Anda di halaman 1dari 9

LOKALITAS PUISI-PUISI PENYAIR JAWA TIMUR

DALAM KORAN SURABAYA POST

LOCALITY IN THE POEMS OF EAST JAVAS’S POETS


IN SURABAYA POST
 

Dian Roesmiati
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Pos-el: dianroes@gmail.com

Abstrak

Tujuan tulisan ini mendeskripsikan lokalitas dalam puisi-puisi penyair Jawa Timur. Kajian ini
menggunakan teori stilistika dan dibantu teori hermeneutika. Sumber data tulisan ini adalah puisi-
puisi karya penyair Jawa Timur yang terdapat dalam Surabaya Post. Hasil penelitian ini adalah
sebagian besar puisi karya penyair Jawa Timur membicangkan lokalitas perkotaan dan perdesaan
dengan gaya bahasa sinis, sarkasme, dan metafora. Lokalitas dalam karya Zawawi Imron merupakan
lokalitas yang muncul dari alam bawah sadar, sedangkan lokalitas dalam karya penyair lainnya
cenderung hasil pengucapan yang disadari.

Kata kunci: lokalitas, puisi penyair Jawa Timur, Surabaya Post

Abstract

This study aims at describing the locality in the poems of East Java’s poets. It uses stylistic and hermeneutic
theories. The source of the data is the poems of East Java‘s poets in Surabaya Post. The result reveals that most
of the poems are about the locality in the urban and rural areas by applying cynical, sarcastic, and metaphorical
figures of speech. Zawawi Imron’s work shows the locality of the unconcious expressions, while the others are
apt to show the result of the conscious expressions.

Keywords : local wisdom, poems of East Java’s poets, Surabaya Post

*)
Naskah masuk: 15 September 2014. Penyunting: Nurul Masfufah, M.Pd. Suntingan I: 17 September 2014. Suntingan
II: 19 September 2014

Lokalitas Puisi-Puisi Penyair Jawa Timur dalam Koran Surabaya Post 127
I. PENDAHULUAN jak 1970-an banyak koran di Indonesia yang
Perkembangan sastra Indonesia di Jawa menyisakan ruangnya untuk sastra. Puisi
Timur masih didominasi puisi. Jawa Timur pun berjalan seiring dengan perkembangan
masih dikenal sebagai provinsi penghasil koran. Terbitnya koran-koran lokal merupa-
puisi daripada penghasil prosa. Generasi kan wadah yang memberi peluang bagi para
penyair baru terus lahir melapisi generasi sastrawan untuk menyalurkan karyanya.
sebelumnya. Buku Pesta Penyair (DKJT:2009) Oleh karena itu, publikasi dapat dilakukan
memberikan gambaran tentang supremasi secara lokal dan nasional sehingga peneliti-
puisi Jawa Timur, mulai era Zawawi Imron an mengenai sastra koran mutlak perlu dila-
(kelahiran 1945) sampai dengan Eny Rose kukan.
(kelahiran 1992). Banyak penyair yang men- Koran Surabaya Post memuat puisi-puisi
cuat pada abad ke-20, misalnya Akhudiat, dari daerahnya sendiri, yaitu Jawa Timur
Mardi Luhung, Tjahyono Widarmanto, dan tidak sepenuhnya bergantung pada ko-
Tjahyono Widijanto, dan Aming Aminoe- ran induk. Hal itu dapat dilihat dari jumlah
dhin. Selanjutnya, penyair yang muncul per- puisi yang semakin banyak serta bervariasi.
gantian milenium, di antaranya Indra Pertimbangan sejarah Surabaya Post tersebut
Tjahyadi, W. Haryanto, Mashuri, Timur yang menjadi alasan penelitian tentang
Budi Raja, dan F. Azis Manna. Hal ini me- puisi-puisinya. Dengan asumsi bahwa tra-
nunjukkan bahwa Jawa Timur selama ini le- disi pers yang panjang tentu menghasilkan
bih kondusif bagi pertumbuhan puisi. kekhasan, gaya, dan karakter unik terkait
Tradisi penulisan teks sastra melalui produknya. Apalagi beberapa sastrawan
koran (sastra koran) sudah lama muncul dan Indonesia di luar Jawa Timur, seperti
hampir semua sastrawan memanfaatkan- Afrizal Malna dan Acep Zamzam Noer men-
nya. Ada Abdul Hadi WM, Danarto, Seno jadikan Surabaya Post sebagai barometer sas-
Gumira Ajidarma, Afrisal Malna, Gerson tra yang sejajar dengan beberapa koran lain
Poyk, Beni Setia, Aming Aminoedhin, dan di Indonesia pada masa 1980—2000. Alasan
sebagainya adalah sederet sastrawan yang lain mengapa penelitian ini memfokuskan
sangat sadar menggauli sastra koran seba- kajian pada puisi-puisi Surabaya Post karena
gai media kreativitasnya dalam berkesenian. warna lokal koran tersebut sangat kental.
Hampir mustahil seorang sastrawan bisa ter- Koran yang terbit sebagai harian sore ini
angkat namanya secara otomatis tanpa ber- memiliki segmen pembaca dari kelas mene-
sentuhan dengan koran. Bahkan, sastra ko- ngah sehingga memiliki kecenderungan in-
ran dapat dijadikan barometer untuk meng- telek, objektif, dan terdidik. Selain itu, da-
ukur tingkat kapabilitas seorang sastrawan. lam kurun waktu 1980—2000, puisi yang di-
Disadari atau tidak, sastra koran memiliki analisis dibatasi pada puisi-puisi hasil kar-
andil besar dalam melambungkan nama se- ya pengarang Jawa Timur atau yang berbi-
orang sastrawan (Prasetyo:2010) cara tentang Jawa Timur.
Periode tahun 1980—2000 dunia sastra Lokalitas dalam sastra khususnya puisi
Indonesia diwarnai dengan penggalian kha- tidak dapat dipatok sebatas makna tekstual.
zanah lokal. Kondisi itu makin memuncak Teks sekadar bertugas memberi isyarat pa-
di awal tahun 2000. Di sisi lain, perkem- da pembaca akan adanya simpul-simpul
bangan puisi di Indonesia sangat pesat. Per- makna yang bersembunyi di luar teks. Oleh
kembangan tersebut terutama terjadi pada karena itu, salah satu tugas penikmat atau
halaman budaya di koran-koran karena se- pembaca puisi adalah menelusuri, melacak,
dan mencari makna di luar teks. Pencarian

128 Vol. 9, Nomor 2, Desember 2014


dan pelacakan itu pada akhirnya bermuara lam genre tertentu, seperti puisi, bahasa bu-
pada latar belakang sosio-kultural yang me- kan semata-mata alat melainkan juga tujuan
lingkari diri pengarang. Lokalitas menjadi itu sendiri. Berkaitan dengan bahasa sastra
ruang sosio-kultural yang harus diterjemah- itu sendiri, ada dua pendapat yang berbeda
kan berdasarkan pemahaman kode bahasa, secara diametral. Pertama, berbeda dengan
kode sastra, dan kode budaya. bahasa sehari-hari, medium sastra adalah
Budaya dan unsur lokalitas (tradisi) ten- bahasa yang khas. Sebaliknya, pendapat
tu saja dapat mempengaruhi proses penca- kedua mengatakan bahwa sastra pada dasar-
paian estetika dan isi puisi seorang penyair. nya sama dengan bahasa sehari-hari. Stilis-
Struktur budaya yang berbeda akan menim- tika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam
bulkan penafsiran yang berbeda pula pada karya sastra. Leech dan Short dalam Nurgi-
puisi-puisi penyair yang berlainan batas yantoro (2002:279) menyatakan stilistika
teritorialnya. Kebanyakan puisi mutakhir (stylistics) menyaran pada pengertian studi
saat ini, di luar pemikiran penyair yang tentang style, sebagai wujud performansi ke-
ingin menciptakan sebuah kebaruan dengan bahasaan, khususnya yang terdapat di da-
menyerap budaya di luarnya (Indonesia), lam karya sastra. Menurut Abrams (dalam
tentunya ada yang ingin mencoba menggali Nurgiyantoro, 2002:280) stilistika kesastraan
kembali unsur lokalitas agar mendapatkan merupakan sebuah metode analisis karya
tempat pada posisi yang selayaknya, kha- sastra yang mengkaji berbagai bentuk dan
zanah kesusastraan Indonesia. Judul pene- tanda-tanda kebahasaan yang digunakan
litian ini sangat luas sehingga perlu dilaku- seperti yang terlihat pada struktur lahirnya.
kan pembatasan agar lebih jelas dan terarah. Mempelajari stilistika berarti mempelajari
Penyair-penyair Jawa Timur yang dimak- ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya
sud dalam penelitian ini adalah penyair bahasa. Jadi, dalam pengertian yang lebih
yang bertempat tinggal dan menetap di luas, stilistika sebagai ilmu tentang gaya
Jawa Timur, baik yang berjenis kelamin laki- meliputi berbagai cara yang dilakukan da-
laki maupun perempuan. Namun, berdasar- lam kegiatan manusia. Pengertian stilistika
kan hasil penelitian, perempuan penyair Ja- dan gaya (style) berhubungan dengan per-
wa Timur kurang eksis menulis di Surabaya soalan bahasa. Pada mulanya, lebih terbatas
Post tahun 1980—2000 yang bertema lo- kepada persoalan bahasa dalam karya sas-
kalitas. tra. Dalam perkembangannya, gaya juga di-
Masalah yang menjadi fokus kajian ini kaji di luar hubungan sastra. Paling tidak,
adalah bagaimanakah lokalitas yang ter- dibedakan antara gaya sastra dan gaya bu-
gambar dalam puisi-puisi karya penyair- kan sastra.
penyair Jawa Timur? Dengan demikian, tu- Dilihat dari masalah kebahasaan, gaya
juan penelitian ini adalah mendeskripsikan atau style dapat didefinisikan sebagai suatu
lokalitas puisi penyair-penyair Jawa Timur cara menggunakan bahasa dalam konteks
yang dimuat dalam Surabaya Post tahun tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan
1980—2000. dan pada waktu tertentu pula (Keraf,
2007:113). Berbicara tentang gaya bahasa da-
II. TEORI lam kesusastraan yang dimaksudkan adalah
gaya atau kecenderungan linguistis tertentu
Stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang
dari seorang pengarang, dalam genre terten-
gaya. Stilistika dalam karya sastra merupa-
tu pula. Melalui karya seorang pengarang
kan bagian stilistika budaya itu sendiri. Da-
(penyair), peneliti dapat memahami ciri-ciri

Lokalitas Puisi-Puisi Penyair Jawa Timur dalam Koran Surabaya Post 129
bahasa yang digunakannya. Secara khusus, konvensi bahasa secara horisontal, sedang-
pendekatan stilistik dalam kesusastraan ber- kan pembacaan hermeneutik atau paradig-
tujuan untuk menjelaskan hubungan antara matik adalah pembacaan berdasarkan kon-
segi bahasa dan fungsi artistik dari seorang vensi sastra secara vertikal.
pengarang dalam genre tertentu.
Ditegaskan lebih lanjut oleh Sudjiman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
(1993:5) bahwa pengkajian stilistik tidak ber-
maksud mematikan intuisi atau mengganti- A. Lokalitas Puisi-Puisi Penyair Jawa Timur
kan interpretasi intuisi, tetapi mencari pem- dalam Surabaya Post
benarannya dengan memperhatikan peng- Lokalitas menjadi sebuah tren dalam
gunaan sarana bahasanya, mencari bukti ke- mengeksplorasi puisi Indonesia yang sudah
bahasaan yang mendukung interpretasi in- dimulai sejak 1970-an dan menghangat lagi
tuisi itu menuju ke apresiasi sastra. di era 2000. Masalah lokalitas tidak akan
Hermenutika Gadamer adalah penggu- pernah habis untuk diperbincangkan karena
naan prinsip untuk memperoleh makna wa- cakupan pengertiannya yang sangat luas.
cana yang diproduksi seseorang dengan Lokalitas bukan hanya menunjuk pada tra-
cara meneliti tanggapan pasangan komuni- disi tertentu dalam kaitannya dengan batas-
kasinya. Dengan ungkapan umum, untuk an etnis, adat, bahasa, budaya, maupun geo-
memahami lokalitas puisi-puisi penyair Ja- grafi. Lokalitas bisa jadi sangat luas dan ter-
wa Timur, cukup dengan memaknai ke- buka. Masyarakat kota mempunyai lo-
rangka pemikiran Gadamer. Adapun yang kalitasnya sendiri, lokalitas pada masyara-
dimainkan di sini adalah tradisi, kepenting- kat perkotaan bisa terbagi lagi berdasarkan
an praktis, bahasa, dan kultur, serta konteks strata sosial dan ekonominya. Jika seorang
historis pada saat wacana yang ditafsirkan penyair menemukan bahasa bagi puisi-
muncul. puisinya berarti penyair tersebut sudah me-
nemukan lokalitasnya dan sudah menemu-
III. METODE kan pribadinya. Adapun bahasa puisi yang
Berdasarkan masalah dan tujuan, pene- ditemukannya tersebut akan luruh dengan
litian ini menggunakan metode deskriptif alam atau akan berjarak dengan lingkungan,
kualititatif. Sumber data penelitian ini ada- atau akan mengharmoniskan beragam
lah puisi-puisi karya penyair Jawa Timur budaya (Noor, 2009).
yang ada dalam Surabaya Post tahun 1980— Aming Aminoedhin salah satu penyair
2000. Objek penelitian ini difokuskan pada Jawa Timur yang banyak menulis puisi ber-
karya yang dihasilkan penyair Jawa Timur tema lokalitas, yaitu lokalitas Surabaya
yang memiliki karakter dan lokalitas Jawa sebagai potret kota modern di Jawa Timur.
Timur. Terdapat delapan puisi karya pe-
nyair Jawa Timur yang dikaji dalam peneli- taman surya malam hari pahlawan
tian ini. Pengumpulan data penelitian ini semakin cantik berdandan
menggunakan teknik studi pustaka dengan malam sepi di taman surya
teknik simak dan catat. semakin mengusik hatiku berkata
Pembacaan secara heuristik dilakukan “pahlawan bangsa
untuk dapat memberi makna puisi. Pemba- tidak hanya yang mengangkat senjata
caan heuristik atau sintagmatik adalah pem- pasukan kuning dan sapu lidinya
bacaan berdasarkan struktur bahasa atau guru dan rasa ikhlasnya, termasuk
di antara mereka”

130 Vol. 9, Nomor 2, Desember 2014


Puisi ini bercerita tentang suasana Sura- Pacet adalah salah satu desa kecil di wi-
baya di hari pahlawan. Gambaran tentang layah Mojokerto dengan panorama yang in-
suasana menyambut hari pahlawan di Ta- dah dan menawan. Melalui puisi “Pacet So-
man Surya diceritakan dengan suasana gem- re Hari” penyair menggambarkan lokalitas
bira. Hal ini tampak dari pilihan kata yang daerah pedesaan yang masih asri dengan
dipilih penyair. Lokalitas dalam puisi ini gaya yang khas seorang Aming Aminoe-
tampak dari latar yang dipilih, yaitu Taman dhin. Berbeda dengan puisi “Wisma Jeng-
Surya dan perayaan hari pahlawan yang gala Sidoarjo”, puisi ini menceritakan perte-
identik dengan Kota Surabaya. Aming muan penyair dengan teman lama, saling
Aminoedhin termasuk nama penting dalam melepas rasa rindu, makan bersama, tetapi
kaitannya dengan masalah lokalitas. Bagi- ada sesuatu yang tersimpan dari pertemuan
nya lokalitas bukan sesuatu yang harus di- tersebut. Sebagian besar orang Jawa Timur
cari atau ditelusuri akar dan sumbernya se- tidak tahu tentang Jenggala Sidoarjo, tetapi
bab lokalitas tersebut sudah ada dalam diri- paling tidak penyair memiliki kecintaan
nya sendiri. Demikian pula dalam puisi “Pa- mendalam terhadap tempat ini, yaitu tem-
cet Sore Hari” dan “Wisma Jenggala-Si- pat si aku lirik bekerja, mengabdi pada ne-
doarjo” berikut ini. gara.
Proses kreatif Aming Aminoedhin
lama sudah mengenyam panorama indah mempunyai pandangan serta pendekatan
menaiki bukit menganyam kenangan lama yang berbeda terhadap lokalitas. Dengan
membasuh mata ke hijau daun-daun sangat sadar penyair ini  mengambil jarak
duduk bersama membaca cuaca akhir yang tegas dan memilih posisi bagi sudut
tahun pandang kepenyairannya. Penyair menjadi
adakah hati yang lama telah terbantun bagian yang pasif dari lokalitas tersebut.
bisa bangun di awal tahun? Strategi  ini terus dipeliharanya dari waktu
ke waktu. Ia mempunyai ruang untuk me-
mandang lokalitas dengan cermat dan kritis.
WISMA JENGGALA SIDOARJO Tidak hanya mengagumi tempat-tempat
yang memberinya kenangan indah, tetapi ju-
bertemu, melepas kangen ga tempat yang menyimpan peristiwa seja-
makan bersama, lalu cerita rah masa lalu.
tentang apa saja Penyair Herry Lamongan menulis puisi
dan ketika kau kian bergairah tentang Surabaya dengan gaya yang berbeda
bercerita, ada sesuatu dalam “Siang Surabaya”.
terpendam dalam hatimu

menguap dari setiap ucap
selamat jumpa kota yang riuh
lalu kutangkap
kembali engkau dendangkan segenap
lantas kepulanganku
gairahku
dari rumah itu
lewat kalimas
syarat dengan segala tanya
lewat erang mesin yang melukis landhung
mengada-ada
jalanmu
di antaranya: mengapa
lantas di sesak gang dijangkung gedung
rona wajahmu kian tampak
atau di ujung sambil menatap Madura
semakin tua? kita bercakap tentang banyak soal

Lokalitas Puisi-Puisi Penyair Jawa Timur dalam Koran Surabaya Post 131
kita bisa berperan apa saja ngungun. Hal ini cukup memperlihatkan
sebagai gelandangan tepian sungai bahwa Beni Setia ternyata tidak hanya pia-
atau raja-raja kota wai berbahasa Sunda, tetapi juga menguasai
sebagai arek-arek yang pernah pesta di bahasa Jawa.
Yamato Berbeda dengan puisi berjudul “Pesan”
atau sebagai koruptor paling keji karya Zawawi Imron yang cenderung spon-
jangan gelisahkan waktu yang tan, unik, dan menjadi otentik. Berikut ku-
menggelinding tipan puisi tersebut.
siang begini manis untuk bercakap
ringan kalau aku datang malam
mana sebaiknya kita dahulukan sambutlah aku
dengan buah siwalan muda
Lokalitas dalam puisi ini terletak pada yang putih
judul. Selain itu, banyak kosakata bahasa kudamba minum
daerah dimunculkan pada puisi “Siang Su- seteguk nira
rabaya”, di antaranya petan, arek-arek, ngra- yang bening
sani, purikan, dan ngakak. Puisi ini bernada yang menetes
sinis, tetapi diungkapkan dengan bahasa dari matamu
yang segar sehingga pesan yang disampai-
kan penyair sampai ke pembaca. Suasana Lokalitas dalam puisi “Pesan” karya
Kalimas yang berada di Kota Surabaya di- Zawawi Imron ini tidak hanya sekadar ben-
gambarkan secara sadar oleh penyair se- tuknya saja, tetapi sekaligus merupakan
hingga sisi gelap dan terang dari Kalimas ekspresi alam bawah sadar si penyair. Ke-
tergambar nyata. Demikian pula, puisi Beni banyakan puisi-puisi Zawawi Imron bertu-
Setia berjudul “Tuban—Surabaya” berikut tur dan bercerita tentang tanah leluhurnya,
ini. Madura, seperti dalam puisi “Madura Aku-
lah Darahmu”.
langit langsung ngungun
hamparan sayap gerimis …
bagi epidemi sunyi di tengah di sini
penumpang beku perkenankan aku berseru:
: kita di mana? kita ke mana? -madura, engkaulah tangisku
jantung berdegup
Allah disebut bila musim labuh hujan tak turun
waktu digubet kelam menggigil kubasahi kau dengan denyutku
bila dadamu kerontang
Puisi “Tuban—Jombang” ini meng- kubajak kau dengan tanduk logamku
gambarkan perjalanan yang dilakukan si di atas bukit garam
aku lirik antara Tuban sampai Jombang, me- kunyalakan otakku
lewati Sungai Bengawan dengan menggu- lantaran aku adalah sapi karapan
nakan bus mini. Lokalitas dalam puisi ini ….
tergambar melalui judul, tetapi muncul juga
kosakata daerah yang menguatkan ‘kelo-
kalan’ penyair, misalnya digubet, lancongan,

132 Vol. 9, Nomor 2, Desember 2014


Zawawi sangat bangga dengan tanah Penyair sekaligus dramawan ini cukup
kelahirannya. Hal ini dibuktikan pada puisi produktif menulis puisi di Surabaya Post.
“Madura Akulah Darahmu”. Ia mengang- Karya puisinya banyak bertebaran, baik di
gap Madura adalah darah yang mengalir media lokal maupun nasional. Puisi “Pan-
dalam tubuh. Hal-hal yang berkaitan de- degiling” dan “Gerbong Miring” adalah
ngan budaya Madura menjadi menarik kare- contoh puisi yang menampilkan lokalitas
na lokalitas yang dimiliki sangat kental. Za- tempat di Surabaya.
wawi tidak pernah meninggalkan lokalitas-
nya dan tidak pernah kehilangan kemadura- PANDEGILING
annya.
Senja di pesisir perahu pasang layar melaut
Ada pula gambaran lokalitas puisi de-
di Pandegiling mereka pasang layar jadi
ngan gaya bahasa yang cenderung sinis, se-
pasar
perti dalam puisi “Rumah Sakit Simpang”
berkibar petik buah rembulan
karya Roesdi Zaki berikut ini.
benih semai di matahari
adakah di antara luka-luka menguak wajah buka diri
yang dibalut pilar-pilar kokoh akan jadi tawar menawar jemput temuan
saksi Penjual penggal lagu sumbang sampai
ketika malam menyelimuti kamar mayat pemborong
suara-suara yang jauh menggema di hati satu truk ayam
ada darah kering di ujung lorong mengutip-menjaring-merangkai
para perawat diam di balik meja jaga dari sen ke sen
seekor burung bangkai terbang rendah di ketip ke talen
pintu gerbang rupiah ke ratus
siapakah yang meninggalkan jejak ribu ke jutaan
miliar –
Penyair Zaelani Tammaka dalam puisi pada titik jenuhnya setiap pusingan
“Terminal Tawangalun” menggambarkan berhenti
latar suasana terminal di Kota Jember seba- Mekanisme rezeki— nasib, jodoh,
maut—, siapa nan tahu?
gai berikut.
Seperti roda, dakon, simpoa,
Demikian kali kita superkomputer, kalkulasi
Mengerti dan tidak mengerti kuasi-fisikal, matematika-cum-
Akan hayat yang terselubung atmosfir spiritual?
Langit horizon merah kesumba Yang tampak, yang terkira, dan tak
terkirakan: digiling
Ya! Itu darah kita: hidup kita
Pandegiling menakik saripatinya
Yang acapkali tidak kita pahami
Dalam bingkai keterfanaan
Kita telah menjadi kanak-kanak Puisi “Pandegiling” ini bertema kege-
kembali tiran hidup para pedagang di pasar Pande-
giling. Lokalitas yang menonjol adalah latar
suasana salah satu pasar tradisional di Su-
rabaya. Aktivitas antara penjual dan pem-
beli, mencari untung dan rugi. Sesuatu yang

Lokalitas Puisi-Puisi Penyair Jawa Timur dalam Koran Surabaya Post 133
menarik disampaikan penyair melalui puisi Lokalitas dalam puisi penyair Jawa Ti-
ini, karena perkembangan zaman sudah ma- mur berada di antara dua hal, yaitu hadir
ju, banyak mal dan plaza bertebaran di Kota sebagai bentuk pengucapan yang disadari
Surabaya, tetapi pengarang tetap memun- dan muncul dari alam bawah sadar si pe-
culkan rasa cinta pada daerahnya. nyair. Lokalitas secara bentuk umumnya
merupakan upaya penyair untuk mengolah
GERBONG MIRING kembali pengucapan estetika puisi yang ada
makam keramat, tempat suci, monumen dan memberinya tenaga baru.
abadi
patut diziarahi
V. PENUTUP
kuziarahi Gerbong Miring Berdasarkan uraian di atas, dapat disim-
—Tanjung Perak tepi laut, siapa suka boleh pulkan bahwa lokalitas dalam puisi-puisi
ikut – Surabaya Post ini muncul melalui judul, ko-
petilasan sex gelap sakata, budaya Jawa Timur yang memberi
lelaki& perempuan, lelaki & lelaki ciri khusus tentang masyarakat Jawa Timur.
damai/perang& sperma di gerbong- Lokalitas yang dimunculkan dalam puisi-
gerbong puisi tersebut tidak hanya berbicara tentang
ramai tawar-menawar di jalanan perkotaan, tetapi juga menyentuh daerah di
antara uang & janji kenikmatan liar luar Surabaya. Lokalitas dalam tulisan ini
berada dalam dua posisi, yaitu hadir seba-
kutemukan rel mulus dari Setasiun Kalimas gai bentuk pengucapan yang disadari dan
ke dermaga baru muncul dari alam bawah sadar penyair.
rel buntu & Gerbang Miring lenyap tanpa Zawawi Imron, Aming Aminoedhin, dan
bekas Akhudiat adalah penyair yang karya-karya-
kecebur laut, terbakar, atau nya menampilkan lokalitas yang diperoleh
bersama kapal tua terapung dalam tungku dari alam bawah sadarnya sehingga terlihat
daur ulang kekonsistenan penyair dalam puisi-puisi-
ziarahku di sapa gema malam pelabuhan nya. Berbeda dengan puisi Rusdi Zaky,
tak tidur Hery Lamongan, dan Beni Setia yang ‘kelo-
kalannya’ hadir sebagai bentuk pengucapan
lapangan Prapat Kurung terang-benderang yang disadari sepenuhnya oleh penyair.
pasar kaget
Pada akhirnya, pemaknaan lokalitas da-
di sisi gelap tradisi miring berlanjut tanpa
lam puisi tidak dapat berhenti hanya pada
gerbong
teks, hanya pada makna tekstual. Namun,
pembaca dituntut mengisi ruang kosong
Puisi “Gerbong Miring” ini mencerita- yang ditinggalkan teks dan memahami ko-
kan suasana di daerah pinggiran Surabaya. de bahasa, kode budaya, dan kode sastra.
Lokalitas dalam puisi ini tampak dari judul
yang dimunculkan penyair, juga beberapa
tempat yang dihadirkan, seperti Tanjung Pe-
rak, Prapat Kurung, dan Stasiun Kalimas
yang tidak asing di ibukota Jawa Timur ini.

134 Vol. 9, Nomor 2, Desember 2014


DAFTAR PUSTAKA Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa.
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Jakarta: PT. Gramedia.
Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian
______.1995.Stilistika, Pengantar Memahami Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: Prasetyo, Arif Bagus. “Jawa Timur Negeri
IKIP Semarang Press. Puisi” dimuat dalam Jawa Pos 25 Juli
Dewan Kesenian Jawa Timur.2009. Pesta 2010.
Penyair Jawa Timur. Surabaya: DKJT. Sudjiman, Panuti.1993. Kamus Istilah Sastra.
Imron, Zawawi. 1980. Bulan Tertusuk Ilalang. Jakarta: Balai Pustaka.
Jakarta: PT Balai Pustaka.

Lokalitas Puisi-Puisi Penyair Jawa Timur dalam Koran Surabaya Post 135

Anda mungkin juga menyukai