, seperti visual scanning dari suatu pertunjukan dari stimuli dan
deteksi dini serta identifikasi dari stimulus penglihatan.

4
7
7. Psychomotor skills
Penilaian dari psikomotor biasanya menunjukkan kecepatan test dan
dapat memisahkan kedalam dua tipe dari keahlian ; kecepatan dan ketangkasan.

II.4. PROFIL DAN DOMAIN KOGNITF


II.4.1. Atensi/Kewaspadaan (Attention/Vigilance)
Kewaspadaan mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan
perhatian dari waktu ke waktu. Gangguan pada kewaspadaan dapat
mengakibatkan kesulitan mengikuti percakapan sosial dan ketidakmampuan
untuk mengikuti petunjuk penting mengenai fungsi pengobatan, terapi, atau
bekerja. Kegiatan sederhana seperti membaca atau menonton televisi dapat
dilakukan. Kegiatan sederhana seperti membaca atau menonton televisi dapat
menjadi berat atau tidak memungkinkan.
Defisit atensi, atau gangguan atensi sering disebut prestasi yang buruk
terhadap tugas-tugas dimulai dari short term memory, vigilance, grapho motor
speed dan pemecahan masalah (problem solving). Perhatian terfokus pada
sistem persepsi ketika mereka terbebani oleh beberapa input, panduan working
memory untuk mengoptimalkan penggunaan kapasitas penyimpanan yang
terbatas, dan panduan respon seleksi ketika mereka dihadapkan dan tidak
bersaing dengan respon alternatif. Dengan demikian, perhatian secara tidak
langsung mempengaruhi perilaku oleh modulasi operasi sistem kognitif lainnya.

II.4.2. Pembelajaran Verbal dan Memori (Verbal Learning and Memory)


Penilaian yang komperehensif terhadap pembelajaran verbal dan memori
memerlukan subjek untuk mempelajari informasi baru, baik dengan
mendengarkan cerita singkat (mendengarkan sebuahnparagraf) atau mencoba
untuk mendengarkan kata-kata selama uji coba berseri (multitrial learning).
Subjek diharuskan untuk mengingat kembali benda secara spontan setelah
penundaan (delayed call) dan kemudian mengulang kata-kata target dengan
meminta mengulang kembali prosedur yang mengandung gangguan (delayed
recognition) atau mengulang dengan isyarat (slued recall). Fungsi memori verbal

5
tidak terbatas pada kemampuan berhubungan dengan mempelajari informasi
baru, mempertahankan informasi yang baru dipelajari dari waktu ke waktu, dan
mengenali materi yang telah disampaikan sebelumnya.

II.4.3. Pembelajaran Visual dan Memori (Visual Learning and Memory)


Karena informasi visual tidak mudah dinyatakan sebagaimana informasi
verbal, hanya sedikit tes yang sensitif terhadap penurunan ini yang berkembang,
dan fungsi kognitif secara umum telah ditemukan tidak mengalami penurunan
nilai sebagai memori verbal. Memori visual ini telah ditemukan berkorelasi
sederhana dengan status pekerjaan, kepemilikan pekerjaan, keberhasilan
rehabilitasi psikososial, fungsi sosial, kualitas hidup, dan dengan kapasitas
fungsional. Penelitian lain melaporkan tidak ada menunjukkan korelasi yang
signifikan.

II.4.4. Penalaran dan Pemecahan Masalah (Reasoning and Problem Solving)


Meskipun ada banyak tes penalaran dan pemecahan masalah, juga
dijelaskan dalam beberapa konteks sebagai fungsi eksekutif, tes paling terkenal
dan sering digunakan adalah The Wisconsin Card Sorting Test (WCST). Pasien
yang mengalami penurunan nilai pada langkah-langkah penalaran dan
pemecahan masalah sering mengalami kesulitan beradaptasi dengan dunia yang
berubah begitu cepat di sekitar mereka.
II.4.5. Kefasihan Verbal (Verbal Fluency)
II.4.6. Kecepatan Memproses (Speed of Processing)
II.4.7. Memori Segera atau Memori Kerja (Immediate/Working Memory)
II.4.8. Kognisi Sosial (Social Cognition)
Istilah kognisi sosial mengacu kepada proses emosional, persepsi sosial,
teori pikiran/mental, interpretasi dan respon generasi terhadap, disposisi dan
perilaku orang lain. Kognisi sosial adalah kemampuan untuk melakukan proses
informasi secara benar oleh rangsangan yang relevan secara sosial untuk
menghasilkan respon yang memadai dalam situasi sosial. Kognisi sosial

6
merupakan nama sejumlah proses, seperti persepsi emosi, pengambilan
keputusan dalam situasi sosial, perubahan keadaan mental tertentu.

Gambar 1. Pandangan global tentang kognisi dan gangguan fungsi kognitif pada
gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan berhubungan dengan pola gangguan kognitif
yang kompleks dan spesifik penyakit (Lihat Tabel 1). Gangguan kognitif dipicu oleh
berbagai faktor genetik, epigenetik, perkembangan dan lingkungan yang berinteraksi.
Perubahan diekspresikan baik pada tingkat neuron dan glia (dari transkripsi gen yang
diubah menjadi pergeseran dalam penembakan neuron) dan pada tingkat jaringan saraf
(secara lokal dan di antara daerah serebral yang saling terkait). Disfungsi yang mendasari
gangguan kognitif beragam secara hierarki dan spasial, dan diberlakukan pada skala
temporal yang berjalan dari milidetik (misalnya, penembakan seluler) hingga jam
(misalnya, sintesis protein) hingga tahun (misalnya, arsitektur sinaptik). Beberapa faktor
resiko, seperti germline dan faktor epigenetik, dapat diturunkan ke keturunannya.
Penyebab tertentu dari gangguan kognitif dapat diperbaiki atau dikompensasikan, tetapi

7
pergeseran jaringan pada tingkat molekuler ke sistem tidak selalu dapat dipulihkan
sehingga pencegahan dan pengobatan dini sangat penting. ADHD, gangguan hiperaktif
dan defisit perhatian; ASD, gangguan spektrum autisme: GAD gangguan kecemasan
menyeluruh; LTD, depresi jangka panjang; LTP, potensiasi jangka panjang; OCD,
gangguan obsesif kompulsif; PTSD, gangguan stres pasca trauma. 7

Dikutip dan diadaptasi dari: Millan MJ, Agid Y, Brune M, et al. Cognitive dysfunction in
psychiatric disorders : characteristics, causes, and the quest for improved therapy. Nature
Reviews Drugs Discovery, Vol. 11; 2012.

II.4. SIMTOM-SIMTOM

Tabel 1. Karakteristik utama simtom-simtom gangguan kognitif pada gangguan kejiwaan,


dan perbandingannya dengan Parkinson’s Disease (PD) dan Alzheimer’s Disease (AD)7

8
Dikutip dan diadaptasi dari: Millan MJ, Agid Y, Brune M, et al. Cognitive dysfunction in
psychiatric disorders : characteristics, causes, and the quest for improved therapy. Nature
Reviews Drugs Discovery, Vol. 11; 2012.

Untuk menilai simtomatologi, PANSS, perkembangan oleh Kay dan


koleganya (1987,1988,1989), sudah melaksanakan PANSS, yang terdiri dari 30
item instrumen, 7 item simtom positif, 7 item simtom negatif serta 16 item
psikopatologi. Adapun tujuh item simtom positif tersebut adalah:
1. Waham (Delutions)
2. Halusinasi (Hallucination)
3. Gaduh gelisah (Excitement)
4. Waham kebesaran (Grandiorsity)
5. Kecurigaan (Suspiciousness)
6. Permusuhan (Hostility)
7. Kekacauan proses pikir (Disorganization)
sedangkan tujuh item simtom negative yaitu:
1. Afek tumpul (Blunted Affect)
2. Penarikan emosional (Emotional Withdrawal)
3. Kemiskinan Rapport (Poor Rapport)
4. Penarikan diri dari hubungan sosial (Social Withdrawal)
5. Kesulitan dalam pemikiran abstrak (Problem with Abstraction)
6. Kurangnya spontanitas dan arus percakapan (Lack of Spontaneity )
7. Pemikiran stereotipik (Stereotypic thinking)
Enam belas (16) skala psikopatologi umum:
1. Kekhawatiran somatik
2. Ansietas
3. Rasa bersalah
4. Ketegangan
5. Mannerisme dan sikap tubuh
6. Depresi
7. Reterdasi motorik
8. Ketidakkooperatifan
9
9. Isi pikiran yang tidak biasa
10. Disorientasi
11. Perhatian buruk
12. Kurangnya daya nilai dan tilikan
13. Gangguan dorongan kehendak
14. Pengendalian impuls yang buruk
15. Preokupasi
16. Penghindaran sosial secara aktif
Tiap-tiap item nilainya ada 7 poin positif, negative dan psikopatologi,
skornya berasal dari PANSS. Penilaian mempengaruhi terapi psikiatris, siapa
yang dekat dengan pasien dan sudah latihan menilai dan menggunakan skala
tersebut.
PANSS sama dengan tanya jawab mengambil nilai skala, pada dasarnya
8
tanya jawab dilakukan selama 30-40 menit.
Pada umumnya gambaran utama adalah turunnya penampilan kognitif,
termasuk rendahnya daya ingat, daya belajar, dan sulitnya berkonsentrasi.
8
Pemeriksaan objektif biasanya menunjukkan abnormalitas. Hal-hal diatas
terlihat pada:
1. Delirium, gambaran kunci dari delirium adalah suatu gangguan
kesadaran, yang dalam DSM-V digambarkan sebagai penurunan kejernihan
kesadaran terhadap lingkungan dan penurunan kemampuan untuk
memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian. 2
a) Kesadaran
Pada delirium ditandai oleh adanya hiperaktivitas yang berhubungan
dengan peningkatan kesiagaan terutama pada pasien yang
berhubungan dengan putus zat yang ditandai dengan tanda-tanda
otonomik, seperti; kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardia, pupil
dilatasi, mual, muntah, hipertermia.
1
Hipoaktif antara lain: depresi, katatonik dan demensia.
b) Orientasi

10
Orientasi waktu, tempat dan orang harus diuji karena seringkali hilang
1
bahkan pada kasus delirium yang ringan.
c) Bahasa dan kognisi
Kelainan dapat berupa bicara yang melantur, tidak relevan,
membingungkan dan gangguan kemampuan untuk mengerti
pembicaraan. 1,2
d) Persepsi
Pasien delirium seringkali mempunyai ketidak mampuan untuk
membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi
sekarang dengan pengalaman masa lalu. 1,2
e) Gejala Neurologis
Seringkali dijumpai gejala neurologis yang menyertai, termasuk
disfasia, tremor, inkontinensia urin, inkoordinasi, asteriksis. 1,2

2. Demensia, merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan


1,2
fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Keluhan dari pasien tentang
gangguan intelektual dan menjadi pelupa harus diperhatikan demikian juga
tiap bukti penyangkalan atau rasionalisasi yang ditunjukkan untuk
menyembunyikan defisit kognitif. 1
a) Gangguan daya ingat
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal dan menonjol
yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada
awalnya hanya ringan dan paling jelas untuk peristiwa yang baru
terjadi seperti melupakan nomor telepon, percakapan peristiwa hari
tersebut. 1,2
b) Perubahan kepribadian
Merupakan gambaran paling mengganggu pada keluarga pasien
demensia. Pasien dengan demensia juga mungkin menjadi introvet
dan tampaknya kurang memperhatikan tentang objek perilaku mereka
terhadap orang lain. 1,2
c) Orientasi

11
Pasien demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya
setelah pergi ke kamar mandi, tetapi tidak menunjukkan gangguan
tingkat kesadaran. 1,2
d) Gangguan bahasa
Kesulitan berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar-
samar, stereotipik, tidak tepat atau berputar-putar. 1

3. Gangguan amnestik, ditandai oleh gejala tunggal suatu gangguan daya


ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan. 1

GANGGUAN NEUROKOGNITIF RINGAN


Gangguan ini dapat mendahului, menyertai atau mengikuti berbagai
macam gangguan infeksi dan gangguan fisik, baik serebral maupun sistemik
(termasuk infeksi HIV). Bukti neurologis langsung dari terkenanya otak tidak
selalu tampak, namun mungkin ada penderitaan, gangguan pada kegiatan
sehari-hari. Bila terkait dengan gangguan fisik dan kemudian dia sembuh,
gangguan kognitif ringan tidak akan berlangsung melebihi beberapa minggu
kemudian.4
Sindrom ini sering sekali pertanda awal dari demensia. Mungkin dua
kasus dari penyakit itu adalah penyakit serebrovoskuler dan alzheimer. Simtom-
simtomnya halus dan berkurangnya kapasitas pemasukan perbuatan
konsentrasi, defisit kalkulasi, defisit memori ditunjukkan oleh suatu
kecendrungan untuk berulang, kontrol defisit memori dan praxis defisit. Pasien
mengeluhkan adanya kecemasan dan ketakutan, dan beberapa pasien datang
dengan gelisah dan marah tiba-tiba; yang lain mungkin datang dengan perasaan
sedih, pesimis tapi tidak berakhir dengan depresi. Simtom-simtom ini biasanya
tidak memerlukan terapi dengan ansiolitik atau antidepresan. 3
Lobus coereleus adalah sumber penting dari noradrenergik, serebral
korteks, hipotalamus, hipokampus, dan amygdala. Amygdala dan orbitofrontale

12
corteks keluar memperkuat stimulus yang mempunyai kekuatan primer pada
masa lampau. 6
Bukti-bukti menunjukkan serotonin postsynaptically dalam amygdala
menimbulkan sintetis pada encephalis, dimana modulasi mengurangi
mempengaruhi teman dengan pengalaman takut dan mungkin mencampuri
dengan konsolidasi dari traumatik memori. Jika amygdaloid sistem alarm datang
berlebihan dan patah terjatuh, maka orang tersebut akan ada dalam kekuasaan
ketakutan yang buruk. 6
6
Traumatik memori adalah sejarah / cerita dalam dua sistem yaitu:
1. Hippocompal explicit episodic memory system.
2. Amygdaloid implicit alarm system
Amygdaloid system dapat mengacaukan penyimpanan dan pencarian
keterangan melalui hippocompal system.

II.4. PENILAIAN FUNGSI KOGNITIF


Pengukuran dari fungsi kognitif dipilih dari pendeknya, kemudahan
dipergunakan dan diterima oleh pasien. Kognitif dinilai dengan menggunakan
deretan dari pengukuran lima domain kognitif.
a. National Adult Reading Test (NART), yang mana memberikan estimasi
Intelegensi Quetion (IQ) premorbid.
b. Standar penilaian untuk status kognitif adalah Mini Mental State
Examination (MMSE), sebuah uji skrining yang baik untuk gangguan
kognitif. Nilai dibawah 24 menunjukkan gangguan kognitif global yang
bermakna.
c. Rivermead Behavioural Memory Test (RBTM), suatu pengukuran
terhadap memori sehari-hari. Terdapat dua penilaian yaitu skor skirining
(0-12) dan skor profil yang terstandarisasi. Berdasarkan skro, pasien
dapat dikategorisasikan memiliki memori yang normal, buruk, gangguan
sedang ataupun gangguan berat.
d. Executive Letter Verbal Fluency Test, pemeriksaan dari fungsi eksekutif
(frontal) dan penyimpanan memori semantik. Uji ini dibatasi oleh waktu,

13
pasien menyebutkan kata-kata yang dimulai dengan huruf F, A, dan S.
Nilai kurang dari 30 mengindikasikan penurunan kemampuan verbal. 14

II.4.1 Montreal Cognitive Assessment (MoCA)


Montreal Cognitive Assessment (MoCA) dirancang sebagai instrumen
skrining cepat untuk disfungsi kognitif ringan. Hal ini menilai domain kognitif yang
berbeda terhadap atensi dan konsentrasi, fungsi eksekutif, memori, bahasa,
keterampilan visuoconstructional, pemikiran konseptual, perhitungan dan
konsentrasi. Waktu pengelolaan MoCA adalah sekitar 10 menit. Total skor
adalah 30 poin, skor 26 atau di atas dianggap normal.
MoCA berguna untuk mendeteksi gangguan neurokognitif ringan dalam
berbagai kondisi medis termasuk penyakit Alzheimer, Vascular Neurocognitive
Impairment , penyakit Parkinson, Lewy Body, Fronto-temporal dementia, multiple
sclerosis, penyakit Huntington, tumor otak, ALS, sleep apnea, gagal jantung,
penyalahgunaan zat, skizofrenia, HIV, dan trauma kepala.
Spesifitas MoCA untuk mengekslusi kontrol normal cukup baik yaitu 87%
dan sensitivitas dari MoCA telah diperkirakan sangat baik yaitu 90% untuk
mendeteksi gangguan kognitif ringan, dan jauh lebih sensitif daripada MMSE.
Di Indonesia, MoCA telah divalidasi ke dalam bahasa indonesia oleh
Husein dan kawan-kawan pada tahun 2009 dan disebut sebagai MoCA-Ina. 15

III. KESIMPULAN

Defisit kognitif merupakan pemburukan fungsi kognitif yang disebabkan


oleh banyak hal. DSM-IV-TR sendiri mengklasifikasikan bahwa gangguan
kognitif bisa berupa delirium, demensia dan gangguan amnestik yang mana
gejala utama adalah umum untuk semua gangguan jiwa yaitu gangguan dalam
daya ingat, bahasa, dan perhatian.
Dalam penyakit neurokognitif ringan dijumpai suatu kondisi medis umum
akibat defisit kognitif yang ringan tetapi meskipun demikian ada terjadi
penurunan fungsi kognitif itu sendiri.

14
Jika penyebab kondisi medis adalah progresif, untuk demensia atau
gangguan amnestik, pasien akhirnya akan jatuh kedalam penyakit demensia dan
gangguan amnestik.
Berdasarkan PANSS sendiri simtom-simtom gangguan kognitif terdiri dari
30 item, yang mana terdiri dari 7 item skala positif, 7 item skala negatif, dan 16
item skala psikopatologi. Pada psikosis simtom-simtom ini cukup jelas terlihat
dan dapat dikoreksi pengobatannya melalui PANSS itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA ORI

1. Sadock BJ, Sadock VA, ods, Kaplan & Sadock Synopsis Of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins 2007 : 319-50.

2. Kenneth L, Davis, M.D. Delirium, Dementia, and Amnestic and other Cognitive
Disorders and Mental Disorders Due to a General Medical Condition, In:
Kaplan & Sadock Comprehensive Text Book of Psychiatry.8 th ed Vol. I.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins 2005 : 1053-121.

3. AYD.J.F. In: Lexicon Of Psychiatry, Neurology, and the Neurosciences,


Williams & Wilkins 1995 : 166-67, 445.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penggolongan dan


Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III ( PPDGJ III ) Jakarta, 1993;78.

5. Delirium, Dementia, and Amnestic and other Cognitive Disorders In:


Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders 4 th ed, text Revision
2000 : 135-60, 179-80, 762.

6. Nurcombe.B, Dissociative Disorders In: A Lang Medical Book Current


Diagnosis & Treatment in Psychiatry, International Edition 2000 : 385-87.

7. Green FM, Kern.SR, Braff L.D and Mintz.I, In: Neurocognitive Deficits and
Functional Outcome in Schizophrenia : Are We Measuring the Right Stuff ?,
Schizophrenia Bulletin,2000: 26(1): 119-36.

8. Heslegrave J R, Award G,Voruganti NP L In: The influence of neurocognitive


deficit and symptoms on quality of life in schizophrenia, J Psychiatry
Neurosci, 1997: Vol 22 No.4.hal: 235-43.

15
Daftar Pustaka Terbaru mama Luis

REFERENSI
1. Sweeet RA. Neurocognitive Disoders. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P.
Kaplan & Sadock`s Comprehensive Textbook of Psychiatry 10th Edition
Vol. 2. Wolters Kluwer. 2017. P.3040-3043
2. Graziane JA, Sweeet RA. Dementia. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P.
Kaplan & Sadock`s Comprehensive Textbook of Psychiatry 10th Edition
Vol. 2. Wolters Kluwer. 2017. P.3076-3101
3. Moore D. Neurocognitive Disorder. In: Psychiatry, Fourth Edition Volume
1. Wiley Blackwell, 2015. P. 1742-1777
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik. Dalam: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia- III. WHO Publishing. 1993.
5. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, 5 th.Edition. American Psychistric Association. 2013
.p.591-643.
6. McCleery A, Nuechterlein KH. Cognitive impairment in Psychotic illness:
prevalence, Profile of impairment, developmental course and treatment
considerations. Dialogues in clinical Neuroscience. 2019.
7. Millan MJ, Agid Y, Brune M, et al. Cognitive dysfunction in psychiatric
disorders : characteristics, causes, and the quest for improved therapy.
Nature Reviews Drugs Discovery, Vol. 11; 2012.
8. Medalia A, Revheim N. Dealing with cognitive dysfunction associated with
psychiatric disabilities, A handbook for families and friends of individuals
with psychiatric disorders. New York state offive of mental health. 2002.
9. Bharambe V, Larner AJ. Functional cognitive disorder : memory clinic
study. Progress in Neurology and Psychiatry, Vol.22(3); 2018.
10. Hartog HMD, Derix MMA, Bemmel ALV, et al. Cognitive functioning in
young and middle-aged unmedicated out-patient with major depression :

16
testing the effort and cognitive speed hypotheses. Psychological Medicine,
Vol. 33; 2003. p.1443-1451.
11. Wang CSM, Pai MC, Chen PL, et al. Montreal Cognitive Assessment and
Mini-Mental State Examination performance in patients with mild-to-
moderate dementia with Lewy bodies, Alzheimer’s disease, and normal
participants in Taiwan. International Psychogeriatrics, Vol.25(11) ; 2013.
12. Johanson MM, Marcusson J, Wressle E. Cognitive impairment and its
consequences in everyday life : experiences of people with mild cognitive
impairment or mild dementia and their relatives. International
Psychogeriatrics, 2015.
13. Berk M, Berk L. Cognition in psychiatric disorders: from models to
management. Lancet Psychiatric. 2017.
14. Baity RM. Brief rating scales for assessment of cognitive and
neuropychological status. In : Handbook of clinical rating scales and
assessment in psychiatry and mental health. USU : Humana Press; 2010.
P.239-256
15. Husein N, Lumempau N, Ramli Y, Herqutanto. Uji Validitas dan realibilitas
montreal cognitive assessment versi Indonesia (MoCA-Ina) untuk skrining
gangguan kognitif. Available from http://mru.fk.ui.ac.id. Accessed on
February 2021.

17

Anda mungkin juga menyukai