KATA PENGANTAR
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga BAHAN AJAR IPA kelas 7
Ajar IPA ini merupakan sebuah buku yang memuat materi Lapisan Bumi yang
terdiri dari submateri yaitu atsmosfer, litosfer dan hidrosfer. Bahan ajar ini
dilengkapi dengan gambar agar siswa mudah memahami materi. Dalam bahan ajar
Kepada seluruh siswa kelas 7 saya ucapkan selamat belajar dan dapat
Penyusun
Sampul
A. Geosfer ............................................ 7
B. Atsmosfer ............................................ 8
C. Litosfer ............................................ 12
F. Banjir ............................................ 20
Glosarium ............................................ 42
Peristiwa 1 Peristiwa 2
Peristiwa 3 Peristiwa 4
Peristiwa 5 Peristiwa 6
Peristiwa 7
dengan tepat
Pertemuan 2 ( 3 x 40 menit)
1. melalui tayangan PPT dan video siswa mengamati karakteristik litosfer bumi
dengan tepat
2. melalui kegiatan percobaan siswa dapat mengetahui proses terjadinya gunung
Meletus dengan tepat
3. melalui literasi digital siswa dapat Menganalisis karakteristik gempa Bumi dan
gunung meletus serta pengurangan risiko bencana dengan benar
Pertemuan 3 ( 2x 40 menit)
1. Siswa menyimak penjelasan guru pada tayangan PPT dan video tentang
karatkeristik hidrosfer dengan antusias
2. Melalui kegiatan literasi digital siswa dapat menganalisis proses siklus air
dibumi dengan tepat
3. Melalui kegiatan kelompok siswa dapat mengkreasikan scrapbook pada
submateri proses siklus air
serta antroposfer.
Litosfer merupakan bagian bumi yang terluar, atau biasa disebut sebagai
kulit bumi. Pengertian lain dari bagian bumi ini adalah bagian terluar dari lapisan
kerak bumi berupa batuan. Batuan di sini sebenarnya bukan saja berupa benda
keras seperti batu yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi
bisa dalam bentuk tanah liat, pasir, kerikil, abu gunung berapi, dan lain sebagainya.
lapisan gas yang disebut atmosfer yang membentang mulai dari permukaan bumi
hingga jauh ke luar angkasa. Gejala yang terdapat di lapisan ini terdiri dari berbagai
macam unsur cuaca seperti angin, suhu, awan, hujan, kelembaban udara, serta
udara.
Bagian dari permukaan bumi yang terdiri dari lapisan air. Beberapa
element dari hidrosfer bumi antara lain adalah sungai, danau, laut, gletser, air
tanah, serta uap air yang berada di lapisan udara. Hidrosfer memiliki siklus yang
daratan, air, serta udara yang menjadi faktor pendukung utama dari
biosfer merupakan sistem yang menyatukan seluruh makhluk hidup serta hubungan
bagi manusia serta memiliki fungsi lingkungan hidup bagi manusia. Contoh dari
antroposfer adalah wilayah pedesaan, wilayah perkotaan, lokasi pemukiman, dan lain
sebagainya
B. Atsmosfer
1. Pengertian Atsmosfer
Atmosfer berasal dari 2 kata yunani, yakni atmos yang berarti uap
dan sphaira yang berarti lapisan. Jadi, atmosfer adalah lapisan uap yang
menyelimuti Bumi.
Atmosfer Bumi terdiri atas campuran dari gas, serta sedikit cairan dan
padatan yang menyelimuti Bumi mulai dari permukaan Bumi hingga luar angkasa.
Komposisi atmosfer saat ini berbeda dengan komposisi atmosfer pada saat awal
terbentuknya.
kaya nitrogen dan karbon dioksida, akan tetapi sedikit oksigen. Kemudian,
memiliki peran yang penting bagi keberlangsungan hidup organisme yang ada di
Bumi. Ozon melindungi Bumi dari radiasi Matahari yang sangat berbahaya bagi
dioksida, argon, dan beberapa gas lain menyusun sebagian kecil dari atmosfer.
2. Lapisan Atsmosfer
ion (bermuatan) yang disebut ionosfer. Ketika Anda mendengarkan radio pada
malam hari, siaran radio dari kota lain akan terdengar lebih jelas. Hal ini
disebabkan karena adanya lapisan ionosfer. Pada siang hari, energi dari
3. Tekanan Udara
puncak pohon pinang tersebut peserta harus saling menopang dari bawah hingga
ke atas seperti tampak berikut. Pada kondisi tersebut siapakah yang menahan
Bumi akan menghasilkan gaya tarik molekul gas mengarah ke permukaan Bumi,
sehingga berat molekul suatu gas akan menekan udara di bawahnya. Akibatnya,
molekul udara di dekat permukaan Bumi lebih rapat. Udara yang memiliki
kerapatan tinggi ini akan menghasilkan gaya tekan yang besar pula. Gaya yang
udara menekan searah gaya gravitasi bumi. Semakin tinggi suatu tempat maka
semakin rendah tekanan udaranya. Udara dingin lebih berat daripada udara
hangat. Pada saat tekanan udara tinggi maka terbentuk cuaca yang kering pada
Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 10
wilayah yang rendah, sedangkan pada saat tekanan udara rendah maka suhu akan
Oleh karena itu semakin tinggi suatu tempat makan semakin rendah
ketinggian.
4. Suhu Di Atsmosfer
Bima Sakti. Sebelum mencapai permukaan bumi, radiasi energi Matahari akan
terendah dari stratosfer memiliki suhu paling hangat, karena permukaan bumi
atasnya.
rendah, karena mesosfer tersusun atas molekul gas yang sulit menyerap energi
Matahari.
menerima radiasi energi Matahari dan memiliki jumlah molekul yang sedikit.
Namun, molekul pada 2 lapisan ini sangat efektif menyerap energi Matahari.
5. Lapisan Ozon
besar radiasi ultraviolet dalam atmosfer. Kandungan ozon dalam stratosfer tinggi,
mempengaruhi konsentrasi ozon yaitu gas CFC yang berasal dari pendingin lemari
es, (AC), dan parfum. CFC mampu memecah molekul ozon yang ada di atmosfer. CFC
terdiri atas atom carbon (C), Fluor (F), dan Klorin (Cl).
atom klorin mendekati dan memecah molekul ozon. Satu atom oksigen berikatan
dengan klorin, sisanya membentuk molekul oksigen (O2). Hasil reaksi klorin dan
B. LITOSFER
dan sphaira (lapisan). Litosfer merupakan lapisan batuan yang ada di bumi. Dalam
pengertian luas, litosfer diartikan sebagai seluruh bagian padat bumi termasuk
intinya. Struktur padat bumi terdiri atas kerak bumi, mantel, dan inti bumi.
Salah satu bagian dari litosfer adalah lempeng yang selalu aktif
dari inti bumi. Lempeng dapat bergerak saling menjauhi maupun saling
mendekati.
Antartika dan lempeng Amerika Utara bergerak menjauh dari lempeng Eurasia.
Gambar 6 Divirgen
Gambar 7 Konvergen
Gempa bumi adalah getaran yang merambat melalui material bumi ketika
lempeng bumi bergerak atau patah. Ketika lempeng patah menjadi 2, maka masing-
dinamakan (patahan/sesar).
Ilmu yang mempelajari tentang gempa Bumi adalah Seismologi. Ilmuwan yang
mengkaji gempa bumi disebut ahli seismologi. Alat yang digunakan untuk mencatat data
Pengukuran kekuatan gempa didasarkan pada amplitudo atau grafik gelombang seismik
Rentang Skala Richter antara 1,0 – 10,0. Setiap kenaikan 1,0 skala, energi gempa yang
ke atas, menimbulkan gelombang yang besar dan kuat. Gelombang air laut mengalir
ratusan kilometer ke segala arah dari episentrum dan disebut tsunami. Pusat
gelombang tsunami adalah episentrum yang berada di laut jauh dari pantai.
dilakukan sebelum, saat dan sesudah gempa berlangsung. Sebelum gempa misalnya
harus belajar terlebih dahulu penyebab gempa bumi dan memerhatikan lingkungan
sekitar.
pada gunung berapi. Magma yang keluar dan mengalir saat terjadi erupsi disebut
disebut kawah.
lainnya dari dalam bumi oleh letusan gunung berapi. Letusan gunung
api memuntahkan material dengan kekuatan yang dahsyat dan lava pijar maupun
Proses erupsi :
dan gas. Letusan gunung berapi mengeluarkan material padatan berupa batuan,
mineral dari dalam bumi, lava, lahar dan gas beracun yakni Hidrogen Sulfida
(H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen dioksida (NO2). Lahar merupakan lava
piroklastik) atau disebut “wedhus gembel”. Awan panas terdiri atas batuan pijar,
gas panas dan material lainnya. Awan panas memiliki suhu mencapai 700°C. Awan
panas mengalir menuruni lereng gunung api dengan kecepatan mencapai 200
km/jam.
ESDM :
AWAS Menandakan gunung berapi segera atau Wilayah yang terancam bahaya
sedang meletus atau ada keadaan kritis direkomendasikan untuk
yang menimbulkan bencana Letusan dikosongkan Koordinasi dilakukan
pembukaan dimulai dengan debu dan secara harian Piket penuh
asap Letusan berpeluang terjadi dalam
waktu 24 jam
SIAGA Menandakan gunung berapi yang sedang Sosialisasi di wilayah
bergerak ke arah letusan atau menimbulkan terancam Penyiapan secara
bencana Peningkatan intansif kegiatan darurat Koordinasi harian Piket penuh
seismik Semua data menunjukkan bahwa
aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan
atau menuju pada keadaan yang dapat
menimbulkan bencana Jika tren
peningkatan berlanjut, letusan dapat
terjadi dalam waktu 2 minggu
WASPADA Ada aktivitas apapun bentuknya Terdapat Penyuluhan/sosialisasi Penilaian
kenaikan aktivitas di atas level bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan
normal Peningkatan aktivitas seismik dan tiket terbatas
kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan
aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, tektonik, dan hidrotermal
NORMAL Tidak ada gejala aktivitas tekanan Pengamatan rutin Survey dan
magma Level aktivitas dasar penyelidikan
Penduduk yang tinggal dekat gunung api, harus membaca alam sebagai
pertanda gunung akan meletus. Gunung api akan meletus tanda – tandanya yaitu suhu
sumber air mengering, tumbuhan layu dan menimbulkan suara gemuruh dan adanya
gempa kecil.
turun gunung. Jika sudah mengetahui tanda – tandanya, langkah selanjutnya adalah
ikuti rute evakuasi yang ditentukan, jangan lewati lembah yang dilalui aliran
sungai
2. Barang Bawaan : sebelum mengungsi, matikanlah air, gas dan listrik ; bawalah
4. Siaga diri : lindungi diri dari hujan abu vulkanik dan kerikil dengan memakai
NORMAL Pelajari dan Pelajari dan pahami: Jarak Bentuk tim siaga bencana di
pahami: Jenis-jenis rumah dan sungai Menerapkan setiap RW Pasang peta jalur
bencana tiap
teratur
WASPADA Siapkan tas dan Pindahkan barang ke tempat Pindahkan barang ke tempat
keberadaan
keluarga
kelompok Kumpulkan listrik Cabut sekring listrik evakuasi siap diposisi masing-
kumpul Perhatikan
komando Tetap
siaga
E. HIDROSFER
Hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphaira yang
berarti selimut. Hidrosfer adalah lapisan air yang menyelimuti bumi. Hampir 70%
bagian bumi terdiri atas air. Hidrosfer meliputi danau, sungai, air tanah, uap air di
udara, laut dan samudra. Air di bumi memiliki siklus hidrologi yang merupakan
Siklus air dimulai ketika panas matahari menguapkan air di laut dan di
permukaan Bumi (evaporasi). Uap air berkumpul di angkasa dan terjadi kondensasi
Jika awan sudah tidak dapat menampung uap dari evaporasi, maka uap air turun
sebagai hujan.
Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 19
Air hujan akan mengisi cadangan air yang berada di permukaan bumi. Proses
ini berlangsung terus menerus. Akan tetapi, curah hujan terkadang rendah (sedikit)
dan terkadang tinggi. Apabila curah hujan tinggi, simpanan air di permukaan bumi
Banjir adalah aliran air yang berlebihan hingga meluap ke daratan. Banjir
berasal dari luapan penyimpanan air yang tidak mampu menampung jumlah air yang
sangat besar. Ketika penyimpanan air sudah penuh, maka air yang harusnya
sekitarnya.
1. Tingginya curah hujan. Hujan yang terus menerus akan mengakibatkan danau,
bendungan, atau sungai penuh dan tidak sanggup menampung air yang masuk.
4. Agar terhindar dari banjir, kita harus melakukan siaga banjir sebelum,
Seririt. 2020
ABSTRAK
Sungai Wonokerto berada di Desa Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten
Demak. Pendangkalan sungai terjadi karena adanya pengendapan partikel padatan yang
terbawa oleh arus sungai, partikel ini dapat berupa sampah dan yang terutama partikel
tanah akibat erosi yang berlebihan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyebab
utama pendangkalan Sungai Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak.
Pendangkalan sungai ini menyebabkan beberapa masalah, masalah terbesar yang dapat
terjadi yaitu Banjir karena air yang tidak dapat mengisi sungai secara keseluruhan karena
adanya pendangkalan tersebut volume air yang terisi tidak dapat penuh keseluruhan.
Metode yang digunakan yaitu metode survei untuk mengetahui keadaan fisik sungai serta
menyesuaikan hasil interpretasi penggunaan lahan citra satelit google earth. Hasil penelitian
menunjukkan Faktor yang menjadi penyebab pendangkalan sungai wonokerto kecamatan
karang tengah kabupaten demak yaitu penggunaan lahan sebagai Sawah dan Pemukiman.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pendangkalan ini selain karena penggunaan lahan
yaitu partikel yang terbawa oleh arus sungai yang berasal dari hulu.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai Wonokerto merupakan salah satu sungai yang mengalir di beberapa
kecamatan di Kabupaten Demak, salah satu kecamatan yang dilalui yaitu Kecamatan
Karang Tengah yang mengalir di Desa Wonokerto. Sungai Wonokerto ini merupakan sungai
yang menjadi temapt bendungan jika sungai-sungai kecil yang berada di sekitar Sungai
Wonokerto mengalir menuju Sungai Wonokerto. Aliran sungai ini melewati beberapa Desa
salah satunya Desa Wonokerto. Penetapan lokasi penelitian dikarenakan Desa Wonokerto
berada di pinggir jalur utama yang menghubungkan Semarang, Demak dan Jepara serta
Kudus sehingga pemandangan sungai ini mengurangi kualitasnya.
Sungai-sungai yang berada di Kabupaten Demak banyak yang mengalami
pendangkalan. Sedimentasinya dapat telihat sangat jelas di beberapa sungai. Adanya
sedimentasi menyebabkan sungai menjadi dangkal dan mengurangi volume air yang dapat
menampung maksimal akan tetapi berkurang karena adanya sedimentasi sehingga sungai
menjadi pendangkalan.
Tanah atau bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat yang
mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan masuk kedalam suatu badan
air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa
oleh aliran air akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan alirannya melambat
atau terhenti. Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan peristiwa atau proses sedimentasi.
(Arsyad, 2010). Proses sedimentasi berjalan sangat komplek, dimulai dari jatuhnya hujan
yang menghasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu
tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di
atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan
sedimen.
Keberadaan sedimen dalam batas tertentu merupakan bagian dari dinamika
keseimbangan alami di sungai. Sedimentasi dapat mengakibatkan perubahan karakteristik
dan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan manusia, seperti banjir dan
penurunan kualitas air. Contoh dalam kasus ini yaitu pendangkalan sungai karena adanya
sedimentasi. Hal ini berdampak pada pengurangan kapasitas tampang sungai, atau
kemampuan sungai dalam mengalirkan air semakin kecil. Pada banyak kasus yang ditemui
di Kabupaten Demak, sungai-sungai mengalami pendangkalan yang signifikan akibat
sedimentasi yang bersumber dari erosi lahan yang dipercepat (accelerated erosion).
METODE
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada hari Senin, 11 Juni 2018. Penelitian
dilakukan sehari untuk melihat kondisi sungai secara langsung. Lokasi penelitian
dilaksanakan di Desa Wonokerto, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Provinsi
Jawa Tengah. Objek penelitian merupakan Sungai Wonokerto, metode yang digunakan
untuk mengetahui keadaan fisik sungai menggunakan metode survei, metode ini dilakukan
dengan cara datang langsung pada Sungai Wonokerto. Metode analisis data menggunakan
analisis data sekunder. Data sekunder yang diperlukan yaitu citra satelit google earth
diperoleh dari software SAS Planet. Citra akan diditasi sesuai dengan penggunaan lahan
hasil interpretasi.
-
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
HASIL
Sedimentasi di Sungai Wonokerto dapat terlihat sangat jelas berdasarkan gambar diatas.
Sedimentasi berbentuk padat bahkan lebih tinggi dari permukaan air. Pemandangan ini
kurang baik jika dilihat.
Permasalahan sungai tidak hanya sedimentasi, tetapi juga sampah yang menumpuk di
sungai. Gambar 4 memperlihatkan sampah yang berada di pintu masuk sungai. Sampah
pada sungai berupa adanya eceng gondok, pelepah pisang dan sampah plastik.
Penggunaan lahan paling dominan dari hasil interpretasi citra yaitu penggunaan lahan
sebagai penggunaan lahan sawah. Anak sungai yang mengalir ke Sungai Wonokerto
menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga karena pola pemukiman yang mengikuti
alur sungai.
PEMBAHASAN
Hasil Identifikasi penggunaan lahan Desa Wonokero dan sekitar Sungai Wonokerto
yaitu Penggunaan lahan sebagai Sawah. Hal ini ditunjukkan dengan bentuklahan
Kabupaten Demak yang dominan oleh bentuklahan Fluvial yang asal proses karena air
sungai dan topografi didominasi oelh topografi datar sehingga sangat cocok dengan
penggunaan lahan akan sawah.Penggunaan lahan sawah ini memperlukan air dalam
takaran yang sangat banyak sehingga menggunakan air sungai. Limbah yang berasal dari
sawah ini masuk kedalam Sungai Wonokerto karena dapat dlihat tumbuhnya tanaman
eceng gondok dalam Sungai Wonokerto.
Pengamatan peneliti pada tahun 2015 sedimentasi yang ada pada Sungai
Wonokerto hanya seelah timur sungai saja tetapi pada tahun 2018 ini sedimentasi di Sungai
Wonokerto mengalami perluasan dan penebalan dan sis barat sungai juga mengalami
sedimentasi. Sedimentasi ini menyebabkan pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai
tidak hanya dialami pada Sungai Wonokerto tetapi juga anak sungai wonokerto mengalami
pendangkalan yang menyebabkan beberapa permasalahan, seperti : Pendangkalan sungai,
pemandangan sungai tidak bagus lagi, Banjir dan kualitas air yang menurun. Air yang ada di
cabang sungai wonokerto digunakan masyarakat untuk beberapa hal, seperti : peternakan,
mandi, pembuangan limbah, pemancingan dan kegiatan lainnya yang melibatkan sungai.
Lokasi sungai wonokerto pula dekat dengan kawasan pabrik sehingga kemungkinan
limbah pabrik juga mengalir ke Sungai Wonokerto ini. Aliran cabang sungai wonokerto
berasal dari Kecamatan Sayung berdekatan dengan Kota Semarang yang di dominasi oleh
kawasan industri dan Kecamatan Sayung merupakan kecamatan pusat industri. Warna air
pada Sungai Wonokerto dominasi berwarna hijau.
Sedimentasi pada Sungai Wonokerto dapat ditangani secepatnya karena Sungai
Wonokerto kemungkinan dapat menyebabkan banjir karena sungai tidak dapat menampung
air sungai. Sedimentasi ini juga menutup pintu aliran sungai yang sebelah timur sehingga
pada musim hujan yang dengan kategori tinggi di Kabupaten Demak ini sehingga membuka
jalan untuk air mengalir untuk melalui pintu sungai timur.
KESIMPULAN
Sedimetasi yang ada di sungai dapat menyebabkan pendangkalan pada sungai
hingga mengakibatkan hal yang sangat besar yaitu banjir karena sungai tidak dapat
menampung air yang lebih lagi. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu mengambil
sedimentasi tersebut hasil sedimentasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan
lainnya. Kegiatan restorasi sungai dapat dilakukan dengan mengajak masyarakat sadar
akan kebersihan sungai dan tidak membuang sampah plastik maupun organik kedalam
sungai dan mengajak masyarakat untuk gotong royong membersihkan sedimentasi sungai
bersama-sama. Menumbuhkan kesadaran masyarakat yang banyak memang tidak mudah
tetapi ajaklah dengan kegiatan kecil yang dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat dan
Pemerintahan dapat melihat masalah sungai yang ada di Kabupaten Demak yang sekarang
banyak yang mengalami pandangkalan dan sampah dimana-mana. Kualitas air yang kurang
baik tetapi digunakan untuk kegaiatan sehari-hari.
PENGHARGAAN
Ucapan terimakaih kepada Allah SWT, kedua orang tua peneliti yang selalu
menyertakan doa dan memberikan dukungan. Peneliti mengucapkan terimakaih kepada Yuli
Priyana, M.Si. selaku Dekan Fakultas Geografi UMS. Terimakasih atas arahan, ilmu, dan
kerelaan waktu dalam mengarahkan peneliti hingga sampai pada penyelesain paper ini.
Banyak ilmu yang bermanfaat yang telah didapat atas bimbingan ini. Ucapan terimakasih
peneliti ucapkan pula kepada rekan-rekan seperjuangan peneliti yang telah membantu
dalam proses penelitian.
REFERENSI
Anasiru ,Rahmat Hanif. 2016. Analisis Spasial Dalam Klasifikasi Lahan Kritis Di Kawasan
Sub-Das Langge Gorontalo. Informatika Pertanian, Vol. 25 No.2, Desember 2016 :
261 – 272.
Arahman, Imam, Budiarjo Imam, Suseno Darsono, dan Sugiyanto. 2015. Pengendalian
Banjir Sungai Dombo Sayung Kabupaten Demak. Jurnal Karya Teknik Sipil Vol. 4,
No. 4.
Drs. Harsono. 2002. Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai di Daerah Estuari Jawa
Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah.
Ekawati, Ratna. __. Evaluasi Pengendalian Banjir Sungai Jragung Kabupaten Demak.
Inovasi dalam Pengembangan SmartCity yang Berwawasan Lingkunga.
Hambali, Roby, Apriyanti ,Yayuk. 2016. Studi Karakteristik Sedimen Dan Laju Sedimentasi
Sungai Daeng – Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Fropil Vol 4 Nomor 2 Juli-Des
2016.
Mokonio T ,Olviana. Mananoma, L. Tanudjaja, dan A. Binilang. 2013. Analisis Sedimentasi
Di Muara Sungai Saluwangko Di Desa Tounelet Kecamatan Kakas Kabupaten
Minahasa. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732.
Mulerli,Ari. __. Dampak Angkutan Sedimen Terhadap Pembentukan Delta Di Muara Sungai
Bone, Provinsi Gorontalo. __.
Roswary, Sefanya, Maskananfola Max Rudolf, dan Pujiono Wahyu P. 2014. Tingkat
Sedimentasi Muara Sungai Wedung Kecamatan Wedung, Demak. Diponegoro
Journal of Maquares Vol 3, No 2.
Wafa, Muhammad Ali, Nugraha Winardi Dwi,dan Sri Sumiyati.__. Studi Pengaruh Tata Guna
Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Dengan Metode Indeks Pencemaran (Studi
Kasus Sungai Plumbon – Semarang Barat).__.
Zulfahmi, AS Nur Syam, dan Jufriadi. 2016. Dampak Sedimentasi Sungai Tallo Terhadap
Kawasan Banjir di Kota Makassar. Plano Madani Vol. 5, No. 2.
Pendahuluan
Dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dijelaskan bahwa : “Sampah merupakan
semua sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan”.
Penumpukan sampah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat
besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan akhir (TPA). Pengelolaan sampah yang
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
29
.
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020
terjadi selama ini dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan
kebijakan dari pemerintah.
Baik di perkotaan maupun di pedesaan, sampah masih menjadi permasalahan utama. Namun
sayangnya, masyarakat kurang menunjukan sikap peduli terhadap lingkungan. Hal ini ditunjukkan deng an
perilaku mereka dalam mengelola sampah dimana masih banyak yang dibakar, dibuang dan dibiarkan
menggunung di sepanjang bantaran sungai dan pada akhirnya menimbulkan luapan air penyebab banjir.
Faktor pertama, Desa Pengastulan sendiri belum mempunyai program penanganan sampah yang serius.
Misalnya, belum terdapatnya tempat pembuangan sementara, tempat sampah , dan belum adanya wadah
masyarakat untuk menuangkan partisipasinya dalam penanganan sampah. Kedua, masyarakat masih
menggunakan cara tradisional dalam penanganan sampah.
Permasalahan penanganan sampah di Desa Pengastulan sudah menjadi permasalahan dalam beberapa
tahun terakhir ini. Hal ini memberikan dampak yang serius terhadap kondisi fisik sungai dan pantai di Desa
Pengastulan, seperti sering terjadi banjir ketika hujan tiba.
Dengan dilaksanakannya KKN Daring kami selaku mahasiswa melaksanakan KKN di tempat tinggal
masing-masing, terjadwalkannya turun ke lapangan bertemu dengan masyarakat dan tetap memperhatikan
protokol kesehatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, khususnya masyarakat di Banjar Kauman,
Desa Pengastulan sudah memiliki pengetahuan dan kesadaran terkait pentingnya penanganan sampah di desa.
Namun sayangnya, pengetahuan dan kesadaran tersebut belum disatukan dengan satu koma ndo dari
pemerintahan desa. Oleh karena itu, kami diamanahkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Metode
Berdasarkan dalam menentukan masalah dan solusi yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
ada, maka penulis menggunakan metode dengan melakukan observasi dan wawancara langsung ke lapangan
untuk melihat keadaan sekitar. Observasi ini ditempuh dengan cara berjalan kaki dari rumah kurang lebih dengan
jarak 200 meter di Banjar Purwa, Desa Pengastulan.
Ketika menentukan secara pasti potensi yang diangkat menjadi program kerja utama, maka langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah meneliti masalah maupun potensi yang berkaitan dengan bidang ilmu yang
ada pada KKN ini. Hingga akhirnya menemukan permasalahan dibeberapa masyarakat yang tidak bisa
mengelola sampah dengan baik dan membuang sampah disungai pada akhirnya penumpukan sampah tersebut
mengakibatkan banjir. Dalam mengidentifikasi permasalahan dari potensi yang diangkat serta penetapan solusi
untuk memecahkan masalah terkait upaya mengatasi banjir akibat penumpukan sampah di sungai lingkungan
desa Pengatulan. Terdapat beberapa kendala yang ditemui selama pelaksanaan KKN khususnya dalam aspek
sosial dan hukum. Adapun kendala-kendala tersebut diantaranya adalah :
A. Belum adanya kesadaran masyarakat terhadap menjaga lingkungan terutama dalam membuang
sampah disungai yang merupakan salah satu faktor penyebab banjir.
B. Belum terlaksanakannya upaya pencegahan pembuangan/penumpukan sampah untuk menjaga
lingkungan di sekitaran sungai desa Pengastulan.
Selama pelaksanaan KKN di Desa Pengastulan, selaku mahasiswa KKN Universitas Pendidikan Nasional
(UNDIKNAS) membantu permasalahan terhadap upaya mengatasi banjir akibat penumpukan sampah
dilingkungan Desa Pengastulan.
1Susmarkanto. (2002). Pencemaran Lingkungan Perairan Sungai Salah Satu Faktor Penyebab Banjir di Jakarta.
Jurnal Teknologi Lingkungan, 3(1), 13-16. doi: https://media.neliti.com/media/publications/159603.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
30
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020
sungai dekat dengan pasar akibatnya sungai tersebut dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah yan g
menumpuk terlalu banyak menjadi penghambat aliran air disungai sehingga disaat musim penghujan tiba volume
air aliran sungai tersebut menjadi meluap dan menggenangi pemukiman warga yang berada didekat sungai .
Dalam wilayah Desa Pengastulan khususnya Banjar Purwa, pengelolaan sampah juga tidak terlepas dari
permasalahan antara lain yaitu :
1. Pengumpulan yang belum maksimal
Tahapan pengumpulan sampah belum maksimal diterapkan terutama sampah rumah tangga. Aktivitas
pengumpulan hanya dilakukan pada Kawasan pemukiman di tepi jalan raya utama dan dilengkapi
dengan Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
2. Container/truk pengangkut sampah
Sampah yang sudah terkumpul didepan rumah yang sudah diwadahi akan gampang diangkut oleh truk
sampah. Untuk pemukiman yang berada dikawasan terpencil seperti yang berada didalam gang jauh
dari lintasan truk sampah di Desa Pengastulan
A. Dengan masa pendemi seperti ini sangat jarang ada truk sampah yang beroperasi. Jumlah truk sampah
terbatas, tidak diimbangi dengan timbulnya sampah dari masyarakat dan sampah pasar dengan jumlah
yang besar yang mengakibatkan terlambatnya sampah dibawa ke TPA.
3. Minimnya jumlah tempat sampah
Kurangnya jumlah tempat sampah yang ada diareal pemukiman di desa Pengastulan sering menjadi
polemik, masyarakat menjadi kebingungan untuk membuang sampah dimana dan pada akhirnya
masyarakat menjadikan sungai sebagai TPA sehingga penumpukkan sampah tersebut mengakibatkan
terjadinya banjir.
Sampah yang berada di Desa Pengastulan jika tidak ada yang memperhatikan pengelolaan sampah
tersebut akibatnya menjadi masalah besar seperti yang sudah diketahui yaitu pencemaran lingkungan, banjir,
menimbulkan bau tidak sedap dan sumber penyakit. Banjir akibat penumpukan sampah juga mengurangi
keasrian pemukiman Desa Pengastulan. Maka semakin komplek permasalahan akibat sampah, semakin perlu
adanya upaya pencegahan banjir akibat penumpukkan sampah di sungai saba lingkungan Desa Pengastulan.
Ada beberapa langkah dalam pengelolaan sampah yaitu pemilahan sampah (dipisahkan antara organik
dan anorganik), pewadahan (tempat sampah), dan pengolahan sampah, pengumpulan ada dua proses yaitu
pemindahan dan pemindahan kemudian dilakukan pengangkutan ke pembuangan akhir. Namun warga Desa
Pengastulan belum melakukan pengelolaan sampah tersebut.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
31
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020
Berdasarkan hasil observasi serta pengamatan KKN yang telah dilakukan selama 1 minggu sekali
dengan total 7 hari pengamatan, maka grafik persentase sampah disungai saba lingkungan Desa Pengastulan
yang di peroleh adalah sebagai berikut.
PERSENTASE SAMPAH
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Legalitas hukum terhadap upaya yang akan dilakukan untuk pencegahan banjir akibat penump ukkan
sampah disungai Desa Pengastulan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peraturan hukum
terhadap masyarakat dalam mengelola sampah dan wewenang perintah dalam menangani sampah.
Berdasarkan Pasal 9 Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa :2
(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai
kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan
provinsi;
Berdasarkan Pasal 20 Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa :
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan
bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur
ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan Pasal 22 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah menyatakan
bahwa :
(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan
akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada aya t (1) diatur
dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah atau dengan peraturan daerah sesuai dengan
kewenangannya.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
33
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020
Berdasarkan Pasal 9 Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa :
(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah.
(2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah;
b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.
Berdasarkan penjelasan pasal – pasal diatas secara tertulis menjabarkan legalitas hukum dan kepastian
hukum kepada masyarakat Desa Pengastulan terhadap upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan yaitu salah satunya banjir akibat penumpukan sampah disungai saba lingkungan Desa
Pengastulan. Sehingga menguatkan bagaimana pengelolaan sampah yang baik dan bagaimana wewenang
pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah di wilayah yang tercemar.
Dalam melakukan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) tepatnya di Banjar Purwa, Desa Pengastulan,
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, secara daring selama 3 bulan, kami merancang ide atau gagasan pokok
yang kemudian menjadi acuan kepada masyarakat merumuskan beberapa program. Hal tersebut merupakan
pelaksanaan untuk pengabdian kepada masyarakat Desa Pengastulan dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang
dilatar belakangi karena pentingnya pencegahan banjir akibat penumpukan sampah disungai lingkungan agar
masyarakat desa memiliki kesadaran lingkungan bagaimana mengelola sampah dengan baik terutama
pembuangan sampah sungai yang dapat mengakibatkan banjir setiap tahunnya.
Kerja Kuliah Nyata (KKN) merumuskan ide atau gagasan beberapa program untuk membantu masyarakat
agar lebih mudah melaksanakan dan menerapkan lingkungan bersih dan nyaman tanpa banjir dengan baik untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Adapun program yang telah dirangkai untuk membantu masyarakat dalam upaya pencegahan banjir
akibat penumpukan sampah disungai saba lingkungan desa Pengastulan, sebagai berikut :
- Program Fisik
Pengadaan Tempat sampah di sekitaran Desa Pengastulan sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat pada laporan ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kurangnya kesadaran
masyarakat mengenai penanganan sampah disekitar mereka yang akhirnya dibuang tidak pada
tempatnya. Membiasakan sejak dini untuk terbiasa membuang sampah pada tempatnya dan memilah
sampah dengan baik . Sehingga kami selaku mahasiswa KKN membagikan tempat sampah sebagai
upaya dalam meminimalisir salah satu permasalahan sampah yang menyebabkan banjir yang terjadi di
Desa Pengastulan.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
34
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020
Daftar Rujukan
Anonim. 2007. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Hendarsah, Haruman. 2012. Penilaian Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat dalam Menghadapi Bahaya Banjir.
Sadisun, A. Imam. 2008. Pemahaman Karakteristik Bnecana : Aspek Fundamental dalam Upaya Mitigasi dan
Penanganan Tanggap Darurat Bencana. Paper Gladien Panji Bencana Vol. 12 No. 1. Bandung : Pusat
Susmarkanto. (2002). Pencemaran Lingkungan Perairan Sungai Salah Satu Faktor Penyebab Banjir di Jakarta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zuidam, R.A.Van, ,1985, Terrain and Analysis and Classification Using
Aerial Photography, A. Geomorphological Approach, ITC. Enchede.
Perundang - Undangan :
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
35
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat
Abstrak: Aliran permukaan sangat dipengaruhi oleh tutupan lahan yang ada di sekitarnya. Setiap
perubahan penggunaan lahan akan berdampak pada koefien pengaliran yang berpengaruh pada besarnya
aliran permukaan yang menuju ke sungai. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) salah satu isinya adalah mengatur tentang Kawasan peruntukan lahan, termasuk
pada DAS Way Kandis. Dengan fenomena alih fungsi lahan pada DAS Way Kandis, maka perlu
dilakukan penelitian tentang dampak perbahan tata guna lahan terhadap perubahan debit banjir rancangan
pada DAS Way Kandis. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis perubahan tata guna lahan di DAS
Way Kandis Tahun 2007 dan Tahun 2015 yang mempengaruhi koefisien pengaliran (Nilai C) sebagai
salah satu parameter dalam perhitungan debit banjir rancangan dengan menggunakan metode HSS
Nakayasu untuk 2 tahun time series yaitu pengamatan Tahun 1996 - 2007 dan Tahun 2004 - 2015.Dari
hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan adanya perubahan penggunaan lahan di
DAS Way Kandis Tahun 2007 dan Tahun 2015 dengan nilai koefisien pengaliran sebesar 0.357 pada
Tahun 2007 menjadi 0.438 pada Tahun 2015 sehingga berdampak pada perubahan debit banjir di DAS
Way Kandis, yang mengalami peningkatan cukup signifkan dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2015
sebesar rata-rata 19.19%.
ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
51
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat
DAS Way Kandis yang secara Di sepanjang aliran DAS Way Kandis
administrasi sebagian besar berada di telah mengalami perubahan tata guna
Kabupaten Lampung Selatan – Provinsi lahan sebagai dampak dari pertumbuhan
Lampung merupakan salah satu DAS penduduk dan aktivitas social dan
yang mengalami fenomena alih fungsi ekonomi penduduk di sekitarnya. Hal
lahan hampir di sepanjang aliran dari ini Nampak dari gambaran foto satelit
hulu hingga hilir, sehingga setiap tahun serta data dan informasil ainnya yang
selalu terjadi banjir di beberapa lokasi menggambarkan perubahan tata guna
sepanjang aliran Sungai Way Kandis. lahan tersebut dari tahun 2007 hingga
tahun 2015.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
52
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat
Tabel 3. Debit Banjir Rancangan DAS Koefisien pengalian (C) DAS Way
Way Kandis dengan HSS Nakayasu Kandis berdasarkan penggunaan lahan
Tahun 2007 Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
54
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat
ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
57
DAFTAR PUSTAKA
Wiradana Putra ,I Gede Ngurah Arya. Upaya Cepat Dalam Mengatasi Banjir
Aprizal. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Peningkatan Debit Banjir
Tim Abdi Guru. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII. 2021. Jakarta :
Erlangga.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171010121040-203-
3. Erupsi : Peristiwa keluarnya magma dan keluar dari dalam perut bumi
patahan mendatar