Anda di halaman 1dari 12

PENCEGAHAN INFEKSI

Oleh :
Kelompok II
 Anggi Puspita Sari
 Gita Putri Aulia
 Siti Ratna
 Chenisa Ezlyn Ayunda Cinta
 Dina Novita
 Hadimah Putri
 Indah Lestari
 Samida
 Padiiyah
 Nadia

UNIVERSITAS NURUL HASANAH KUTACANE


ACEH TENGGARA TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini. yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Pencegahan Infeksi ”.Dalam penyusunannya, kami memperoleh
banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya . Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang...........................................................................................1
B.       Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

II.I INFEKSI .......................................................................................................2

II.2. TRASMISI KUMAN...................................................................................2

II.3. PENCEGAHAN INFEKS...........................................................................3

II.3. CUCI TANGAN...........................................................................................4

II.4.PERLINDUNGAN DIRI..............................................................................5
II.5. ASPTIK DAN ANTISEPTIK.....................................................................6

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ...........................................................................................8
B. SARAN ........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut
dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau
setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam
tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari
rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.

B.       Tujuan

Tujuan adanya makalah ini adalah agar mahasiswa / mahasiswi kesehatan mengetahui
bagaimana infeksi nosokomial dan bisa menjelaskannya di lapangan kepada klien / pasien.
BAB II
PEMBAHASAN

II.I INFEKSI

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala
klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di
rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen
disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah
ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi
eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan
dari satu pasien ke pasien lainnya.

II.2. TRASMISI KUMAN

Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat
menimbulkan radang atau penyakit. proses tersebut melibatkan beberapa unsur di antaranya:

1. Agen infeksi  (infectious agent) adalah  Mikroorganisme yang dap menyebabkan


infeksi.  Pada manusia dapat berupa bakteri, virus, Rickettsia, jamur dan parasit.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit, selaput
lendir saluran nafas atas, usus dan vagina.
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir.
Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit
dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi  dari
reservoir ke penderita (yang suseptibel).
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui:  saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah  orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor yang
mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,luka bakar yang luas, trauma
atau pembedahan, pengobatan imunosupresan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh
adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, ekonomi, gaya hipud, pekerjaan dan hereditas

II.3. PENCEGAHAN INFEKS

1.      Definisi
      Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
penularan infeksi mikroorganisme dari klien, dan tenaga kesehatan, pengunjung dan
masyarakat.pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari semua asuhan yang diberikan kepada
ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat meolong persalinan dan
kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selaa kunjungan antenatal atau pasca persalinan bayi
baru lahir.
      Persalinan pervaginam yaitu membuat tidak memerlukan keadaan aseptik seperti kamar
bedah namun memerlukan pendekatan 3 bersih yaitu membuattangan lebih bersih, area perinatal,
dan area umbilikus bersih selama dan sesuah persalinan.
      Persalinan pervaginam berhubungan dengan sejumlah faktor yang meningkatkan resiko
terhadap endometrius dan infeksinsaluran kencing. Termasuk ketuban pecah lama, trauma jalan
lahir,pengeluaran plasenta secara manual, episiotomi, dan persalinan forseph tengah
2.       Tindakan-tindakan pencegahan
a.      Mencuci tangan 
Untuk mencegah penularan infeksi kepada penolong dan klien para pelaksana pelayanan KIA
perlu mencuci tangannya sebelum memeriksa klien.
b.      Penggunaan sarung tangan
Sarung tangan digunakan sebelum menyentuh sesuatuyang basah ( kulit tak utuh, mukosa, darah
atau cairan tubuh lainnya ), peralatan, sarung tangan, atau sampah yang terkontaminasi, ganti
sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau bayi baru lahir untuk mengindari kontaminasi
silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Ada 3 jenis
sarung tangan yaitu :
a)      Sarung tangan bedah, diapakai sewaktu melakukan tindakan invasih pembedahan
b)      Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjan rutin
c)      Saung tangan rumah tangga,  dipakai sewaktu memposes peralatan, menangani bahan - bahan
terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi
c.       Asepsis atau Tekhnik Aseptik
Adalah istilah umum yang biasa digunakan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme
kedalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Tekhnik aseptik membuat prosedur
lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan degan cara menurunkan jumlah
atau menghilangkan seluruh mikroorganisme pada kulit, jaringan dan intrumen atau peralatan
hingga tingkat aman
d.      Antisepsis
Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya

II.3. CUCI TANGAN

Mencuci tangan memiliki beberapa tujuan, antara lain menghilangkan mikroorganisme yang ada
di tangan, menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi, serta memberikan
perasaan segar dan bersih. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa membersihkan tangan
secara signifikan dapat menurunkan transmisi patogen antar tenaga medis dan juga menurunkan
insidensi  infeksi nosokomial atau healthcare-associated infections (HCAI)
WHO mengeluarkan pedoman untuk menentukan kapan harus cuci tangan, yang dikenal dengan
sebutan 5 Moments of Hand Hygiene, terdiri dari:
1. Sebelum menyentuh pasien

2. Sebelum melakukan prosedur aseptik

3. Setelah melakukan prosedur

4. Setelah menyentuh pasien

5. Setelah menyentuh daerah sekitar pasien

Selain dari lima waktu diatas, menjaga kebersihan tangan juga perlu dilakukan ketika  melepas
sarung tangan, sebelum dan sesudah bekerja, sebelum dan sesudah makan minum, sebelum dan
sesudah menggunakan keyboard, setelah mengunjungi daerah terinfeksi, setelah menggunakan
toilet, dan setelah mengusap hidung. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan dianggap perlu
karena masih ada risiko kebocoran sarung tangan dan kontaminasi ketika melepaskan sarung
tangan.

II.4.PERLINDUNGAN DIRI
perlindungan diri banyak digunakan di tempat-tempat yang berisiko tinggi seperti kawasan
pembinaan, kilang pembuatan, dan hospital. Jabatan Perubatan Forensik mengamalkan
pematuhan penggunaan peralatan perlindungan diri untuk melindungi kakitangan daripada
jangkitan penyakit semasa menjalankan bedah siasat. Gambar di atas menunjukkan beberapa
peralatan yang digunakan semasa menjalankan bedah siasat.

Semua kematian yang melibatkan kes polis perlu melalui proses bedahsiasat. Semasa bedah
siasat dilakukan, kakitangan yang terlibat perlulah memakai peralatan yang ditetapkan seperti
apron, sarung tangan getah, kasut but, penutup hidung dan mulut serta cermin mata (goggle).
Peralatan yang digunakan ini berfungsi untuk mengelakkan daripada terkena percikan darah atau
bahan biologi yang lain semasa bedah siasat dilakukan.
Walau bagaimanapun, prosedur yang dilakukan perlulah dengan amat berhati-hati untuk
mengelakkan daripada terkena benda tajam semasa bedah siasat dijalankan. Hal ini kerana
peralatan tajam dapat menembusi semua peralatan perindungan yang digunakan. Untuk
mengurangkan insiden kecederaan akibat benda tajam, semua kakitangan yang terlibat
dinasihatkan supaya memakai sarung tangan yang lebih daripada satu lapis. Ketebalan sarung
tangan akan dapat mengurangkan kecederaan sekiranya terkena benda tajam.

Jabatan Perubatan Forensik yang mempunyai makmal perubatan forensik akan menganalisis
spesimen yang diambil semasa bedah siasat dilakukan. Peralatan perlindungan diri juga
diperlukan semasa proses menganalisis spesimen berkenaan. Peralatan ini digunakan untuk
mengelak daripada terkena percikan bahan-bahan biologi (spesimen) atau bahan kimia yang
digunakan semasa analisis dijalankan. Antara peralatan perlindungan diri yang diperlukan adalah
apron, sarung tangan, topeng muka dan mulut serta cermin mata (goggle).
Kes bedah siasat yang dijalankan di Jabatan Perubatan Forensik bukan sahaja melibatkan kes
yang biasa, malah terdapat juga kes mayat berisiko tinggi yang perlu dijalankan bedah siasat.
Misalnya, kes kematian yang pernah berlaku di negara ini beberapa tahun yang lalu adalah
epidemik penyakit H1N1. Untuk mayat yang disyaki berpenyakit berjangkit seperti H1N1, bedah
siasat akan dijalankan di dalam bilik bedah siasat tahap dua dan ke atas. Keadaan ini dapat
mengurangkan risiko untuk penyakit berkenaan berjangkit kepada kakitangan yang terlibat.
Peralatan perlindungan diri yang digunakan juga adalah berbeza daripada kes bedah siasat yang
biasa.
Gambar rajah di atas adalah contoh pemakaian peralatan perlindungan diri dalam mengendalikan
kes bedah siasat yang berisiko tinggi. Di samping peralatan perlindungan diri yang tertera di atas,
semua kakitangan yang terlibat perlu memakai alat pernafasan yang mempunyai sistem ventilasi
yang berkesan supaya udara yang disedut adalah bersih daripada segala kuman dan bakteria.
Gambar rajah di bawah menunjukkan contoh peralatan pernafasan yang digunakan semasa
mengendalikan bedah siasat berisiko tinggi.

           
Peralatan perlindungan diri untuk kes penyakit berjangkit dan kes yang berisiko tinggi adalah
amat dititikberatkan semasa bedahsiasat. Peralatan ini perlu dilakukan pemeriksaan berkala
supaya sentiasa dalam keadaan baik dan bersedia untuk digunakan semasa mengendalikan kes-
kes berkenaan. Penapis juga perlu diperiksa selalu supaya tiada penapis yang sudah tamat
tempoh dan berkulat. Penggunaan penapis untuk peralatan pernafasan adalah
jenis disposable dan perlu dilupuskan selepas digunakan. Walau bagaimanapun, terdapat juga
penapis yang boleh digunakan beberapa kali sebelum dilupuskan kerana sistem penapisan yang
tinggi dan berkesan.

II.5. ASPTIK DAN ANTISEPTIK

Aseptik dan antiseptik - gabungan tindakan kakitangan perubatan keseluruhan yang bertujuan
untuk menghapuskan mikroorganisma dari objek dan penggunaan alat-alat perubatan, luka
operasi, kulit. Juga, prosedur ini membantu untuk mencegah kemasukan ejen patologi dalam
badan pesakit.
Pembasmian kuman dalam perubatan mempunyai kepentingan yang besar, kerana Ini adalah asas
dan keselamatan pesakit doktor, dan juga sebagai kunci kepada kejayaan rawatan. Asas
keseluruhan pembedahan - aseptik dan antiseptik, sebagaimana yang ditakrifkan terutamanya
mencerminkan tingkah laku yang mencukupi dan bertanggungjawab kakitangan perubatan.

Antiseptik tujuan memusnahkan flora tidak normal dalam badan manusia secara keseluruhannya.
Terdapat beberapa jenis antiseptik: fizikal, mekanikal, kimia, biologi.

matlamat fizikal antiseptik untuk mengembalikan fisiologi membersihkan badan daripada


mikrob (basuh saliran luka dan penyelesaian fisiologi). Mungkin menjaga terbuka luka untuk
mengeluarkan medium budaya di mana bakteria membangun. Jika penyingkiran mekanikal tisu
Devitalized juga penghapusan budaya sederhana, yang menghalang penyebaran bakteria.

Kimia antiseptik - kaedah fabrik pembersihan di mana ubat yang digunakan bakteria atau
tindakan bacteriostatic. antiseptik biologi juga diarahkan terus ke mikrob atau toksin pengantara
melalui tubuh manusia. Sebagai produk biologi yang digunakan untuk pembasmian kuman
antibiotik, bacteriophages, antitoxins. Ini kumpulan dadah bukan sahaja memusnahkan mikrob
dan toksin, tetapi juga merangsang tindak balas imun badan terhadap pengenalan mikrob.

Asepsis dan antisepsis diarahkan bukan sahaja untuk menghapuskan mikrob patogenik, tetapi
pembentukan mikroflora normal. Tanpa kaedah ini untuk sanitasi adalah mustahil untuk
menjalankan apa-apa campur tangan perubatan. Oleh itu, aseptik dan pembedahan antiseptik
adalah unit penting.
Aseptik digunakan langsung dalam pembedahan doktor di atas meja operasi, dan menghapuskan
kemungkinan hubungan dengan flora mikrob patogenik pada luka. Asepsis dan antisepsis boleh
dicampur atau digabungkan, iaitu di mana beberapa bahan-bahan yang bertujuan untuk
membunuh ejen patogenik. Ia adalah dianggap bahawa pembasmian kuman digabungkan adalah
lebih cekap kerana Ia bertujuan untuk pelbagai jenis flora.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial tergantung dari
agen yang menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi
antibiotika, dan faktor alat. Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi
tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
tingkat virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien
dipengaruhi oleh Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan
malnutrisi, orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid,
intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi. Macam
penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial, misalnya Infeksi saluran kemih.
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, dihubungkan dengan penggunaan kateter urin.
Nosokomial pneumonia, terutama karena pemakaian ventilator, tindakan trakeostomy,
intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Nosokomial bakteremi yang memiliki
resiko kematian yang sangat tinggi.
B. SARAN
Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus
ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari
para pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang
dalam makalah kami ini. Kebenaran dan keshahihan hanya milik Allah dan Rasul-Nya,
kesilapan dan kekhilafan itu semua datang dari kami yang sedang belajar ini.
DAFTAR PUSTAKA

Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and Practice. St
Louis, Mosby; 1996 Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical
guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of Communicable disease,
Surveillance and Response; 2002 Light RW. Infectious disease, noscomial infection. Harrison’s
Principle of Internal Medicine 15 Edition.-CD Room; 2001 Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001 Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya
Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian
Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah
dan Swasta Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001

Anda mungkin juga menyukai