Oleh :
RISKA ASTUTI
NIM: 21142019137.P
Oleh :
RISKA ASTUTI
NIM: 21142019137.P
AssalamualakumWr.Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal ini, sebagai salah satu syarat untuk melakukan penyusunan
Proposal.
1. Definisi ....................................................................................................6
4. Komplikasi ............................................................................................ 13
1. Pengkajian .................................................................................. 15
5) Intervensi .....................................................................................19
1. Definisi ........................................................................................ 24
B. Tempat dan Waktu Studi Kasus ....... Error! Bookmark not defined.
1. Kerangka Konsep…………………………………………………….30
A. Latar Belakang
yang didapat ibu menyusui tidak terpenuhi. Bisa juga karena ibu kurang
istirahat (kecapekan), dan faktor hormonal (hormontestosterone),
pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang asi eksklusif, beredarnya
mitos yang kurang baik, kesibukan ibu bekerja, perawatan payudara.
Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Kesehatan ibu memegang peranan dalam kelancaran produksi ASI. Bila
ibu tidak sehat, maupun makanannya kurang atau kekurangan darah
untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel – sel acini payudara
(Mtsweni et al., 2020).
Proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi dilahirkan. Bayi
yang dilahirkan cukup bulan mempunyai naluri untuk menyusu setelah
dilahirkan. Namun kenyataan menunjukan bahwa banyak ibu yang
mengalami ketidakefektifan proses menyusui karena produksi ASI yang
sedikit dihari pertama sehingga ibu malas untuk menyusui(Ayuputeri,
2021).
Untuk meningkatkan kemampuan ibu menyusui diperlukan
penatalaksaan dini agar ibu dapat memahami dan meningkatkan produksi
ASI. Produksi ASI dapat ditingkatkan dengan cara menyusui. Jika
menyusui tidak dapat dilakukan diawal kelahiran, dukungan yang bias
dilakukan sebagai alternative untuk keberhasilanpemberian ASI adalah
memerah atau memompa ASI, dimana tindakan ini merupakan tindakan
pendampingan yang dapat membantu memaksimalkan reseptor prolaktin
dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses
menyusui(Young, 2019).
Salah satu metode pendampingan yang bias diberikan untuk
meningkatkan produksi ASI yaitu Teknik Marmet. Teknik marmet
merupakan kombinasi cara memerah ASI yang memijat payudara
sehingga refleks ASI dapat optimal (Indah& Ika, 2018). Teknik ini
memberikan efek relaks dan juga mengaktifkan Kembali reflex keluarnya
air susu /Milk Ejection Reflks (MER) sehingga air susu mulai menetes,
dengan di aktifkannya MER maka ASI akan sering keluar dengan
sendirinya. Metode marmet ini bermanfaat untuk membantu kelancaran
pengeluaran ASI secara alamiah dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi(Wiwi, dkk, 2017).
Teknik marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus
dibawah areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada
daerah sinus laktiferus ini akan merangsang pengeluaran hormone
prolaktin. Pengeluaran hormone prolaktin ini selanjutnya akan
merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI yang dikeluarkan
atau di kosongkan dari payudara maka akan semakin banyak ASI yang
akan di produksi (Iis, dkk, 2018)
Menurut penelitian yang dilakukan Ningrum (2017) didapatkan
pengaruh pemberian tenik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post
partum, dimana sebelum dilakukan intervensi lebih separuh (67%)
mengalami ketidaklancaran ASI dan sesudah dilakukan intervensi
mayoritas (86%) mengalami kelancaran ASI. Sama halnya penelitian
lainnya yang dilakukan oleh (Maryam, 2020) didapatkan hasil dan
pengaruh pemberian teknik marmet terhadap peningkatan ASI dengan p
value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik marmet
terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum.
Berdasarkan uraian diatas atau latar belakang diatas, peneliti tertarik
melakukan studi kasus yang berjudul “penerapan teknik marmet untuk
kelancaran ASI pada ibu post partum”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu Post Partum
b. Pendidikan
Menambah ilmu teknologi terapan bidang keperawatan mengenai
efektifitas teknik marmet untuk melancarkan produksi ASI dan dapat
dijadikan referensi untuk dimasukan dalam proses pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Genetalia Eksterna
1) Vulva : Nama yang diberikan untuk struktur genetelia eksterna. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai kebelakang
dibatasi perineum.
2) Mons pubis : Jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan
padat serta merupakan jaringan ikat jarang diatas simfisis pubis.
3) Labia mayora : Dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
4) Labia minora : Terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah
bawah, dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Pembuluh
darah yang sangat banyak membuat labia berwarna kemerahan dan
memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional
atau stimulus fisik, kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva.
5) Klitoris : Organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak di bawah
arkus pubis.
6) Vestibulum : Salah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak diantara labia minora, klitoris dan fourchette.
7) Fourchette : Lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora.
8) Perineum : Daerah muskular yang ditutupi kulitantara introitus vagina dan
anus.
(Gambar 2.2)
Struktur Interna
a. Adaptasi Fisiologi
1) Involusi uterus adalah proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum
hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga
persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah
umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebabkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hepertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2) Kontraksi intensitas meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterine
yang sangat besar. Hormone oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah
dan membantu hemostatis. Selama 1-2 jam pertama pasca partum
intensitas kontraksi uterus bias berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskuler diberikan segera setelah 14 hari plasenta lahir. Ibu
yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara segera setelah lahir karena isapn bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.
b. Adaptasi Psikologis
Menurut (Hamilton, 1995) adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase taking in / ketergantungan fase ini dimulai hari pertama dan hari
kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungan
pelayanan.
2) Fase taking hold / tidak ketergantungan fase ini dimulai pada hari ketiga
setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampaihariketigaibusiapuntukmenerimaperanbarunya dan belajar tentang
semuahal baru. Selama fase ini system pendukung menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat beristirahat dengan baik.
3) Fase letting go / saling ketergantungan dimulai sekitar minggu kelima
sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaikan
diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasien telah sembuh, perasan
rutinnya telah Kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.
Menurut Wibawati (2020), Periodepost partum ini ialah masa enam
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali
kekeadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a) Sistem Reproduksi
1) Proses involusi : Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
2) Kontraksi : Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantuh emostatis.
3) Tempat plasenta : Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan,
kontrak sivaskular dan thrombus menurunkan tempat plasenta
kesuatu area yang meninggi dan bermodul tidak teratur.
4) Lochea : Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris
trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan
denrus jaringan. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, selepitel,
mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
5) Serviks : Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6) Vagina : Vagina yang semula sangat teregangakan kembali secara
bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b) Sistem Endokrin
1) Hormon Plasenta : Penurunan hormon human plasental lactogen,
esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulin asemembalik
efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun
secara bermakna pada masa puerperium.
2) Hormon hipofisis : Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada
wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum
yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam
menekan ovulasi. Karena kadar follikel stimulating hormon terbukti
sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium
tidak merespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat.
c) Abdomen : Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melhirkan,
abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak
seperti masil hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembalike keadaan sebelum hamil.
d) Sistem urinarius : Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu
bulan setelah wanita melahirkan.
e) Sistem cerna : Nafsumakan, mortilitas, defakasi
f) Payudara : Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan
payudara selama wanita hamil (esterogen, progesterone, human
chorionik gonadotropin, prolaktin, kritosin, dan insulin) menurun
dengan cepat setelah bayi lahir.
1) Ibu tidak menyusui : Kadar prolaktin akan menurunkan dengan cepat
pada wanita yang tidak menyusui.
2) Ibu yang menyusui :Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak
dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum.
g) Sistem Kardiovaskuler
1) Volume darah : Perubahan volume darah tergantung pada
beberapa faktor misalnya kehilangan darah merupakan akibat
penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu
terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume
darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum lahir.
2) Curah jantung : Denyut jantung volume sekuncup dan curah
jantung meningkat sepanjang masa hamil.
3) Tanda-tanda vital : Beberapa perubahan tanda-tanda vital
bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal.
h) Sistem neurologi : Perubahan neurologis selama puerperium
merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita
hamil dan di sebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan
melahirkan.
i) Sistem musculoskeletal : Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang
terjadi selama masa hamil adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat
berat ibu akibat pembesaran rahim.
j) Sistem integument : Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir.
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Darah
b) Pemeriksaan Urine
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan
kateter atau dengan teknik pengambilan bersih (clean-cath) spesimen ini
dikirim kelaboraturium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan
sensitivitas terutama jika kateter indwelling di pakai selama pasca
inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan
status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin.
5. Komplikasi
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat haid (apakah haid teratur, siklusnya berapa hari, apakah ada
keluhan selama haid, HPHT/HPMT).
c. Riwayat perkawinan (menikah, belum menikah, berapa lama menikah,
berapa kali).
d. Riwayat obstetric
Riwayat kehamilan ; Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil
laboraturium, USG, darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk
situasi, emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan
pengobatan yang diperoleh.
e. Riwayat persalinan
1) Riwayat persalinan lalu : Jumlah gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan, saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
2) Riwayat nifas pada saat persalinan lalu (masalah nifas dan laktasi yang
pernah dialami, masalah bayi yang pernah dialami, keadaan bayi.
3) Riwayat KB : jenis kontrasepsi yang pernah digunakan setelah persalinan,
jumlah anak yang direncanakan.
f. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalanin, dimana mendapat pertolongan. Apakah
penyakit tersebut pernah diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-
ulang.
g. Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetik, menular, kelainan, kongenital, atau gangguan kejiwaan
yang pernah diderita oleh keluarga.
h. Profil keluarga
i. Pola nutrisi
Pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan, dan
frekuensi.
j. Pola istirahattidur
Lamanya, kapan, (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara.
k. Pola eliminasi
Apakah terjadi dieresis setelah melahirkan, setelah melahirkan adakah
inkontinesia, hilangnya kontrolblas, pola BAK, frekuensi dan warna, pola
BAB, fekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum.
l. Personal Higine
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunakan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
m. Aktifitas
n. Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui
o. Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya, terutma perubahan-perubahan selama
kehamilan.
1) Pemeriksaan Fisik
2) Pemeriksaan Laboraturium
Subjektif
1. Kelelahan maternal
2. Kecemasan maternal
Objektif
Objektif
4) Intervensi
Definisi : Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidak puasan atau
kesukaran pada proses menyusui.
Observasi :
Terapeutik
Edukasi
a. Berikan konseling menyusui
b. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
c. Ajarkan empat posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar
d. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan
kapas yang telah diberikan minyak kelapa
e. Ajarkan perawatan payudara post partum (mis. Memerah ASI, pijat
payudara, pijat oksitosin).
1. Pengertian ASI
ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu
terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung
komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang tersedia setiap saat (Karsida, 2017)
b) Bagi Bayi
1. Membantu memulai kehidupannya dengan baik
2. Mengandung antibody mekanisme pembentukan antibody
pada bayi. Apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan
membentuk antibody dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan
limposit. Antibody di payudara disebut Mammae Associated
Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT). Kekebalan terhadap
penyakit saluran pernafasan ditransfer melalui Gut Associated
Immunompetent Lympoid Tissue (GALT).
3. ASI mengandung komposisi tepat, Komposisi yang tepat
yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari
proporsi yang seimbang dan cukup kuintasi semua zat yang
diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama. ASI mengandung
laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam
usus laktosa akan di fermentasikan menjadi asam laktat yang
bermanfaat untuk :
a) Menghambat pertumbuhan bakteri yang berisikan pathogen
b) Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis
vitamin.
c) Memudahkan terjadinya penghadap calcium cassienat
d) Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti
calcium, magnesium.
4. Mengurangi kejadian karisdentis
Insiden kariesdentis pada bayi yang mendapatkan susu formula
jauh lebih tinggi dibandingkan yang mendapatkan ASI. Biasanya
disebabkan kebiasaan menyusui dengan botol dan terutama pada waktu
akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
5. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi (adanya ikatan antara ibu
dan bayi). Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi.
Kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan
psikomotorik maupun sosial yang lebih baik.
6. Terhindar dari alergi
ASI tidak mengandung beta-lctoglobin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi. Pada bayi baru lahir system igE belum sempurna.
Pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein
asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan
alergi.
7. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega
3 untuk pematangan sel-sel otak. Efeknya, jaringan otak bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari
rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar
dari kerusakan sel-sel saraf otak.
8. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi.
Manfaat pemberian ASI yang terakhir adalah membantu
perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena
gerangan menghisap mulut bayi pada payudara.
a. Bagi Ibu
1) Aspek kontra sepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf sensorik,
sehingga post anterior hipofisee mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk
keindung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Pemberian ASI diberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6
bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif)
dan belum terjadi menstruasi kembali.
D. Teknik Marmet
1. Definisi
Teknik marmet adalah salah satu teknik yang paling banyak digunakan
untuk memerah ASI. Penemu gaya susu ini adalah Chele Marmet,
seseorang pakar pemerah ASI serta Kesehatan ibu dan anak(Astuti,
2020).
Pada umumnya anda dapat memerah ASI dengan pompa ataupun
tangan. Terdapat dua macam pompa ASI, yaitu pompa manual dan
pompa listrik. Sehingga lebih baik mencoba untuk menemukan kecocokan.
Dibandingkan dengan penggunaan pompa, memerah dengan tangan
(marmet) merupakan metode yang paling efektif dalam pengeluaran ASI
secara manual. Teknik marmet merupakan pijatan menggukan dua jari,
ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar masing-masing
payudara 7-15 menit. Cara ini sering disebut juga dengan back to nature
karena caranya sederhana dan tidak membutuhkan biaya(Aziza, 2019)
Metode marmet merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengeluarkan ASI. Teknik ini memberikan efek relaks dan juga
mengaktifkan kembali refleks keluarnya air susu/milk ejection refleks
(MER) sehingga air susu mulai menetes. Dengan di aktifkannya MER
maka ASI akan sering menyemprot keluar dengan sendirinya. Metode
marmet dapat membantu kelancaran pengeluaran ASI secara alamiah
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi (Martha &Wiliam, 2007) dalam
( Norlita& Siwi, 2017).
2. Tujuan Teknik Marmet
Gambar 2.3
Teknik Marmet
Ada beberapa perhatian pada posisi jari yang paling tepat untuk
memerah ASI. Berikut ini posisi yang sangat di sarankan :
1) Tempatkan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah di belakang puting sejauh
2-4 cm.
2) Ibu jari berada dibagian atas puting dengan arah jari keatas dan gunakan
jari telunjuk serta jari tengah untuk menopang payudara dari bawah.
3) Gerakan memijat dengan bentuk seperti huruf c antara jari-jari yang
mendekati puting payudara.
4) Jangan memijat payudara hingga mendekati puting, namun carilah
kelngar susu yang letaknya jauh dibawah puting susu.
b. Gerakan Pijatan
1) Lakukan gerakan menarik ibu jari serta jari telunjuk dan jari tengah
mendekati puting payudara dengan cara menggulung pelan. Lakukan
gerakan ketiga jari ini secara bersamaan.
2) Tekan pada bagian kelenjar susu dengan gerakan kedepan dan belakang
secara bersamaan.
3) Dua gerakan menggulung dan mendorong ini akan membuat kelenjar
susu bekerja lebih baik, gerakan ini sama seperti ketika ibu menusui bayi
secara langsung yaitu ketika bayi menekan untuk mengambil susu dan
melepaskan ketika susu sudah masuk kekerongkongan bayi.
4) Untuk merangsang agar kelenjar susu terbiasa dengan pola ini maka
perah susu secara teratur pada waktu yang sama. Sesekali kompres
payudara dengan handuk hangat untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.
E. Kerangka Konsep
Sebelum Sesudah
Keterangan :
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Kriteria eksklusi
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Ibu post partum yang tidak dirawat inap diruang Melati Rumah Sakit TK II
AK Gani Palembang
b. Ibu post partum multipara
c. Ibu post partum yang tidak bersedia melakukan teknik marmet
C. Definisi Operasional
Table 3.2
DefinisiOperasional
E. Penyajian Data
Setelah data di analisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data
atau hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau tekstular dan
tabel.
Teknik marmet
Prosedur Uraian
Pelaksanaan
a. Tahap pra-interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Cuci tangan 6 langkah
3. Menyiapkan alat
b. Tahap orientasi
c. Tahap kerja
1. Memasang sampiran
d. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan merapikan alat ke tempat semula
4. Cuci tangan 6 langkah
]
DAFTAR PUSTAKA
Andi Et Al. (2022). Penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan metode
deskriptif yaitu penelitian yang tujuannya untuk menggambarkan
fenomena yang ada untuk memberikan hasil subjek tetapi tidak
memberikan implikasi yang luas.
BPS. (2017). ASI adalah nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi
paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat
perlindungan untuk memerangi penyakit (BPS, 2017). ASI Adalah Nutrisi
Ideal Untuk Bayi.
Citra Aziza. (2019). Teknik marmet merupakan pijatan menggukan dua jari,
ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar masing-masing
payudara 7-15 menit.
Della Arista Wibawati. (2020). Penatalaksanaan ibu post partum. Ibu Post
Partum.
Dinkes. (2018). Pada tahun 2018 cakupan pemberian ASI eksklusif yang
terhimpun di Provinsi Sumatera Selatan telah mencapai target sebesar
60,7%. Cakupan ASI Eksklusif Sumsel.
Iis, s, D. (2018). Teknik marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus
laktiferus dibawah areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI
pada daerah sinus laktiferus ini akan merangsang pengeluaran hormon
prolaktin. Pengeluaran hormone prolaktin ini selanjutnya aka. Teknik
Marmet Bertujuan Untuk Mengosongkan ASI.
Indah R & Ika Tr. (2018). Salah satu metode pendampingan yang bisa
diberikan untuk meningkatkan produksi ASI yaitu Teknik Marmet.(Indah R
& Ika Tr, 2018). Metode Marmet.
Jurnal Selvy Lazuarti. (2020a). Partus di anggap spontan atau normal jika
wanita berada dalam masa aterm.
Jurnal Selvy Lazuarti. (2020b). Post partum adalah masa sesudah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu.
Karsida, A. (2017). ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang
disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan
alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah
dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurn.
Maritalia. (2017). Post partum atau disebut juga puerperium adalah waktu yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat
sebelum hamil. Ibu Post Partum.
Maryam, E. Al. (2020). hasil dan pengaruh pemberian teknik marmet terhadap
peningkatan ASI dengan p value 0,000. Pengaruh Teknik Marmet Untuk
Kelancaran Asi Pada Ibu Post Partum.
Mtsweni, E. S., Hörne, T., Poll, J. A. van der, Rosli, M., Tempero, E., Luxton-
reilly, A., Sukhoo, A., Barnard, A., M. Eloff, M., A. Van Der Poll, J., Motah,
M., Boyatzis, R. E., Kusumasari, T. F., Trilaksono, B. R., Nur Aisha, A.,
Fitria, -, Moustroufas, E., Stamelos, I., Angelis, L., … Khan, A. I. (2020).
pengaruh teknik marmet terhadap kelancaran produk ASI pada ibu post
partum di klinik Ny Tyas di Jember. Engineering, Construction and
Architectural Management, 25(1), 1–9.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jss.2014.12.010%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.s
bspro.2013.03.034%0Ahttps://www.iiste.org/Journals/index.php/JPID/articl
e/viewFile/19288/19711%0Ahttp://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
doi=10.1.1.678.6911&rep=rep1&type=pdf
Reni Yuli Astuti, SST., M. K. (2020). Teknik marmet adalah salah satu teknik
yang paling banyak digunakan untuk memerah ASI. Teknik Marmet Untuk
Kelancaran Asi Pada Ibu Post Partum.
SDGs. (2020). Indikator kesejahteraan suatu negara salah satunya dilihat dari
Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan SDGs tujuan ketiga, target
pada tahun 2030 yaitu mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang
dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menur. Teknik Marmet
Untuk Kelancaran ASI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Diagnosa keperawatan merupakan suatu
penilaian klinis mengenai rerpon pasien terhadap masalah kesehatan
yang dialami ataupun proses kehidupan yang dialami baik bersifat aktual
ataupun resiko, yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon individu,
keluarga.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Intervensi merupakan suatu perawatan
yang dilakukan perawat berdasarkan pada penilaian klinis dan
pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau klien.