Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelaksanaan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan
pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan.

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan


derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pengendalian
penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program
pemerintah diantaranya adalah program pengendalian penyakit diare yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama
lintas program dan sektor terkait.

Berdasarkan data dan informasi dari profil kesehatan Indonesia tahun 2019
menunjukkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia masih cukup tinggi. Pada
tahun 2019 angka kesakitan diare untuk semua umur sebesar 270/1000 penduduk
sedangkan pada balita sebesar 843/1000 penduduk (Kesehatan Kemenkes RI,
2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa penyakit
diare, menurut diagnosis dokter dan gejala yang pernah dialami, mengalami
peningkatan dari 7% pada tahun 2013 menjadi 8% pada tahun 2018 (Kemenkes
RI, 2018).

Diare lebih banyak terjadi pada golongan umur 1-4 tahun kemudian
golongan 20-44 tahun. Hal ini merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan terutama diare yang umumnya diderita oleh balita dan menjadi
penyumbang kematian pada balita. Faktor hygiene dan sanitasi lingkungan,
kesadaran orang tua balita untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta
pemberian ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka kesakitan
diare pada balita.

1
Laporan jumlah kasus diare pada balita di Puskesmas Bugel berfluktuasi.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan kasus diare pada bulan maret, juni, dan
oktober, sedangkan pada tahun 2022 meningkat pada bulan mei sebanyak 28
kasus.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk pengetahuan tentang


hygiene kesehatan dan perilaku cuci tangan yang benar, dapat mengurangi angka
kesakitan Diare sebesar 45%.

Sarana rehidrasi oralit didirikan sebagai upaya untuk meningkatkan


pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas
kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Sarana rehidrasi oralit tersebut
adalah pojok Upaya Rehidrasi Oral URO) atau lebih dikenal nama pojok oralit.
Pojok oralit juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare.

1.2. Masalah
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan diare

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tatalaksana awal


diare

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1. Menurunkan angka kesakitan diare

1.3.2. Tujuan khusus

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan


diare

3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai tatalaksana awal


diare

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
Diare adalah penyakit dimana penyebabnya adalah infeksi, malabsorspi,
keracunan pangan, dan terkait penggunaan antibiotik (DTA/AAD). Diare dapat
menimbulkan KLB dengan jumlah penderita dan kematian yang besar. KLB
sering terjadi di daerah dengan kualitas sanitasi buruk, air bersih yang tidak
memadai dan banyaknya gizi buruk.

2.2. Klasifikasi Diare


Berdasarkan lama waktu diare:
• Diare akut, yaitu BAB dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lembek atau cair dan datang secara mendadak, serta berlansung
dalam waktu kurang dari 2 minggu.
• Diare persisten, yaitu diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat, diare persisten di klasifikasikan sebagi berat. Jadi, diare persisten
adalah bagian dari diare kronik yang disebabkan oleh penyabab lain.
• Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 4 minggu, yang
memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.

Berdasarkan derajat dehidrasi:


• Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat terdapat tanda seperti letargis atau tidak sadar, mata
cekung, tidak bisa minum atau malas minum dan cubitan kulit perut
kembali sangat lambat (≥2 detik). Kehilangan cairan lebih dari 10% dari
berat badan. Pengobatannya yaitu dengan cara memberikan cairan seperti

3
infuse dan pemberian ASI. Balita harus dalam keadaan hangat dan kadar
gula tidak turun.
• Diare dehidrasi sedang atau ringan
Diare dehidrasi sedang atau ringan terdapat tanda seperti rewel, gelisah,
mata cekung, minum dengan lahap juga haus dan cubitan kulit kembali
lambat. Pada tingkat ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih. Diare
dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari
berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10%
dari berat badan. Pengobatan yang bisa dilakukan di rumah yaitu dengan
cara memberi cairan dan makanan seperti pemberian ASI yang lebih
sering dan lebih lama yang disertai pemberian oralit.
• Diare tanpa dehidrasi
Pada diare tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, masih bisa
bermain seperti biasanya dan tidak rewel, dikarenakan kejadian diare yang
tidak terlalu berat sehingga masih bisa makan dan minum.

2.3. Etiologi
Sebagian besar diare diare akut disebabkan karena infeksi, sebab lainnnya
bisa dikarenakan faktor lain seperti makanan, efek obat, imunodefisiensi, dan
keadaan-keadaan tertentu. Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab
utama diare pada anak balita.

4
• Faktor Infeksi, dapat disebabkan oleh:
4. Bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter.
5. Virus: Enterovirus (Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus
6. Parasit: Cacing (Ascaris, Tricharis, Oxcyuris, Strongyloides),
Protozo (Entamoeba, histolytica, giardia lambia,
Trichomonasthominis)

5
Sumber dan
Etiologi Masa inkubasi Gejala
Cara
Penularan
V. cholerae Beberapa jam – Diare mendadak tanpa Makanan dan
5 hari rasa sakit perut, minuman
kadang- kadang yang terkontaminasi
muntah, tinja mengucur
seperti air cucian
beras, berbau amis,
asidosis & shock
Salmonella spp 12 – 24 jam Diare, demam, sakit Daging, unggas, susu
perut &
telur yang
terkontaminasi
Shigella spp 2 – 3 hari Diare, sakit perut, Makanan saus &
tenesmus & tinja kaleng
berlendir yang terkontaminasi
E. coli 3 – 4 hari Diare Makanan dan
minuman
yang terkontaminasi
Vibrio 2 – 3 hari Diare, sakit perut, Ikan (makanan) laut
parahaemolyticus mual, muntah, demam, yang terkontaminasi
sakit kepala, kadang-
kadang
seperti disentri
Staphyloco 2 – 6 jam Mual, muntah, sakit Daging, telur,
ccus aureus perut, diare, suhu badan makanan
tinggi kaleng dan roti
yang
terkontaminasi

6
Clostrid 6 – 24 jam Diare, sakit perut, mual Daging, makanan
ium biasanya 10 kaleng yang
perfring – terkontaminasi
ens 12 jam
Bacillus cereus 1 – 6 jam Diare, muntah, mual Bubur kaleng, puding
yang
terkontaminasi
Streptococcus 5 – 20 jam Mual, muntah, diare Makanan yang ter-
faecalis kontaminasi
Enterococcus 2 – 18 jam Mual, muntah, diare Melalui makanan
kaleng
yang terkontaminasi

• Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi terbagi menjadi dua, yaitu:
7. Malabsorpsi karbohidrat, kepakaan terhadap lactoglobulis dalam
susu formula dapat menyebabkan diare pada balita. Gejalanya
berupa diare berat, tinja yang berbau asam, dan sakit pada perut.
8. Malabsorpsi lemak, terdapat lemak trygliserida pada makanan
dapat menyebabkan diare. Dengan bantuan kelenjar lipase,
trygliserida dapat mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsopsi usus. Jika tidak terdapat kelenjar lipase dan terjadi
kerusakan mukosa usus, dapat menyebabkan diare karena lemak
tidak terserap dengan baik.

• Faktor makanan
Makanan yang terkontaminasi lebih banyak terjadi pada anak dan balita,
seperti makanan yang tercermar, basi, mengandung racun, mengandung banyak
lemak, mentah (sayuran) dan makanan yang kurang matang.

7
2.4. Sumber Penularan dan cara penularan
Cara penularan diare adalah secara fecal-oral. Tinja penderita diare
mengandung kuman yang dapat mencemari sumber air bersih dan makanan.
Penyebarannya melalui lalat, tangan tercemar. Kuman tersebut dapat menular
bila masuk kedalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar
tinja, misalnya pada jari tangan atau sela jari, pada tempat makan dan botol susu
yang dicuci menggunakan air yang tercemar.
Masyarakat dapat mengurangi risiko kejadian diare dengan menggunakan
air bersih dan menyimpan ditempat tertutup sebagai upaya perlindungan agar
tidak terkontaminasi. Selain itu, kebutuhan minum keluarga harus dimasak
sampai mendidih serta cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan
air yang bersih.

2.5. Tatalaksana Diare


Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang terdiri atas:

• Oralit Osmolaritas Rendah


Untuk Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan di rumah dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah. Bila tidak tersedia, berikan lebih banyak
cairah rumah tangga yang mempunyai osmolaritas rendah yang dianjurkan
seperti kuah sayur dan air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah
oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa
mual dan muntah.
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di
bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.

• Zink
Zink merupakan salah satu mikronutrien yang pentingdalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel

8
usus. Zink juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta mencegah terjadinya diare ulang pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc :


Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut
berikan pada anak diare.

• Pemberian ASI / Makanan


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di
beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

• Pemberian antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan diare berdarah, suspek
kolera dan infeksi-infeksi diluar saluran pencernaan yang berat, seperti
pneumonia. Obat antiprotozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
parasit (amuba, giardia).

9
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan
efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

• Pemberian Nasihat
Ibu atau keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasihat
tentang:
- Cara memberikan cairan dan obat di rumah
- Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan (diare
lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan atau minum sedikit,
timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik selama 3 hari).

• Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan Bagan rencana


pengobatan yang sesuai:
- Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah

10
11
- Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-
sedang di Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam

12
- Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di
Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena.

13
2.6. Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah:
Perilaku Sehat
• Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI
bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam
botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme
lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara
penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah
6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare
yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

• Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

14
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu:
- Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
- Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
- Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi
anak dengan sendok yang bersih.
- Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang
dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

• Menggunakan Air Bersih Yang Cukup


Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jarijari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makanminum yang dicuci dengan air
tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:


- Ambil air dari sumber air yang bersih
- Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.

15
- Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak.
- Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
- Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.

• Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan angka kejadian
diare sebesar 47%).

• Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
- Bersihkan jamban secara teratur.
- Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

• Membuang Tinja Bayi Yang Benar


Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
- Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

16
- Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di
jangkau olehnya.
- Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di
dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
- Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan
dengan sabun.

• Pemberian Imunisasi Campak


Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah
agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai
diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh
karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

2.7. Penyehatan Lingkungan


• Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata,
dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas
dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari
termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah
terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah
tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap
dilaksanakan.

• Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti
bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu
pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan
dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan

17
pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan
sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.

18
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Jumlah Kasus Diare Balita

Pada tahun 2021, kasus diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Bugel terjadi peningkatan pada bulan Maret sebanyak 24 kasus, bulan Juni 21
kasus, dan tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 25 kasus.

19
Berdasarkan wilayah kerja, kasus diare balita terbanyak terdapat di kelurahan
Bugel.

Pada tahun 2022, kasus diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Bugel terjadi peningkatan pada bulan Mei sebanyak 28 kasus.

20
Berdasarkan wilayah kerja, kasus diare balita terbanyak terdapat di
kelurahan Bugel.

3.2. Kriteria Diare dan Derajat Dehidrasi

Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi:

• Diare tanpa dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

- Keadaan Umum: baik

- Mata: Normal

- Rasa haus: Normal, minum biasa

- Turgor kulit: kembali cepat

21
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb:

- Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

- Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

- Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

• Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini


atau lebih:

- Keadaan Umum: Gelisah, rewel

- Mata: Cekung

- Rasa haus: Haus, ingin minum banyak

- Turgor kulit: Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan


selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

• Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

- Keadaan Umum: Lesu, lunglai, atau tidak sadar

- Mata: Cekung

- Rasa haus: Tidak bisa minum atau malas minum

- Turgor kulit: Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke


Puskesmas untuk di infus.

22
3.3. Uraian Kegiatan

Nama Kegiatan : POP ASIK (Pojok Oralit Posyandu Rehidrasi dan


Edukasi)

Unit Kerja : UPT Puskesmas Bugel Kota Tangerang

Identifikasi Isu : - Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai


pencegahan diare

- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai


tatalaksana awal diare

Gagasan Pemecahan Isu : Meningkatkan pengetahuan ibu tentang


tatalaksana awal diare melalui implementasi POP
ASIK

Rencana Kegiatan

No Kegiatan Pelaksanaan Output

1 Sosialiasai kegiatan POP 13 Juni 2022 - Tersampaikannya


ASIK (Pojok Oralit bertempat di kegiatan POP ASIK
Posyandu Rehidrasi dan Aula (Pojok Oralit
Edukasi) kepada seluruh Puskesmas Posyandu Rehidrasi
pegawai Puskesmas Bugel Bugel dan Edukasi)
kepada seluruh
pegawai Puskesmas
Bugel.

- Mendapatkan
dukungan terkait
implementasi
kegiatan POP ASIK
(Pojok Oralit
Posyandu Rehidrasi
dan Edukasi) dari

23
seluruh pegawai
Puskesmas Bugel.

2 Koordinasi pelaksanaan 13 Juni 2022 - Mendapatkan


kegiatan POP ASIK POP bertempat di kesepakatan
ASIK (Pojok Oralit Aula pelaksanaan kegiatan
Posyandu Rehidrasi dan Puskesmas POP ASIK (Pojok
Edukasi) dengan Pembina Bugel Oralit Posyandu
wilayah. Rehidrasi dan
Edukasi)

3 Pelaksanaan kegiatan POP - 14 Juni 2022 - Tersampaikannya


ASIK (Pojok Oralit brtempat di materi pencegahan
Posyandu Rehidrasi dan Posyandu dan tatalaksana awal
Edukasi) Melati I diare pada balita
kelurahan
- Penyuluhan - Ibu balita mengerti
Bugel
dan dapat
- Pemeriksaan
- 15 Juni 2022 memperagakan
balita dengan
bertempat di pembuatan oralit
diare
Posyandu
- Edukasi Sentosa 2
Keluragan
Margasari

- 16 Juni 2022
bertempat di
Posyandu
AP IVA
Kelurahan
Pabuaran

24
3.4. Metode Kegiatan

Kegiatan POP ASIK (Pojok Oralit Posyandu Rehidrasi dan Edukasi) akan
dilakukan dengan metode sebagai berikut:

- Ceramah

Penyampaian materi mengenai pencegahan diare dan tatalaksana awal


diare pada balita

- Demo

Memperagakan cara pembuatan oralit

- Diskusi

Tanya jawab

3.5. Media Kegiatan

Media yang digunakan dalam kegiatan POP ASIK (Pojok Oralit Posyandu
Rehidrasi dan Edukasi) untuk penyampaian materi yaitu slide power point dan
lembar balik.

25
3.6. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan POP ASIK
(Pojok Oralit Posyandu Rehidrasi dan Edukasi) diantaranya:

- Meja

- Kursi

- Teko

- Gelas

- Sendok

- Oralit

3.7. Evaluasi

Monitoring 3 bulan terhadap pelaksanaan kegiatan:

26
- Mengevaluasi apakah ada perubahan / peningkatan terhadap
pemahaman masyarakat terhadap pencegahan dan penanganan diare
secara mandiri

- Apakah sudah ada penurunan kasus diare

- Apakah ada kendala yang terjadi di masyarakat dan posyandu terhadap


kegiatan tersebut

27
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pojok oralit merupakan upaya terobosan untuk meningkatkan


pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga dalam tatalaksana
penderita diare. Di Pojok Oralit, petugas memberikan demo kepada ibu/keluarga
tentang bagaimana mencampur larutan oralit dan bagaimana cara memberikannya,
menjelaskan bagaimana meneruskan pengobatan selama anaknya di rumah dan
menentukan indikasi kapan anaknya dibawa kembali ke Puskesmas, dan cara
pencegahan diare.

4.2. Saran

• Adanya advokasi kepada lintas sector agar kegiatan tersebut dapat


terlaksana dengan baik dengan adanya dukungan dari pemangku
daerah setempat

• Meningkatkan Kerjasama lintas program baik di dalam puskesmas


maupun diluar puskesmas

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Firmansyah A. Cairan rehidrasi oral manfaat dan perkembangannya. Dalam:


Hot Topics in Pediatrics II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h. 141-5.
2. Subagyo B. Santoso N.B. Diare Akut. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi.
Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010; 87 - 120.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2009.
4. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.
2, Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000; 889 - 893.
5. Tasker RC, McClure RJ, Acerini CL. Diarrhoea. Oxford Handbook of
Paediatrics. New York: Oxford University Press, 2008; 312 - 315.
6. Abdoerrachman MH, Affandi MB, Agusman S, Alatas H, Ali D, Asril A, et al.
Gastroenterologi. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 1. Jakarta: Penerbit
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2000; 283 - 312.

29
Lampiran 1

Materi penyuluhan tentang diare

30
31

Anda mungkin juga menyukai