PENDAHULUAN
Berdasarkan data dan informasi dari profil kesehatan Indonesia tahun 2019
menunjukkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia masih cukup tinggi. Pada
tahun 2019 angka kesakitan diare untuk semua umur sebesar 270/1000 penduduk
sedangkan pada balita sebesar 843/1000 penduduk (Kesehatan Kemenkes RI,
2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa penyakit
diare, menurut diagnosis dokter dan gejala yang pernah dialami, mengalami
peningkatan dari 7% pada tahun 2013 menjadi 8% pada tahun 2018 (Kemenkes
RI, 2018).
Diare lebih banyak terjadi pada golongan umur 1-4 tahun kemudian
golongan 20-44 tahun. Hal ini merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan terutama diare yang umumnya diderita oleh balita dan menjadi
penyumbang kematian pada balita. Faktor hygiene dan sanitasi lingkungan,
kesadaran orang tua balita untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta
pemberian ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka kesakitan
diare pada balita.
1
Laporan jumlah kasus diare pada balita di Puskesmas Bugel berfluktuasi.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan kasus diare pada bulan maret, juni, dan
oktober, sedangkan pada tahun 2022 meningkat pada bulan mei sebanyak 28
kasus.
1.2. Masalah
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan diare
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1. Menurunkan angka kesakitan diare
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
Diare adalah penyakit dimana penyebabnya adalah infeksi, malabsorspi,
keracunan pangan, dan terkait penggunaan antibiotik (DTA/AAD). Diare dapat
menimbulkan KLB dengan jumlah penderita dan kematian yang besar. KLB
sering terjadi di daerah dengan kualitas sanitasi buruk, air bersih yang tidak
memadai dan banyaknya gizi buruk.
3
infuse dan pemberian ASI. Balita harus dalam keadaan hangat dan kadar
gula tidak turun.
• Diare dehidrasi sedang atau ringan
Diare dehidrasi sedang atau ringan terdapat tanda seperti rewel, gelisah,
mata cekung, minum dengan lahap juga haus dan cubitan kulit kembali
lambat. Pada tingkat ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih. Diare
dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari
berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10%
dari berat badan. Pengobatan yang bisa dilakukan di rumah yaitu dengan
cara memberi cairan dan makanan seperti pemberian ASI yang lebih
sering dan lebih lama yang disertai pemberian oralit.
• Diare tanpa dehidrasi
Pada diare tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, masih bisa
bermain seperti biasanya dan tidak rewel, dikarenakan kejadian diare yang
tidak terlalu berat sehingga masih bisa makan dan minum.
2.3. Etiologi
Sebagian besar diare diare akut disebabkan karena infeksi, sebab lainnnya
bisa dikarenakan faktor lain seperti makanan, efek obat, imunodefisiensi, dan
keadaan-keadaan tertentu. Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab
utama diare pada anak balita.
4
• Faktor Infeksi, dapat disebabkan oleh:
4. Bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter.
5. Virus: Enterovirus (Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus
6. Parasit: Cacing (Ascaris, Tricharis, Oxcyuris, Strongyloides),
Protozo (Entamoeba, histolytica, giardia lambia,
Trichomonasthominis)
5
Sumber dan
Etiologi Masa inkubasi Gejala
Cara
Penularan
V. cholerae Beberapa jam – Diare mendadak tanpa Makanan dan
5 hari rasa sakit perut, minuman
kadang- kadang yang terkontaminasi
muntah, tinja mengucur
seperti air cucian
beras, berbau amis,
asidosis & shock
Salmonella spp 12 – 24 jam Diare, demam, sakit Daging, unggas, susu
perut &
telur yang
terkontaminasi
Shigella spp 2 – 3 hari Diare, sakit perut, Makanan saus &
tenesmus & tinja kaleng
berlendir yang terkontaminasi
E. coli 3 – 4 hari Diare Makanan dan
minuman
yang terkontaminasi
Vibrio 2 – 3 hari Diare, sakit perut, Ikan (makanan) laut
parahaemolyticus mual, muntah, demam, yang terkontaminasi
sakit kepala, kadang-
kadang
seperti disentri
Staphyloco 2 – 6 jam Mual, muntah, sakit Daging, telur,
ccus aureus perut, diare, suhu badan makanan
tinggi kaleng dan roti
yang
terkontaminasi
6
Clostrid 6 – 24 jam Diare, sakit perut, mual Daging, makanan
ium biasanya 10 kaleng yang
perfring – terkontaminasi
ens 12 jam
Bacillus cereus 1 – 6 jam Diare, muntah, mual Bubur kaleng, puding
yang
terkontaminasi
Streptococcus 5 – 20 jam Mual, muntah, diare Makanan yang ter-
faecalis kontaminasi
Enterococcus 2 – 18 jam Mual, muntah, diare Melalui makanan
kaleng
yang terkontaminasi
• Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi terbagi menjadi dua, yaitu:
7. Malabsorpsi karbohidrat, kepakaan terhadap lactoglobulis dalam
susu formula dapat menyebabkan diare pada balita. Gejalanya
berupa diare berat, tinja yang berbau asam, dan sakit pada perut.
8. Malabsorpsi lemak, terdapat lemak trygliserida pada makanan
dapat menyebabkan diare. Dengan bantuan kelenjar lipase,
trygliserida dapat mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsopsi usus. Jika tidak terdapat kelenjar lipase dan terjadi
kerusakan mukosa usus, dapat menyebabkan diare karena lemak
tidak terserap dengan baik.
• Faktor makanan
Makanan yang terkontaminasi lebih banyak terjadi pada anak dan balita,
seperti makanan yang tercermar, basi, mengandung racun, mengandung banyak
lemak, mentah (sayuran) dan makanan yang kurang matang.
7
2.4. Sumber Penularan dan cara penularan
Cara penularan diare adalah secara fecal-oral. Tinja penderita diare
mengandung kuman yang dapat mencemari sumber air bersih dan makanan.
Penyebarannya melalui lalat, tangan tercemar. Kuman tersebut dapat menular
bila masuk kedalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar
tinja, misalnya pada jari tangan atau sela jari, pada tempat makan dan botol susu
yang dicuci menggunakan air yang tercemar.
Masyarakat dapat mengurangi risiko kejadian diare dengan menggunakan
air bersih dan menyimpan ditempat tertutup sebagai upaya perlindungan agar
tidak terkontaminasi. Selain itu, kebutuhan minum keluarga harus dimasak
sampai mendidih serta cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan
air yang bersih.
• Zink
Zink merupakan salah satu mikronutrien yang pentingdalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
8
usus. Zink juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta mencegah terjadinya diare ulang pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
9
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan
efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
• Pemberian Nasihat
Ibu atau keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasihat
tentang:
- Cara memberikan cairan dan obat di rumah
- Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan (diare
lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan atau minum sedikit,
timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik selama 3 hari).
10
11
- Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-
sedang di Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam
12
- Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di
Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena.
13
2.6. Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah:
Perilaku Sehat
• Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI
bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam
botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme
lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara
penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah
6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare
yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
14
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu:
- Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
- Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
- Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi
anak dengan sendok yang bersih.
- Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang
dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
15
- Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak.
- Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
- Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
• Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan angka kejadian
diare sebesar 47%).
• Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
- Bersihkan jamban secara teratur.
- Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
16
- Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di
jangkau olehnya.
- Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di
dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
- Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan
dengan sabun.
• Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti
bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu
pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan
dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan
17
pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan
sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.
18
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tahun 2021, kasus diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Bugel terjadi peningkatan pada bulan Maret sebanyak 24 kasus, bulan Juni 21
kasus, dan tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 25 kasus.
19
Berdasarkan wilayah kerja, kasus diare balita terbanyak terdapat di kelurahan
Bugel.
Pada tahun 2022, kasus diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Bugel terjadi peningkatan pada bulan Mei sebanyak 28 kasus.
20
Berdasarkan wilayah kerja, kasus diare balita terbanyak terdapat di
kelurahan Bugel.
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
- Mata: Normal
21
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb:
- Mata: Cekung
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
- Mata: Cekung
22
3.3. Uraian Kegiatan
Rencana Kegiatan
- Mendapatkan
dukungan terkait
implementasi
kegiatan POP ASIK
(Pojok Oralit
Posyandu Rehidrasi
dan Edukasi) dari
23
seluruh pegawai
Puskesmas Bugel.
- 16 Juni 2022
bertempat di
Posyandu
AP IVA
Kelurahan
Pabuaran
24
3.4. Metode Kegiatan
Kegiatan POP ASIK (Pojok Oralit Posyandu Rehidrasi dan Edukasi) akan
dilakukan dengan metode sebagai berikut:
- Ceramah
- Demo
- Diskusi
Tanya jawab
Media yang digunakan dalam kegiatan POP ASIK (Pojok Oralit Posyandu
Rehidrasi dan Edukasi) untuk penyampaian materi yaitu slide power point dan
lembar balik.
25
3.6. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan POP ASIK
(Pojok Oralit Posyandu Rehidrasi dan Edukasi) diantaranya:
- Meja
- Kursi
- Teko
- Gelas
- Sendok
- Oralit
3.7. Evaluasi
26
- Mengevaluasi apakah ada perubahan / peningkatan terhadap
pemahaman masyarakat terhadap pencegahan dan penanganan diare
secara mandiri
27
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Lampiran 1
30
31