Anda di halaman 1dari 4

BAB II

Kajian Teori

2.1 Perspektif Agama

Agama adalah sesuatu yang bersifat sangat pribadi dan karena agama
bersifat pribadi itu, kadang-kadang agama sulit dianalisa dengan menggunakan
perspektif sosiologis yang selalu bersifat sosial. Memang benar bahwa agama di
satu sisi bersifat individual, tetapi di pihak lain dia juga bersifat sosial ( Faisal
Ismail, 1997). Agama merupakan suatu kepercayaan tertentu yang dianut sebagian
besar masyarakat dan merupakan tuntunan hidup (Bauto, 2014).

Agama dalam pandangan sosiologi merupakan pandangan hidup yang


yang harus diterapkan dalam kehidupan masyakat. Keduanya mempunyai
hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu bagian dengan
bagian lainnya. Dadang Kahmat menjelaskan bahwa agama dalam pengertian
sosiologi adalah gejala sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat
yang ada di dunia ini tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam
kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat. Agama juga bisa
dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat di samping unsur-unsur
yang lain (Dadang Kahmad, 2009).

Cliffort G Eertz mengistilahkan agama sebagai sebuah sistem simbol-


simbol yang berlaku untuk menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang
kuat, yang meresapi dan yang tahan lama dalam diri manusia dengan merumuskan
konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan membungkup
konsep-konsep ini dengan semacam pancaran faktualitas, sehingga suasana hati
dan motivasi-motivasi (Cliffort G Eertz, 1992).

Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran yang


diturunkan oleh Tuhan untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani kehidupannya
(Agus, 2006). Ada juga yang menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan sosial
manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara
berfikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi untuk disebut “agama” yang
terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan
mana makhluk manusia mengiterpretasikan eksistemsi mereka yang didalamnya
juga mengandung komponen ritual (Ishomuddin, 2002).

Ada beberapa istilah lain dari agama seperti religi, religion (Inggis), religie
(Belanda), religio (Latin) dan dien (Arab). Dari istilah agama inilah kemudian
muncul apa yang dinamakan religiusitas. Glock dan Stark merumuskan
religiusitas sebagai komitmen religius (yang berhubungan dengan agama atau
keyakinan iman), yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang
bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang dianut. Religiusitas sering
kali diidentikkan dengan keberagaman, religiusitas diartikan sebagai seberapa
jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan
kaidah serta seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi
seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan,
keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam (Faud Nashori dan
Rachmy Diana Mutcharam, 2002).

2.2 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter.

Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya


untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan
alam dan masyarakatnya. Menurut Sudirman N. Pendidikan adalah usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang
atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap (Saebani, 2012).

Sedangkan karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.10Karakter dapat juga
diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik
dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah
bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, memiliki standar norma dan perilaku
yang baik (Andayani, 2010).

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona dalam Gunawan (2012:23)


adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan
budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah
laku yang baik, jujur, bertanggungjawab, menghormati hak orang lain, kerja keras
dan sebagainya. Sedangkan merurut Gunawan dalam bukunya (2012:24)
Pendidikan karakter adalam segala sesuatu yang dilakukan guru yang mapu
mempengaruhi karakter peserta didik. berakhlak mulia dengan menekan aspek
perkembangan penghayatan dan praktik nilai-nilai kebijakan bagi pengembangan
diri sebagai pribadi, warga negara dan warga masyarakat global (M Pranata ,
2013).

Pendidikan karakter mengacu pada proses penanaman nilai,berupa


pemahaman pemahaman, tata cara merawat danmenghidupi nilai- nilai itu, serta
bagaimana seorang siswa memiliki kesempatan untuk dapat melatihkan nilai-nilai
tersebut secara nyata (Susanti, 2013).

Menurut Samani dan Hariyanto (2013: 46) ada 18 nilai yang terkandung
dalam pendidikan karakter sebagai berikut; Religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, mandiri, kreatif, demokratis, patriotisme, rasa ingin tahu,
persahabatan, cinta damai, suka membaca, melestarikan lingkungan, kepedulian
sosial, mengenali keunggulannya, rasa hormat dan tanggung jawab. Dari nilai
tersebut terdapat ada empat nilai yang bersinergi dengan nilai multikultural yaitu
toleransi, demokrasi, saling menghormati, dan damai.
Daftar Pustaka
Faisal Ismail. (1997). Paradigma Kebudayaan Islam : Studi Kritis dan Refleksi
Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Agus, B. (2006). Agama dalam Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi


Agama. Jakata: PT Raja Grafindo Persada.

Andayani, 1. M. (2010). Pedidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung:


Insan Cita Utama.

Bauto, L. M. (2014). PERSPEKTIF AGAMA DAN KEBUDAYAAN DALAM


KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA (Suatu Tinjauan Sosiologi
Agama). JPIS : Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 26.

Cliffort G Eertz. (1992). Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Dadang Kahmad. (2009). Sosiologi Agama. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Faud Nashori dan Rachmy Diana Mutcharam. (2002). Mengembangkan


Kreatifitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus.

Ishomuddin. (2002). Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia.

M Pranata . (2013). Pendidikan Karakter. Malang: Bayu Media Publising.

Saebani, H. H. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Pustaka


Setia.

Samani Muchlas & Hariyanto. (2013). Pendidikan karakter, konsep dan model.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Susanti, R. (2013). Penerapan Pendidikan KarakterDi Kalangan Mahasiswa.


.JurnalAl-Ta’lim, 480-487.

Anda mungkin juga menyukai