Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

PENERAPAN TEKNIK MARMET UNTUK KELANCARAN ASI PADA


IBU POST PARTUM

Oleh :

RISKA ASTUTI

NIM: 21142019137.P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA HUSADA PALEMBANG 2020/2021


PROPOSAL

PENERAPAN TEKNIK MARMET UNTUK KELANCARAN ASI PADA


IBU POST PARTUM

Diajukan Untuk Memenuhi Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Program Sarjana Keperawatan

Oleh :

RISKA ASTUTI

NIM: 21142019137.P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA HUSADA PALEMBANG 2020/202


KATA PENGANTAR

AssalamualakumWr.Wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal ini, sebagai salah satu syarat untuk melakukan penyusunan
Proposal.

Penulis Menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam


penyusunan Proposal ini, baik isi maupun cara penulisannya. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Dalam menyelesaikan Proposal ini penulis mendapatkan bantuan dari


berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis juga mengungkapkan
banyak terima kasih kepada semua yang membantu dalam pembuatan
proposal ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-


Nya kepada kita semua. Akhir kata, penulis berharap proposl ini dapat
berguna bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamualaikumwr .wb
Palembang, Maret 2022
Penulis

Riska Astuti, A.Md.Kep


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................v

DAFTAR TABEL .......................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

1. Tujuan Umum ........................................................................................ 4

2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................5

1. Bagi Ibu Post Partum .............................................................................5

2. Bagi Perawat ................................................................................. 5

3. Bagi Lembaga ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................6

A. Konsep Post Partum .........................................................................6

1. Definisi ....................................................................................................6

2. Anatomi dan Fisiologi ........................................................................... 6


3. Adaptasi Post Partum ....................................................................9

5. Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 12

4. Komplikasi ............................................................................................ 13

B. Asuhan Keperawatan Teknik Marmet Untuk Kelancaran ASI Pada


Ibu Post Partum ........................................................................................15

1. Pengkajian .................................................................................. 15

2) Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 17

3) Pemeriksaan Laboraturium ......................................................... 17

4) Diagnosa Keperawatan ............................................................... 18

5) Intervensi .....................................................................................19

C. Konsep ASI (Air Susu Ibu) ..............................................................20

1. Pengertian ASI ............................................................................ 20

2. Manfaat ASI .................................................................................21

D. Teknik Marmet ................................................................................24

1. Definisi ........................................................................................ 24

2. Tujuan Teknik Marmet .................................................................25

3. Langkah-langkah Cara Memerah ASI ........................................ 25

E. Kerangka Konsep ........................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 28

A. Desain Studi Kasus ........................................................................ 28

B. Tempat dan Waktu Studi Kasus ....... Error! Bookmark not defined.

C. Subjek Studi Kasus / Partisipan ......................................................28


D. Definisi Operasional ....................................................................... 29

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .................................... 30

F. Penyajian Data ............................................................................... 30

G. Etika Studi Kasus ........................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 37


DAFTAR GAMBAR

2.1 Genetalia Eksterna ………………………………………………...9

2.2 Genetalia Interna……………………………………………………8

2.3 Teknik Marmet………………………………………………………28


DAFTAR TABEL

1. Kerangka Konsep…………………………………………………….30

2. Tabelwaktu Pelaksanaan Penelitian ……………………………...32

3. Tabel Definisi Operasional ………………………………………….33

4. Tabel SOP Teknik Marmet …………………………………………36


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengajuan Judul


Lampiran 2 : Halaman Persetujuan
Lampiran 3 : Lembar Konsul
Lampiran 4 : Lembar Standart Operasional Prosedur

Lampiran 5 :INFORMED CONSENT


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indikator kesejahteraan suatu negara salah satunya dilihat dari Angka


Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan SDGs tujuan ketiga, target pada tahun
2030 yaitu mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat
dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian
Bayi Neonatal setidaknya hingga 12 / 1000 KH (Kelahiran Hidup) dan
Angka Kematian Balita 25 / 1000 KH (SDGs, 2020).
World HealthOrganzation (WHO) dalam strategi global menyatakan
bahwa pencegahan kematian bayi adalah dengan pemberian makanan
yang tepat. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan kehidupan dan
pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI) yang aman dan bergizi
pada usia 6 bulan bersamaan dengan pemberian ASI lanjutan hingga usia
2 tahun atau lebih(WHO, 2020)
ASI adalah nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi paling
sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat
perlindungan untuk memerangi penyakit (BPS, 2017). Dua tahun pertama
kehidupan seorang anak sangat penting, karena nutrisi yang optimal
selama periode ini menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengurangi
resiko penyakit kronis, dan mendorong perkembangan yang lebih baik
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemberian ASI yang optimal adalah
saat anak berusia 0-23 bulan sangat penting karena dapat
menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak dibawah usia 5 tahun
setiap tahunnya (WHO, 2020)
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes
RI) mencatatpersentasepemberian ASI eksklusif bayi berusia 0-5 bulan
sebesar 71,58% pada tahun 2021. Angka ini menunjukkan perbaikan dari
tahun sebelumnya sebesar 69,62%. Namun Sebagian besar provinsi
masih memiliki persentase pemberian ASI eksklusif di bawah rata-rata
nasional. Gorontalo tercatat sebagai provinsi dengan persentase terendah
yakni hanya 52,75%, diikuti Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara
sebesar 55,98% dan 57,83%. Persentase pemberian ASI eksklusif di
Papua Barat dilaporkan sebesar 58,77%. Sementara, di Kepulauan Riau
sebesar 58,84%, DKI Jakarta juga termasuk provinsi yang persentasenya
dibawah nasional, yaitu sebesar 62,63% (Kemenkes RI, 2021).
Pada tahun 2018 cakupan pemberian ASI eksklusif yang terhimpun di
Provinsi Sumatera Selatan telah mencapai target sebesar 60,7%,
cakupanmeningkat 0,7% dibandingtahun 2017 dengan cakupan 60%.
Sedangkan Kota Palembang menjadi wilayah dengan cakupan ASI
eksklusif tertinggi sebesar 74,6% (Dinkes, 2018).

Masih kurangnya pemberian ASI eksklusif akan berdampak pada


kualitas dan daya hidup generasi penerus. Secara global pada tahun 2019,
144 juta balita diperkirakan stunting, 47 juta diperkirakan kurus dan 38,3
juta mengalami kelebihan berat badan atau obesitas (WHO, 2020). Hal ini
terjadi karena pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti factor sosiodemografi berupa umur, pekerjaan, pendidikan social
ekonomi dan tempat tinggal, factor psikososial (dukungan suami, keluarga,
keyakinan, keinginan, dan persepsi). Faktor pra/post natal (paritas, jenis
persalinan, penyulit, konseling) (Lumbatoruan, 2018:15).

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan produksi ASI berkurang


adalah tidak dilakukannya persiapan putting terlebih dahulu dan
kurangnya reflek oksitosin dan prolaktin, asupan gizi yang kurang

yang didapat ibu menyusui tidak terpenuhi. Bisa juga karena ibu kurang
istirahat (kecapekan), dan faktor hormonal (hormontestosterone),
pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang asi eksklusif, beredarnya
mitos yang kurang baik, kesibukan ibu bekerja, perawatan payudara.
Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Kesehatan ibu memegang peranan dalam kelancaran produksi ASI. Bila
ibu tidak sehat, maupun makanannya kurang atau kekurangan darah
untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel – sel acini payudara
(Mtsweni et al., 2020).
Proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi dilahirkan. Bayi
yang dilahirkan cukup bulan mempunyai naluri untuk menyusu setelah
dilahirkan. Namun kenyataan menunjukan bahwa banyak ibu yang
mengalami ketidakefektifan proses menyusui karena produksi ASI yang
sedikit dihari pertama sehingga ibu malas untuk menyusui(Ayuputeri,
2021).
Untuk meningkatkan kemampuan ibu menyusui diperlukan
penatalaksaan dini agar ibu dapat memahami dan meningkatkan produksi
ASI. Produksi ASI dapat ditingkatkan dengan cara menyusui. Jika
menyusui tidak dapat dilakukan diawal kelahiran, dukungan yang bias
dilakukan sebagai alternative untuk keberhasilanpemberian ASI adalah
memerah atau memompa ASI, dimana tindakan ini merupakan tindakan
pendampingan yang dapat membantu memaksimalkan reseptor prolaktin
dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses
menyusui(Young, 2019).
Salah satu metode pendampingan yang bias diberikan untuk
meningkatkan produksi ASI yaitu Teknik Marmet. Teknik marmet
merupakan kombinasi cara memerah ASI yang memijat payudara
sehingga refleks ASI dapat optimal (Indah& Ika, 2018). Teknik ini
memberikan efek relaks dan juga mengaktifkan Kembali reflex keluarnya
air susu /Milk Ejection Reflks (MER) sehingga air susu mulai menetes,
dengan di aktifkannya MER maka ASI akan sering keluar dengan
sendirinya. Metode marmet ini bermanfaat untuk membantu kelancaran
pengeluaran ASI secara alamiah dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi(Wiwi, dkk, 2017).
Teknik marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus
dibawah areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada
daerah sinus laktiferus ini akan merangsang pengeluaran hormone
prolaktin. Pengeluaran hormone prolaktin ini selanjutnya akan
merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI yang dikeluarkan
atau di kosongkan dari payudara maka akan semakin banyak ASI yang
akan di produksi (Iis, dkk, 2018)
Menurut penelitian yang dilakukan Ningrum (2017) didapatkan
pengaruh pemberian tenik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post
partum, dimana sebelum dilakukan intervensi lebih separuh (67%)
mengalami ketidaklancaran ASI dan sesudah dilakukan intervensi
mayoritas (86%) mengalami kelancaran ASI. Sama halnya penelitian
lainnya yang dilakukan oleh (Maryam, 2020) didapatkan hasil dan
pengaruh pemberian teknik marmet terhadap peningkatan ASI dengan p
value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik marmet
terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum.
Berdasarkan uraian diatas atau latar belakang diatas, peneliti tertarik
melakukan studi kasus yang berjudul “penerapan teknik marmet untuk
kelancaran ASI pada ibu post partum”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka yang menjadi masalah pokok


yaitu bagaimana gambaran hasil penerapan teknik marmet untuk
kelancaran ASI pada ibu post partum.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penerapan teknik


marmet untuk kelancaran ASI pada ibu post partum.

2. Tujuan Khusus

a. Gambaran pengkajian kebutuhan penerapan teknik marmet untuk


kelancaran ASI pada ibu post partum.
b. Memberikan gambaran diagnosis keperawatan kebutuhan teknik marmet
untuk kelancaran ASI pada ibu post partum.
c. Memberikan gambaran intervensi keperawatan kebutuhan teknik marmet
untuk kelancaran ASI pada ibu post partum.
d. Memberikan gambaran implementasi keperawatan kebutuhan teknik
marmet untuk kelancaran ASI pada ibu post partum.
e. Memberikan gambaran evaluasi keperawatan kebutuhan teknik marmet
untuk kelancaran ASI pada ibu post partum

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu Post Partum

Dapat dijadikan informasi mengenai cara untuk memperlancar serta


meningkatkan produksi ASI dan mengatasi nyeri, sehigga ibu bias
memberikan ASI secara optimal.
2. Bagi Perawat
Dapat mengajarkan teknik marmet sebagai terapi untuk
memnperlancar dan meningkatkan produksi ASI.
3. Bagi Lembaga
a. Rumah sakit/Puskesmas
Sebagai sarana pengembangan terapan bidang keperawatan khususnya
pada ibu post partum yang mengalami masalah ketidakefektifan ASI.

b. Pendidikan
Menambah ilmu teknologi terapan bidang keperawatan mengenai
efektifitas teknik marmet untuk melancarkan produksi ASI dan dapat
dijadikan referensi untuk dimasukan dalam proses pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Post Partum

1. Definisi

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut


masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010) (Lazuarti, 2020).
Partus di anggap spontanatau normal jika wanita berada dalam
masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin persentasi
puncak kepala dan persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005)
(Lazuarti, 2020).
Post partum atau disebut juga puerperium adalah waktu yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat
sebelum hamil atau disebut involusi terhitung dari selesai persalinan
hingga dalam jangka waktu kurang lebih 6 minggu atau 42 hari (Maritalia,
2017).

2. Anatomi dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna yang


terletakdidalamrongga pelvis dan di topang oleh lantai pelvis, dan
genetalia eksterna, yang terletak di periperium, struktu rreproduksi interna
dan eksterna berkembang menjadi maturaki batrangsang hormone
estrogen dan progesteron (Bobak, 2005) (Lazuarti, 2020).
a. Sistem Reproduksi Eksterna
(Gambar 2.1)

Genetalia Eksterna

Sumber : Moore, 2014

1) Vulva : Nama yang diberikan untuk struktur genetelia eksterna. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai kebelakang
dibatasi perineum.
2) Mons pubis : Jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan
padat serta merupakan jaringan ikat jarang diatas simfisis pubis.
3) Labia mayora : Dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
4) Labia minora : Terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah
bawah, dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Pembuluh
darah yang sangat banyak membuat labia berwarna kemerahan dan
memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional
atau stimulus fisik, kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva.
5) Klitoris : Organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak di bawah
arkus pubis.
6) Vestibulum : Salah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak diantara labia minora, klitoris dan fourchette.
7) Fourchette : Lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora.
8) Perineum : Daerah muskular yang ditutupi kulitantara introitus vagina dan
anus.

b. Sistem Reproduksi Interna

(Gambar 2.2)

Struktur Interna

Sumber : Moore, 2014

1) Ovarium : Ovarium terletak di setiapsisi uterus, dibawah dan dibelakang


tuba falopi. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormone saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
banyak ovum primordial.
2) Tuba falopi : Merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang
tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan 10 peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan
peristaltis.
3) Uterus : Organ yang berdinding tebal, muskular, pipih dan cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
4) Vagina : Suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah, cairan sedikit asam.
3. Adaptasi Post Partum

Menurut Lazuarti ( 2020), perubahan (adaptasi) yang terjadi pada ibupost


partum adalah :

a. Adaptasi Fisiologi
1) Involusi uterus adalah proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum
hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga
persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah
umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebabkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hepertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2) Kontraksi intensitas meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterine
yang sangat besar. Hormone oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah
dan membantu hemostatis. Selama 1-2 jam pertama pasca partum
intensitas kontraksi uterus bias berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskuler diberikan segera setelah 14 hari plasenta lahir. Ibu
yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara segera setelah lahir karena isapn bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.

b. Adaptasi Psikologis
Menurut (Hamilton, 1995) adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase taking in / ketergantungan fase ini dimulai hari pertama dan hari
kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungan
pelayanan.
2) Fase taking hold / tidak ketergantungan fase ini dimulai pada hari ketiga
setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampaihariketigaibusiapuntukmenerimaperanbarunya dan belajar tentang
semuahal baru. Selama fase ini system pendukung menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat beristirahat dengan baik.
3) Fase letting go / saling ketergantungan dimulai sekitar minggu kelima
sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaikan
diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasien telah sembuh, perasan
rutinnya telah Kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.
Menurut Wibawati (2020), Periodepost partum ini ialah masa enam
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali
kekeadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a) Sistem Reproduksi
1) Proses involusi : Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
2) Kontraksi : Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantuh emostatis.
3) Tempat plasenta : Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan,
kontrak sivaskular dan thrombus menurunkan tempat plasenta
kesuatu area yang meninggi dan bermodul tidak teratur.
4) Lochea : Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris
trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan
denrus jaringan. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, selepitel,
mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
5) Serviks : Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6) Vagina : Vagina yang semula sangat teregangakan kembali secara
bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b) Sistem Endokrin
1) Hormon Plasenta : Penurunan hormon human plasental lactogen,
esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulin asemembalik
efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun
secara bermakna pada masa puerperium.
2) Hormon hipofisis : Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada
wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum
yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam
menekan ovulasi. Karena kadar follikel stimulating hormon terbukti
sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium
tidak merespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat.
c) Abdomen : Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melhirkan,
abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak
seperti masil hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembalike keadaan sebelum hamil.
d) Sistem urinarius : Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu
bulan setelah wanita melahirkan.
e) Sistem cerna : Nafsumakan, mortilitas, defakasi
f) Payudara : Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan
payudara selama wanita hamil (esterogen, progesterone, human
chorionik gonadotropin, prolaktin, kritosin, dan insulin) menurun
dengan cepat setelah bayi lahir.
1) Ibu tidak menyusui : Kadar prolaktin akan menurunkan dengan cepat
pada wanita yang tidak menyusui.
2) Ibu yang menyusui :Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak
dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum.

g) Sistem Kardiovaskuler
1) Volume darah : Perubahan volume darah tergantung pada
beberapa faktor misalnya kehilangan darah merupakan akibat
penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu
terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume
darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum lahir.
2) Curah jantung : Denyut jantung volume sekuncup dan curah
jantung meningkat sepanjang masa hamil.
3) Tanda-tanda vital : Beberapa perubahan tanda-tanda vital
bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal.
h) Sistem neurologi : Perubahan neurologis selama puerperium
merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita
hamil dan di sebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan
melahirkan.
i) Sistem musculoskeletal : Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang
terjadi selama masa hamil adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat
berat ibu akibat pembesaran rahim.
j) Sistem integument : Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir.

4. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Darah

Beberapa uji laboraturium biasa segera dilakukan pada


periode pasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali
dibutuhkan pada hari pertama pada post partum untuk mengkaji
kehilangan darah pada melahirkan.

b) Pemeriksaan Urine
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan
kateter atau dengan teknik pengambilan bersih (clean-cath) spesimen ini
dikirim kelaboraturium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan
sensitivitas terutama jika kateter indwelling di pakai selama pasca
inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan
status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin.

5. Komplikasi

Komplikasi post partum menurut (Lazuarti, 2020)

a. Pendarahan : Kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah melahirkan


kriteria pendarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda
sebagai berikut :
b. Kehilangan darah lebih dari 500 cc.
c. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.
d. Hb turun sampai 3 gram %.
Tiga penyebab utama pendarahan antara lain :
1. Atonia uteri : Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari pendarahan post
partum.
2. Aserasi jalan lahir : Perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan pendarahan banyak bila tidak direparasi dengan segera
dan terasa nyeri.
3. Retensi plasenta : Hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi
uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas
jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
a) Inversi uteri (Wiknjosastro, 2009)
1) Infeksi puerperalis di definisikan sebagai infeksi saluran
reproduksi selama masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini
1% - 8%, ditandai adanya kenaikan suhu >38 dalam 2 hari selama 10
hari pertama post partum.
2) Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak
disebabkan oleh infeksi puerpiralis. Bakteri vagina, pembedaan
caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
3) Mastitis yaitu infeksi pada payudara
4) Infeksi saluran kemih insiden mencapai 2-4% wanita post
partum, pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
Organisme terbanyak adalah entamoba coli dan bakterigram negative
lainnya.
5) Tromboplebitis dan thrombosis semasa hamil dan masa awal
post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status vena
menyebabkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan
dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus)
dan tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500-750 kelahiran
pada 3 hari pertama post partum.
6) Emboli yaitu partikel berbahaya karena masuk kepembuluh
darah kecil.
7) Post partum depresi yaitu ibu bingung dan merasa takut
pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian
tidak aman, perasaan obsesi cemas, kehilangan control dan lainnya.
8) Tanda-tanda bahaya post partum
Pendarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir
lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa pendarahan
tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
a. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
b. Kulit perineum berwarna pucat mengkilap.
9) Ada pendarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan
pada mukosa vagina.

B. Asuhan Keperawatan Teknik Marmet Untuk Kelancaran ASI Pada Ibu


Post Partum

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan


dengan mengumpulkan data-data akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada karena itu pengkajian
keperawatan merupakan dasar yang kokoh dalam tercapainya asuhan
keperawatan yang optional (Naibaho, 2019).

a. Identitas klien

Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, suku, agama, riwayat


pendidikan, pekerjaan, alamat.

b. Riwayat haid (apakah haid teratur, siklusnya berapa hari, apakah ada
keluhan selama haid, HPHT/HPMT).
c. Riwayat perkawinan (menikah, belum menikah, berapa lama menikah,
berapa kali).
d. Riwayat obstetric
Riwayat kehamilan ; Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil
laboraturium, USG, darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk
situasi, emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan
pengobatan yang diperoleh.
e. Riwayat persalinan
1) Riwayat persalinan lalu : Jumlah gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan, saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
2) Riwayat nifas pada saat persalinan lalu (masalah nifas dan laktasi yang
pernah dialami, masalah bayi yang pernah dialami, keadaan bayi.
3) Riwayat KB : jenis kontrasepsi yang pernah digunakan setelah persalinan,
jumlah anak yang direncanakan.
f. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalanin, dimana mendapat pertolongan. Apakah
penyakit tersebut pernah diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-
ulang.
g. Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetik, menular, kelainan, kongenital, atau gangguan kejiwaan
yang pernah diderita oleh keluarga.
h. Profil keluarga
i. Pola nutrisi
Pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan, dan
frekuensi.
j. Pola istirahattidur
Lamanya, kapan, (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara.
k. Pola eliminasi
Apakah terjadi dieresis setelah melahirkan, setelah melahirkan adakah
inkontinesia, hilangnya kontrolblas, pola BAK, frekuensi dan warna, pola
BAB, fekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum.
l. Personal Higine
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunakan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
m. Aktifitas
n. Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui
o. Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya, terutma perubahan-perubahan selama
kehamilan.

1) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaanumum : Tingkat kesadaran


b. BB, TB, LL, TTV : TD, S, RR, N.
c. Kepala : rambut, wajah, mata (konjungtiva), hidung, mulut, fungsi
pengecapan, pendengaran dan leher.
d. Breast : kebesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola, dan
puting susu. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi,
laktasi, kolostrum. Perabaan pembesaran getah bening di ketiak.
e. Abdomen : teraba lembut, tekstur doughi (kenya), musculas rectus,
abdominal, utuh (intact), atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keraslunak, boggy), lokasi, kontraksi, uterus,
nyeri, perabaan distensi bilas.
f. Anogenital : Lihat struktur, ragangan, edema vagina, keadaan liang vagina,
(licin, kendurlemah) adakah hematom, nyeri, tegang
Perineum : keadaan luka episiotomy, ochimosis, edema, kemerahan,
eritema, drainage, Lochea (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau
konsistensi, 1-3 hari rubra, 4-10 hari serosa ≥ 10 hari alba).
Anus : Hemoroid dan thrombosis pada anus.
g. Muskuloskeletal : Tamda human, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi
kekuatan otot.

2) Pemeriksaan Laboraturium

a. Darah : Hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb ≤ 10


g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, trombosit.
b. Klien dengan dower kateter diperlukan culture urine.
3) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dialami ataupun proses
kehidupan yang dialami baik bersifat aktual ataupun resiko, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan Kesehatan (PPNI, 2016)
a. Menyusui Tidak Efektif Berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Definisi :
Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran
pada proses menyusui.
Penyebab : Fisiologis
1. Ketidakadekuatan suplai ASI
2. Hambatan pada neonatus (mis. Prematuritas, sumbing)
3. Anomaly payudara ibu (mis. Puting yang masuk kedalam)
4. Ketidakadekuatan refleks oksitosin
5. Ketidakadekuatan refleks menghisap bayi
6. Payudara bengkak
7. Riwayat operasi payudara
8. Kelahiran kembar

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Kelelahan maternal
2. Kecemasan maternal

Objektif

1. Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu


2. ASI tidak menetes/memancar
3. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
4. Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua.
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif

1. Intake bayi tidak adekuat


2. Bayi menghisap tidak terus menerus
3. Bayi menangis saat disusui.

4) Intervensi

Intervensi merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat


berdasarkan pada penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan out come pasien atau klien (PPNI, 2018).

Intervensi yang dapat diambil dari kasus tersebut adalah Menyusui


Tidak Efektif.

Definisi : Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidak puasan atau
kesukaran pada proses menyusui.

Observasi :

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


b. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui

Terapeutik

a. Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan


b. Jadwalkan pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
d. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
e. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga, Kesehatan dan
masyarakat

Edukasi
a. Berikan konseling menyusui
b. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
c. Ajarkan empat posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar
d. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan
kapas yang telah diberikan minyak kelapa
e. Ajarkan perawatan payudara post partum (mis. Memerah ASI, pijat
payudara, pijat oksitosin).

C. Konsep ASI (Air Susu Ibu)

1. Pengertian ASI

ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu
terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung
komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang tersedia setiap saat (Karsida, 2017)

ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang


lengkap untuk bayi, dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi,
serta sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan bayi
selama 6 bulan (Karsida, 2017). Salah satu penyebab produksi ASI
meningkat atau menurun adalah adanya stimulasi pada kelenjar payudara
terutama pada minggu pertama laktasi. (Baba &Saputra 2021)

Seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling


sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama.
Selain itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan
perkembangan jasmani, emosi maupun spiritual yang baik dalam
kehidupannya (Muliavisitama, 2019).
2. Manfaat ASI

Berikut ini adalah manfaat-manfaat yang akan diperoleh apabila


memberi ASI pada bayi (Krisyyansari, 2009) dalam (Sutanto, 2019)

a) Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat


badan yang baik setelah lahir. Pertumbuhan setelah periode perinatal
baik dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu diberi
penyuluhan tentang ASI dan laktasi. Umumnya, berat badan bayinya
(pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak di
beri penyuluhan, frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga
dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih
banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.

b) Bagi Bayi
1. Membantu memulai kehidupannya dengan baik
2. Mengandung antibody mekanisme pembentukan antibody
pada bayi. Apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan
membentuk antibody dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan
limposit. Antibody di payudara disebut Mammae Associated
Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT). Kekebalan terhadap
penyakit saluran pernafasan ditransfer melalui Gut Associated
Immunompetent Lympoid Tissue (GALT).
3. ASI mengandung komposisi tepat, Komposisi yang tepat
yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari
proporsi yang seimbang dan cukup kuintasi semua zat yang
diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama. ASI mengandung
laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam
usus laktosa akan di fermentasikan menjadi asam laktat yang
bermanfaat untuk :
a) Menghambat pertumbuhan bakteri yang berisikan pathogen
b) Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis
vitamin.
c) Memudahkan terjadinya penghadap calcium cassienat
d) Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti
calcium, magnesium.
4. Mengurangi kejadian karisdentis
Insiden kariesdentis pada bayi yang mendapatkan susu formula
jauh lebih tinggi dibandingkan yang mendapatkan ASI. Biasanya
disebabkan kebiasaan menyusui dengan botol dan terutama pada waktu
akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
5. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi (adanya ikatan antara ibu
dan bayi). Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi.
Kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan
psikomotorik maupun sosial yang lebih baik.
6. Terhindar dari alergi
ASI tidak mengandung beta-lctoglobin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi. Pada bayi baru lahir system igE belum sempurna.
Pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein
asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan
alergi.
7. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega
3 untuk pematangan sel-sel otak. Efeknya, jaringan otak bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari
rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar
dari kerusakan sel-sel saraf otak.
8. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi.
Manfaat pemberian ASI yang terakhir adalah membantu
perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena
gerangan menghisap mulut bayi pada payudara.

a. Bagi Ibu
1) Aspek kontra sepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf sensorik,
sehingga post anterior hipofisee mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk
keindung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Pemberian ASI diberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6
bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif)
dan belum terjadi menstruasi kembali.

2) Aspek Kesehatan Ibu


Hisapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya pendarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan
berkurangnya pendarahan pasca persalinan mengurangi pre-valensi
anemia defisiensi besi.
3) Aspek Psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga
untuk ibu. Ibu akan merasa bangga diperlakukan, rasa dibutuhkan oleh
semua manusia. Memberi rasa kebanggan bagi ibu karena dapat
memberikan “kehidupan” kepada bayinya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi ASI


Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi
ASI:
a. Frekuensi pemberian ASI
b. Berat bayi saat lahir
c. Usia kehamilan saat bayi lahir
d. Usia ibu dan paritas
e. Stress dan penyakit akut
f. IMD
g. Kontrasepsi dan status gizi

D. Teknik Marmet

1. Definisi

Teknik marmet adalah salah satu teknik yang paling banyak digunakan
untuk memerah ASI. Penemu gaya susu ini adalah Chele Marmet,
seseorang pakar pemerah ASI serta Kesehatan ibu dan anak(Astuti,
2020).
Pada umumnya anda dapat memerah ASI dengan pompa ataupun
tangan. Terdapat dua macam pompa ASI, yaitu pompa manual dan
pompa listrik. Sehingga lebih baik mencoba untuk menemukan kecocokan.
Dibandingkan dengan penggunaan pompa, memerah dengan tangan
(marmet) merupakan metode yang paling efektif dalam pengeluaran ASI
secara manual. Teknik marmet merupakan pijatan menggukan dua jari,
ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar masing-masing
payudara 7-15 menit. Cara ini sering disebut juga dengan back to nature
karena caranya sederhana dan tidak membutuhkan biaya(Aziza, 2019)
Metode marmet merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengeluarkan ASI. Teknik ini memberikan efek relaks dan juga
mengaktifkan kembali refleks keluarnya air susu/milk ejection refleks
(MER) sehingga air susu mulai menetes. Dengan di aktifkannya MER
maka ASI akan sering menyemprot keluar dengan sendirinya. Metode
marmet dapat membantu kelancaran pengeluaran ASI secara alamiah
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi (Martha &Wiliam, 2007) dalam
( Norlita& Siwi, 2017).
2. Tujuan Teknik Marmet

Marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat


payudara sehingga refleks ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI
dengan cara marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dan sinus
laktiferus yang terletak dibawah areola sehingga diharapkan dengan
mengosongkan ASI pada sinus laktiferus akan merangsang pengeluaran
prolaktin. Pengeluaran hormone prolaktin diharapkan akan merangsang
mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI
dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan semakin baik produksi
ASI di payudara (Hamida, 2016).

3. Langkah-langkah Cara Memerah ASI

Berikut ini beberapa Langkah untuk memerah ASI dengan teknik


marmet menurut ( Astuti, 2020).

Gambar 2.3
Teknik Marmet

Sumber :Setiawandari, 2014

a. Lakukan posisi tepat untuk memerah ASI

Ada beberapa perhatian pada posisi jari yang paling tepat untuk
memerah ASI. Berikut ini posisi yang sangat di sarankan :
1) Tempatkan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah di belakang puting sejauh
2-4 cm.
2) Ibu jari berada dibagian atas puting dengan arah jari keatas dan gunakan
jari telunjuk serta jari tengah untuk menopang payudara dari bawah.
3) Gerakan memijat dengan bentuk seperti huruf c antara jari-jari yang
mendekati puting payudara.
4) Jangan memijat payudara hingga mendekati puting, namun carilah
kelngar susu yang letaknya jauh dibawah puting susu.

b. Gerakan Pijatan

Setelah ibu menemukan sumber air susu makalakukan gerakan


pijatan mendorong kearah dada dan juga dorongan kearah puting
payudara. Gerakan ini harus dilakukan dengan kompak agar kelenjar susu
bisa bekerja maksimal dan bagian dalam tidak bisa merangsang air susu.

1) Lakukan gerakan menarik ibu jari serta jari telunjuk dan jari tengah
mendekati puting payudara dengan cara menggulung pelan. Lakukan
gerakan ketiga jari ini secara bersamaan.
2) Tekan pada bagian kelenjar susu dengan gerakan kedepan dan belakang
secara bersamaan.
3) Dua gerakan menggulung dan mendorong ini akan membuat kelenjar
susu bekerja lebih baik, gerakan ini sama seperti ketika ibu menusui bayi
secara langsung yaitu ketika bayi menekan untuk mengambil susu dan
melepaskan ketika susu sudah masuk kekerongkongan bayi.
4) Untuk merangsang agar kelenjar susu terbiasa dengan pola ini maka
perah susu secara teratur pada waktu yang sama. Sesekali kompres
payudara dengan handuk hangat untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.
E. Kerangka Konsep
Sebelum Sesudah

ProduksiASI Teknik Marmet Kelancaran


Produksi ASI

Keterangan :
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan metode


deskriptif yaitu penelitian yang tujuannya untuk menggambarkan
fenomena yang ada untuk memberikan hasil subjek tetapi tidak
memberikan implikasi yang luas (Andi, 2022). Penelitian studi kasus yang
dilakukan dengan penerapan teknik marmet untuk kelancaran ASI pada
ibu post partum dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

B. Subjek Studi Kasus / Partisipan

Subjek proposal ini merupakan subjek yang akan dilakukan penelitian,


ada dua criteria dalam pemiihan subjek proposal yaitu criteria inklusi dan
criteria eksklusi, sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Ibu post partum hari pertama yang dirawat inap diruang Melati Rumah
sakit TK II AK Gani Palembang.
b. Ibu post partum primipara
c. Ibu post partum dengan usia reproduksi (20-35 tahun)
d. Ibu post partum dengan ketidaklancaran ASI
e. Ibu post partum yang bersedia melakukan penerapan teknik marmet

2. Kriteria eksklusi
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Ibu post partum yang tidak dirawat inap diruang Melati Rumah Sakit TK II
AK Gani Palembang
b. Ibu post partum multipara
c. Ibu post partum yang tidak bersedia melakukan teknik marmet

C. Definisi Operasional

Table 3.2
DefinisiOperasional

Var Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil


iab ukur
el

ASI merupakannutri Observasi GelasUkur - AsiTid


siterbaik yang (dot) aklanc
paling ar
tepatbagibayibar (<5cc)
ulahirsampaium - Asilan
ur 6 bulan, car (>5
karena usus cc)(Ma
bayibelumbisam ryam,
encernamakana 2020)
n pada masa
tersebutselainde
nganpemberian
ASI.

Tek Merupakanperp Dilakukan oleh StandarOper


nik aduanmemerah penelitisesuaidenganSt asionalProse
mar dan andarOperasionalProse dur ( SOP )
met memijatpayudar dur ( SOP )
a pada ibupost
partum yang
dapatmerangsa
nghormon pada
proses
menyusui.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data


Metode pada proposal ini akan menggunakan metode observasi
dan pengkajian pada pasien post partum, sebelum dan sesudah
diberiterapi teknik marmet. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji
responden untuk mengetahui produksi ASI. Pengukuran dan pemeriksaan
langsung pada ibu post partum. Data yang dipakai adalah data primer,
data yang diambil langsung oleh peneliti akan meminta persetujuan ibu
menggunakan informed consent.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang akan dipakai dalam proposal ini adalah lemba
observasi untuk mengetahui kelancaran ASI pada ibu post partum
sebelum dan sesudah diberi terapi teknik marmet yang sudah disiapkan
peneliti.

E. Penyajian Data
Setelah data di analisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data
atau hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau tekstular dan
tabel.

F. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus dalam penelitian ini antara lain adalah :


1. Informed consent (Persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus
mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan
bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk membangun
ilmu.
2. Anominity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta
bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari
responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden
atau tanpa nama (Anominity)
3. Confidentally (rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada responden
dijamin oleh peneliti.
Standar Operasional prosedur (SOP)

Teknik marmet

Standar Operasional Prosedur

Pengertian Teknik Marmet adalah metode memijat dan menstimulasi


payudara menggunakan tangan agar ASI keluar lebih
optimal yang paling banyak digunakan.

Tujuan Mengosongkan ASI dari laktifus yang terletak dibawah


areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI
pada daerah sinus laktiferus ini akan merangsang
pengeluaran hormone prolaktin. Pengeluaran hormone
prolaktin ini selanjutnya akan merangsang alveoli untuk
memproduksi ASI. ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari
payudara maka akan semakin banyak ASI yang di
produksi (Ms’adah, 2015).
Manfaat 1. Penggunaan pompa untuk memerah ASI relaktif tidak
nyaman dan tidak efektif mengosongkan payudara.
2. Refleks keluarnya ASI lebih mudah terstimulasi dengan
skip to skin efektif mengosongkan payudara contack.
3. Ekonomis.
4. Merangsang peningkatan produksi ASI.
5. Penggunaan pompa untuk memerah ASI relaktif tidak
nyaman dan tidak efektif mengosongkan payudara.

Indikasi Klien dan ASI yang tidak lancar

Prosedur Uraian

Alat dan Bahan


1. Mangkuk lebar dan botol air susu ibu (ASI)
2. Kapas atas kas/waslap
3. Bengkok 1 buah
4. Waskom sedang (berisi air dingin atau panas)
Persiapan Pasien

Pasien diberi penjelsan tentang prosedur yang akan


dilakukan jika telah paham dan bersedia, maka pasien
wajib mengisi dan menandatangani lembar persetujuan
responden.

Pelaksanaan

a. Tahap pra-interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Cuci tangan 6 langkah

3. Menyiapkan alat

b. Tahap orientasi

1. Memberikan salam kepada pasien dan nama pasien.

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien


atau keluarga.
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum
kegiatan dilakukan.

c. Tahap kerja

1. Memasang sampiran

2. Melepaskan pakaian atas


3. Membersihkan kedua puting sengan kapas atau waslap.
4. Duduklah dengan posisi badan sedikit maju kedepan agar
gaya gravitasi membantu ASI mengalir.
5. Mulailah memijat payudara atau message payudara
dengan cara menepuk payudara dengan cara menepuk
menggunakan ujung jari, memutar payudara dengan jari,
memutar payudara menggunakan buku-buku jari, serta
melakukan gerakan sirkular/melingkar.
6. Usap payudara dari dinding dada sampai puting dengan
usapan yang lembut.
7. Ayunkan payudara dengan lembut sampai condong
kedepan sehingga gravitasi membantu pengeluaran ASI
8. Letakan ibu jari dan jari lainnya (telunjuk dan jari tengah)
sekitar 1 cm hingga 1,5 cm dari areola, usahakan untuk
mengikuti aturan tersebut sebagai panduan. Apalagi
ukuran dari areola tiap wanita berpariasi dan tempat ibu
jari diatas areola posisi jam 12 dan jari lainnya diposisi 6
atau menyerupai c.
9. Hindari melingkari jari pada areola posisi jari seharusnya
tidak berada di jam 12 dan jam 4.
10. Dorong kearah dada dan hindari merenggangkan jari.
11. Gulung gunakan ibu jari dan jari lainnya secara
bersamaan.
12. Gerakan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan Gudang
ASI (terminal milk) hingga kosong.
13. Ulangi secara teratur (rhythmically) hingga gudang air susu
ibu kosong.
14. Posisikan jari secara tepat, push (dorong) roll (gulung).
15. Putar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI.

Dilakukansetiapdua kali sehari masing-masing selama 30


menit

d. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan merapikan alat ke tempat semula
4. Cuci tangan 6 langkah

Evaluasi 1. Melakukan evaluasi kepada ibu setelah dilakukan tindakan


keperawatan
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama melakukan
pemeriksaan.

Dokumentasi1. Mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan dan


menyertakan.
2. Menyertakan nama jelas dan tanda tangan.

Sumber :Ayu UlfaZakia, 2018

]
DAFTAR PUSTAKA

Ayuputeri. (2020). Proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi


dilahirkan. Bayi yang dilahirkan cukup bulan mempunyai naluri untuk
menyusu setelah dilahirkan. Namun kenyataan menunjukan bahwa
banyak ibu yang mengalami ketidakefektifan proses menyusui karena
produksi. Proses Menyusui Pada Bayi.

Andi Et Al. (2022). Penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan metode
deskriptif yaitu penelitian yang tujuannya untuk menggambarkan
fenomena yang ada untuk memberikan hasil subjek tetapi tidak
memberikan implikasi yang luas.

Andina Vita Sutanto . AM.Keb., S. M. (n.d.). manfaat-manfaat yang akan


diperoleh apabila memberi ASI pada bayi.

BPS. (2017). ASI adalah nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi
paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat
perlindungan untuk memerangi penyakit (BPS, 2017). ASI Adalah Nutrisi
Ideal Untuk Bayi.

Citra Aziza. (2019). Teknik marmet merupakan pijatan menggukan dua jari,
ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar masing-masing
payudara 7-15 menit.

Della Arista Wibawati. (2020). Penatalaksanaan ibu post partum. Ibu Post
Partum.

Dinkes. (2018). Pada tahun 2018 cakupan pemberian ASI eksklusif yang
terhimpun di Provinsi Sumatera Selatan telah mencapai target sebesar
60,7%. Cakupan ASI Eksklusif Sumsel.

Fk, K., & Andalas, U. (2020). Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas.


2030, 1–6.
Hamilton. (1995). adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase.

Iis, s, D. (2018). Teknik marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus
laktiferus dibawah areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI
pada daerah sinus laktiferus ini akan merangsang pengeluaran hormon
prolaktin. Pengeluaran hormone prolaktin ini selanjutnya aka. Teknik
Marmet Bertujuan Untuk Mengosongkan ASI.

Indah R & Ika Tr. (2018). Salah satu metode pendampingan yang bisa
diberikan untuk meningkatkan produksi ASI yaitu Teknik Marmet.(Indah R
& Ika Tr, 2018). Metode Marmet.

Jimi Ali Baba1, Ricco Herdiyan Saputra2, M. H. P. (2021). ISSN 2798-3641


(Online). Implementasi Sistem Informasi Iventarisasi Komputer Pada Pt.
Masa Kini Mandiri, 1(6), 903.
https://www.bajangjournal.com/index.php/JIRK/article/view/621

Jurnal Selvy Lazuarti. (2020a). Partus di anggap spontan atau normal jika
wanita berada dalam masa aterm.

Jurnal Selvy Lazuarti. (2020b). Post partum adalah masa sesudah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu.

Jurnal Wiwik norlita, T. S. K. (2017). Metode marmet merupakan suatu cara


yang digunakan untuk mengeluarkan ASI. Kefektifan Teknik Marmet.

Karsida, A. (2017). ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang
disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan
alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah
dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurn.

Kemenkes RI. (2021). Menurut data Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia (Kemenkes RI) mencatat persentase pemberian ASI eksklusif
bayi berusia 0-5 bulan sebesar 71,58% pada 2021. Cakupan ASI Eksklusif.

Khusnul Hamida. (2016). Marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI


dan memijat payudara sehingga refleks ASI dapat optimal.

Lazuarti, J. S. (2020). Komplikasi post partum.

Lumbatoruan. (2018). Hal ini terjadi karena pemberian ASI eksklusif


dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor sosiodemografi. Faktor
Pra/Post Natal.

Maritalia. (2017). Post partum atau disebut juga puerperium adalah waktu yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat
sebelum hamil. Ibu Post Partum.

Maryam, E. Al. (2020). hasil dan pengaruh pemberian teknik marmet terhadap
peningkatan ASI dengan p value 0,000. Pengaruh Teknik Marmet Untuk
Kelancaran Asi Pada Ibu Post Partum.

Mtsweni, E. S., Hörne, T., Poll, J. A. van der, Rosli, M., Tempero, E., Luxton-
reilly, A., Sukhoo, A., Barnard, A., M. Eloff, M., A. Van Der Poll, J., Motah,
M., Boyatzis, R. E., Kusumasari, T. F., Trilaksono, B. R., Nur Aisha, A.,
Fitria, -, Moustroufas, E., Stamelos, I., Angelis, L., … Khan, A. I. (2020).
pengaruh teknik marmet terhadap kelancaran produk ASI pada ibu post
partum di klinik Ny Tyas di Jember. Engineering, Construction and
Architectural Management, 25(1), 1–9.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jss.2014.12.010%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.s
bspro.2013.03.034%0Ahttps://www.iiste.org/Journals/index.php/JPID/articl
e/viewFile/19288/19711%0Ahttp://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
doi=10.1.1.678.6911&rep=rep1&type=pdf

Muliavisitama, D. (2019). ASI adalah makanan satu-satunya yang paling


sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama.

Naibaho. (2019). Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses


keperawatan dengan mengumpulkan data-data akurat dari klien sehingga
akan diketahui berbagai permasalahan yang ada karena itu pengkajian
keperawatan merupakan dasar yang kokoh dalam tercapainya asuhan
keper.
Ningrum, et al. (2017). pengaruh pemberian tenik marmet terhadap produksi
ASI pada ibu post partum. Pengaruh Teknik Marmet Untuk Kelancaran
ASI Pada Ibu Post Partum.

Reni Yuli Astuti, SST., M. K. (2020). Teknik marmet adalah salah satu teknik
yang paling banyak digunakan untuk memerah ASI. Teknik Marmet Untuk
Kelancaran Asi Pada Ibu Post Partum.

SDGs. (2020). Indikator kesejahteraan suatu negara salah satunya dilihat dari
Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan SDGs tujuan ketiga, target
pada tahun 2030 yaitu mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang
dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menur. Teknik Marmet
Untuk Kelancaran ASI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Diagnosa keperawatan merupakan suatu
penilaian klinis mengenai rerpon pasien terhadap masalah kesehatan
yang dialami ataupun proses kehidupan yang dialami baik bersifat aktual
ataupun resiko, yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon individu,
keluarga.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Intervensi merupakan suatu perawatan
yang dilakukan perawat berdasarkan pada penilaian klinis dan
pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau klien.

WHO. (2020a). Masih kurangnya pemberian ASI eksklusif akan berdampak


pada kualitas dan daya hidup generasi penerus. Masih Kurangnya
Pemberian ASI.

WHO. (2020b). World Healt Organzation (WHO) dan United Nations Of


Children’s fund (UNICEF) dalam strategi global menyatakan bahwa
pencegahan kematian bayi adalah dengan pemberian makanan yang
tepat pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan kehidupan dan pengenalan
makanan. ASI (MPASI) Yang Aman Dan Bergizi Pada Pada Usia 6 Bulan.

Wiknjosastro. (2009). penyebab utama pendarahan post partum. Post Partum.


Wiwik N, D. (2017). Teknik ini memberikan efek relaks dan juga mengaktifkan
Kembali refleks keluarnya air susu / Milk Ejection Reflks (MER) sehingga
air susu mulai menetes. Teknik MER.

young. (2019). Untuk meningkatkan kemampuan ibu menyusui diperlukan


penatalaksaan dini agar ibu dapat memahami dan meningkatkan produksi
ASI. Produksi ASI.

Anda mungkin juga menyukai