Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

PENULANGAN BOX GIRDER

4.1. Zona Pengangkuran

Pemindahan gaya dari tendon kepada beton dilakukan dengan mentransfer

gaya pada beton atau dengan pengangkuran. Pada konstruksi box girder pratarik

jalan layang kereta Api Kualanamu, gaya ditansfer oleh ikatan anatara beton dan

baja sepanjang struktur. Gaya prategang ditansfer pada daerah yang terkonsentrasi

pada ujung dari struktur dan disertai dengan tekanan dari gaya prategang tinggi.

Transfer gaya prategang struktur pada pratarik meliputi panjang penyaluran dan

tegangan lekatan, sedangkan zona pengangkuran untuk struktur pascatarik terdiri

dari analogi rangka investigasi pada zona pengangkuran.

4.1.1. Panjang Penyaluran

Menurut SNI 2002, strand yang digunakan untuk struktur beton prategang

pratarik yang terdiri dari tiga atau tujuh kawat harus ditanam diluar daerah

penampang kritis dengan suatu panjang penyaluran Ld tidak kurang dari :

Ld 
1  f se 
 d b 
1
 
f ps  f se db
7 3  7

Di mana :

fse = tegangan efektif pada tulangan prategang,

db= diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang

fps= tegangan pada tulangan prategang pada saat penampang mencapai

kekuatan nominalnya.

53
4.2. Perhitungan Sengkang Untuk Bursting Steel

Pada struktur pascatarik, gaya prategang disalurkan ke beton melalui

mekanisme pengangkuran. Pengangkuran bisa dilakukan dengan sistem kombinasi

angkur hidup dan angkur mati. Pada angkur hidup ujung kabel prategang tidak

dikaikatkan atau dicor langsung pada beton. Hal ini memungkinkan penarikan kabel

dapat dilakukan setiap saat selama tendon belum di-grouting (unbonded). Tujuan

perencanaan terhadap zona pengangkuran ini adalah untuk memberi kepastian bahwa

tegangan yang terkonsentrasi pada ujung – ujung struktur dapat diterima oleh

penampang beton. Berikut ini diberikan gambaran mengenai prosedur perencanaan

zona pengangkuran pada struktur pascatarik.

Gambar 4.1 Bentuk Bursting Steel Tendon

1. Rasio Plat Angkur

a. Arah Vertikal

Rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah vertikal :

ra = a1 / a

Di mana :

ra= rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah vertikal

54
a1= lebar plat angkur arah vertikal

a= lebar sengkang bursting steel arah vertikal

b. Arah Horizontal

Rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah horizontal :

rb = b1 / b

Di mana :

rb= rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah horizontal

b1= lebar plat angkur arah horizontal

b = lebar sengkang bursting steel arah horizontal

2. Sengkang Bursting Steel

a. Arah Vertikal

Bursting steel untuk sengkang arah vertikal :

Pbta = 0.30*( 1 - ra )*Pj

Di mana :

Pbta = sengkang bursting steel arah vertikal

ra= rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah vertikal

Pj= kehilangan gaya prategang akibat gesekan yang terjadi pada angkur (Anchorage
friction)

b. Arah Horizontal

Bursting force untuk sengkang arah horizontal :

Pbtb = 0.30*( 1 – rb )*Pj

Di mana :

Pbtb = sengkang bursting steel arah horizontal

55
rb= rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah horizontal

Pj= kehilangan gaya prategang akibat gesekan yang terjadi pada angkur (Anchorage
friction)

3. Luas Tulangan Sengkang Bursting Steel

a. Arah Vertikal

Luas tulangan sengkang arah vertikal yang diperlukan :

Ara = Pbta / ( 0.85 * fs )

Di mana :

Ara = luas tulangan sengkang bursting steel arah vertikal

Pbta = sengkang bursting steel arah vertikal

fs= tegangan ijin tarik baja sengkang

b. Arah Horizontal

Luas tulangan sengkang arah vertikal yang diperlukan :

Arb = Pbtb / ( 0.85 * fs )

Di mana :

Arb = luas tulangan sengkang bursting steel arah horizontal

Pbtb = sengkang bursting steel arah horizontal

fs= tegangan ijin tarik baja sengkang

4. Jumlah Sengkang Bursting Steel

a. Arah Vertikal

Jumlah sengkang arah vertikal yang diperlukan :

n = Ara / As

Di mana :

56
n = jumlah sengkang arah vertikal yang dibutuhkan

Ara = luas tulangan sengkang bursting steel arah vertikal

As = luas penampang tulangan sengkang bursting steel

fs= tegangan ijin tarik baja sengkang

b. Arah Horizontal

Jumlah sengkang arah horizontal yang diperlukan :

n = Arb / As

Di mana :

n = jumlah sengkang arah horizontalyang dibutuhkan

Arb = luas tulangan sengkang bursting steel arah horizontal

As = luas penampang tulangan sengkang bursting steel

fs= tegangan ijin tarik baja sengkang

4.3. Perencanaan Jumlah Bursting Steel Internal Tendon

Posisi dan jumlah internal tendon prestress box girder sepertiyang

ditunjukkan Gambar 4.2,adapun data – data yang diperoleh dari lapangan sebagai

berikut.

Gambar 4.2 Konfigurasi Tendon Prestress TST + TSB

57
4.3.1. Material Baja Sengkang Bursting Steel

 Mutu baja sengkang =BJTD – 40

 Tegangan leleh baja sengkang (fy) = 400000 kPa

 Tegangan ijin baja sengkang (fs) = 0.578 * fy

= 0.578 * 400000

= 231200 kPa

 Diameter sengkang bursting steel (D) =D13 mm

 Luas penampang sengkang (As) = 2 *  / 4 * D2

= 2 *  / 4 * 132

= 265.47 mm2 diubah ke satuan meter


0.0002655m2

4.3.2. Sengkang Pada Internal Tendon Pada Segmen Box Girder

a. Internal TendonTST

Gambar 4.3 Detail Bursting Steel Internal Tendon TST

58
1. Rasio Plat Angkur

 Rasio plat angkur arah vertikal (ra) = a1 / a

= 260 / 285

= 0.912

 Rasio plat angkur arah vertikal (rb) = b1 / b

= 260 / 285

= 0.912

2. Sengkang Bursting Steel

 Bursting steel untuk sengkang arah vertikal

Pbta = 0.30 * ( 1 - ra ) * Pj

= 0.30 * ( 1 - 0.912 ) * 10627.03

= 279.659 kN

 Bursting steel untuk sengkang arah horizontal

Pbtb = 0.30 * ( 1 – rb ) * Pj

= 0.30 * ( 1 - 0.912 ) * 10627.03

= 279.659 kN

3. Luas Tulangan Sengkang Bursting Steel

 Luas tulangan sengkang arah vertikal yang diperlukan


Ara = Pbta / ( 0.85 * fs )

= 279.659 / ( 0.85 * 231200 )

= 0.00142305 m2

59
 Luas tulangan sengkang arah horizontal yang diperlukan
Arb = Pbtb / ( 0.85 * fs )

= 279.659 / ( 0.85 * 231200 )

= 0.00142305 m2

4. Jumlah Sengkang Bursting Steel

 Jumlah sengkang arah vertikal yang diperlukan


n = Ara / As

= 0.00142305 / 0.0002655

= 5.36 diambil sebanyak 5 bh

 Jumlah sengkang arah vertikal yang diperlukan


n = Arb / As

= 0.00142305 / 0.0002655

= 5.36 diambil sebanyak 5 bh

b. Internal Tendon TSB

Gambar 4.4 Detail Bursting Steel Internal Tendon TSB

60
1. Rasio Plat Angkur

 Rasio plat angkur arah vertikal (ra) = a1 / a

= 260 / 290

= 0.897

 Rasio plat angkur arah vertikal (rb) = b1 / b

= 260 / 290

= 0.897

2. Sengkang Bursting Steel

 Bursting steel untuk sengkang arah vertikal

(Pbta) = 0.30*( 1 - ra )*Pj

= 0.30*( 1 -0.897 )*10627.03

= 329.804 kN

 Bursting steel untuk sengkang arah horizontal

(Pbtb) = 0.30*( 1 – rb )*Pj

= 0.30*( 1 -0.897 )*10627.03

= 329.804 kN

3. Luas Tulangan Sengkang Bursting Steel

 Luas tulangan sengkang arah vertikal yang diperlukan


(Ara) = Pbta / ( 0.85 * fs )

= 329.804 / ( 0.85 * 231200 )

= 0.00167822 m2

 Luas tulangan sengkang arah horizontal yang diperlukan


(Arb) = Pbtb / ( 0.85 * fs )

61
= 329.804 / ( 0.85 * 231200 )

= 0.00167822 m2

4. Jumlah Sengkang Bursting Steel

Jumlah sengkang arah 62ertical yang diperlukan (n) = Ara / As

= 0.00167822 / 0.0002655

= 6.32 diambil sebanyak 6 bh

Tabel 4.1 Jumlah Sengkang Bursting Steel Arah Vertikal – TST

Q Angkur

hidup Jumlah
Pj a1 a Pbta Ara
Sc Dim ra Sengkang
(Ton) (mm) (kN) (mm) (mm) (kN) (m2) (bh)
TST-1 4 175 10627.03 260 285 0.912 279.66 0.0014 5

TST-2 4 175 10627.03 260 285 0.912 279.66 0.0014 5

TST-3 4 175 10627.03 260 285 0.912 279.66 0.0014 5

Tabel 4.2 Jumlah Sengkang Bursting Steel Arah Horizontal – TST

Angkur

No hidup Jumlah
Cable Pj b1 b Pbtb Arb
Sc Dim rb Sengkang
(Ton) (mm) (kN) (mm) (mm) (kN) (m2) (bh)
TST-1 4 175 10627.03 260 285 0.912 279.66 0.0014 5

TST-2 4 175 10627.03 260 285 0.912 279.66 0.0014 5

TST-3 4 175 10627.03 260 285 0.912 279.66 0.0014 5

62
Tabel 4.3 JumlahSengkang Bursting Steel Arah Vertikal – TSB

Angkur

hidup Jumlah
No Pj a1 a Pbta Ara
Cable Sc Dim ra Sengkang
(Ton) (mm) (kN) (mm) (mm) (kN) (m2) (bh)

TSB-1 12 215 10627.03 260 290 0.897 329.80 0.0017 6

TSB-2 12 215 10627.03 260 290 0.897 329.80 0.0017 6

TSB-3 12 215 10627.03 260 290 0.897 329.80 0.0017 6

TSB-4 12 215 10627.03 260 290 0.897 329.80 0.0017 6

Tabel 4.4 JumlahSengkang Bursting Steel Arah Horizontal– TSB

Angkur

hidup Jumlah
No Pj b1 b Pbtb Arb
Cable Sc Dim rb Sengkang
(Ton) (mm) (kN) (mm) (mm) (kN) (m2) (bh)

TSB-1 12 215 10627.03 260 290 0.897 329.80 0.0017 6

TSB-2 12 215 10627.03 260 290 0.897 329.80 0.0017 6

TSB-3 12 215 10627.03 260 290 0.897 329.80 0.0017 6

TSB-4 12 215 10627.03 260 290 0.897 329.80 0.0017 6

63
4.4. Penulangan Pada Segmen Box Girder

Untuk mencegah terjadinya retak diagonal pada komponen struktur

prategang, apakah akibat aksi geser badan atau geser lentur, penulangan harus

digunakan.Ragam kegagalan geser dapat disimulasikan dengan bentuk pelengkung

yang mengalami tekan dibagian atas dan diikat di bagian bawah oleh batang tarik.

Pada dasarnya fungsi utama penulangan geser, yaitu :

1. Penulangan tersebut memikul sebagian gaya geser terfaktor eksternal

2. Penulangan tersebut membatasi perambatan retak diagonal

3. Penulangan tersebut menahan posisi batang tulangan utama longitudinal agar

dapat memberikan kapasitas pasak yang dibutuhkan untuk memikul beban

lentur

4. Penulangan tersebut memberikan pengekekangan terhadap beton di daerah

tekan jika sengkang yang digunakan adalah sengkang tertutup.

4.4.1. Analisis Batang Tarik

Luas bersih penampang beton An didefenisikan sebagai An = Ag – Ap dimana

Ag adalah luas penampang beton dan Ap adalah luas penampang baja prategang.

Apabila dilakukan transformasi penampang, persamaan An menjadi :

At = An + n Ap = Ag + ( n – 1 ) Ap

Dengan n  E p di mana Ep dan Ec masing – masing modulus elastisitas baja


Ec

prategang dan beton. Tegangan tekan merata pada beton akibat gaya prategang awal

gi adalah :

pi A f
 gi   p pi
An An

64
Di mana :

Pi= gaya prategang awal

fpi = tegangan awal pada baja prategang

Sedangkan tegangan efektif setelah semua kehilangan tegangan dihitung g adalah :

pe Ap f pe
g  
An An
Di mana :

Pe= gaya prategang efektif (setelah semua kehilangan tegangan diperhitungkan)

fpe = tegangan efektif pada baja prategang.

4.4.2. Desain Penulangan Box Girder

Jarak Sengkang Yang Digunakan

Gambar 4.5 Dimensi Penampang Box Girder

Tabel 4.5 Penempatan Tebal Pelat Pada Penampang Segmen Box Girder

Slab atas bag. Tengah. B1 = 4.30m


t1 = 0.25m
Slab atas bag. Tepi. B2 = 3.00m
t1 = 0.25m
Tinggi box girder. H= 2.40m
Dinding tengah. t2 = 0.30m

65
Slab bawah. B1 = 4.30m
t3 = 0.25m

Penebalan pada pertemuan slab dan dinding


xa = 0.85 m
ya = 0.20 m
xb = 0.60 m
yb = 0.15 m

Lebar total box,

Btot = B1 + 2*B2 = 10.30 m


h = H - t1 - t3 = 1.90 m
c = h + t3 = 2.15 m

A. Plat Dinding Tepi

Tebal plat dinding (t2) = 300 mm

Rasio tulangan susut () = 0.85 %

Luas tulangan susut (As) =  * t2 * 1000

= 0.85 % * 300 * 1000

= 2550 mm2

Digunakan tulangan diameter (D) =19 mm


Luas tulangan (As1) =/ 4 * D2

= / 4 * 192

= 283.53 mm2

Jarak tulangan yang diperlukan (s) = 1000 * As1 / As

= 1000 * 283.53 / 2550


= 111.19 mm diambil jarak 100 mm

66
B. Plat Bawah

Tebal plat dinding (t3) = 250 mm

Rasio tulangan susut () = 0.25 %

Luas tulangan susut (As) =  * t2 * 1000

= 0.25 % * 250 * 1000

= 625 mm2

Digunakan tulangan diameter (D) =13 mm


Luas tulangan (As1) =/ 4 * D2

= / 4 * 132

= 132.73 mm2

Jarak tulangan yang diperlukan (s) = 1000 * As1 / As

= 1000 * 132.73 / 625


= 212.37 mm diambil jarak 200 mm

C. Plat Atas

Tebal plat dinding (t1) = 250 mm

Rasio tulangan susut () = 0.75 %

Luas tulangan susut (As) =  * t2 * 1000

= 0.75 % * 250 * 1000

= 1875 mm2

Digunakan tulangan diameter (D) = 22 mm


Luas tulangan (As1) =/ 4 * D2

= / 4 * 222

= 380.13 mm2

67
Jarak tulangan yang diperlukan (s) = 1000 * As1 / As

= 1000 * 380.13 / 1875


= 202.74 mm diambil jarak 200 mm

Gambar 4.6 Penulangan Segmen Box Girder

68
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisa baik secara teknis maupun non teknis ada beberapa

kesimpulan yang diperoleh, antara lain :

1. Analisis mengenai perilaku dilakukan dengan mempertimbangkan ketidak-

elastisan material dan beban batas (ultimate) yang bekerja.

2. Apabila gaya prategang bekerja tidak pada pusat penampang, tetapi

eksentrisitas, maka ada tambahan tegangan akibat eksentrisitas tersebut.

3. Di dalam suatu sistem struktur beton prategang selalu terdapat kehilangan

gaya prategang baik akibat sistem penegangan maupun akibat waktu.

Kehilangan gaya prestress yang terjadi sebesar 12,94 %.

4. Letak dan bentuk bursting steel tendon internal harus menyesuaikan besarnya

gaya tarik yang terjadi pada zona pengangkuran dengan menggunakan

diameter besi D13 jarak 50 mm.

5.2. Saran

Dari kesimpulan diatas penulis menyarankan beberapa hal, antara lain :

1. Untuk analisis awal, terutama dalam menentukan dimensi penampang dan

level dari prategang jumlahkan tegangan yang terjadi pada daerah – daerah

kritis.

2. Pengaturan posisi penegangan pada penampang akan memberikan

keuntungan lebih.

69

Anda mungkin juga menyukai