Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

1. Pengkajian
Pada tinjauan kasus data pengkajian didapatkan data penderita
diabetes melitus pada kasus ini berumur 52 tahun, klien memiliki kadar gula
dara 223 mg/dl, awal dari luka tersebut ditandai dengan adanya luka kecil di
kaki kanan karena terkena batu, luka tidak kunjung sembuh dan semakin
parah, panjang luka kurang lebih 6 cm dan lebar kurang lebih 4,5 cm dan
nyeri di area luka pada kaki kanan. Pada laporan pendahuluan menurut
Perkeni (2015) Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi
serius akibat DM. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan
amputasi. Menurut penulis tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus dan
laporan pendahuluan karena yang disebutkan pada tinjauan seperti adanya
luka kecil di kaki kanan karena terkena batu, luka tidak kunjung sembuh dan
semakin parah, panjang luka kurang lebih 6 cm dan lebar kurang lebih 4,5 cm
dan nyeri di area luka pada kaki kanan.
Klien mengatakan terdapat luka pada kaki kanan dengan panjang
kurang lebih 6 cm dan lebar 4,5 cm dan aktifitas terbatas dan kadang dibantu
keluarga untuk pergi ke kamar mandi karna adanya luka pada kaki dan juga
klien mengatakan badan terasa lelah, riwayat kesehatan sekarang klien
mengatakan terdapat luka pada kaki, riwayat penyakit keluarga klien
mengatakan keluarganya mempunyai penyakit keturunan Diabetes Melitus
dan hipertensi serta klien mempunyai riwayat penyakit dahulu berupa
penyakit Diabetes Melitus sejak 2 bulan yang lalu. Pada laporan pendahuluan
menurut Nurarif & Hardi (2015) penyebab diabetes melitus tipe 1 yaitu faktor
genetik, faktor imunologi, faktor lingkungan dan faktor risiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), obesitas,
riwayat keluarga, kelompok etnik. Kemudian pada pengkajian riwayat
kesehatan penderita diabetes melitus pada umumnya seseorang datang
kerumah sakit dengan gejala khas berupa poliuria, polidipsia, lemas, dan berat
badan turun. Menurut penulis tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus dan
laporan pendahuluan karena yang disebutkan pada tinjauan seperti penyebab
DM tipe 1 dan faktor risiko DM tipe 2 salah satunya faktor genetik dan
riwayat keluarga dimana klien mempunyai penyakit DM dan hipertensi
seperti penyakit ayah klien. Gejala klien yang dialami adalah, poliuria,
polidipsia, lemas dan berat badan turun dikarenakan nafsu makan klien
menurun.
Pada tinjauan kasus terdapat peneriksaan penunjang berupa gula
darah, kadar gula darah klien pada saat pengkajian adalah 223 mg/dl. Pada
laporan pendahuluan pemeriksaan penunjang menurut Perkeni (2015)
pemeriksaan diagnostik pada pasien DM adalah kadar gula darah
acak/random (GDA) >200mg/dl. Menurut penulis terjadi keselarasan pada
pemeriksaan penunjang, karena kadar gula darah klien sesuai dengan laporan
pendahuluan yaitu >200 mg/dl, hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati.
2. Diagnosa
Berdasarkan tinjauan kasus diagnosa keperawatan pada kasus yang diambil
terdapat 5 masalah keperawatan yang muncul pada klien yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi), ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin, gangguan
integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer, perfusi perifer tidak
efektif berhubungan dengan hiperglikemia dan risiko infeksi ditandai dengan
penyakit kronis (DM), kerusakan integritas kulit, penurunan hemoglobin.
Berdasarkan laporan pendahuluan disebutkan bahwa pada penderita diabetes
melitus muncul 7 masalah keperawatan yaitu perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan hiperglikemia, defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme, ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan resistensi insulin, nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (inflamasi), gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan perubahan status nutrisi (kekurangan), intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (dehidrasi). Diagnosa keperawatan defisit nutrisi
tidak diangkat oleh penulis karna gejala yang dialami klien hanya nafsu
makan menurun. Diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas tidak diangkat
oleh penulis karna gejala yang dialami klien hanya merasa lemah. Diagnosa
keperawatan risiko ketidakseimbangan elektrolit tidak diangkat oleh penulis
karna klien mengalami poliuria. Penulis mengangkat diagnosa keperawatan
risiko infeksi dikarenakan klien terdapat luka di kaki kanan, terdapat
granulasi, pus, edema pada luka, hasil Hb klien yaitu 9,0 gr/dl dan hasil
lekosit klien yaitu 13.320 /mm3, lekosit tinggi bisa terjadi karena adanya
infeksi.
3. Perencanaan
a. Terdapat keselarasan pada diagnosa nyeri akut, karena intervensi pada
laporan pendahuluan disertakan juga pada tinjauan kasus.
b. Terdapat keselarasan pada diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah,
karena intervensi pada laporan pendahuluan disertakan juga pada tinjauan
kasus.
c. Terdapat kesenjangan pada diagnosa gangguan integritas kulit, karena
intervensi pada tinjauan kasus penulis mengambil intervensi sesuai SIKI
yaitu perawatan luka karena terdapat luka di kaki kanan klien.
d. Terdapat keselarasan pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif karena
intervensi pada laporan pendahuluan disertakan juga pada tinjauan kasus
e. Pada diagnosa risiko infeksi, penulis mengambil intervensi sesuai SIKI
yaitu pencegahan infeksi karena terdapat luka di kaki kanan klien dan
terdapat tanda dan gejala infeksi.
4. Implementasi
Impelementasi Keperawatan Implementasi yang dilakukan sesuai
dengan intervensi yang telah disusun.
5. Evaluasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
Dari hasil evaluasi pada hari terakhir didapatkan data nyeri pada kaki
kanan yang luka menurun dengan skala nyeri 1, tidak tampak meringis,
tidak tampak gelisah, tidak tampak sulit tidur, TD: 103/57 mmHg.
Sehingga disimpulkan masalah teratasi karena klien direncanakan untuk
pulang.
b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin
Dari hasil evaluasi pada hari terakhir didapatkan data makan 3 kali sehari
porsi sedang, tidak tampak lelah, GDA : 184 mg/dl, tidak tampak sering
minum, tidak tampak sering BAK. Sehingga disimpulkan masalah teratasi
karena klien direncanakan untuk pulang.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
Dari hasil evaluasi pada hari terakhir didapatkan data masih luka di kaki
kanan, nyeri menurun, tidak terdapat nekrosis, tanda dan gejala infeksi
tidak ada. Sehingga disimpulkan masalah teratasi karena klien
direncanakan untuk pulang. Luka pada penderita diabetes melitus butuh
waktu lebih lama untuk sembuh karena peningkatan kadar gula darah
menyebabkan penurunan sirkulasi darah yang menyebabkan suplai nutrisi
yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka menjadi
berkurang. Perawatan luka secara berkelanjutan diperlukan untuk
membantu mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi resiko
penyebaran infeksi.
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia,
penurunan konsentrasi Hb, peningkatan tekanan darah.
Dari hasil evaluasi pada hari terakhir didapatkan data kesemutan dan
nyeri pada kaki kanan berkurang, akral teraba dingin menurun, warna
kulit tidak pucat, turgor kulit membaik, tidak ada edema, tampak
penyembuhan luka lambat, TD: 103/57 mmHg, Hb: 9,0 g/dl. Sehingga
disimpulkan masalah teratasi karena klien direncanakan untuk pulang.
e. Risiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis (DM), kerusakan integritas
kulit, penurunan Hb.
Dari hasil evaluasi pada hari terakhir didapatkan data ada luka di kaki
kanan, luka sudah tidak basah dan tidak berbau, tanda dan gejala infeksi
tidak ada, tidak terdapat pus, lekosit: 13.320 /mm3, Hb: 9,0 g/dl.
Sehingga disimpulkan masalah teratasi karena klien direncanakan untuk
pulang.

Anda mungkin juga menyukai