Anda di halaman 1dari 43

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kepada ALLAH SWT atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga BAHAN AJAR IPA kelas 7

Semester Genap Bab 10 Materi LAPISAN BUMI dapat terselesaikan. Bahan

Ajar IPA ini merupakan sebuah buku yang memuat materi Lapisan Bumi yang

terdiri dari submateri yaitu atsmosfer, litosfer dan hidrosfer. Bahan ajar ini

dilengkapi dengan gambar agar siswa mudah memahami materi. Dalam bahan ajar

ini disajikan beberapa hal diantaranya:

1. Memuat kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator dan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik.

2. Materi yang lebih kontekstual yang bertujuan untuk menambah

pemahaman peserta didik.

3. Informasi terintegrasi dengan internet, siswa dapat membaca artikel

digital dengan klik alamat situs web pada bahan ajar

Kepada seluruh siswa kelas 7 saya ucapkan selamat belajar dan dapat

memanfaatkan Bahan ajar ini sebaik-baiknya.

Akhirnya penyusun berharap semoga bahan ajar ini dapat memenuhi

harapan kita semua.

Bekasi, 23 Nopember 2022

Penyusun

Sopia Latjuba, S.Pd.

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 2


DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar ............................................ 2

Daftar Isi ............................................ 3

Gambar Pemantik ............................................ 4

Tujuan Pembelajaran ............................................ 5

Peta Konsep ............................................ 6

Materi Pembelajaran ............................................

A. Geosfer ............................................ 7

B. Atsmosfer ............................................ 8

C. Litosfer ............................................ 12

D. Gempa Bumi dan Gunung ............................................ 13


Meletus
E. Hidrosfer ............................................ 19

F. Banjir ............................................ 20

G. Jurnal Hasil Riset ............................................ 21

Daftar Pustaka ............................................ 41

Glosarium ............................................ 42

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 3


Perhatikan peristiwa di bawah ini, dapatkah kalian menjelaskan kejadian yang ada
pada gambar !

Peristiwa 1 Peristiwa 2

Peristiwa 3 Peristiwa 4

Peristiwa 5 Peristiwa 6

Peristiwa 7

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 4


Pertemuan 1 ( 2 x 40 menit)

1. Melalui kegiatan literasi digital siswa dapat menganalisis lapisan bumi

dengan tepat

2. Melalui kegiatan diskusi kelompok siswa dapat menganalisis karakteristik


atsmosfer dan lapisan pada atsmofer dengan benar

Pertemuan 2 ( 3 x 40 menit)

1. melalui tayangan PPT dan video siswa mengamati karakteristik litosfer bumi
dengan tepat
2. melalui kegiatan percobaan siswa dapat mengetahui proses terjadinya gunung
Meletus dengan tepat
3. melalui literasi digital siswa dapat Menganalisis karakteristik gempa Bumi dan
gunung meletus serta pengurangan risiko bencana dengan benar

Pertemuan 3 ( 2x 40 menit)

1. Siswa menyimak penjelasan guru pada tayangan PPT dan video tentang
karatkeristik hidrosfer dengan antusias
2. Melalui kegiatan literasi digital siswa dapat menganalisis proses siklus air
dibumi dengan tepat
3. Melalui kegiatan kelompok siswa dapat mengkreasikan scrapbook pada
submateri proses siklus air

Pertemuan 4 (3x40 menit)

1. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat Menganalisis penyebab terjadinya banjir


didaerahnya dengan tepat
2. Melalui kegiatan wawancara siswa dapat merumuskan gagasan tertulis tentang
prosedur pengurangan resiko sebelum, pada saat dan pasca bencana banjir yang
terjadi didaerahnya
3. Melalui kegiatan pengamatan siswa dapat mengetahui penyebab terjadinya
banjir didaerahnya dengan tepat.
4. Melalui kegiatan presentasi kelompok, siswa menampilkan hasil diskusi
penyebab terjadinya banjir didaerahnya dengan percaya diri

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 5


Halo, anak – anak apa kabarnya? Semoga kalian selalu dalam keadaan
sehat dan semangat untuk belajar. Walaupun wabah covid sudah menurun
namun kita harus tetap mematuhi protokol Kesehatan. Tidak lupa ibu
mengingatkan untuk untuk mempersipkan masa depan sedini mungkin, hal paling
kecil adalah dengan banyak membaca dan mengurangi bermain gadget.

Selamat kepada kalian yang sudah menuntaskan materi pada Bab 9


tentang “ Pemanasan Global”, selanjutnya di Bab 10 ini kita akan membahas
tentang Lapisan Bumi, setelah mempelajari lapisan bumi diharapkan kalian
mengetahui lapisan – lapisan bumi beserta dampak dari pergerakan lapisan bumi
tersebut dan menanggulangi bencana alam (mitigasi bencana).

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 6


A. Permukaan Bumi ( Geosfer )

Secara umum geosfer

merupakan lapisan bumi yang terletak

pada permukaan atau di bawahnya yang

berpengaruh terhadap kehidupan di bumi

baik secara langsung maupun tidak

langsung geosfer adalah suatu fenomena

atau peristiwa yang terjadi di permukaan

bumi. Hal tersebut meliputi lapisan

atmosfer, litosfer, biosfer, hidrosfer,

serta antroposfer.

Geosfer berasal dari kata geo

yang berarti wilayah serta spere yang


Gambar 1 Geosfer
berarti yang menanungi atau yang mengelilingi.

Litosfer merupakan bagian bumi yang terluar, atau biasa disebut sebagai

kulit bumi. Pengertian lain dari bagian bumi ini adalah bagian terluar dari lapisan

kerak bumi berupa batuan. Batuan di sini sebenarnya bukan saja berupa benda

keras seperti batu yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi

bisa dalam bentuk tanah liat, pasir, kerikil, abu gunung berapi, dan lain sebagainya.

Permukaan bumi maupun planet-planet yang lain diselimuti oleh suatu

lapisan gas yang disebut atmosfer yang membentang mulai dari permukaan bumi

hingga jauh ke luar angkasa. Gejala yang terdapat di lapisan ini terdiri dari berbagai

macam unsur cuaca seperti angin, suhu, awan, hujan, kelembaban udara, serta

udara.

Bagian dari permukaan bumi yang terdiri dari lapisan air. Beberapa

element dari hidrosfer bumi antara lain adalah sungai, danau, laut, gletser, air

tanah, serta uap air yang berada di lapisan udara. Hidrosfer memiliki siklus yang

dinamakan sebagai siklus hidrologi.

Secara harfiah, biosfer merupakan bagian bumi terluar yang mencakup

daratan, air, serta udara yang menjadi faktor pendukung utama dari

keberlangsungan kehidupan serta proses biotik. Sedangkan menurut geofisiologi,

biosfer merupakan sistem yang menyatukan seluruh makhluk hidup serta hubungan

yang terjadi di antara mereka termasuk interaksinya terhadap unsur litosfer,

hidrosfer, dan atmosfer bumi.

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 7


Antroposfer merupakan bagian dari geosfer yang menjadi tempat hidup

bagi manusia serta memiliki fungsi lingkungan hidup bagi manusia. Contoh dari

antroposfer adalah wilayah pedesaan, wilayah perkotaan, lokasi pemukiman, dan lain

sebagainya

Sejarah Letusan Dahsyat Gunung Krakatau 1883, Suara Dentuman Letusan


Terdengar Sampai Afrika
https://www.youtube.com/watch?v=HyrkdkeSAJg

B. Atsmosfer

Mengapa diantara planet – planet lain di Bima Sakti


hanya bumi yang menunjang adanya kehidupan??

1. Pengertian Atsmosfer

Atmosfer berasal dari 2 kata yunani, yakni atmos yang berarti uap

dan sphaira yang berarti lapisan. Jadi, atmosfer adalah lapisan uap yang

menyelimuti Bumi.

Atmosfer Bumi terdiri atas campuran dari gas, serta sedikit cairan dan

padatan yang menyelimuti Bumi mulai dari permukaan Bumi hingga luar angkasa.

Komposisi atmosfer saat ini berbeda dengan komposisi atmosfer pada saat awal

terbentuknya.

Atmosfer pada awalnya terbentuk dari letusan gunung berapi yang

kaya nitrogen dan karbon dioksida, akan tetapi sedikit oksigen. Kemudian,

organisme fotosintetik mengolah karbon dioksida menjadi oksigen dan melepaskan

oksigen tersebut ke atmosfer sebagai hasil pengolahan makanan yang

memanfaatkan cahaya Matahari.

Setelah terdapat oksigen di atmosfer, terbentuklah ozon (O3). Ozon

memiliki peran yang penting bagi keberlangsungan hidup organisme yang ada di

Bumi. Ozon melindungi Bumi dari radiasi Matahari yang sangat berbahaya bagi

organisme di Bumi. Ozon juga melindungi tumbuhan hijau, sehingga dapat

berkembang dan menghasilkan lebih banyak oksigen.

Saat ini, berbagai organisme yang hidup di Bumi sangat bergantung

dengan banyaknya oksigen di amosfer. Atmosfer sebagian besar tersusun atas


Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 8
gas nitrogen, yakni sebesar 78%. Oksigen menyusun 21% atas atmosfer. Karbon

dioksida, argon, dan beberapa gas lain menyusun sebagian kecil dari atmosfer.

2. Lapisan Atsmosfer

Atmosfer tersusun atas 2 bagian yaitu bagian bawah terdiri dari

Troposfer dan Stratosfer, bagian bawah terdiri dari Mesosfer, Termosfer,

dan Eksosfer. Berikut ilustrasi lapisan atmosfer :

Gambar 2 Lapisan Atsmosfer

Pada mesosfer dan termosfer terdapat lapisan yang memiliki partikel

ion (bermuatan) yang disebut ionosfer. Ketika Anda mendengarkan radio pada

malam hari, siaran radio dari kota lain akan terdengar lebih jelas. Hal ini

disebabkan karena adanya lapisan ionosfer. Pada siang hari, energi dari

Matahari mengenai partikel pada ionosfer mengakibatkan partikel tersebut

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 9


menyerap gelombang radio dengan frekuensi AM. Pada malam hari, tanpa energi

Matahari, gelombang radio dipantulkan pada ionosfer, sehingga dapat

terpancar dengan jarak yang lebih jauh.

Nonton siaran langsung Piala Dunia tanpa harus ke Qatar


https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171010121040-203-
247368/video-mengenal-cara-kerja-satelit

3. Tekanan Udara

Pernahkah kalian pergi ke daerah


pegunungan atau naik pesawat ,
kalian akan mengalami dengung
pada telinga atau kesulitan
bernapas ?

Gambar 3 Panjat Pinang

Perhatikan gambar 3 adalah permainan panjat pinang. Untuk mencapai

puncak pohon pinang tersebut peserta harus saling menopang dari bawah hingga

ke atas seperti tampak berikut. Pada kondisi tersebut siapakah yang menahan

beban paling besar?

Gas yang terdapat di atmosfer juga memiliki massa. Atmosfer

menyelubungi Bumi hingga ratusan kilometer di atas permukaan Bumi. Gravitasi

Bumi akan menghasilkan gaya tarik molekul gas mengarah ke permukaan Bumi,

sehingga berat molekul suatu gas akan menekan udara di bawahnya. Akibatnya,

molekul udara di dekat permukaan Bumi lebih rapat. Udara yang memiliki

kerapatan tinggi ini akan menghasilkan gaya tekan yang besar pula. Gaya yang

diberikan pada suatu daerah disebut tekanan

Tekanan udara adalah sebuah tenaga yang menggerakkan massa partikel

udara menekan searah gaya gravitasi bumi. Semakin tinggi suatu tempat maka

semakin rendah tekanan udaranya. Udara dingin lebih berat daripada udara

hangat. Pada saat tekanan udara tinggi maka terbentuk cuaca yang kering pada
Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 10
wilayah yang rendah, sedangkan pada saat tekanan udara rendah maka suhu akan

terbentuk adalah adalah sejuk pada wilayah yang tinggi.

Oleh karena itu semakin tinggi suatu tempat makan semakin rendah

tekanan udaranya , sehingga tekanan udara berbanding terbalik dengan

ketinggian.

4. Suhu Di Atsmosfer

Energi Matahari dipancarkan dengan radiasi ke seluruh sistem galaksi

Bima Sakti. Sebelum mencapai permukaan bumi, radiasi energi Matahari akan

melewati atmosfer, oleh atmosfer sebagian energi Matahari akan diserap

dalam bentuk kalor atau panas.

Lapisan troposfer memiliki suhu antara -52°C hingga 17°C. Bagian

terendah dari stratosfer memiliki suhu paling hangat, karena permukaan bumi

menyerap energi radiasi Matahari kemudian menyalurkannya ke udara di

atasnya.

Pada lapisan mesosfer, semakin tinggi maka temperaturnya semakin

rendah, karena mesosfer tersusun atas molekul gas yang sulit menyerap energi

Matahari.

Lapisan termosfer dan eksosfer merupakan lapisan pertama yang

menerima radiasi energi Matahari dan memiliki jumlah molekul yang sedikit.

Namun, molekul pada 2 lapisan ini sangat efektif menyerap energi Matahari.

Akibatnya, semakin tinggi ketinggiannya semakin besar pula temperaturnya.

5. Lapisan Ozon

Radiasi yang dihasilkan matahari

salah satunya sinar ultraviolet (UV).

Jika lama terpapar sinar ultraviolet

dapat merusak kulit dan menyebabkan

kanker kulit. Radiasi UV yang menuju

bumi ada 50%. Namun yang sampai ke

permukaan bumi hanya 1%, karena 99%


Gambar 4 Radiasi Energi Sinar Matahari
radiasi UV diserap oleh lapisan ozon.

Lapisan ozon (O3) terdapat pada

stratosfer dengan ketinggian 18 – 54 km dpl, tersusun atas oksigen, satu molekul

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 11


ozon memiliki 3 atom oksigen yang berikatan. Ozon berfungsi menyerap sebagian

besar radiasi ultraviolet dalam atmosfer. Kandungan ozon dalam stratosfer tinggi,

sehingga dapat melindungi Bumi dari radiasi Matahari yang berbahaya.

Konsentrasi ozon di atmosfer berubah setiap waktu. Faktor yang

mempengaruhi konsentrasi ozon yaitu gas CFC yang berasal dari pendingin lemari

es, (AC), dan parfum. CFC mampu memecah molekul ozon yang ada di atmosfer. CFC

terdiri atas atom carbon (C), Fluor (F), dan Klorin (Cl).

Ketika CFC di atmosfer, sinar ultraviolet memecah molekul CFC kemudian

atom klorin mendekati dan memecah molekul ozon. Satu atom oksigen berikatan

dengan klorin, sisanya membentuk molekul oksigen (O2). Hasil reaksi klorin dan

oksigen tidak dapat menyerap radiasi matahari. Akibatnya, semakin banyak

ultraviolet yang sampai ke permukaan Bumi.

B. LITOSFER

Indonesia termasuk Rings Of Fire, apa itu?


https://www.youtube.com/watch?v=5AtR_DT8hvk&t=141s

Litosfer berasal dari bahasa Yunani yaitu lithos (batuan)

dan sphaira (lapisan). Litosfer merupakan lapisan batuan yang ada di bumi. Dalam

pengertian luas, litosfer diartikan sebagai seluruh bagian padat bumi termasuk

intinya. Struktur padat bumi terdiri atas kerak bumi, mantel, dan inti bumi.

Salah satu bagian dari litosfer adalah lempeng yang selalu aktif

bergerak. Pergerakan lempeng tersebut diakibatkan oleh adanya aliran konveksi

dari inti bumi. Lempeng dapat bergerak saling menjauhi maupun saling

mendekati.

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 12


Gambar 5 Struktur Bumi

Apabila 2 lempeng bergerak saling menjauh, lempeng tersebut bersifat

divergent. Contohnya lempeng Indo-Australia bergerak menjauh dari lempeng

Antartika dan lempeng Amerika Utara bergerak menjauh dari lempeng Eurasia.

Adanya pergerakan ini mengakibatkan perisiwa patahan/retakan.

Gambar 6 Divirgen

Jika terdapat 2 lempeng saling mendekat, pergerakan tersebut

disebut convergent, contohnya lempeng Indo-Australia dengan lempeng Filipina,

lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Pergerakan lempeng secara

konvergen mengakibatkan tabrakan antarlempeng. Akibatnya terjadi Subduksi

dan tabrakan antarbenua.

Gambar 7 Konvergen

C. Gempa Bumi dan Gunung Merapi

Gempa bumi adalah getaran yang merambat melalui material bumi ketika

lempeng bumi bergerak atau patah. Ketika lempeng patah menjadi 2, maka masing-

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 13


masing bagian bergerak menjauh. Daerah lempeng yang patah

dinamakan (patahan/sesar).

Titik pada kedalaman bumi yang menjadi pusat gempa disebut

hiposentrum. Permukaan bumi yang berada di atas hiposentrum disebut

episentrum. Saat terjadi pergerakan lempeng, gelombang seismik muncul di

hiposentrum. Kemudian gelombang merambat dari hiposentrum ke segala arah.

Gambar 8 Titik Hiposentrum dan Episentrum

Ilmu yang mempelajari tentang gempa Bumi adalah Seismologi. Ilmuwan yang

mengkaji gempa bumi disebut ahli seismologi. Alat yang digunakan untuk mencatat data

gelombang seismik adalah Seismograf.

Kekuatan gempa (magnitude) sebuah daerah dinyatakan dengan Skala Richter.

Pengukuran kekuatan gempa didasarkan pada amplitudo atau grafik gelombang seismik

di seismogram. Skala Richter menunjukkan besarnya energi gempa yang dilepaskan.

Rentang Skala Richter antara 1,0 – 10,0. Setiap kenaikan 1,0 skala, energi gempa yang

dihasilkan 32 kali lebih besar.

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 14


Ketika gempa terjadi di dasar laut, gerakan lempeng mendorong air laut

ke atas, menimbulkan gelombang yang besar dan kuat. Gelombang air laut mengalir

ratusan kilometer ke segala arah dari episentrum dan disebut tsunami. Pusat

gelombang tsunami adalah episentrum yang berada di laut jauh dari pantai.

Tsunami Melanda Aceh korbannya 230.000 Jiwa


https://www.youtube.com/watch?v=YuMUcD5NI64

Tindakan untuk mengurangi risiko kerusakan maupun korban jiwa dapat

dilakukan sebelum, saat dan sesudah gempa berlangsung. Sebelum gempa misalnya

harus belajar terlebih dahulu penyebab gempa bumi dan memerhatikan lingkungan

sekitar.

Siaga sebelum terjadi Siaga setelah terjadi


Siaga saat gempa terjadi
gempa bumi gempa

1. Renovasi rumah agar 1. Ketika dalam ruangan, 1. Keluar ruangan dengan


tahan gempa cari perlindungan dari teratur, tutuplah mulut
2. Cek kestabilan benda reruntuhan seperti dan hidung dengan kain
yang menggantung seperti dibawah meja dan tempat atau masker agar aman
lampudan sebagainya tidur dari debu reruntuhan
3. Pelajari lingkungan 2. Ketika diluar ruangan, 2. Perhatikan lingkungan
sekitar tetaplah diluar dan sekitar apakah terjadi
4. Letakkan benda berat dan menjauh dari bangunan kebakaran, gas bocor,
mudah pecah dibagian yang berpotensi gempa atau korsleting listrik
bawah 3. Jika dalam kendaraan, 3. Jangan berjalan di
5. Selalu sedia P3K, senter keluar dan cari tempat daerah gempa karena ada
dan makanan sebagai tebuka kemungkinan akan
persediaan darurat 4. Menjauh dari pantai tertimpa reruntuhan
karena berpotensi 4. Mengisi angket dari
tsunami instansi terkait,
bertujuan untuk
mengetahui besar
kerusakan akibat gempa
5. Mengikuti informasi
terkait gempa, apakah
akan ada gempa susulan
atau berpotensi
menimbulkan tsunami
6. Selalu berdoa pada
Tuhan Yang Maha Esa

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 15


Gunung Berapi

Naiknya magma ke permukaan bumi menyebabkan erupsi. Erupsi terjadi

pada gunung berapi. Magma yang keluar dan mengalir saat terjadi erupsi disebut

lava. Gunung berapi memiliki lubang yang berbentuk melingkar di puncaknya

disebut kawah.

Erupsi (gunung meletus) merupakan keluarnya magma dan material

lainnya dari dalam bumi oleh letusan gunung berapi. Letusan gunung

api memuntahkan material dengan kekuatan yang dahsyat dan lava pijar maupun

lahar dingin yang keluar akan menyapu semua yang dilewatinya.

Proses erupsi :

Gambar 9 Proses Erupsi

Material yang dikeluarkan gunung meletus meliputi material padat, cair

dan gas. Letusan gunung berapi mengeluarkan material padatan berupa batuan,

mineral dari dalam bumi, lava, lahar dan gas beracun yakni Hidrogen Sulfida

(H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen dioksida (NO2). Lahar merupakan lava

yang bercampur dengan batuan, air dan material lainnya.

Letusan gunung berapi juga menghasilkan awan panas (aliran

piroklastik) atau disebut “wedhus gembel”. Awan panas terdiri atas batuan pijar,

gas panas dan material lainnya. Awan panas memiliki suhu mencapai 700°C. Awan

panas mengalir menuruni lereng gunung api dengan kecepatan mencapai 200

km/jam.

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 16


Berikut awan panas pada gunung meletus :

Gambar 10 awan panas

Berikut tingkatan status gunung berapi menurut Badan Geologi Kementerian

ESDM :

Status Makna Tindakan

AWAS Menandakan gunung berapi segera atau Wilayah yang terancam bahaya
sedang meletus atau ada keadaan kritis direkomendasikan untuk
yang menimbulkan bencana Letusan dikosongkan Koordinasi dilakukan
pembukaan dimulai dengan debu dan secara harian Piket penuh
asap Letusan berpeluang terjadi dalam
waktu 24 jam
SIAGA Menandakan gunung berapi yang sedang Sosialisasi di wilayah
bergerak ke arah letusan atau menimbulkan terancam Penyiapan secara
bencana Peningkatan intansif kegiatan darurat Koordinasi harian Piket penuh
seismik Semua data menunjukkan bahwa
aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan
atau menuju pada keadaan yang dapat
menimbulkan bencana Jika tren
peningkatan berlanjut, letusan dapat
terjadi dalam waktu 2 minggu
WASPADA Ada aktivitas apapun bentuknya Terdapat Penyuluhan/sosialisasi Penilaian
kenaikan aktivitas di atas level bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan
normal Peningkatan aktivitas seismik dan tiket terbatas
kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan
aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, tektonik, dan hidrotermal
NORMAL Tidak ada gejala aktivitas tekanan Pengamatan rutin Survey dan
magma Level aktivitas dasar penyelidikan

Penduduk yang tinggal dekat gunung api, harus membaca alam sebagai

pertanda gunung akan meletus. Gunung api akan meletus tanda – tandanya yaitu suhu

terus meningkat mengakibatkna air pegunungan menjadi hangat dan beberapa

sumber air mengering, tumbuhan layu dan menimbulkan suara gemuruh dan adanya

gempa kecil.

Selain itu, tandanya hewan yang tinggal di atas pegunungan bermigrasi

turun gunung. Jika sudah mengetahui tanda – tandanya, langkah selanjutnya adalah

mengungsi ke tempat aman atau ke penampungan, mengikuti arahan dari Pusat

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 17


Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait aktivitas gunung api

terdapat di daerah tersebut.

Berikut tindakan siaga bencana gunung meletus :

1. Mengungsi : ikuti himbauan mengungsi, jangan berdiam di tempat berbahaya,

ikuti rute evakuasi yang ditentukan, jangan lewati lembah yang dilalui aliran

sungai

2. Barang Bawaan : sebelum mengungsi, matikanlah air, gas dan listrik ; bawalah

bekal makanan yang ada dirumah

3. Berlindung : jika berada diluar ruangan, carilah tempat berlindung dari

semburan gunung berapi ; jika didalam ruangan, tetaplah didalam ruangan ;

waspada aliran lahar jika berada di dekat sungai

4. Siaga diri : lindungi diri dari hujan abu vulkanik dan kerikil dengan memakai

baju panjang, celana panjang, masker, kacamata dan topi.

Berikut tindakan tanggap darurat bahaya lahar dingin:


TINDAKAN
STATUS TINDAKAN RUMAH TINDAKAN KELOMPOK
PRIBADI

NORMAL Pelajari dan Pelajari dan pahami: Jarak Bentuk tim siaga bencana di

pahami: Jenis-jenis rumah dan sungai Menerapkan setiap RW Pasang peta jalur

bahaya pola rumah ramah petunjuk evakuasi Pelajari

sungai Prosedur banjir Siapkan penerangan dan pahami jalur komando,

tanggap bencana darurat tugas, dan tanggung jawab

sungai Prosedur masing-masing Siapkan

evakuasi perlengkapan tanggung

bencana tiap

kelompok Latihan secara

teratur

WASPADA Siapkan tas dan Pindahkan barang ke tempat Pindahkan barang ke tempat

bekal lebih tinggi Selamatkan lebih tinggi Selamatkan

darurat Ketahui binatang peliharaan Simpan binatang peliharaan Simpan

jalur evakuasi dan barang-barang elektronik barang-barang elektronik

titik kumpul Ketahui yang tidak yang tidak

pimpinan kelompok diperlukan Siapkan/pindahkan diperlukan Siapkan/pindahkan

evakuasi Ketahui kendaraan untuk evakuasi kendaraan untuk evakuasi

keberadaan

keluarga

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 18


SIAGA Perhatikan komando Mulai mengunci pintu dan Ketua kelompok menyiapkan

pemimpin jendela Mematikan gas dan evakuasi warga Petugas

kelompok Kumpulkan listrik Cabut sekring listrik evakuasi siap diposisi masing-

anggota keluarga masing sepanjang jalur

lansia, wanita, anak evakuasi

– anak menuju titik

kumpul Perhatikan

komando Tetap

tenang dan siag

AWAS Tertib dan tenang Ketua kelompok pimpin warga

mengikuti komando mengikuti komando, tetap

ketua kelompok tenang dan tegas Perhatikan

komando Tetap tenang dan

siaga

E. HIDROSFER

Hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphaira yang

berarti selimut. Hidrosfer adalah lapisan air yang menyelimuti bumi. Hampir 70%

bagian bumi terdiri atas air. Hidrosfer meliputi danau, sungai, air tanah, uap air di

udara, laut dan samudra. Air di bumi memiliki siklus hidrologi yang merupakan

proses daur ulang air secara terus menerus.

Gambar 11 Siklus Air

Siklus air dimulai ketika panas matahari menguapkan air di laut dan di

permukaan Bumi (evaporasi). Uap air berkumpul di angkasa dan terjadi kondensasi

(pengembunan) membentuk awan. Awan berjalan searah dengan hembusan angin.

Jika awan sudah tidak dapat menampung uap dari evaporasi, maka uap air turun

sebagai hujan.
Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 19
Air hujan akan mengisi cadangan air yang berada di permukaan bumi. Proses

ini berlangsung terus menerus. Akan tetapi, curah hujan terkadang rendah (sedikit)

dan terkadang tinggi. Apabila curah hujan tinggi, simpanan air di permukaan bumi

seperti waduk, danau, dan sungai meluap, sehingga berpotensi banjir.

Banjir adalah aliran air yang berlebihan hingga meluap ke daratan. Banjir

berasal dari luapan penyimpanan air yang tidak mampu menampung jumlah air yang

sangat besar. Ketika penyimpanan air sudah penuh, maka air yang harusnya

disalurkan ke penyimpanan akan meluap ke daratan sehingga membanjiri daerah

sekitarnya.

Banjir disebabkan oleh 3 hal yaitu :

1. Tingginya curah hujan. Hujan yang terus menerus akan mengakibatkan danau,

bendungan, atau sungai penuh dan tidak sanggup menampung air yang masuk.

2. Sistem pengelolaan lingkungan yang buruk, contohnya daerah perkotaan yang

tidak diberi tempat resapan air.

3. Akibat perilaku manusia. Contohnya, membuang sampah di sungai atau saluran

pembuangan air (selokan) dan pembangunan rumah di bantaran sungai.

4. Agar terhindar dari banjir, kita harus melakukan siaga banjir sebelum,

saat banjir, dan setelah banjir.

Siaga sebelum banjir :

SIAGA SEBELUM BANJIR SIAGA SAAT BANJIR SIAGA SESUDAH BANJIR

1. Mempelajari lingkungan 1. Pindahkan peralatan rumah 1. Jangan kembali ke rumah


rumah apakah rawan banjir tangga ke tempat yang lebih sebelum keadaan benar-benar
atau tidak tinggi aman
2. Mengenali tanda-tanda 2. Simpan dokumen penting 2. Jika ada arahan dari petugas,
datangnya banjir dalam wadah kedap air dapat kembali ke rumah
3. Mengikuti informasi 3. Matikan keran air dan listrik 3. Periksa keadaan tembok dan
pengumuman banjir dan letak 4. Siapkan kebutuhan untuk atap rumah berpotensi runtuh
posko evakuasi mengungsi atau tidak
4. Siapkan peralatan P3K 5. Jangan biarkan anak-anak 4. Periksa kabel atau alat
5. bermain di daerah banjir elektronik yang terendam air
6. Pindahkan peralatan rumah 5. Jangan nyalakan listrik
tangga ke tempat yang lebih 6. Bersihkan rumah dan hati – hati
tinggi jika ada hewan berbahaya yang
7. Simpan dokumen penting masuk
dalam wadah kedap air
8. Matikan keran air dan listrik
9. Siapkan kebutuhan untuk
mengungsi
10. Jangan biarkan anak-anak
bermain di daerah banjir

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 20


JURNAL HASIL RISET

1. Maryanti, Setty. Identifikasi Penggunaan Lahan Terhadap Pendangkalan

Sungai Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. 2018

2. Wiradana Putra ,I Gede Ngurah Arya. Upaya Cepat Dalam Mengatasi

Banjir Akibat Penumpukan Sampah Di Sungai Saba Desa Pengastulan,

Seririt. 2020

3. Aprizal. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Peningkatan Debit

Banjir Sungai Way. 2019

Bahan Ajar IPA SMP VII_Lapisan Bumi_Sopia_2022 | 21


Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018 ISBN: 978-602-361-137-9
RESTORASI SUNGAI: TANTANGAN DAN SOLUSI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN


TERHADAP PENDANGKALAN SUNGAI WONOKERTO
KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN DEMAK
Setty Maryanti1, Agustina Tri Swastiningsih2, dan Sukini3
1
Fakultas Geografi dan Pendidikan Geografi FKIP UMS (Twinning Program),
2 ,3
Pendidikan Geografi, FKIP UMS
E-mail: maryantisetty04@gmail.com

ABSTRAK
Sungai Wonokerto berada di Desa Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten
Demak. Pendangkalan sungai terjadi karena adanya pengendapan partikel padatan yang
terbawa oleh arus sungai, partikel ini dapat berupa sampah dan yang terutama partikel
tanah akibat erosi yang berlebihan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyebab
utama pendangkalan Sungai Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak.
Pendangkalan sungai ini menyebabkan beberapa masalah, masalah terbesar yang dapat
terjadi yaitu Banjir karena air yang tidak dapat mengisi sungai secara keseluruhan karena
adanya pendangkalan tersebut volume air yang terisi tidak dapat penuh keseluruhan.
Metode yang digunakan yaitu metode survei untuk mengetahui keadaan fisik sungai serta
menyesuaikan hasil interpretasi penggunaan lahan citra satelit google earth. Hasil penelitian
menunjukkan Faktor yang menjadi penyebab pendangkalan sungai wonokerto kecamatan
karang tengah kabupaten demak yaitu penggunaan lahan sebagai Sawah dan Pemukiman.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pendangkalan ini selain karena penggunaan lahan
yaitu partikel yang terbawa oleh arus sungai yang berasal dari hulu.

Kata kunci: sungai wonokerto, pendangkalan sungai, penggunaan lahan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai Wonokerto merupakan salah satu sungai yang mengalir di beberapa
kecamatan di Kabupaten Demak, salah satu kecamatan yang dilalui yaitu Kecamatan
Karang Tengah yang mengalir di Desa Wonokerto. Sungai Wonokerto ini merupakan sungai
yang menjadi temapt bendungan jika sungai-sungai kecil yang berada di sekitar Sungai
Wonokerto mengalir menuju Sungai Wonokerto. Aliran sungai ini melewati beberapa Desa
salah satunya Desa Wonokerto. Penetapan lokasi penelitian dikarenakan Desa Wonokerto
berada di pinggir jalur utama yang menghubungkan Semarang, Demak dan Jepara serta
Kudus sehingga pemandangan sungai ini mengurangi kualitasnya.
Sungai-sungai yang berada di Kabupaten Demak banyak yang mengalami
pendangkalan. Sedimentasinya dapat telihat sangat jelas di beberapa sungai. Adanya
sedimentasi menyebabkan sungai menjadi dangkal dan mengurangi volume air yang dapat
menampung maksimal akan tetapi berkurang karena adanya sedimentasi sehingga sungai
menjadi pendangkalan.
Tanah atau bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat yang
mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan masuk kedalam suatu badan
air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa
oleh aliran air akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan alirannya melambat

96 | Komisi A: Restorasi Sungai dan Pembangunan Sumberdaya Fisik #1


Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018 ISBN: 978-602-361-137-9
RESTORASI SUNGAI: TANTANGAN DAN SOLUSI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

atau terhenti. Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan peristiwa atau proses sedimentasi.
(Arsyad, 2010). Proses sedimentasi berjalan sangat komplek, dimulai dari jatuhnya hujan
yang menghasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu
tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di
atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan
sedimen.
Keberadaan sedimen dalam batas tertentu merupakan bagian dari dinamika
keseimbangan alami di sungai. Sedimentasi dapat mengakibatkan perubahan karakteristik
dan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan manusia, seperti banjir dan
penurunan kualitas air. Contoh dalam kasus ini yaitu pendangkalan sungai karena adanya
sedimentasi. Hal ini berdampak pada pengurangan kapasitas tampang sungai, atau
kemampuan sungai dalam mengalirkan air semakin kecil. Pada banyak kasus yang ditemui
di Kabupaten Demak, sungai-sungai mengalami pendangkalan yang signifikan akibat
sedimentasi yang bersumber dari erosi lahan yang dipercepat (accelerated erosion).

METODE
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada hari Senin, 11 Juni 2018. Penelitian
dilakukan sehari untuk melihat kondisi sungai secara langsung. Lokasi penelitian
dilaksanakan di Desa Wonokerto, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Provinsi
Jawa Tengah. Objek penelitian merupakan Sungai Wonokerto, metode yang digunakan
untuk mengetahui keadaan fisik sungai menggunakan metode survei, metode ini dilakukan
dengan cara datang langsung pada Sungai Wonokerto. Metode analisis data menggunakan
analisis data sekunder. Data sekunder yang diperlukan yaitu citra satelit google earth
diperoleh dari software SAS Planet. Citra akan diditasi sesuai dengan penggunaan lahan
hasil interpretasi.

-
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

97 | Komisi A: Restorasi Sungai dan Pembangunan Sumberdaya Fisik #1


Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018 ISBN: 978-602-361-137-9
RESTORASI SUNGAI: TANTANGAN DAN SOLUSI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

HASIL

Gambar 2. Penampakan Sungai Wonokerto pada Citra


Sumber : citra satelit google earth

]Citra Satelit Google Earth memperlihatkan kenampakan Sungai Wonokerto yang


mempunyai sedimentasi yang sangat jelas. Sedimentasi berupa unsur padat yang jika
terlalu lama didiamkan akan menjadi tanah. Kenampakan Sungai Wonokerto di Citra satelit
google menampakan sedimentasi yang telah lama dibiarkan sehingga kering dan menjadi
seperti tanah kering yang berada di sungai. Luas sungai Wonokerto yang dapat disaksikan
dalam citra luas tetapi karena sedimentasi menyebabkan luas sungai berkurang dan volume
air yang mengalir berkurang.

Gambar 3. Penampakan Sedimentasi di Sungai Wonokerto


Sumber : Peneliti 2018

Sedimentasi di Sungai Wonokerto dapat terlihat sangat jelas berdasarkan gambar diatas.
Sedimentasi berbentuk padat bahkan lebih tinggi dari permukaan air. Pemandangan ini
kurang baik jika dilihat.

98 | Komisi A: Restorasi Sungai dan Pembangunan Sumberdaya Fisik #1


Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018 ISBN: 978-602-361-137-9
RESTORASI SUNGAI: TANTANGAN DAN SOLUSI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Gambar 4. Penampakan Sampah di Pintu air Sungai Wonokerto


Sumber : Peneliti 2018

Permasalahan sungai tidak hanya sedimentasi, tetapi juga sampah yang menumpuk di
sungai. Gambar 4 memperlihatkan sampah yang berada di pintu masuk sungai. Sampah
pada sungai berupa adanya eceng gondok, pelepah pisang dan sampah plastik.

Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Desa Wonokerto


Sumber : Peneliti 2018

Penggunaan lahan paling dominan dari hasil interpretasi citra yaitu penggunaan lahan
sebagai penggunaan lahan sawah. Anak sungai yang mengalir ke Sungai Wonokerto
menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga karena pola pemukiman yang mengikuti
alur sungai.

99 | Komisi A: Restorasi Sungai dan Pembangunan Sumberdaya Fisik #1


Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018 ISBN: 978-602-361-137-9
RESTORASI SUNGAI: TANTANGAN DAN SOLUSI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PEMBAHASAN
Hasil Identifikasi penggunaan lahan Desa Wonokero dan sekitar Sungai Wonokerto
yaitu Penggunaan lahan sebagai Sawah. Hal ini ditunjukkan dengan bentuklahan
Kabupaten Demak yang dominan oleh bentuklahan Fluvial yang asal proses karena air
sungai dan topografi didominasi oelh topografi datar sehingga sangat cocok dengan
penggunaan lahan akan sawah.Penggunaan lahan sawah ini memperlukan air dalam
takaran yang sangat banyak sehingga menggunakan air sungai. Limbah yang berasal dari
sawah ini masuk kedalam Sungai Wonokerto karena dapat dlihat tumbuhnya tanaman
eceng gondok dalam Sungai Wonokerto.
Pengamatan peneliti pada tahun 2015 sedimentasi yang ada pada Sungai
Wonokerto hanya seelah timur sungai saja tetapi pada tahun 2018 ini sedimentasi di Sungai
Wonokerto mengalami perluasan dan penebalan dan sis barat sungai juga mengalami
sedimentasi. Sedimentasi ini menyebabkan pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai
tidak hanya dialami pada Sungai Wonokerto tetapi juga anak sungai wonokerto mengalami
pendangkalan yang menyebabkan beberapa permasalahan, seperti : Pendangkalan sungai,
pemandangan sungai tidak bagus lagi, Banjir dan kualitas air yang menurun. Air yang ada di
cabang sungai wonokerto digunakan masyarakat untuk beberapa hal, seperti : peternakan,
mandi, pembuangan limbah, pemancingan dan kegiatan lainnya yang melibatkan sungai.
Lokasi sungai wonokerto pula dekat dengan kawasan pabrik sehingga kemungkinan
limbah pabrik juga mengalir ke Sungai Wonokerto ini. Aliran cabang sungai wonokerto
berasal dari Kecamatan Sayung berdekatan dengan Kota Semarang yang di dominasi oleh
kawasan industri dan Kecamatan Sayung merupakan kecamatan pusat industri. Warna air
pada Sungai Wonokerto dominasi berwarna hijau.
Sedimentasi pada Sungai Wonokerto dapat ditangani secepatnya karena Sungai
Wonokerto kemungkinan dapat menyebabkan banjir karena sungai tidak dapat menampung
air sungai. Sedimentasi ini juga menutup pintu aliran sungai yang sebelah timur sehingga
pada musim hujan yang dengan kategori tinggi di Kabupaten Demak ini sehingga membuka
jalan untuk air mengalir untuk melalui pintu sungai timur.

KESIMPULAN
Sedimetasi yang ada di sungai dapat menyebabkan pendangkalan pada sungai
hingga mengakibatkan hal yang sangat besar yaitu banjir karena sungai tidak dapat
menampung air yang lebih lagi. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu mengambil
sedimentasi tersebut hasil sedimentasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan
lainnya. Kegiatan restorasi sungai dapat dilakukan dengan mengajak masyarakat sadar
akan kebersihan sungai dan tidak membuang sampah plastik maupun organik kedalam
sungai dan mengajak masyarakat untuk gotong royong membersihkan sedimentasi sungai
bersama-sama. Menumbuhkan kesadaran masyarakat yang banyak memang tidak mudah
tetapi ajaklah dengan kegiatan kecil yang dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat dan
Pemerintahan dapat melihat masalah sungai yang ada di Kabupaten Demak yang sekarang
banyak yang mengalami pandangkalan dan sampah dimana-mana. Kualitas air yang kurang
baik tetapi digunakan untuk kegaiatan sehari-hari.

PENGHARGAAN
Ucapan terimakaih kepada Allah SWT, kedua orang tua peneliti yang selalu
menyertakan doa dan memberikan dukungan. Peneliti mengucapkan terimakaih kepada Yuli

100 | Komisi A: Restorasi Sungai dan Pembangunan Sumberdaya Fisik #1


Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018 ISBN: 978-602-361-137-9
RESTORASI SUNGAI: TANTANGAN DAN SOLUSI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Priyana, M.Si. selaku Dekan Fakultas Geografi UMS. Terimakasih atas arahan, ilmu, dan
kerelaan waktu dalam mengarahkan peneliti hingga sampai pada penyelesain paper ini.
Banyak ilmu yang bermanfaat yang telah didapat atas bimbingan ini. Ucapan terimakasih
peneliti ucapkan pula kepada rekan-rekan seperjuangan peneliti yang telah membantu
dalam proses penelitian.

REFERENSI
Anasiru ,Rahmat Hanif. 2016. Analisis Spasial Dalam Klasifikasi Lahan Kritis Di Kawasan
Sub-Das Langge Gorontalo. Informatika Pertanian, Vol. 25 No.2, Desember 2016 :
261 – 272.
Arahman, Imam, Budiarjo Imam, Suseno Darsono, dan Sugiyanto. 2015. Pengendalian
Banjir Sungai Dombo Sayung Kabupaten Demak. Jurnal Karya Teknik Sipil Vol. 4,
No. 4.
Drs. Harsono. 2002. Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai di Daerah Estuari Jawa
Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah.
Ekawati, Ratna. __. Evaluasi Pengendalian Banjir Sungai Jragung Kabupaten Demak.
Inovasi dalam Pengembangan SmartCity yang Berwawasan Lingkunga.
Hambali, Roby, Apriyanti ,Yayuk. 2016. Studi Karakteristik Sedimen Dan Laju Sedimentasi
Sungai Daeng – Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Fropil Vol 4 Nomor 2 Juli-Des
2016.
Mokonio T ,Olviana. Mananoma, L. Tanudjaja, dan A. Binilang. 2013. Analisis Sedimentasi
Di Muara Sungai Saluwangko Di Desa Tounelet Kecamatan Kakas Kabupaten
Minahasa. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732.
Mulerli,Ari. __. Dampak Angkutan Sedimen Terhadap Pembentukan Delta Di Muara Sungai
Bone, Provinsi Gorontalo. __.
Roswary, Sefanya, Maskananfola Max Rudolf, dan Pujiono Wahyu P. 2014. Tingkat
Sedimentasi Muara Sungai Wedung Kecamatan Wedung, Demak. Diponegoro
Journal of Maquares Vol 3, No 2.
Wafa, Muhammad Ali, Nugraha Winardi Dwi,dan Sri Sumiyati.__. Studi Pengaruh Tata Guna
Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Dengan Metode Indeks Pencemaran (Studi
Kasus Sungai Plumbon – Semarang Barat).__.
Zulfahmi, AS Nur Syam, dan Jufriadi. 2016. Dampak Sedimentasi Sungai Tallo Terhadap
Kawasan Banjir di Kota Makassar. Plano Madani Vol. 5, No. 2.

101 | Komisi A: Restorasi Sungai dan Pembangunan Sumberdaya Fisik #1


PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta.
Volume 1 | Nomor 2 | Juni | 2020

UPAYA CEPAT DALAM MENGATASI BANJIR AKIBAT PENUMPUKAN SAMPAH DI


SUNGAI SABA DESA PENGASTULAN, SERIRIT

I Gede Ngurah Arya Wiradana Putra1, I Gusti Ngurah Pertana Mandala2


Universitas Pendidikan Nasional1,2

Keywords : Abstract: Waste in Indonesia is a complex problem due to the lack


sampah, of community understanding of the effects that can be caused by
faktor, waste. Another factor is the increase in the standard of living of the
upaya, community, which is not accompanied by the harmony of knowledge
sungai. about waste and also the lack of community participation to maintain
cleanliness and dispose of garbage in its place. The purpose of
making this module report is to investigate efforts to prevent flooding
Corespondensi Author due to accumulation of garbage in the river. The method used is a
Fakultas Hukum dan Ilmus Sosial
Undiknas Denpasar
quantitative approach and the results show how waste management
email: ilininstitute@gmail.com1 is very important in efforts to prevent the accumulation of waste
partanamandala@undiknas.ac.id2 because it can create environmental cleanliness.

Abstrak: Sampah di Indonesia merupakan masalah yang kompleks


karena kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat – akibat
yang dapat ditimbulkan oleh sampah. Faktor lainnya adalah
meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan
kelarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi
masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan dan
membuang sampah pada tempatnya. Tujuan pembuatan laporan
modul ini untuk mengetahui upaya pencegahan banjir akibat
penumpukkan sampah di sungai. Metode yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif dan hasilnya menunjukan bagaimana
pengelolaan sampah sangat penting dilakukan dalam upaya
pencegahan penumpukkan sampah karena dapat terciptanya
kebersihan lingkungan disekitar

Pendahuluan
Dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dijelaskan bahwa : “Sampah merupakan
semua sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan”.
Penumpukan sampah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat
besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan akhir (TPA). Pengelolaan sampah yang

http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
29
.
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020

terjadi selama ini dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan
kebijakan dari pemerintah.
Baik di perkotaan maupun di pedesaan, sampah masih menjadi permasalahan utama. Namun
sayangnya, masyarakat kurang menunjukan sikap peduli terhadap lingkungan. Hal ini ditunjukkan deng an
perilaku mereka dalam mengelola sampah dimana masih banyak yang dibakar, dibuang dan dibiarkan
menggunung di sepanjang bantaran sungai dan pada akhirnya menimbulkan luapan air penyebab banjir.
Faktor pertama, Desa Pengastulan sendiri belum mempunyai program penanganan sampah yang serius.
Misalnya, belum terdapatnya tempat pembuangan sementara, tempat sampah , dan belum adanya wadah
masyarakat untuk menuangkan partisipasinya dalam penanganan sampah. Kedua, masyarakat masih
menggunakan cara tradisional dalam penanganan sampah.
Permasalahan penanganan sampah di Desa Pengastulan sudah menjadi permasalahan dalam beberapa
tahun terakhir ini. Hal ini memberikan dampak yang serius terhadap kondisi fisik sungai dan pantai di Desa
Pengastulan, seperti sering terjadi banjir ketika hujan tiba.
Dengan dilaksanakannya KKN Daring kami selaku mahasiswa melaksanakan KKN di tempat tinggal
masing-masing, terjadwalkannya turun ke lapangan bertemu dengan masyarakat dan tetap memperhatikan
protokol kesehatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, khususnya masyarakat di Banjar Kauman,
Desa Pengastulan sudah memiliki pengetahuan dan kesadaran terkait pentingnya penanganan sampah di desa.
Namun sayangnya, pengetahuan dan kesadaran tersebut belum disatukan dengan satu koma ndo dari
pemerintahan desa. Oleh karena itu, kami diamanahkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Metode
Berdasarkan dalam menentukan masalah dan solusi yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
ada, maka penulis menggunakan metode dengan melakukan observasi dan wawancara langsung ke lapangan
untuk melihat keadaan sekitar. Observasi ini ditempuh dengan cara berjalan kaki dari rumah kurang lebih dengan
jarak 200 meter di Banjar Purwa, Desa Pengastulan.
Ketika menentukan secara pasti potensi yang diangkat menjadi program kerja utama, maka langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah meneliti masalah maupun potensi yang berkaitan dengan bidang ilmu yang
ada pada KKN ini. Hingga akhirnya menemukan permasalahan dibeberapa masyarakat yang tidak bisa
mengelola sampah dengan baik dan membuang sampah disungai pada akhirnya penumpukan sampah tersebut
mengakibatkan banjir. Dalam mengidentifikasi permasalahan dari potensi yang diangkat serta penetapan solusi
untuk memecahkan masalah terkait upaya mengatasi banjir akibat penumpukan sampah di sungai lingkungan
desa Pengatulan. Terdapat beberapa kendala yang ditemui selama pelaksanaan KKN khususnya dalam aspek
sosial dan hukum. Adapun kendala-kendala tersebut diantaranya adalah :
A. Belum adanya kesadaran masyarakat terhadap menjaga lingkungan terutama dalam membuang
sampah disungai yang merupakan salah satu faktor penyebab banjir.
B. Belum terlaksanakannya upaya pencegahan pembuangan/penumpukan sampah untuk menjaga
lingkungan di sekitaran sungai desa Pengastulan.
Selama pelaksanaan KKN di Desa Pengastulan, selaku mahasiswa KKN Universitas Pendidikan Nasional
(UNDIKNAS) membantu permasalahan terhadap upaya mengatasi banjir akibat penumpukan sampah
dilingkungan Desa Pengastulan.

Hasil Dan Pembahasan


Peristiwa banjir merupakan akibat langsung atau tidak langsung dari aktivitas manusia (membuang
sampah sembarangan ke sungai) dan banjir itu dampaknya mengancam eksistensi manusia sebagai organisme
hidup, maka dari itu peristiwa banjir jelas adalah masalah pencemaran lingkungan hidup. 1 Berdasarkan hasil
observasi yang sudah dilakukan ditemukan beberapa faktor – faktor penyebab banjir yang sering terjadi pada
saat musim hujan yang diakibatkan dari adanya penumpukkan sampah di aliran sungai Saba Pengastulan,
sehingga mengeluarkan bau tidak sedap, bahkan perairan dan pantai disekitarnya juga dipenuhi dengan
sampah-sampah kiriman dari warga yang tinggal di sepanjang daerah aliran Sungai Saba.
Sampah – sampah yang menumpuk berasal dari sampah rumah tangga penduduk sekitar dan di areal

1Susmarkanto. (2002). Pencemaran Lingkungan Perairan Sungai Salah Satu Faktor Penyebab Banjir di Jakarta.
Jurnal Teknologi Lingkungan, 3(1), 13-16. doi: https://media.neliti.com/media/publications/159603.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
30
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020

sungai dekat dengan pasar akibatnya sungai tersebut dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah yan g
menumpuk terlalu banyak menjadi penghambat aliran air disungai sehingga disaat musim penghujan tiba volume
air aliran sungai tersebut menjadi meluap dan menggenangi pemukiman warga yang berada didekat sungai .

Gambar 3.1 Sampah di Saluran Sungai

Dalam wilayah Desa Pengastulan khususnya Banjar Purwa, pengelolaan sampah juga tidak terlepas dari
permasalahan antara lain yaitu :
1. Pengumpulan yang belum maksimal
Tahapan pengumpulan sampah belum maksimal diterapkan terutama sampah rumah tangga. Aktivitas
pengumpulan hanya dilakukan pada Kawasan pemukiman di tepi jalan raya utama dan dilengkapi
dengan Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
2. Container/truk pengangkut sampah
Sampah yang sudah terkumpul didepan rumah yang sudah diwadahi akan gampang diangkut oleh truk
sampah. Untuk pemukiman yang berada dikawasan terpencil seperti yang berada didalam gang jauh
dari lintasan truk sampah di Desa Pengastulan
A. Dengan masa pendemi seperti ini sangat jarang ada truk sampah yang beroperasi. Jumlah truk sampah
terbatas, tidak diimbangi dengan timbulnya sampah dari masyarakat dan sampah pasar dengan jumlah
yang besar yang mengakibatkan terlambatnya sampah dibawa ke TPA.
3. Minimnya jumlah tempat sampah
Kurangnya jumlah tempat sampah yang ada diareal pemukiman di desa Pengastulan sering menjadi
polemik, masyarakat menjadi kebingungan untuk membuang sampah dimana dan pada akhirnya
masyarakat menjadikan sungai sebagai TPA sehingga penumpukkan sampah tersebut mengakibatkan
terjadinya banjir.

Sampah yang berada di Desa Pengastulan jika tidak ada yang memperhatikan pengelolaan sampah
tersebut akibatnya menjadi masalah besar seperti yang sudah diketahui yaitu pencemaran lingkungan, banjir,
menimbulkan bau tidak sedap dan sumber penyakit. Banjir akibat penumpukan sampah juga mengurangi
keasrian pemukiman Desa Pengastulan. Maka semakin komplek permasalahan akibat sampah, semakin perlu
adanya upaya pencegahan banjir akibat penumpukkan sampah di sungai saba lingkungan Desa Pengastulan.
Ada beberapa langkah dalam pengelolaan sampah yaitu pemilahan sampah (dipisahkan antara organik
dan anorganik), pewadahan (tempat sampah), dan pengolahan sampah, pengumpulan ada dua proses yaitu
pemindahan dan pemindahan kemudian dilakukan pengangkutan ke pembuangan akhir. Namun warga Desa
Pengastulan belum melakukan pengelolaan sampah tersebut.

http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
31
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020

Gambar 3.2 Diagram Pengelolaan Sampah

Berdasarkan hasil observasi serta pengamatan KKN yang telah dilakukan selama 1 minggu sekali
dengan total 7 hari pengamatan, maka grafik persentase sampah disungai saba lingkungan Desa Pengastulan
yang di peroleh adalah sebagai berikut.

PERSENTASE SAMPAH
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 3.3 Grafik Penelitian Sampah

Legalitas hukum terhadap upaya yang akan dilakukan untuk pencegahan banjir akibat penump ukkan
sampah disungai Desa Pengastulan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peraturan hukum
terhadap masyarakat dalam mengelola sampah dan wewenang perintah dalam menangani sampah.

Berdasarkan Pasal 9 Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa :2
(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai
kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan
provinsi;

2 Undang – undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah


http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
32
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020

b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar,


prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak
lain;
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu,
dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh)
tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah
ditutup; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan
kewenangannya.
1) Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap darurat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f diatur dengan peraturan menteri.

Berdasarkan Pasal 20 Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa :
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan
bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur
ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan Pasal 22 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah menyatakan
bahwa :
(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan
akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada aya t (1) diatur
dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah atau dengan peraturan daerah sesuai dengan
kewenangannya.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
33
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020

Berdasarkan Pasal 9 Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa :
(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah.
(2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah;
b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.

Berdasarkan penjelasan pasal – pasal diatas secara tertulis menjabarkan legalitas hukum dan kepastian
hukum kepada masyarakat Desa Pengastulan terhadap upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan yaitu salah satunya banjir akibat penumpukan sampah disungai saba lingkungan Desa
Pengastulan. Sehingga menguatkan bagaimana pengelolaan sampah yang baik dan bagaimana wewenang
pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah di wilayah yang tercemar.
Dalam melakukan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) tepatnya di Banjar Purwa, Desa Pengastulan,
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, secara daring selama 3 bulan, kami merancang ide atau gagasan pokok
yang kemudian menjadi acuan kepada masyarakat merumuskan beberapa program. Hal tersebut merupakan
pelaksanaan untuk pengabdian kepada masyarakat Desa Pengastulan dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang
dilatar belakangi karena pentingnya pencegahan banjir akibat penumpukan sampah disungai lingkungan agar
masyarakat desa memiliki kesadaran lingkungan bagaimana mengelola sampah dengan baik terutama
pembuangan sampah sungai yang dapat mengakibatkan banjir setiap tahunnya.
Kerja Kuliah Nyata (KKN) merumuskan ide atau gagasan beberapa program untuk membantu masyarakat
agar lebih mudah melaksanakan dan menerapkan lingkungan bersih dan nyaman tanpa banjir dengan baik untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Adapun program yang telah dirangkai untuk membantu masyarakat dalam upaya pencegahan banjir
akibat penumpukan sampah disungai saba lingkungan desa Pengastulan, sebagai berikut :

- Program Fisik
Pengadaan Tempat sampah di sekitaran Desa Pengastulan sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat pada laporan ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kurangnya kesadaran
masyarakat mengenai penanganan sampah disekitar mereka yang akhirnya dibuang tidak pada
tempatnya. Membiasakan sejak dini untuk terbiasa membuang sampah pada tempatnya dan memilah
sampah dengan baik . Sehingga kami selaku mahasiswa KKN membagikan tempat sampah sebagai
upaya dalam meminimalisir salah satu permasalahan sampah yang menyebabkan banjir yang terjadi di
Desa Pengastulan.

Simpulan Dan Saran


1.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil yang dicapai yaitu partisipasi masyarakat di lingkungan desa pengastulan cukup
baik, hal ini ditandai dengan adanya berbagai gagasan atau ide dari warga dalam penentuan keputusan dalam
pengelolaan sampah yang baik dan benar demi kepentingan mewujudkan kesejahtraan hidup lingkungannya.
1.2 Saran untuk Masyarakat sasaran :
Rencana keberlanjutan dalam bentuk Saran untuk masyarakat sasaran diharapkan dapat
mengembangkan gagasan atau ide dari warga serta membina tingkat kesadaran partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah lebih di mantapkan lagi kedepannya.
1.3 Saran dari masyarakat :
Rencana keberlanjutan dalam bentuk saran dari masyarakat melalui google form yang diberikan, Masyarakat
sasaran merespon positif kegiatan KKN yang dilaksanakan karena dapat membantu masyarakat dalan
memecahkan masalah yang terjadi dan mereka berharap kegiatan KKN dapat dilaksanakan kembali dengan
baik.

http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
34
PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 1 No 2, Juni 2020

Daftar Rujukan
Anonim. 2007. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana. Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 66 :

Hendarsah, Haruman. 2012. Penilaian Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat dalam Menghadapi Bahaya Banjir.

P3ES. Chay, Asdak. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai.Yogyakarta : Gadjah Mada University Perss.

Sadisun, A. Imam. 2008. Pemahaman Karakteristik Bnecana : Aspek Fundamental dalam Upaya Mitigasi dan

Penanganan Tanggap Darurat Bencana. Paper Gladien Panji Bencana Vol. 12 No. 1. Bandung : Pusat

Mitigasi Bencana ITB.

Susmarkanto. (2002). Pencemaran Lingkungan Perairan Sungai Salah Satu Faktor Penyebab Banjir di Jakarta.

https://media.neliti.com/media/publications/159603. (diakses 27 Juni 2020).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zuidam, R.A.Van, ,1985, Terrain and Analysis and Classification Using
Aerial Photography, A. Geomorphological Approach, ITC. Enchede.

Yunus, Sabari, H. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.

Perundang - Undangan :

Undang – undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan.

http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta
35
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat

Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Peningkatan


Debit Banjir Sungai Way Kandis
APRIZAL1*, EKO JULIANTO2
1Program Magister Teknik, Pascasarjana Universitas Bandar Lampung, Lampung
2 Dinas Cipta Karya dan Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Lampung
*
Corresponding author: aprizal10@gmail.com

Abstrak: Aliran permukaan sangat dipengaruhi oleh tutupan lahan yang ada di sekitarnya. Setiap
perubahan penggunaan lahan akan berdampak pada koefien pengaliran yang berpengaruh pada besarnya
aliran permukaan yang menuju ke sungai. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) salah satu isinya adalah mengatur tentang Kawasan peruntukan lahan, termasuk
pada DAS Way Kandis. Dengan fenomena alih fungsi lahan pada DAS Way Kandis, maka perlu
dilakukan penelitian tentang dampak perbahan tata guna lahan terhadap perubahan debit banjir rancangan
pada DAS Way Kandis. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis perubahan tata guna lahan di DAS
Way Kandis Tahun 2007 dan Tahun 2015 yang mempengaruhi koefisien pengaliran (Nilai C) sebagai
salah satu parameter dalam perhitungan debit banjir rancangan dengan menggunakan metode HSS
Nakayasu untuk 2 tahun time series yaitu pengamatan Tahun 1996 - 2007 dan Tahun 2004 - 2015.Dari
hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan adanya perubahan penggunaan lahan di
DAS Way Kandis Tahun 2007 dan Tahun 2015 dengan nilai koefisien pengaliran sebesar 0.357 pada
Tahun 2007 menjadi 0.438 pada Tahun 2015 sehingga berdampak pada perubahan debit banjir di DAS
Way Kandis, yang mengalami peningkatan cukup signifkan dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2015
sebesar rata-rata 19.19%.

Kata kunci: Penggunaan Lahan, Koefisien Pengaliran, Nakayasu

menjadi rumah tinggal dan


1. PENDAHULUAN permukiman.
Salah satu ciri dari pertumbuhan sebuah
wilayah adalah meningkatnya laju Kegiatan alih fungsi lahan pada
pertumbuhan penduduk yang dibarengi umumnya terjadi di wilayah di sekitar
dengan perkembangan aktivitas sosial pusat kegiatan social dan ekonomi
dan ekonomi di wilayah masyarakat di wilayah perkotaan,
tersebut.Seiring dengan peningkatan namun demikian dengan semakin
laju pertumbuhan penduduk pada padatnya wilayah perkotaan, maka
umumnya selalu berdampak pada pergerakan kegiatan alih fungsi lahan
peningkatan pemenuhan kebutuhan tersebut bergeser ke arah pinggiran atau
akan lahan untuk permukiman, bagian hulu suatu wilayah. Suatu
sedangkan daya dukung wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) juga
tersebut tidak siap untuk mengantisipasi mengalami fenomena alih fungsi lahan
pertumbuhan tersebut. baik di bagian hulu, tengah hingga
muara. Alih fungsi lahan ini akan
Peningkatan kebutuhan akan lahan berakibat pada meningkatnya aliran
permukiman akhirnya berdampak pada permukaan (surface runoff) karena air
penggunaan lahan yang ada berupa hujan yang jatuh ke bumi tidak lagi
perkebunan atau hutan beralih fungsi secara maksimal mengisi air tanah
menjadi permukiman dan lahan (infiltrasi) maupun menjadi aliran dasar
pertanian sebagai usaha pemenuhan (baseflow). Kondisi ini pada akhirnya
kebutuhan hidup penduduk, bahkan akan berdampak terjadinya banjir di
lahan pertanian sebagian juga suatu DAS.
mengalami alih fungsi lahan (Land Use)

ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
51
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat

DAS Way Kandis yang secara Di sepanjang aliran DAS Way Kandis
administrasi sebagian besar berada di telah mengalami perubahan tata guna
Kabupaten Lampung Selatan – Provinsi lahan sebagai dampak dari pertumbuhan
Lampung merupakan salah satu DAS penduduk dan aktivitas social dan
yang mengalami fenomena alih fungsi ekonomi penduduk di sekitarnya. Hal
lahan hampir di sepanjang aliran dari ini Nampak dari gambaran foto satelit
hulu hingga hilir, sehingga setiap tahun serta data dan informasil ainnya yang
selalu terjadi banjir di beberapa lokasi menggambarkan perubahan tata guna
sepanjang aliran Sungai Way Kandis. lahan tersebut dari tahun 2007 hingga
tahun 2015.
2. IDENTIFIKASI MASALAH

Gambar 1. Peta Lokasi DAS Way Kandis

ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
52
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat

3. METODOLOGI Sesuai dengan data penggunaan lahan


yang diperoleh berdasarkan peta RTRW
Tahapan kegiatan yang akan dilakukan pada DAS Way Kandis, dapat diketahui
untuk menyelesaikan penelitian ini adalah
luas penggunaan lahan untuk jenis yang
sebagai berikut:
ditinjau pada tahun 2007 sebagaimana
1. Mengumpulkan referensi studi ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
sebelumnya yang memiliki keterkaitan
dengan penelitian ini; Tabel 1. Penggunaan Lahan DAS Way
2. Mengumpulkan data tata guna lahan Kandis Tahun 2007
pada peta RTRW Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2007 dan 2015
khususnya di sekitar DAS Way
Kandis;
3. Melakukan pengumpulan data hujan
dari BBWS Mesuji Sekampung yang
berasal dari pos hujan berpengaruh
pada DAS Way Kandis;
4. Menganalisis data hujan menjadi 2. Koefisien Pengaliran Tahun 2007
aliran untuk mengetahui debit banjir Koefisien pengalian pada DAS Way
rancangan sesuai kala ulang (Q2 th, Kandis berdasarkan penggunaan lahan
Q5 th, Q10 th, Q20 th , Q25 th, Q50 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:
th) dengan nilai C Tahun 2007 dan
Tahun 2015;
5. Menganalisis perubahan debit banjir Tabel 2. Koefisien Pengaliran (C)
rancangan (Q2 th, Q5 th, Q10 th, Q20 Dipengaruhi Tata Guna Lahan Tahun
th , Q25 th, Q50 th) Tahun 2007 dan 2007
Tahun 2015;
6. Menyusun kesimpulan penelitian
berdasarkan besarnya perubahan debit
banjir rancangan di tahun 2007 dan
tahun 2015 dan rekomendasi yang
diusulkan terkait DAS Way Kandis. C rata2 = Zigma(Li.Ci)/L total = 0.357

Pengumpulan Data Sekunder 3. Perhitungan Debit Banjir


Kegiatan pengumpulan data sekunder Rancangan DAS Way Kandis (HSS
terkait penelitian ini, diantaranya adalah Nakayasu) TAhun 2007
sebagai berikut
1. Tata guna lahan di DAS Way Kandis Sub DAS / DAS : Way Kandis
Tahun 2007 dan 2015. Luas DAS : 410.2 km2
2. Pengumpulan data hujan sepanjang Panjang sungai : 33.50 km
minimal 10 tahun pencatatan data.
a. Waktu Konsentrasi
4. ANALISIS DEBIT BANJIR Tg (untuk panjang sungai (L) < 15
km)
RANCANGAN Tg = 0.21 * (L0.7) = 0.00
jam
A. Tahun 2007 Tg (untuk panjang sungai (L) > 15
1. Data Penggunaan Lahan DAS km)
Way Kandis Tahun 2007 Tg = 0.4 + 0.058L = 2.34
jam
ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
53
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat

b. Satuan waktu dari curah hujan


Tr = (0.5 - 1 ) * Tg
Diambil
Tr = 0.75 * Tg = 1.76 jam
c. Waktu dari permulaan banjir
sampai puncak hidrograf banjir
Tp = Tg + 0.8*Tr = 3.75
jam
d. Waktu dari puncak hidrograf banjir Gambar 2. Banjir Rancangan HSS
sampai dengan 0.3 debit puncak Nakayasu DAS Way Kandis Tahun 2007
banjir
T0.3 = α.tg B. Tahun 2015
T0.3 = 2*tg = 4.69 jam 1. Data Penggunaan Lahan DAS Way
T0.9 = 1.5* T0,3 = 7.03 jam Kandis Tahun 2015
e. Debit puncak banjir Sesuai dengan data penggunaan lahan
A * Ro yang diperoleh berdasarkan peta RTRW
Qp = pada DAS Way Kandis, dapat diketahui
3.6(0.3Tp + T0.3) luas penggunaan lahan untuk jenis yang
Qp = 19.61 m3/detik ditinjau pada tahun 2015 sebagaimana
ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Bagian lengkung naik
Interval= 0 ≤ t ≤ Tp
0 ≤ t ≤ 2.79 Tabel 4. Penggunaan Lahan DAS Way
QA = Qp (t/Tp)2,4 Kandis Tahun 2015

Bagian lengkung turun


Interval = Tp ≤ t ≤ (Tp + T0.3)
Qd1 = Qp x (0,3)(t-Tp)/(T0,3)
Qd2 = Qp x 0,3(t-Tp+(0,5.T0,3))/(1,5T0,3)

Qd3 = Qp x 0,3(t-Tp+1,5T0,3)/(2T0,3) 2. Koefisien Pengaliran Tahun 2015

Tabel 3. Debit Banjir Rancangan DAS Koefisien pengalian (C) DAS Way
Way Kandis dengan HSS Nakayasu Kandis berdasarkan penggunaan lahan
Tahun 2007 Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Koefisien Pengaliran (C)


Dipengaruhi Tata Guna Lahan Tahun
2015

C rata2 = Zigma(Li.Ci)/L total = 0.438

ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
54
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat

3. Perhitungan Debit Banjir Qd3 = Qp x 0,3(t-Tp+1,5T0,3)/(2T0,3)


Rancangan DAS Way Kandis
(HSS Nakayasu) Tahun 2015 Tabel 6. Debit Banjir Rancangan DAS
Way Kandis dengan HSS Nakayasu Tahun
Sub DAS / DAS : Way Kandis 2015
Luas DAS : 410.20 km2
Panjang sungai : 33.50 km
f. Waktu Konsentrasi
Tg (untuk panjang sungai (L) < 15
km)
Tg=0.21 * (L0.7) = 0.00 jam
Tg= 0.00 jam
Tg (untuk panjang sungai (L) > 15
km)
Tg= 0.4 + 0.058L = 2.34 jam
Tg= 2.34 jam
g. Satuan waktu dari curah hujan
Gambar 3. Banjir Rancangan HSS
Tr= (0.5 - 1 ) * Tg
Nakayasu DAS Way Kandis Tahun 2015
Diambil
Tr= 0.75 * Tg = 1.76 jam Berdasarkan data penggunaan lahan dari
Tr= 1.76 jam peta RTRW Tahun 2007 dan Tahun 2015
h. Waktu dari permulaan banjir di DAS Way Kandis, dapat diketahui
sampai puncak hidrograf banjir sebagai berikut:
Tp= Tg + 0.8*Tr = 3.75 jam
Tp= 3.75 jam Tabel 7. Tutupan Lahan Tahun 2007 dan
i. Waktu dari puncak hidrograf banjir Tahun 2015 DAS Way Kandis
sampai dengan 0.3 debit puncak
banjir
T0.3= α.tg
T0.3= 2*tg = 4.69 jam
T0.3= 4.69 jam
T0.9= 1.5* T0,3 = 7.03 jam Sedangkan hasil analisis perhitungan
T0.9= 7.03 jam debit banjir rancangan Tahun 2007 dan
Tahun 2015 pada DAS Way Kandis
j. Debit puncak banjir adalah sebagai berikut:
A * Ro
Qp = Tabel 8. Debit Banjir Rancangan Kala
3.6(0.3Tp + T0.3) Ulang Tahun 2007 dan Tahun 2015 pada
DAS Way Kandis
Qp = 19.61 m3/detik

Bagian lengkung naik


Interval = 0 ≤ t ≤ Tp
0 ≤ t ≤ 2.79
QA = Qp (t/Tp)2,4
Bagian lengkung turun
Interval = Tp ≤ t ≤ (Tp + T0.3)
Qd1 = Qp x (0,3)(t-Tp)/(T0,3)
Qd2 = Qp x 0,3(t-Tp+(0,5.T0,3))/(1,5T0,3)
ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
55
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat

5. KESIMPULAN 521.38 m3/detik meningkat 66.23


m3/detik (14.55 %).
Pada akhir penelitian ini dapat diambil b. Debit Banjir Rancangan Q5 sebesar
beberapa kesimpulan terkait perubahan 602.99 m3/detik berubah menjadi
penggunaan lahan pada DAS Way Kandis 720.42 m3/detik meningkat 117.43
di Tahun 2007 dan Tahun 2015 m3/detik (19.48 %).
berdasarkan hasil analisis dan perhitungan c. Debit Banjir Rancangan Q10 sebesar
dari peta RTRW sebagai berikut: 727.20 m3/detik berubah menjadi
a. Penggunaan lahan berupa hutan 876.82 m3/detik meningkat 149.63
sebesar 10.3 Km2 berubah menjadi m3/detik (20.58 %).
7.63 Km2 berkurang sebesar 2.67 d. Debit Banjir Rancangan Q20 sebesar
Km2 (25.92 %). 882.28 m3/detik berubah menjadi
b. Penggunaan lahan berupa pemukiman 1064.75 m3/detik meningkat 182.47
sebesar 25.72 Km2 berubah menjadi m3/detik (20.68 %).
82.42 Km2 bertambah sebesar 56.7 e. Debit Banjir Rancangan Q25 sebesar
Km2 (220.45 %). 917.07 m3/detik berubah menjadi
c. Penggunaan lahan berupa 1106.92 m3/detik meningkat 189.86
pertanian/sawah sebesar 197.91 Km2 m3/detik (20.70 %).
berubah menjadi 282.17 Km2 f. Debit Banjir Rancangan Q50 sebesar
bertambah sebesar 84.26 Km2 (42.57 1085.17 m3/detik berubah menjadi
%). 1299.60 m3/detik meningkat 214.42
d. Penggunaan lahan berupa perkebunan m3/detik (19.76 %).
campur sebesar 168.22 Km2 berubah g. Debit Banjir Rancangan Q100 sebesar
menjadi 33.19 Km2 berkurang sebesar 1278.37 m3/detik berubah menjadi
135.03 Km2 (80.27 %). 1515.98 m3/detik meningkat 237.60
e. Penggunaan lahan berupa lahan m3/detik (18.59 %)
lainnya sebesar 8.05 Km2 berubah
menjadi 4.79 Km2 berkurang sebesar
3.26 Km2 (40.50 %). 6. SARAN DAN REKOMENDASI
Perubahan penggunaan lahan pada Tahun
Beberapa rekomendasi yang dapat
2007 dan Tahun 2015 telah
diberikan setelah memperoleh kesimpulan
mengakibatkan perubahan koefisien
sebagaimana dijelaskan di atas adalah
pengaliran (nilai C) yang berdampak pada
sebagai berikut:
peningkatan debit banjir. Adapun
1. Aparat pemerintah yang berwenang
perubahan koefisien pengaliran (nilai C)
dalam mengelola Sungai dan DAS
pada Tahun 2007 sebesar 0.357
Way Kandis dapat segera
mengalami peningkatan pada Tahun 2015
melaksanakan sosialisasi terkait
sebesar 0.438.
penegakan aturan dalam kegiatan
Dengan adanya perubahan pada
pengelolaan DAS sehingga alih fungsi
penggunaan lahan di Tahun 2007 dan
lahan dapat ditekan untuk mengurangi
Tahun 2015 berpengaruh pada koefisien
dampak banjir;
pengaliran yang pada akhirnya
2. Dalam revisi atau penyusunan
berdasarkan analisis dan perhitungan
Rencana Tata Ruang Wilayah
banjir rancangan DAS Way Kandis
(RTRW) dapat memperhatikan trend
mengalami perubahan sebagai berikut:
kecenderungan perubahan penggunaan
a. Debit Banjir Rancangan Q2 sebesar
lahan pada DAS Way Kandis sehingga
455.14 m3/detik berubah menjadi
dapat ditetapkan zonasi sesuai dengan
arah peruntukan lahan.
ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
56
Seminar Nasional SPI-4, 10 Oktober 2019, Padang, Sumatera Barat

3. Dampak yang diakibatkan Sasrodarsono, S. Dan Takeda,K., 1980.


peningkatan debit banjir pada DAS Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya
Way Kandis perlu diantisipasi dengan Paramita, Jakarta.
kegiatan perencanaan bangunan Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi.
pengendali banjir yang dibarengi Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
dengan kegiatan rehabilitasi dan
Soemarto. 1999. Hidrologi Teknik. Tri Star
konservasi lahan pada DAS Way Printing : Jakarta.
Kandis. Subramanya, K, 2009, Engineering Hydrology,
McGrow-Hill Education (Asia):
DAFTAR PUSTAKA Singapore.
Sudarto, 2009, Tesis, Analisis pengaruh
Bedient, P.B., and Huber, W.C., 1992. perubahan tata guna lahan terhadap
Hydrology and Flooplain Analysis. peningkatan jumlah aliran permukaan (
Addison-Wesley Publishing Co.: USA. Studi Kasus pada DAS Kali Gatak di
Harto S, Br.1993. Analisis Hidrologi. Andi : Surakarta, Jawa Tengah ), Magister
Yogyakarta. Teknik Lingkungan, UNS, Solo.
Indarto, 2016. Hidrologi, Metode Analisis dan Suherman H., dan Firmansyah A., 2017,
Tool untuk Interpretasi Hidrograf Aliran Analisis pengaruh perubahan tata guna
Sungai. Bumi Aksara: Jakarta lahan terhadap debit banjir di wilayah
Montarcih, L. 2010. Hidrologi Praktis. Lubuk hilir aliran kali angke , Jurnal Konstruksia
Agung, Bandung. | Volume 8 Nomer 2 | Juli 2017
Nainggolan, J., dkk, 2015, Pengaruh Triatmodjo, B. 2013. Hidrologi Terapan. Beta
perubahan penggunaan lahan terhadap Offset : Yogyakarta
debit banjir di sub DAS Siak bagian Widyaningsih, I.W., 2008, Tesis, Pengaruh
hulu, Jom FTEKNIK |Volume 2 No 2 | perubahan tata guna lahan di Sub DAS
Oktober 2015. Keduang ditinjau dari aspek hidrologi,
Magister Teknik Lingkungan, UNS, Solo

ISBN 978-602-53491-7-1
DOI 10.21063/SPI4.2019.h
57
DAFTAR PUSTAKA

Maryanti, Setty. Identifikasi Penggunaan Lahan Terhadap Pendangkalan

Sungai Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. 2018

Wiradana Putra ,I Gede Ngurah Arya. Upaya Cepat Dalam Mengatasi Banjir

Akibat Penumpukan Sampah Di Sungai Saba Desa Pengastulan, Seririt. 2020

Aprizal. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Peningkatan Debit Banjir

Sungai Way. 2019

Kemendikbud. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII

Semester II Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII

Semester II Edisi Revisi 2017 Jakarta: Kemendikbud.

Tim Abdi Guru. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII. 2021. Jakarta :

Erlangga.

https://wirahadie.com/lapisan-bumi/amp/ diakses hari jumat tanggal 25

Nopember 2022 pukul 09.30

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171010121040-203-

247368/video-mengenal-cara-kerja-satelit diakses hari jumat tanggal 25

Nopember 2022 pukul 11.23

https://www.youtube.com/watch?v=HyrkdkeSAJg diakses hari jumat tanggal

25 Nopember 2022 pukul 10.05

https://www.youtube.com/watch?v=5AtR_DT8hvk&t=141s diakses hari

jumat tanggal 25 Nopember 2022 pukul 08. 45

Bahan Ajar_Lapisan Bumi_2022_Sopia| 41


GLOSARIUM

1. Alloy : Campuran antara dua material logam atau lebih

2. Divergen : Pergerakan yang saling menjauh satu sama lain

3. Erupsi : Peristiwa keluarnya magma dan keluar dari dalam perut bumi

4. Geosfer : Lapisan bumi yang terletak di permukaan atau dibawahnya yang

berpengaruh pada kehidupan baik langsung maupun tidak langsung.

5. Endogen : Tenaga yang menyebabkan pergerakan pada lempeng bumi akibat

dari arus konveksi

6. Transform : Pergerakan lempeng yang saling berpapasan dan dapat menimbulkan

patahan mendatar

7. Hidrosfer : Lapisan air yang menyelimuti Bumi.

8. Siklus Hidrologi : Perputaran/daur air secara terus menerus

9. Evaporasi : Penguapan air di permukaan bumi menjadi uap air

10. Transpirasi : Proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan

11. Kondensasi : Perubahan wujud uap air menjadi kristal air

12. Presipitasi : Turunnya titik-titik air ke permukaan bumi

Bahan Ajar_Lapisan Bumi_2022_Sopia| 42

Anda mungkin juga menyukai