OLEH:
KHAERUN NISA
11120182114
PEMBIMBING:
dr. ERLYN LIMOA, Ph.D, Sp.KJ
1
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
2
GANGGUAN KOGNITIF PADA SKIZOFRENIA
3
dan kritis dengan berbagai alasan. Pertama, defisit kognitif sangat lazim
pada skizofrenia, hampir semua individu memiliki fungsi kognitif yang lebih
buruk berdasarkan tingkat pendidikan ibu. Kedua, berkaitan dengan faktor
genetik. Ketiga, berkaitan dengan beberapa aspek disfungsi kognitif hadir
dan atau progresif sebelum timbulnya psikosis. Keempat, tidak seperti
gejala psikotik lainnya, gangguan kognitif bersifat persisten disepanjang
perjalanan penyakit.11
Menurut National Institute of Mental Health’s (NIMH) The
Measurement and Treatment Research to Improve Cognition in
Schizophrenia (MATRICS) bahwa komponen paling penting dari defisit
neurokognitif pada skizofrenia adalah memori kerja,
perhatian/kewaspadaan, pembelajaran verbal dan visual, kecepatan
pemrosesan, pertimbangan/pemecahan masalah dan kognisi sosial.6
1. Memory dan working memory
Memory adalah proses pengelolaan informasi, meliputi
perekaman, penyimpanan dan pemanggilan kembali.4 Penilaian fungsi
memori dibagi menjadi memori jangka segera, jangka pendek, jangka
sedang dan jangka panjang.5
Memori jangka segera merupakan kemampuan mengingat
peristiwa yang baru saja terjadi, memori yang berlangsung beberapa
detik atau paling lama beberapa menit, sedangkan memori jangka
pendek merupakan ingatan terhadap pengalaman/informasi yang
terjadi beberapa hari terakhir kecuali jika memori ini diubah menjadi
memori jangka panjang. Memori jangka pendek dapat dinilai dengan
menanyakan apa yang dimakan pasien saat sarapan atau makan
malam kemarin. Kemudian tanyakan nama pemeriksa untuk menilai
recall memory, pasien diminta untuk menghitung urutan 6 angka
berturut-turut ke depan dan sebaliknya untuk menilai memori segera.
Memori jangka sedang merupakan memori yang berlangsung
bermenit-menit atau bahkan berminggu-minggu. Memori ini kadang-
kadang akan hilang, kecuali jika jejak memori memperoleh aktivasi
4
secukupnya sehingga lebih permanen, yang kemudian diklasifikasikan
sebagai memori jangka panjang. Memori jangka panjang merupakan
memori yang sekali disimpan dapat diingat kembali selama bertahun-
tahun kemudian atau bahkan seumur hidup. Memori jangka panjang
dapat dinilai dengan menanyakan informasi pada masa kanak-kanak
pasien.5,9
Pada gangguan kognitif, memori ingat jangka pendek dan
segera terganggu lebih dahulu sebelum memori jangka panjang. Jika
ditemui hendaya daya ingat (memori), maka dinilai pula bagaimana
pasien mengatasinya misalnya dengan menyangkal (denial),
konfabulasi (secara tidak sadar membuat jawaban palsu karena
adanya gangguan memori), reaksi katastrofik atau sirkumtansial
dalam upaya menutupi hendaya daya ingatnya. Konfabulasi biasanya
berhubungan dengan adanya gangguan kognitif.5
Selain klasifikasi memori yang umum tersebut, suatu jenis lain
dari memori yang berhubungan dengan lobus prefrontalis yang
disebut memori kerja (working memory). Memori kerja ini terutama
meliputi memori jangka pendek yang digunakan selama
berlangsungnya pemikiran intelektual, namun penggunaannya
berakhir saat setiap tahap permasalahan terselesaikan. Penelitian
menunjukkan bahwa area prefrontal terbagi menjadi beberapa
segmen terpisah untuk menyimpan berbagai jenis memori sementara,
seperti area untuk menyimpan memori mengenai ukuran dan bentuk
suatu objek atau bagian tubuh dan penyimpanan memori lainnya.
Dengan menggabungkan semua potongan-potongan kecil memori
kerja yang bersifat sementara, kita memiliki kemampuan untuk (1)
memperkirakan masa depan, (2) membuat rencana untuk masa yang
akan datang, (3) perlambatan kerja sebagai respons terhadap sinyal
sensorik yang masuk sehingga informasi sensorik ini dapat
dipertimbangkan sampai bentuk respons yang terbaik diputuskan, (4)
mempertimbangkan akibat, (5) menyelesaikan masalah matematik,
5
hukum, atau filsafat yang kompleks, (6) menghubungkan semua jalur
informasi dalam mendiagnosis penyakit yang jarang, dan (7)
mengendalikan aktivitas kita dalam kaitannya dengan hukum moral. 9
Pada pasien skizofrenia, pasien kehilangan kontrol untuk
mempertahankan dan memanipulasi informasi dasar. Pasien sulit
untuk merumuskan rencana, memulai sesuatu dan mengubah
strategi, serta sulit memberikan umpan balik secara efisien. Pasien
juga kadang-kadang terganggu saat diinterupsi atau disela, dimana
pasien akan melupakan apa yang baru saja mereka lakukan setelah
diberikan interferensi.8
Memori juga seringkali digolongkan berdasarkan jenis informasi
yang disimpannya. Salah satu penggolongan ini membagi memori
menjadi memori deklaratif dan memori keterampilan. Memori deklaratif
pada dasarnya berarti memori tentang beragam detail mengenai suatu
pikiran terintegrasi seperti memori suatu pengalaman penting yang
meliputi (1) memori akan keadaan sekeliling, (2) memori tentang
hubungan waktu, (3) memori tentang penyebab pengalaman tersebut,
(4) memori tentang makna pengalaman tersebut, dan (5) memori
tentang kesimpulan mengenai seseorang yang tertinggal pada pikiran
seseorang. Memori keterampilan sering kali dihubungkan dengan
aktivitas motorik tubuh seseorang, seperti keterampilan yang
terbentuk untuk memukul bola tenis, termasuk memori otomatis pada
(1) pada pandangan ke bola, (2) menghitung hubungan dan
kecepatan bola ke raket dan (3) mengambil kesimpulan secara cepat
pergerakan tubuh, lengan, dan raket yang dibutuhkan untuk memukul
bola seperti yang diinginkan, semua hal tersebut teraktivasi segera
berdasarkan permainan tenis yang dipelajari sebelumnya, kemudian
beralih ke pukulan berikutnya dalam permainan seraya melupakan
detail pukulan sebelumnya.9 Tidak Seperti Memori deklaratif, memori
keterampilan dapat berlangsung tanpa disadari tentang apapun yang
telah dipelajari. Pasien dengan skizofrenia dilaporkan mengalami
6
defisit memori deklaratif maupun keterampilan, terbukti pada 110
penelitian yang dilakukan oleh Cirello dan seidman. Terbukti saat
dilakukan tes pembelajaran daftar verbal dan nonverbal mereka gagal
melakukannya. Pada test encoding semantik dan mnemonik, pasien
dengan skizofrenia mengalami kesulitan dalam proses mengkode dan
pengambilan memori.8
2. Konsentrasi/perhatian
Adalah usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada
pengalaman tertentu. Gangguan perhatian meliputi ketidakmampuan
memusatkan perhatian, mempertahankan perhatian ataupun
mengalihkan perhatian.4 Pasien skizofrenia mengalami gangguan
konsentrasi/perhatian, yang mengakibatkan kesulitan mengikuti
percakapan sosial dan ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi.
Kegiatan sederhana juga sulit dilakukan oleh penderita skizofrenia
seperti membaca dan menonton televisi.6 Pada saat wawancara,
pasien diminta untuk menghitung 100 dikurangi 7 secara serial
sebanyak 7 kali, cara sederhana ini membutuhkan kapasitas kognitif
dan konsentrasi yang utuh. Sedangkan perhatian dinilai dengan
kalkukasi atau meminta pasien mengeja dari belakang huruf yang
terdapat pada kata DUNIA atau dapat pula ditanyakan nama benda
yang dimulai dengan huruf tertentu.5
7
sama, sebagian besar kontrol dapat mengingat setidaknya 13 kata
sementara pasien schizofrenia rata-rata hanya dapat mengingat 9
kata dari 16 kata. Selain itu, dibanding dengan sampel kontrol, pasien
dengan skizofrenia juga mengalami kesulitan dalam belajar dari waktu
ke waktu. Sedangkan pada uji visual pasien diminta untuk
menggambarkan bentuk yang angka atau benda yang diperlihatkan
oleh pemeriksa atau menunjukkan angka yang mereka sebelumnya
lihat. Namun uji visual ini tidak semudah dan sensitif seperti pada uji
verbal dan masih perlu dilakukan penelitian.6
4. Kecepatan pemrosesan
Kecepatan pemrosesan mengacu pada jumlah respons yang
benar yang bisa dilakukan seseorang dalam suatu tugas tertentu
dalam kurun waktu tertentu. Gangguan kognitif ini biasanya dikaitkan
dengan pengurangan volume gray matter pada area prefrontal dan
temporal yang disertai perubahan white matter yang luas.13
Banyak tes neurokognitif mengharuskan subjek penelitian
untuk mengolah informasi dengan cepat dan dapat terganggu oleh
karena gangguan kecepatan pemrosesan. Contoh standar dari tes ini
adalah the Wechsler adult intelligence scale digit symbol test, dimana
setiap angka (1 sampai 9) dikaitkan dengan simbol sederhana yang
berbeda. Subjek diminta untuk menyalin sebanyak mungkin simbol
yang terkait dengan angka tersebut dalam waktu 120 detik. 6
Penelitian membuktikan karena adanya gangguan kecepatan
pemrosesan informasi olehnya, memediasi gangguan kognitif lain
pada skizofrenia seperti gangguan perhatian, fungsi eksekutif, memori
kerja, kelancaran verbal dan kognisi sosial. Hal yang penting adalah
gangguan neurokognitif ini berhubungan dengan berbagai aspek
skizofrenia yang penting secara klinis seperti perawatan diri, masa
kerja, fungsi sosial dan kehidupan mandiri.13 Pasien yang mengalami
efek samping obat seperti mengantuk dan ekstrapiramidal syndrome
8
berpengaruh terhadap kecepatan pemrosesan informasi pada
pasien.6
5. Penalaran/pemecahan masalah
Penalaran dan pemecahan masalah biasanya dikaitkan dengan
fungsi eksekutif.6 Menurut Jonides (1999) fungsi eksekutif
menunjukkan bahwa ada setidaknya lima komponen utama (1)
perhatian dan penghambatan, (2) manajemen tugas, (3) perencanaan,
(4) pemantauan, dan (5) coding sementara.8 Tes yang paling terkenal
dan sering digunakan pada penelitian pasien skizofrenia adalah
Wisconsin Card Test (WCST). Dalam tes ini pasien diberikan
setumpuk kartu dengan berbagai bentuk, jumlah dan warna.
Kemudian mereka diminta untuk mencocokkan kartu tersebut
berdasarkan warna, bentuk dan jumlah atau angka. Pasien dengan
skizofrenia sama seperti pasien dengan kerusakan lobus frontal,
biasanya mereka melakukan kesalahan pada tes ini.6
Penting diketahui bahwa selain fungsi eksekutif, WCST juga
dapat menilai kewaspadaan serta memori visual individu.
Keberhasilan dalam aspek ini sering diukur dari kemampuan
seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungannya, baik di
lingkungan masyarakat maupun di tempat kerjanya, dimana biasanya
terjadi perubahan aturan di masyarakat dan tempat seseorang
bekerja. Pada pasien skizofrenia yang mengalami gangguan
penalaran dan pemecahan masalah sering mengalami kesulitan
beradaptasi dengan perubahan yang cepat di sekitar mereka. 6
6. Kognisi sosial.
Kognisi sosial mengacu pada keterampilan untuk persepsi,
interpretasi, dan pemrosesan informasi sosial. Keterampilan kognisi
sosial sangat penting untuk memahami dan mendapatkan manfaat
9
dari lingkungan sosial. Sebagian besar penelitian terbaru tentang
kognisi sosial telah menggunakan langkah-langkah berikut: 10, 12
1) Theory of Mind (ToM) disebut juga mentalisasi, atau empati
kognitif dimana ToM ini mengacu pada kemampuan seseorang
untuk membuat sebuah kesimpulan tentang keyakinan, watak dan
niatan orang lain.
2) Proses emosi, mengacu pada kemampuan untuk mengidentifikasi
atau mengenali tampilan emosi baik dari ekspresi wajah dan atau
selain wajah seperti suara, memfasilitasi, memahami, dan
mengelola emosi.
3) Persepsi sosial dan pengetahuan sosial, dimana persepsi sosial
mengacu pada kemampuan untuk menggunakan isyarat verbal
dan non verbal untuk mengidentifikasi konteks sosial, peran
(misalnya, sifat hubungan antara orang-orang), dan aturan.
Sedangkan pengetahuan sosial mengacu pada kesadaran akan
konteks tertentu dan aturan mana yang berlaku di dalamnya.
Karena keduanya tumpang tindih, sebabnya kadang-kadang
digabungkan menjadi satu.
4) Bias atribusi: Ini mengacu pada cara seorang individu biasanya
merespons peristiwa; khususnya, jenis kesimpulan tentang
penyebabnya. Misalnya, kecenderungan untuk menyimpulkan
bahwa suatu tindakan adalah hasil dari niat bermusuhan seorang
aktor disebut bias atribusi bermusuhan.
Pasien dengan skizofrenia cenderung mengalami penurunan kognisi
sosial untuk setiap langkah-langkah kognisi sosial yang telah
dijabarkan di atas. 10, 12
10
Menurut The MATRICS Consensus Cognitive Batteries, ada
sejumlah test yang dapat digunakan untuk menilai berbagai gangguan
neurokognitif pada skizofrenia sebagaimana dalam tabel berikut.14
11
Dopamin terlibat dalam mengontrol pergerakan, kognisi, afek dan
neuroendokrin. Khusus fungsi kognisi diatur pada jaras dopamin pada
mesokorteks.
b. Gangguan morfologi dan fungsional otak
Tidak ada gangguan fungsional dan struktur otak yang
patognomonik ditemukan pada penderita skizofrenia. Meskipun
demikian beberapa gangguan organik dapat terlihat (telah direplika
dan dibandingkan) pada subpopulasi pasien dengan skizofrenia.
Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga
dan lateral, yang kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan
penyakit dan atropi bilateral lobus temporal medial, serta yang lebih
spesifik yaitu gangguan girus parahipokampus, hipokampus dan
amigdala dan disorientasi spasial sel piramid hipokampus.
Lokasi otak yang terganggu menentukan gangguan perilaku
yang ditemui pada skizofrenia misalnya, gangguan hipokampus
dikaitkan dengan defisit memori dan atropi lobus frontalis dihubungkan
dengan simtom negatif skizofrenia. Korteks prefrontal berperanan
pada fungsi eksekutif. Gangguan regio korteks prefrontal pada
skizofrenia bermanifestasi sebagai defisit pada memori kerja,
persepsi, atensi dan smooth pursuit eye movement.
Skizofrenia juga dikaitkan dengan diskoneksi jaringan saraf.
Disampingkan itu, gangguan integritas fungsional sistem otak
mendasari terjadinya gangguan memori kerja, atensi dan gangguan
pengolahan informasi sensorik. Disfungsi pada sikuit kortiko-
serebelum-talamik-korteks dapat pula menyebabkan gangguan fungsi
kognitif.
Gangguan fungsi hemisfer kiri, gangguan transmisi dan
pengurangan ukuran korpus kalosum, pengecilan vermis cerebri,
penurunan aliran darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal
(dilihat dengan PET), kelainan EEG, EP P300 auditorik (dengan
QEEG) dapat pula terjadi pada Skizofrenia. Gangguan ini dapat
12
bermanifestasi dengan sulitnya memusatkan perhatian, perlambatan
waktu reaksi, serta berkurangnya kemampuan menamakan benda.
13
SKIZOFRENIA YTT (F20.9)
IDENTITAS PASIEN
No. Reg / No. Status : 113004
Tanggal Masuk RS : 13 Desember 2019
Nama : Tn. Sy
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Bone/ 6 Desember 1973
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Guru
Alamat : Bone
Diagnosis Sementara : Skizofrenia YTT (F20.9)
Diagnosis banding : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
I. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Keluhan dan gejala
Seorang laki-laki usia 46 tahun datang ke IGD RSKD DADI
untuk ketiga kalinya diantar oleh keluarga dengan keluhan
gelisah yang dialami sejak 1 bulan yang lalu dan memberat 5
hari terakhir. Sejak 1 bulan yang lalu, pasien sering mondar-
mandir di rumah dan selalu ingin keluar rumah. Pasien kadang
marah jika statementnya dibantah. Pasien sering bicara tidak
nyambung. Pasien juga sering meyakini dirinya sebagai Imam
Mahdi, seorang keturunan nabi yang diturunkan untuk
14
menyelamatkan umat muslim. Selain itu, setiap hari pasien juga
sering mendengar suara laki-laki yang diyakininya sebagai
malaikat jibril. Suara tersebut seringnya memberikan pasien
petunjuk untuk menyelamatkan orang-orang sekitarnya seperti
menyembuhkan orang lain dengan membaca shalawat nabi.
Pasien mengatakan dia sudah beberapa kali ke surga, dan
bertemu dengan Allah. Pasien sering marah-marah dan ingin
menceraikan istrinya karena menurutnya cara berpakaian
istrinya menurutnya tidak sesuai agama islam dan hal tersebut
membuat dia tidak bisa masuk surga, padahal istri pasien datang
dengan pakaian sopan dan tertutup sesuai dengan perintah
agama islam. Selama 5 hari terakhir, cara berpakaian pasien
tidak seperti biasanya yaitu pasien selalu mengikatkan
kepalanya dengan sorban kemanapun pasien pergi. Kadang,
pasien mencoba membakar tangannya dengan korek api untuk
meyakinkan orang lain bahwa dirinya hebat bisa tahan dari api.
Pasien sering marah-marah karena keluarganya tidak mau
percaya dengan kehebatannya. Sehari sebelum masuk dibawa
ke rumah sakit keluarga pasien melihat pasien shalat berjamaah
diluar mesjid, tidak mengikuti shaf. Nafsu makan pasien baik,
pasien sulit tidur dan perawatan diri kurang.
15
4. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis
sebelumnya
Tidak ada
16
merasa dirinya tidak sakit. Riwayat pengobatan, Risperidon 2 mg
2x1, clozapine 25 mg 1x1 (malam).
2. Riwayat Masa Kanak Awal (sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Pasien dirawat oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan
dan perkembangan pasien pada masa anak-anak awal seperti
berjalan dan berbicara sesuai dengan perkembangan anak
seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol. Waktu
kecil mampu bermain bersama adik-adik dan teman sebayanya.
17
lomba bacaan Quran dan hafalan surah dan menjadi juara ke
dua, kemudian pasien juga fasih dalam bahasa Arab. Pasien
kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
sekolah negeri di daerahnya, saat itu pasien dikenal sebagai
anak yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman,
setelahnya pasien melanjutkan kuliah jurusan agama di
Universitas Swasta di Makassar dan mendapat gelar sarjana.
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= bersaudara
18
= menikah
= pasien
= meninggal
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya.
19
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan:
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf
pendidikan sarjana strata pertama.
2. Daya konsentrasi : terganggu
3. Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
4. Daya ingat
Jangka panjang : terganggu
Jangka pendek : terganggu
Jangka segera : terganggu
5. Pikiran abstrak : terganggu
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Kurang
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : ada, halusinasi auditorik (pasien mendengar
suara laki-laki yang diyakininya sebagai malaikat jibril dan Allah
yang memberinya petunjuk untuk menyelamatkan orang-orang
sekitarnya seperti menyembuhkan orang lain)
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontuinitas : Cukup relevan
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
20
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan isi pikiran : ada, waham kebesaran (pasien
mengaku sebagai imam Mahdi dan bisa berkomunikasi secara
langsung dengan Allah SWT)
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : terganggu
2. Uji daya nilai : terganggu
3. Penilaian realitas : terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 1 (Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit).
c. Tanda vital
- Nadi : 88x/menit
- Suhu : 36,7 °C
- Pernapasan : 20x/menit
21
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan
B. Status Neurologis
a. GCS : E4M6V5
c. Tanda ekstrapiramidal
- Keseimbangan : baik
e. Kesan : normal
22
Selama 5 hari terakhir, cara berpakaian pasien tidak seperti biasanya
yaitu pasien selalu mengikatkan kepalanya dengan sorban
kemanapun pasien pergi, mencoba membakar tangannya dengan
korek api untuk meyakinkan orang lain bahwa dirinya hebat bisa tahan
dari api.
Sehari sebelum masuk dibawa ke rumah sakit keluarga pasien melihat
pasien shalat berjamaah diluar mesjid, tidak mengikuti shaf. Nafsu
makan pasien baik, pasien sulit tidur dan perawatan diri kurang
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan afek
inappropriate, gangguan persepsi ada halusinasi auditorik, dan
gangguan isi pikir waham kebesaran, serta gangguan fungsi
intelektual berupa gangguan konsentrasi, orientasi, daya ingat dam
kemampuan menolong diri kurang.
23
sehingga diagnosa Gangguan mental dapat disingkirkan dan
didiagnosa dengan Gangguan jiwa psikotik non organik
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya
beberapa gejala yaitu halusinasi auditorik dan waham yang jelas.
Hal ini sudah berlangsung lebih dari 1 bulan sehingga berdasarkan
PPDGJ III pasien didiagnosis sebagai Skizofrenia (F20). Namun
pasien tidak dapat digolongkan pada jenis-jenis skizofrenia
manapun sehingga di diagnosis Skizofrenia YTT (F20.9).
Aksis II
Berdasarkan data premorbid, belum cukup data untuk
mengarahkan ke salah satu ciri kepribadian.
Aksis III
Tidak ada
Aksis IV
Stressor psikososial tidak jelas.
Aksis V
GAF scale 50-41 (gejala berat (serious), disabilitas berat).
V. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Tidak terdapat kelainan yang spesifik, namun diduga terdapat
ketidakseimbangan antara neurotransmitter maka pasien
memerlukan farmakoterapi.
2. Psikologi
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang pekerjaan, dan
penggunaan waktu senggang sehingga pasien memerlukan
sosioterapi.
24
VI. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi :
- Risperidone 2 mg
1 tablet/ 12 jam/ oral
- Clozapin 25 mg
I tablet/ 24 jam/ oral (malam)
Psikoterapi
- Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu
pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya.Memberi
penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul
selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum
obat secara teratur.
- Ventilasi
Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati
dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling
Membantu pasien untuk dapat merubah keyakinan pasien yang
negative, irrasional dan mengalami penyimpangan (distorsi)
menjadi positif dan rasional sehingga secara bertahap mempunyai
reaksi somatic dan perilaku yang lebih sehat dan normal.
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan
memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar
tetap minum obat secara teratur
- Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien
sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan
dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.
25
VII. PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam : Bonam
b. Quo Ad Functionam : Dubia ad Malam
c. Quo Ad Sanationam : Dubia ad Malam
Faktor pendukung:
- Tidak terdapat riwayat keluarga yang mengalami gangguan
jiwa
Faktor Penghambat :
- Berlangsung kronik
VIII. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan
penyakitnya, serta menilai efektifitas terapi dan kemungkinan
terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.
1. Hari ke-3 (tanggal 15 Desember 2019)
Subjektif:
Pasien tampak tenang. Pasien merasa bingung mengapa
dia harus dirawat dan tidak mau minum obat. Pasien masih
mendengar suara laki-laki namun tidak terus-menerus seperti
sebelumnya, pasien juga masih berkomunikasi dengan Allah.
Pasien juga masih meyakini dirinya imam Mahdi. Nafsu makan
baik, tidur cukup, pasien mau mandi.
Objektif :
Kontak mata : ada
Aktivitas Psikomotor : tenang
26
Verbalisasi : spontan, lancar, intonasi biasa
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
Afek : inappropriate
Gangguan persepsi : ada, halusinasi auditorik (pasien
mendengar suara laki-laki yang diyakininya sebagai malaikat
jibril dan Allah yang memberinya petunjuk untuk
menyelamatkan orang-orang sekitarnya seperti menyembuhkan
orang lain)
Arus pikir : Cukup relevan
Gangguan isi pikir : Waham kebesaran (pasien mengaku
sebagai imam Mahdi dan bisa berkomunikasi secara langsung
dengan Allah SWT)
Tilikan : Derajat 1 (Penyangkalan penuh bahwa
dirinya sakit).
Assesment : Skizofrenia YTT (F20.9)
Planning:
R/ Risperidone 2 mg (1 tablet/ 12 jam/ oral)
Clozapin 25 mg (I tablet/ 24 jam/ oral (malam))
27
Afek : inappropriate
Gangguan persepsi : ada, halusinasi auditorik (pasien
mendengar suara laki-laki tersebut namun hanya saat siang
hari )
Arus pikir : Cukup relevan
Gangguan isi pikir : Waham kebesaran (pasien mengaku
sebagai imam Mahdi dan bisa berkomunikasi secara langsung
dengan Allah SWT)
Tilikan : Derajat 1 (Penyangkalan penuh bahwa
dirinya sakit).
Assesment : Skizofrenia YTT (F20.9)
Planning:
R/ Risperidone 2 mg (1 tablet/ 12 jam/ oral)
Clozapin 25 mg (I tablet/ 24 jam/ oral (malam))
28
Arus pikir : Cukup relevan
Gangguan isi pikir : Waham kebesaran (pasien mengaku
sebagai imam Mahdi)
Tilikan : Derajat 1 (Penyangkalan penuh bahwa
dirinya sakit).
Assesment : Skizofrenia YTT (F20.9)
Planning:
R/ Risperidone 2 mg (1 tablet/ 12 jam/ oral)
Clozapin 25 mg (I tablet/ 24 jam/ oral (malam))
29
Assesment : Skizofrenia YTT (F20.9)
Planning:
R/ Risperidone 2 mg (1 tablet/ 12 jam/ oral)
Clozapin 25 mg (I tablet/ 24 jam/ oral (malam))
30
IX. PEMBAHASAN
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas):
31
Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau
Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
Delusion perception : pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi audiotorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti
misalnya mengenai identitas keagamaan atau pulitik, atau
kekuatan dan kemampuan "manusia super" (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus selalu ada
secara jelas dalam kurun waktu satu bulan atau lebih;
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja,
apabila disertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (Over
Valued Ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
32
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolatin), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau
fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor.
d. Gejala-geajala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan lebih (tidak berlaku untuk setiap
fase nonpsikotik prodromal).
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan (over all quality) dari beberapa aspek
perilaku pribadi (personal behavior) bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak betujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.1
33
e. Simtom negatif (berkurangnya ekspresi emosi atau avolisi)
2. Sejak awitan gangguan, untuk periode waktu yang cukup
bermakna terdapat penurunan derajat fungsi dalam satu atau
lebih area penting misalnya fungsi pekerjaan, hubungan
interpersonal, perawatan diri (dibawah derajat yang pernah
dicapai sebelum awitan). Bila awitannya terjadi pada masa anak
dan remaja, terdapat kegagalan dalam mencapai, derajat fungsi
pekerjaan, akademik dan hubungan interpersonal yang
diharapkan.
3. Tanda-tanda, secara terus menerus, menetap paling sedikit
enam bulan. Dalam periode enam bulan tersebut harus terdapat
paling sedikit satu bulan simtom (bisa kurang bila berhasil
diterapi) pada Kriteria A (simtom-simtom pada fase aktif) dan
juga dapat termasuk simtom periode prodromal atau residual.
Selama periode prodromal atau residual, tanda-tanda gangguan
dapat bermanifestasi hanya dalam bentuk simtom negatif atau
dua atau lebih simtom yang terdapat pada Kriteria A dalam
derajat yang lebih ringan (misalnya kepercayaan-kepercayaan
aneh, pengalaman persepsi yang tak lumrah).
4. Harus telah disingkirkan gangguan skizoafektif dan depresi atau
gangguan bipolar dengan ciri psikotik;
a. Tidak terdapat secara bersamaan dengan episode manik
atau depresi selama simtom fase aktif.
b. Bila terdapat episode mood selama fase aktif, ia harus
terlihat dalam minoritas durasi total periode aktif atau
residual penyakit.
5. Gangguan yang terjadi tidak disebabkan oleh efek fisiologik zat
(misalnya, penyalahgunaan zat atau medikasi) atau kondisi
medik lainnya.
6. Bila terdapat riwayat gangguan spektrum autisme atau
gangguan komunikasi awitan masa anak, diagnosis tambahan
34
skizofrenia dibuat hanya bila terdapat halusinasi atau waham
yang menonjol. Simtom-simtom lainnya yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis gangguan skizofrenia juga harus terjadi
paling sedikit satu bulan (kurang bila berhasil diterapi).
a) Farmakoterapi
Obat anti-psikosis yang digunakan dalam mengatasi sindrom
psikosis anti-psikosis tipikal dan atipikal. Tipikal mencakup
golongan phenothiazine, butyrophenon, diphenyl butyl piperidine
dan atipikal mencakup golongan benzamide, dibenzodiazepine,
benzisoxazole. Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah
memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di
otak, khususnya di system limbik dan system ekstrapiramidal
(dopamine D2 receptor antagonist) sehingga efektif untuk gejala
positif sedangkan anti-psikosi atipikal untuk gejala positif dan
negatif.2
35
Secara umum efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :
Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada
yang lambat danada yang sampai membutuhkan obat simtomatis
untuk meringankan penderitaan pasien.Efek obat anti-psikosis
secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah
dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. sehingga tidak
langsung menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan,
biasanya 1 bulan kemudian baru gejala sindrom psikosis kambuh
kembali.
36
lebih jernih sehingga lebih aktif berperan dalam kehidupan sehari-
hari. Efek samping yang dialami pasien setelah mengkonsumsi
sopavel yaitu pasien sering merasa mengantuk.2
b) Psikoterapi
Psikoterapi bermanfaat untuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya
pola perilaku maladaptif atau gangguan psikologik. Psikoterapi
dapat diberikan secara individual, kelompok, atau pasangan
sesuai dengan gangguan psikologis yang dialaminya.2
37
DAFTAR PUSTAKA
38
9. Tanzil, A. Korteks serebri, Fungsi Intelektual otak, Proses Belajar, dan
Memori dalam Guyton and Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
12. Singapore: Elseviar. 2016.
10. Harvey, P. Cognition, Social Cognition, and Functional Capacity in
Early-Onset Schizophrenia. Child Adolescense Psychiatric Clinic North
America. 2020. 29 (1); 171-182.
11. Lewis, DA dan Glausier JR. Alterations in prefrontal cortical Circuitry
and Cognitive Dysfunction in Schizophrenia dalam The
Neuropsychopathology of Schizofrenia Molecules, Brain systems,
Moivation and Cognition. Switzerland: Springer International
Publishing. 2016.
12. Kayman, Dj dan Goldstein, MF. Cognitive Deficits in Schizophrenia.
Current Translational and Experimental Gerontology Report Volume 1
Issue 1.USA: Springer. 2012.
13. Cassetta, BD dan Goghari VM. Working memory and processing
speed training in schizophreni: study Protocol for a randomized
controlled trial. 2016.
14. Kern, RS dan Horan, WP. Definition and Measurement of
Neurocognition and Social Cognition dalam Neurocognition and Social
Cognition in Schizophrenia Patient. Switzerland: S Karger AG. 2010.
39
40