PENDAHULUAN
Kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak
eksistensinya di masyarakat. Istilah waria dan homo bukan lagi menjadi kata
yang asing pada setiap orang. Istilah homo atau homeseksual diciptakan pertama
kali oleh Dr. K.M Kertbeny pada tahum 1869. Kata homo berasal dari bahasa
Yunani yang berarti sama, dan kata seks yang memiliki arti jenis kelamin. Istilah
ini merujuk kepada ketertarikan seseorang terhadap sesama jenisnya.
Pada tahun 1920 muncul komunitas homo seksual di kota besar Hindia-
Belanda. Pada tahun 1969, berlangsung pertikaian antara waria dan gay dengan
polisi yang dikenal dengan istilah huru-hara Stonwell, yang terjadi di New York,
Amerika. Kejadian tersebut menjadi langkah awal bagi waria dan gay dalam
mempublikasikan keberadaan mereka. Pada tahun yang sama, mulai muncul
organisasi waria yang bernama Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD). Organisasi
tersebut merupakan organisasi waria pertama di Indonesia yang terletak di
Jakarta dan difasilitasi oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta Raya.
1
Yayasan atau organisasi waria semakin banyak di Indonesia dari tahun ke tahun.
Tidak pernah terdapat catatan pasti mengenai kapan tepatnya muncul
penyimpangan perilaku yang dilakukan kaum waria dimulai. Fenomena
pembangunan kota di Indonesia memnerikan pengaruh yang sangat besar dalam
kehidupan waria, dengan salah satu contoh adalah pembangunan taman-taman
kota yang ramai dikunjungi masyarakat.
2
Berdasarkan dari paparan ayat-ayat diatas, sudah jelas bahwa perilaku
waria sangat tidak diperbolehkan oleh makhluk ciptaan tuhan dalam ajaran
agama Islam dan Kristen serta agama manapun.
3
Dalam ranah pekerjaan, kaum waria hanya dapat melakukan pekerjaan-
pekerjaan non-formal, yang dikarenakan dampak dari penolakan dimata
masyarakat, sepeerti: kerja disalon, pengamen, penata rias, perancang busana,
pekerja seks komersial, dan lain sebagainya yang menunjukkan keminoritasan
kaum waria.
4
pelacur untuk memenuhi kebutuhan material maupun biologis. Waria
merupakan kaum yang paling marginal. Penolakan terhadap waria tidak terbatas
rasa “jijik”, mereka juga ditolak untuk mengisi ruang-ruang aktivitas dari pegawai
negeri, karyawan swasta, atau berbagai profesi lain. Bahkan dalam mengurus
KTP, persoalawan waria juga mengundang penolakan dan permasalahan, maka
sebagian besar akhirnya turun dijalan untuk mencari kebebasan.
Perilaku yang tidak adil terhadap waria, tidak lain adalah disebabkan
kurang adanya pemahaman masyarakat tentang perkembangan perilaku dan
dimana dinamika psikologis yang dialami oleh para waria, sebab selama ini
pemberitaan-pemberitaan media, baik media cetak maupun media elektronik,
belum sampai menyentuuh pada wilayah tersebut. berdasar atas realitas
tersebut peneliti menganggap penting untuk memahami lebih dalam mengenai
waria, kebutuhan-kebutuhan atau dorongan yang mengarahkan dan memberi
energi pada waria, tekanan tekanan yang dialami, konflik-konflik yang terjadi,
hingga bagaimana mekanisme pertahanan diri yang akan digunakan oleh waria
tersebut.
5
Berdasarkan Paparan diatas, masalah mengenai sosok waria ini sangat
menarik untuk diteliti secara ilmiah, dan permasalahan waria di Indonesia ini
tidak akan pernah berhenti serta berkesinambungan. Oleh karena itu, peneliti
sangat tertarik dengan topik waria ini.
6
1. Untuk mengetahui mengapa mereka memilih menjadi waria
2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku waria di Kota Palopo
3. Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap waria di Kota
Palopo
4. Untuk mengetahui bagaimana waria mampu mengendalikan emosinya
5. Untuk mengetahui bagaimana waria menikmati kehidupan sehari-hari
berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, wawasan, serta informasi
terhadap kajian pengembangan teori ilmu-ilmu sosiologi khususnya
tentang interaksi sosial yang berkaitan dengan perilaku waria dengan
masyarakat.
b. Dapat memberikan sumbangan teoritis bagi disiplin ilmu psikologi,
khususnya psikologi social mengenai penerimaan diri dan pemunculan
diri pada waria.
c. Dapat memberikan sumbangan informasi bagi peneliti lain yang ingin
mengadakan penelitian-penelitian lanjutan mengenai waria, terutama
yang berkaitan dengan penerimaan dan presentasi diri pada waria.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan acuan
kalangan yang tertarik dan terlibat dalam kehidupan waria serta
membantu dalam penyusunan pelatihan dan pemberdayaan waria bagi
pemerintah.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8
Ragam bahasa menurut medium pembicaraan dibedakan atas
ragam lisan yang dibedakan atas ragam percakapan, ragam pidato dan
sebagainya serta ragam tulis yang dibedakan atas ragam undang-undang,
ragam catatan, ragam surat-menyurat dan sebagainya.
9
Ragam bahasa mengalami gangguan campuran atau interferensi
berkaitan dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing yang masuk
dan kemudian mengganggu kefektifan penyampaian informasi.
c. Gaya konsultatif
10
d. Gaya kasual (Casual).
11
b. Kalimat-kalimat yang terpakai di dalam tipe tutur ini biasanya ditandai
oleh penggunaan kata tunjuk ini dan itu, partikel sih, deh, dong dan kok,
dan juga injeksi, seperti lho, lha, aduh, e dan sebagainya.
g. Topik pembicaraan yang tidak tentu, berganti topik secara tiba-tiba dari
satu topik ke topik yang lain. Bahkan kadang-kadang bersifat tidak
relevan dengan topik pembicaran.
12
2.2 Definisi Linguistik dan Sosialinguistik
13
3. Fonologi : cara bahasa yang berbeda mengatur suara untuk
menyampaikan perbedaan makna.
14
Jadi, sosiolinguistik ialah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan
dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (2004 : 1), bahwa bahasa
adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa symbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengembangan bahasa di TK
ialah usaha atau kegiatan mengembangkan kemampuan anak untuk
berkomunikasi dengan lingkungan melalui bahasa.
15
Anak TK ialah individu yang mengalami suatu proses pertumbuhan
dan perkembanga. Pada usia ini anak berada dalam keadaan yang sangat
peka untuk menerima rangsangan dari luar. Rasa ingin tahu dan sikap
yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang paling menonjol.
16
2.4 Pengertian Waria
17
Mereka sering terjerumus pada dunia pelacuran dan hal-hal lain
yang menurut agama, aturan, dan nilai masyarakat menyimpang. Secara
fisik memang menggambarkan mereka adalah laki-laki tetapi sifat dan
perilaku menggambarkan wanita.
18
Stereotipe negatif yang dialamatkan kepada waria tidak jarang ada yang
berbuah menjadi tindakan kekerasan. Tidak sedikit waria yang pernah
mengalami kekerasan, baik fisik maupun verbal, ketika sedang
menjalankan pekerjaan atau sedang melakukan aktivitas lain seperti
mengikuti seminar.
19
b. Waria, secara fisik ingin berpenampilan seperti wanita dan
secara psikologis mereka mengidentifikasi dirinya sebagai
wanita. Secara biologis, para waria adalah pria dengan organ
reproduksi pria meski ada beberapa waria yang kemudian
berganti kelamin melalui operasi. Namun demikian, organ
reproduksi yang baru tersebut tidak bisa haid seperti organ
reproduksi wanita. Misalnya, tidak bisa haid dan tidak bisa
hamil karena tidak punya sel telur dan rahim. Perlu diketahui
bahwa seorang pria yang berperilaku mirip perempuan, belum
tentu memiliki orientasi seksual homoseks. Banyak juga pria
dengan perilaku seperti itu yang orientasi seksualnya
heteroseks (Junaidi, 2012: 43-44).
20
Paling tidak dapat dikatakan bahwa tidak semua waria adalah
transeksual, atau dengan kata lain terdapat kemungkinan individu-
individu transeksual terdapat di dalam komunitas kelompok waria ini
(Yash, 2003: 36-37).
Transsexual homoseksual
Transsexual homoseksual, yaitu seorang transsexual
yang memiliki kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang
sama sebelum ia sampai ke tahap transsexual murni.
21
Transsexual yang heteroseksual
Transsexual yang heteroseksual, yaitu seorang
transsexual yang pernah menjalani kehidupan heteroseksual
sebelumnya. Misalnya pernah menikah.
22
Adapun variasi bahasa yang digunakan oleh kalangan waria dapat
diklasifikasikan ke dalam bentuk jargon, slang, akronim, dan bentuk
plesetan.
1. Jargon
Jargon merupakan kosakata yang khas yang dipakai
dalam bidang kehidupan tertentu,seperti yang dipakai
oleh montir-montir mobil, tukang kayu, guru bahasa,
dan sebagainya, dan yang tidak dipakai dan sering tidak
digunakan oleh orang dari bidang lain (Kridalaksana,
2008:98). Jargon yang digunakan oleh kalangan waria
lebih khusus pada pekerjaan mereka sebagai pengelola
salon, artinya bahwa jargon digunakan oleh sesama
waria pada saat ada pelanggan yang datang ke salon.
2. Slang
Slang adalah variasi bahasa yang dibuat oleh
sekelompok masyarakat tertentu yang dipergunakan
sebagai babahasa dalam pergaulan dengan sesama
komunitas pemakai bahasa tersebut (Padmadewi, Ni
Nyoman; Merlina, P.D.; Saputra, N.P.H, 2014:9). Slang
yang digunakan oleh para waria di Salon Ona
merupakan slang yang digunakan oleh kalangan waria
pada umumnya.
3. Akronim
Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan
huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan
dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah
fonotatik bahasa bersangkuan (Kridalaksana, 2008:5).
Dalam berinteraksi para waria juga menggunakan
akronim dalam berkomunikasi antar sesamanya.
23
4. Bentuk Plesetan
Plesetan merupakan bentuk dalam situasi tidak resmi
yang pembentukannya menggunakan lambang dan
istilah tertentu yang tentu saja ingin memaknakan
sesuatu. Plesetan mengutamakan atau memanfaatkan
secara maksimal pembentukan berbagai pertanyaan
dan aneka makna secara maksimal pembentukkan
berbagai pernyataan dan aneka makna secara
“sewenang-wenang” karena memiliki kaitan dengan
makna sebenarnya.
a. Biogenik
Seseorang menjadi waria disebabkan atau dipengaruhi
oleh faktor biologis atau jasmaniah, dimana yang
bersangkutan menjadi waria dipengaruhi oleh lebih
dominannya hormon seksual perempuan dan
merupakan faktor genetik seseorang. Selain itu, neuron
yang ada di waria sama dengan neuron yang dimiliki
perempuan. Dominannya neuron dan hormon seksual
perempuan mempengaruhi pola perilaku seseorang
menjadi feminim dan berperilaku perempuan.
24
a. Psikogenik
Seseorang menjadi waria juga ada yang disebabkan
oleh faktor psikologis, dimana pada masa kecilnya,
anak laki-laki menghadapi permasalahan psikologis
yang tidak menyenangkan baik dengan orang tua, jenis
kelamin yang lain, frustasi hetereseksual, adanya iklim
keluarga yang tidak harmonis yang mempengaruhi
perkembangan psikologis anak maupun keinginan
orang tua memiliki anak perempuan namun
kenyataannya anaknya adalah seorang laki-laki. Kondisi
tersebut, telah menyebabkan perlakuan atau
pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan dan
telah membentuk perilaku laki-laki menjadi feminim
bahkan kewanitaan.
b. Sosiogenik
1. Keadaan lingkungan sosial yang kurang kondusif
akan mendorong adanya penyimpangan perilaku
seksual. Berbagai stigma dan pengasingan
masyarakat terhadap komunitas waria
memposisikan diri waria membentuk atau
berkelompok dengan komunitasnya.Kondisi
tersebut ikut mendorong para waria untuk
bergabung dalam komunitasnya dan semakin
matang menjadi seorang waria baik dalam perilaku
maupun orientasi seksualnya.
25
3. Pada keluarga tertentu, kesalahan pola asuh yang
diterapkan oleh keluarga terhadap anggota
keluarganya terutama yang dialami oleh anak laki-
lakinya dimasa kecil. Seperti keinginan orang tua
memiliki anak perempuan, sehingga ada sikap dan
perilaku orang tua yang mempersepsikan anak
lelakinya sebagai anak perempuan dengan
memberikan pakaian anak perempuan, maupun
mendandani anak laki-lakinya layaknya seperti anak
perempuan.
a. Permasalahan Internal
26
3. Merasa ditolak dan didiskriminasi mengakibatkan
permasalahan terutama dalam kehidupan sosial,
pendidikan, akses pekerjaan baik formal maupun
informal. Implikasinya adalah banyak waria merasa
kesulitan memperoleh pekerjaan, pendidikan,
maupun terhambat dalam proses interaksi sosial.
b. Permasalahan eksternal
1. Permasalahan Keluarga
Dalam konteks integrasi dengan keluarga, para
waria seringkali dianggap sebagai aib dan
mendatangkan kesialan dalam keluarga sehingga
banyak diantara mereka tidak mengakui,
mengucilkan, membuang, menolak, mencemooh
dan bahkan mengasingkan. Selain itu, juga
keluarga menutup atau menarik diri dari
masyarakat.
2. Permasalahan masyarakat
Para waria dan komunitasnya dianggap sebagai
sosok yang melakukan penyimpangan yang
banyak menimbulkan masalah di lingkungan
masyarakat. Terutama dari segi permasalahan
seksual yang dapat mempercepat penyebaran IMS
(Infeksi Menular Seksual) dan HIV/AIDS.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
bersifat deskriptif, mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi
dengan fokus dan memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan
data, rancangan penelitian bersifat sementara, hasil disepakati kedua pihak yaitu
peneliti dan subjek penelitian.
Fokus penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah Campur Kode
dalam Ragam Bahasa Khusus Waria di Kota Palopo Suatu Tinjaun Linguistik.
29
melalui wawancara dan alat bantu yang digunakan dalam proses wawancara.
Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul.
Dalam penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari sumbernya sehingga dapat memberikan keterangan
secara jelas dan nyata. Cara memperoleh data dilakukan
dengan wawancara/interview yang dilakukan dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dibuat oleh
peneliti dan juga tanpa menggunakan yang berpedoman
pada daftar pertanyaan karena materi diharapkan
berkembang sesuai dengan jawaban informasi dan situasi
yang berlangsung
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi
pustaka, dipergunakan untuk mencari konsep-konsep, teori-
teori, pendapat-pendapat yang berhubungan erat dengan
pokok permasalahan dengan mengambil bahan-bahan
kepustakaan, perundang-undangan, yurisprudensi atau
keputusan-keputusan pengadilan yang erat hubungannya
dengan judul penelitian ini.
30
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Walaupun sudah dilakukan interview, peneliti akan melakukan
observasi untuk memperoleh informasi-informasi mengenai
perasaan-perasaan subjek penelitian. Peneliti juga melakukan
pencatatan tentang perasaan subjektif dan sikap pribadi sebagai
peneliti atas tema-tema yang dibahas. Selain itu tujuan observasi
adalah untuk mendapat data tentang suatu masalah sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
2. Wawancara
Berdasar taxonomi bentuk pertanyaannya, wawancara dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bentuk yaitu verbal dan non verbal.
Ada dua bentuk pertanyaan verbal yaitu pertanyaan langsung dan
tidak langsung; sementara itu untuk yang non verbal juga mempunyai
dua bentuk pertanyaan yaitu overt dan covert. Sementara itu
pertanyaan langsung dari verbal mempunyai dua bentuk yaitu
terbuka dan tertutup.
31
Wawancara partisipatif pada umumnya berbentuk verbal terstruktur
maupun tidak, terbuka maupun tertutup. Yang membedakan adalah
adanya kecenderungan responden tidak menyadari kalau tengah
diinterview, karena peneliti memanfaatkan momen-momen khusus.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan dalam upaya melengkapi data-data
yang telah diperoleh berupa gambaran penelitian, keadaan populasi
dan data yang digunakan melalui dokumen-dokumen yang
berhubungan denganpermasalahan atau dengan kata lain sumber
data sekunder.
32
1. Sumber
2. Teknik
33
BAB IV
34
• Penggunaan Kosakata Bahasa Waria
35
5. Pembawa sial
36
3. Penggunaan kalimat tanya pada bahasa waria:
37
12. Dendang artinya elekton
38
33. Orro artinya tahu
39
54. Wandu artinya waria
4.2 Pembahasan
40
merahasiakan informasi, menghaluskan sesuatu yang dianggap vulgar
atau tabu, mengungkapkan sikap dan perasaan hati, dan
menunjukkan keanggotaan seseorang terhadap kelompok sosial
tertentu.
42
Perbedaan makna tersebut hanya bisa di mengerti oleh sekelompok
atau komunitas waria. Bentuk percakapan menggunakan nada atau
intonasi yang berbeda dari masayarakat. Nada dan intonasi yang di
gunakan dalam melakukan percakapan sangatlah aneh dan lucu.
Keanehan dan kelucuan tersebut membuat percakapan menarik saat
didengar.
43
Kosakata bahasa waria di kawasan perkotaan cenderung lebih
modern dan lebih bevariasi. Kosakata bahasa waria di daerah
pedalaman banyak meyerap kosakata setempat. Tujuan penggunaan
bahasa waria dalam tinjauan pragmatik yaitu untuk merahasiakan
pembicaraan dari masyarakat umum karena waria cenderung
membahas hal-hal yang di anggap oleh masyarakat umum kurang
sopan. Penutur dalam hal ini yaitu waria memiliki ciri khas dalam
pemakaian kosakata.
44
memiliki otonomi tersendiri sebagai suatu bahasa yang dijadikan
sebagai suatu sarana komunikasi.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
46
Pada ragam bahasa waria di kota Palopo ditemukan penambahan dan
pergantian suku kata di dalamnya. Penambahan dan pergantian suku kata
tersebut dilakukan untuk menimbulkan efek lucu pada tuturan yang
disampaikan. Peneliti juga menemukan beberapa bentuk identitas, karakteristik,
dan keunikan dari ragam bahasa waria. berikut ini kesimpulannya.
4.2 Saran
47
DAFTAR PUSAKA
http://repository.upi.edu/172/4/S_PSI_0900698_CHAPTER%201.pdf
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/826-Full_Text.pdf
https://repository.usd.ac.id/2203/2/029114131_Full.pdf
48
RIWAYAT HIDUP
Hobby : Membaca
Anak ke- :3
Riwayat Pendidikan
SD : SD Negeri 65 Bua
Ayah : Halmar
Ibu : Asmawati
Ibu : IRT
49
Nama Lengkap : Andi Fatimah Azzahra
Hobby : Membaca
Anak ke- :2
Riwayat Pendidikan
SD : SDN 7 Ponjalae
Ayah : Yanti
Ayah : Wiraswasta
50
Nama Lengkap : Andi Ufrayra Divany
Hobby : Menonton
Anak ke- :1
Riwayat Pendidikan
SD : SDN 30 mattirowalie
Ayah : Wiraswasta
Ibu : IRT
51
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
2. A.FATIMAH AZZAHRA
Kelas : XI MIPA 1
Oleh :
2. A.FATIMAH AZZAHRA
Kelas : XI MIPA 1
i
MOTTO
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul Campur Kode dalam Ragam Bahasa Khusus Waria
di Kota Palopo Suatu Tinjauan Linguistik, sebagai salah satu syarat Ketuntasan
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Semester Genap di SMA Negeri 1 Palopo.
Tahun Pelajaran 2021/2022.
Mengetahui,
Kepala Sekolah,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
kita curahkan kepada Rasulullah SAW.
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, kami membahas mengenai “CAMPUR KODE
DALAM RAGAM BAHASA KHUSUS WARIA DI KOTA PALOPO SUATU TINJAUAN
LINGUISTIK” Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memaparkan bagaimana cara
bicara waria , serta bagaimana mereka melakukan interaksi di lingkungan
sekitarnya. Karya Tulis ini juga dibuat untuk memenuhi tugas para penulis dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Di sini kami para penulis menyadari bahwa hasil KTI ini masih terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan yang ada sehingga kami berharap adanya
kritik serta saran yang membangun guna terciptanya hasil yang lebih baik dan
bermanfaat bagi kami para penulis serta pembaca.
Kami para penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pihak
yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Dorongan dan bantuan
serta pengertian yang besar kepada para penulis semua pihak yang tidak
dapatkan disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
iv
ABSTRAK
Salah satu ragam atau variasi bahasa yang kita kenal adalah variasi sosial
atau sosiolek. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan sosiologis. Variasi ini
menyangkut semua permasalahan pribadi penuturnya seperti usia, pendidikan,
seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan
sebagainya. Dalam variasi sosial yang berkenaan dengan tingkat, status,
golongan, dan kelas sosial penuturnya terdapat beberapa varasi bahasa seperti
akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken.