Anda di halaman 1dari 16

1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan explanatory research yaitu menjelaskan

hubungan kausal antara variable-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa

(Singarimbun, 1989:5). Hal ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel dinamika lokal terhadap

variabel implementasi kebijakan ruang terbuka hijau dengan suatu pengujian

hipotesa.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di Kelurahan Bareng

Kecamatan Klojen Kota Malang. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa Kelurahan Bareng terletak di daerah pusat kota dengan luas area 106,50

Ha atau 12,07% dari sejumlah 882,5 Ha luas wilayah Kecamatan Klojen

(Bappekot Malang, 2007) dengan kondisi geografis terletak pada lebih dari 467

meter di atas permukaan laut (467 mdpl) dan sebagian lokasi pemukimannya

berada di sepanjang alur DAS Metro serta tingkat kepadatan yang sangat tinggi

yaitu 167 jiwa per hektar (Monograf Kelurahan Bareng Tahun 2005, data diolah).

Penelitian ini menyadari benar adanya dua faktor, yaitu besarnya nilai n

(elemen sampel) yang akan diambil dari N (elemen populasi) dan besarnya

tingkat variasi data perkiraan yang diukur dengan measurement error, yang akan

mempengaruhi mutu informasi atau data yang diperoleh dan selanjutnya akan

mempengaruhi mutu kesimpulan peneliti dan menimbulkan resiko bagi

pengambil keputusan yang menggunakan data tersebut. Sehingga ditetapkan


2

bahwa 5 Rukun Warga (RW) dan 48 Rukun Tetangga (RT) yang dapat mewakili

kondisi nyata dari sampel di Kelurahan Bareng. Sedangkan sejumlah 26 RT di 3

RW yaitu RW IV, RW V dan RW VI tidak dipilih sebagai sampel studi karena

bukan merupakan pemukiman dimaksud dalam karakteristik yang diteliti.

Sampel kemudian didekati dengan menggunakan penentuan responden

terpilih melalui metode penyampelan perimbangan berstrata atau proportionale

stratified random sampling (Sugiyono, 1999:75) dengan menekankan pada

pengurus karang taruna/organ kepemudaan, kelompok PKK dan tokoh

agama/masyarakat sebagai sampel survei. Karena dalam penelitian ini akan

dilakukan analisis dengan korelasi, maka jumlah anggota sampel yang

digunakan minimal adalah 4 kali jumlah indikator (Malhotra, 2005:370) dari

variabel yang diteliti. Pengukuran variabel penelitian ini menggunakan 20

indikator, sehingga jumlah responden yang terpilih adalah sebanyak 80 orang.

Penarikan sampel dilakukan secara proporsional, artinya bahwa unsur-unsur

satuan anggota dalam tiap stratum berbanding lurus dengan unsur-unsur

satuan/anggota dalam strata yang bersangkutan.

Berikut adalah sampel dari populasi yang distratifikasi di 5 RW dan 48 RT

di Kelurahan Bareng Kota Malang:

Tabel 3.1. Jumlah Sampel (Responden)

Jumlah Jumlah Jumlah


No RW
RT Populasi (KK) Sampel
1 I 9 1395 15
2 II 7 1071 11
3 III 11 1727 18
4 VII 6 906 10
5 VIII 15 2445 26
JUMLAH 0 48 6149
Sumber: Data sekunder diolah
3

3.3. Variabel dan Pengukuran


Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh variabel partisipasi

masyarakat terhadap variabel implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman

lingkungan pemukiman di wilayah Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota

Malang.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel

bebas dan terikat, yang antar variabel satu dengan lainnya akan saling

mempengaruhi. Adapun variabel yang diteliti sebagai berikut:

1). Variabel bebas (X), yaitu partisipasi masyarakat

2). Variabel Terikat (Y), yaitu implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman

lingkungan pemukiman

Operasionalisasi masing-masing variabel yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1). Partisipasi masyarakat, adalah kondisi yang berkaitan dengan

keberlangsungan aktifitas dan peran warga/anggota masyarakat dalam

dalam menjalankan program dan mengelola ruang terbuka hijau taman

lingkungan pemukiman. Banyaknya konflik kepentingan dalam pemanfaatan

lahan lingkungan sekitar mereka yang akan mengancam kelestarian fungsi

lingkungan hidup, ketidakmampuan para pihak dalam menyadari dan

memahami pentingnya pengelolaan lingkungan sekitar dengan segala

kepentingannya serta lemahnya kapasitas aparat dalam pengawasan

pemanfaatan lahan lingkungan sekitar. Penjabaran partisipasi masyarakat

perlu ditelusuri lebih lanjut untuk memperoleh kejelasan tentang keadaan

yang sesungguhnya terjadi, yang terdiri dari:

a. Kesiapan sumber daya manusia yaitu untuk mengetahui pengetahuan tiap

individu terhadap kondisi taman lingkungannya serta cara mereka

melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Indikator variabel ini adalah:


4

1. Tingkat pengetahuan warga tentang ruang terbuka hijau taman

lingkungan pemukiman.

2. Pengalaman yang dimiiki masyarakat dalam pengelolalan ruang

terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

3. Kemauan diri masyarakat untuk ikut serta berperan dalam program

dan pengelolalan ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

4. Upaya masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungan.

b. Interaksi kewargaan, yaitu upaya untuk mendapatkan gambaran tentang

intensitas hubungan sosial yang dilaksanakan oeh masarakat baik

terhadap sesama anggota warga masyarakat maupun dalam melihat

kondisi fisik lingkungannya. Indikator variabel ini adalah:

1. Frekuensi pertemuan antara warga dalam membicarakan masalah

ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

2. Frekuensi kehadiran tiap pertemun dalam membicarakan masalah

ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

3. Partisipasi warga dalam mengemukakan pendapat dalam pertemuan.

4. Kemampuan warga dalam tukar pendapat antar warga dalam

membicarakan masalah ruang terbuka hijau taman lingkungan

pemukiman.

c. Pengambilan Keputusan yaitu ingin mengukur upaya-upaya warga sebagai

individu dan atau kelompok masyarakat dalam mengambil langkah-langkah

yang berkaitan dengan pengelolaan ruang taman lingkungan pemukiman.

Indikator variabel ini adalah:

1. Kemampuan warga dalam merumuskan masalah terkait ruang

terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.


5

2. Tingkat perumusan masalah secara bersama-sama terkait

pengelolaan ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

3. Melakukan pemecahan masalah antar warga dan masyarakat.

4. Pencapaian musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan

bersama.

d. Kemandirian warga yaitu mengukur tingkat ketergantungan individu dan

masyarakat dalam mengupayakan keberlangsungan daya dukung dan

pengelolaan ruang taman lingkungan pemukimannya. Indikator variabel ini

adalah:

1. Melakukan pertemuan rutin untuk penyamaan pendapat tentang

ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

2. Bagaimana pembuatan rencana kerja sebagai dasar kerja bersama.

3. Bagaimana upaya swakelola untuk kesuksesan program ruang

terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

4. Bagaimana mengupayakan swadaya untuk pelaksanaan ruang

terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

2). Implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman,

yaitu mengetahui cara melaksanakan kesepakatan yang diambil melalui

keputusan dan mekanisme yang diatur bersama serta mengukur tingkat

keberhasilan pelaksanaan kebijakan program. Indikator variabel ini adalah:

1. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan implementasi kebijakan ruang

terbuka hijau taman lingkungan pemukiman.

2. Adanya kendala-kendala implementasi kebijakan ruang terbuka hijau

taman lingkungan pemukiman.

3. Adanya keuntungan atau nilai manfaat.


6

4. Keberhasilan implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman

lingkungan pemukiman.

Selanjutnya untuk memberikan penilaian terhadap indikator-indikator

pada kusioner maka digunakan Skala Likert atau yang biasa disebut teknik

skoring, bentuk dari skala ini adalah pemberian pilihan jawaban atas pertanyaan

yang diajukan. Adapun pilihan jawaban yang dimaksud adalah:

1) Jawaban (A) diberi skor 1.

2) Jawaban (B) diberi skor 2.

3) Jawaban (C) diberi skor 3.

4) Jawaban (D) diberi skor 4.

3.4. Sumber dan Pengumpulan data

3.4.1. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan

sekunder. Sumber data primer didapat dari sumber pertama melalui kuesioner.

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan oleh pihak lain, dimana data sekunder ini dibutuhkan dalam peneliti

untuk proses lebih lanjut, yang terkait dengan objek penelitian.

3.4.2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode:

1. Kuesioner, yaitu pengajuan daftar pertanyaan atau pernyataan (items)

terstruktur yang ditujukan kepada responden di 5 RW dan 48 RT yang terpilih

sebagai anggota sampel penelitian.

2. Wawancara, yang dilakukan untuk melengkapi kekurangan pada kuesioner.

Wawancara ini dilakukan kepada sebagian responden di 5 RW dan 48 RT

yang terpilih sebagai anggota sampel penelitian.


7

3. Dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data tentang kondisi

lingkungan dan lingkungan sosial yang berupa data statistik, monografi,

acuan administratif dan data-data sekunder lain seperti pemotretan ruang

terbuka hijau taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng Kecamatan

Klojen Kota Malang.

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.5.1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur untuk mengukur apa

yang diukur (Ancok 1995 dalam Singarimbun dan Efendi 1995). Sedangkan

menurut Sugiyono (1994), hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan

antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek

yang diteliti. Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan

membandingkan indeks korelasi product moment Pearson dengan level

signifikansi 5% dengan nilai kritisnya, di mana r dapat digunakan rumus

(Arikunto, 1993):

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )

rxy = √( N ∑ X −(∑ X ) )( N ∑ Y −(∑ Y ) )


2 2 2 2

Keterangan :

rxy = skor korelasi


n = banyaknya sampel
X = skor item pertanyaan
Y = skor total item

Bila nilai korelasi lebih besar dari 0.3 maka dinyatakan valid dan sebaliknya

dinyatakan tidak valid.


8

3.5.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menguji digunakan

Alpha Cronbach dengan rumus :

)( )
∑ σ b2
( k
k−1
1−
σ 2
r11= t

Di mana :

r11 = reliabilitas instrumen (koefisien alpha cronbach)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Ssb2 = jumlah varians butir

st2 = varians total

Instrumen dapat dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan

reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih (Arikunto 1993).

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Analisis Statistika Deskriptif

Analisis Statistik deskriptif ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi

frekuensi jawaban responden dari hasil kuesioner yang telah disampaikan ke

responden. Dengan mengetahui distribusi frekuensi item atau variabel serta rata-

rata skor item atau variabel, dapat diambil kesimpulan keadaan dari item atau

variabel yang diteliti.

3.6.2. Analisis Statistika Inferensial: Analisis Jalur (Path)

Pada penelitian ini, analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang

telah diajukan adalah pengujian asosiasi (hubungan atau pengaruh) antar

variabel dalam penelitian. Hubungan yang terjadi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:
9

Kesiapan
SDM (X1)

Pengambilan
Kemandirian Keputusan (X3) Implementasi
Warga (X4) Kebijakan RTH (Y)

Interaksi
Warga (X2)

Gambar 3.1. Model Hubungan/Pengaruh antar Variabel

Pada gambar di atas terlihat hubungan antar variabel sangat kompleks,

sehingga tidak bisa digunakan pengujian hubungan yang sederhana yaitu

analisis regresi. Dari model hubungan di atas digunakan model Path Analysis

(analisis jalur). Tidak seperti pada analisis regresi yang mengenal variabel

independen dan variabel dependen, pada analisis jalur, dikenal kelompok

variabel eksogen dan kelompok variabel endogen. Variabel eksogen ( exogenous

variable) adalah variabel yang nilainya tidak ditentukan dalam model. Lebih

mudahnya, variabel eksogen adalah variabel yang hanya memberikan anak

panah dalam model hubungan. Sedangkan variabel endogen (endogenous

variable) adalah variabel yang nilainya ditentukan di dalam model. Mudahnya,

variabel endogen adalah variabel yang pasti menerima anak panah dalam model

hubungan. Selain itu pula, bisa terjadi variabel endogen juga memberikan anak

panah ke variabel endogen lainnya (Riduan dan Kuncoro, 2007).

Menurut Li (1975), Riduan dan Kuncoro (2007), analisis jalur (path

analysis) merupakan metode statistik yang digunakan untuk mempelajari pola

hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung

dan pengaruh tak langsung diantara variabel-variabel penjelas (variabel


10

eksogen) dan variabel-variabel respon. Analisis jalur digunakan untuk menguji

kebenaran kausal yang diteorikan.

Pada analisis jalur dapat ditarik kesimpulan tentang variabel mana yang

memiliki pengaruh yang kuat terhadap variabel respon. Terdapat tiga pengaruh

dalam analisis jalur yaitu :

1. Pengaruh Langsung (Direct Effect)

Pengaruh langsung adalah pengaruh variabel penjelas terhadap pengaruh

variabel respon secara langsung tanpa melalui variabel lain.

2. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)

Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh variabel penjelas terhadap

variabel respon melalui variabel lain.

3. Pengaruh Total (Total Effect)

Pengaruh total adalah hasil penjumlahan pengaruh langsung dan

pengaruh tidak langsung.

Keuntungan analisis jalur selain dapat mengukur pengaruh langsung dan

pengaruh tidak langsung suatu variabel penjelas terhadap variabel respon, juga

dapat mendekomposisi koefisien korelasi antara dua variabel menjadi

penjumlahan antara lintasan sederhana dengan gabungan lintasan-lintasan

sehingga dapat menentukan letak kekuatan pengaruh komponen-komponennya

yang mendukung variabel tak bebas dalam sistem rangkaian sebab akibat yang

dibuat. Penjumlahan antara pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung

merupakan pengaruh total

Adapun langkah-langkah dalam analisis jalur menurut Li (1975),

Solimun (2002), Riduan dan Kuncoro (2007, sebagai berikut:


11

1. Langkah Pertama: Pengembangan Model Teoritis.

Langkah pengembangan model teoritis pada penelitian ini, dilakukan dengan

cara mengeksplorasi secara ilmiah variabel dan hubungan antar variabel

melalui telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang

dikembangkan.

Berdasarkan hubungan antar variabel, secara teoritis dibuat model dalam

bentuk diagram jalur sebagai berikut:

ε1

Kesiapan SDM (X1) ε3


ε4
P6
P1 P3

Kemandirian Warga (X4) P4 Pengambilan Keputusan (X3) Implementasi Kebijakan RTH (Y)

P7

P2 P5
P8
Interaksi Warga (X2)

P9

ε2

Gambar 3.2. Diagram Jalur dari Model Teoritis Penelitian

Selanjutnya, gambar di atas, dapat pula dinyatakan dalam bentuk persamaan

sebagai berikut:

1. X1 = P1 X4 + ε1
2. X2 = P2 X4 + ε2
3. X3 = P3 X1 + P4 X4 + P5 X2 + ε3
4. Y = P6 X1 + P7 X3 + P8 X2 + P9 X4 + ε4
Dimana:
ZX1 : Variabel Kesiapan SDM yang telah distandarisasi
ZX2 : Variabel Interaksi masyarakat yang telah distandarisasi
12

ZX3 : Variabel Pengambilan Keputusan yang telah distandarisasi


ZX4 : Variabel Kemandirian Warga yang telah distandarisasi
ZY : Variabel Implementasi RTH yang telah distandarisasi
P1 : Koefisien path antara X4 terhadap X1
P2 : Koefisien path antara X4 terhadap X2
P3 : Koefisien path antara X1 terhadap X3
P4 : Koefisien path antara X4 terhadap X3
P5 : Koefisien path antara X2 terhadap X3
P6 : Koefisien path antara X1 terhadap Y
P7 : Koefisien path antara X3 terhadap Y
P8 : Koefisien path antara X2 terhadap Y
P9 : Koefisien path antara X4 terhadap Y
ε : Galat model

2. Langkah Kedua: Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi analisis

jalur, antara lain :

a. Hubungan dalam model adalah linear

Pemeriksaan asumsi kelinieran ini dapat dilihat dari plot sisaan. Menurut

Gujarati (1991) salah satu tujuan pemeriksaan sisaan adalah untuk

mengetahui apakah variabel yang masuk dalam model barangkali bukan

berbentuk linier. Jika sisaan ditebarkan terhadap nilai ramalan

menunjukkan pola acak, maka hubungan antar variabel dapat dikatakan

linier. Pengujian asumsi linieritas menggunakan metode curve fit yang

dilakukan dengan software SPSS. Rujukan yang digunakan adalah

prinsip parsimony, yaitu bilamana seluruh model yang digunakan sebagai

dasar pengujian signifikan atau nonsignifikan, maka model tersebut

dikatakan linier. Spesifikasi model yang digunakan sebagai dasar

pengujian adalah model linier, kuadratik, kubik, inverse, logarithmic,

power, S, compound, growth dan eksponensial.


13

b. Antar variabel sisaan saling bebas.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

ketergantungan diantara sisaan. Sisaan dikatakan bebas satu dengan

yang lain apabila tidak ada korelasi antara ei dan ej sehingga

cov ( e i , e j ) =0 i≠ j .
di mana

Menurut Gujarati (1991), untuk mengetahui ada tidaknya

ketergantungan antar sisaan digunakan statistik uji:


n
∑ ( e i−ei −1 )2
d hitung = i=2 n
∑ e 2i
i=2

Hipotesis uji dua sisi adalah:

H0 : Tidak ada hubungan antar sisaan

H1 : Ada hubungan antar sisaan

Dengan menggunakan tabel Durbin Watson, dapat dicari daerah kritis

dengan mengambil dU sebagai batas atas dan dL sebagai batas bawah

pada taraf nyata α dengan n adalah banyaknya pengamatan dan k-1

adalah banyaknya variabel penjelas dalam model. Kriteria pengujian yang

melandasi keputusan:

1.
d U ,α /2 <dhitung dan jika
4−d hitung >d U , α /2 , maka H0 diterima yang

artinya tidak ada autokorelasi antar sisaan.

2.
d hitung <d L ,α /2 ≤d U dan
4−d hitung >d L,α /2 , maka H0 ditolak yang

artinya ada autokorelasi antar sisaan.

3.
d L, α /2≤d hitung≤d U dan
d L, α /2≤4−d hitung ≤d U , α /2 , maka tidak dapat

disimpulkan ada tidaknya autokorelasi antar sisaan.


14

c. Error (sisaan atau galat) model menyebar normal.

Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dan variable random yang

kontinyu. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis

distribusi normal maka digunakan pengujian Kolmogorov Smirnov

Goodness of fit Test dengan kriteria pengujian :

○ Angka signifikasi (sig.) > 0.05, maka data berdistribusi normal.

○ Angka signiflkasi (sig.) < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.

3. Langkah ketiga, Perhitungan Koefisien Jalur (Pendugaan Parameter)

a. Menghitung koefisien korelasi antar variabel.

b. Membentuk matriks korelasi antar variabel.

c. Menghitung matriks invers korelasi antar variabel penjelas (R-1).

d. Menghitung koefisien jalur pyxi dengan rumus sebagai berikut :

Menurut Supranto (2004) beta koefisien dari Y terhadap X (B yx), akan

sama dengan koefisien dari X terhadap Y (B xy), juga sama dengan

koefisien korelasi (rxy). Sehingga perhitungan koefisien jalur dengan

menggunakan matriks korelasi, ataupun dengan melihat pada koefisien

regresi yang distandarisasi (beta koefisien), pada dasarnya menghasilkan

nilai yang sama.

4. Langkah keempat, menguji signifikansi pengaruh yang ada dalam analisis

jalur.

Menguji signifikansi pengaruh langsung dengan mengkonsultasikan nilai t

hitung dengan t tabel. Jika nilai t hitung < dari nilai t tabel maka H0 diterima Ha

ditolak, atau tidak ada pengaruh langsung signifikan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai t hitung > dari nilai t tabel maka H0
15

ditolak Ha diterima atau ada pengaruh langsung signifikan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat.

5. Langkah Kelima: pemeriksaan validitas model.

Pemeriksaan validitas model dapat menggunakan dua cara yaitu:

a.Kaidah triming theory.

Berdasarkan trimming theory jalur yang tidak signifikan dikeluarkan dari

model, sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empirik.

b.Koefisien determinasi total.

Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan

rumus: R2m = 1 – P2e1 P2e2….P2ep

Interpretasi terhadap R2m sama dengan interpretasi koefisien

determinasi (R2) pada analisis regresi. Model dikatakan valid jika

memiliki presisi dan akurasi tinggi. Ukuran akurasi model adalah

koefisien determinasi (R2) dengan nilai berkisar dari 0 sampai dengan 1.

Pada penelitian ini pemeriksaan validitas model menggunakan kedua kaidah

tersebut di atas.

6. Langkah Keenam: melakukan interpretasi model. Cara melakukan

interpretasi model adalah menginterpretasikan hasil atau nilai parameter yang

ada pada analisis jalur dengan memerhatikan apakah model yang ada sudah

cukup fit atau belum. Kemudian dilihat koefisien jalur mana yang signifikan

dan mana yang tidak signifikan. Dari nilai koefisien bisa dilihat variabel mana

yang mempunyai pengaruh dominan, mana yang tidak.

Menurut Solimun (2002) bilamana analisis jalur telah dilakukan

(berdasarkan sampel) maka dapat dimanfaatkan untuk:

1. Penjelasan (explanation) terhadap permasalahan yang diteliti.

2. Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X)

secara kualitatif.
16

3. Faktor determinan, yaitu variabel bebas (X) mana yang berpengaruh

dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan untuk

menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y).

4. Dapat digunakan untuk menelusuri jalur-jalur pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

5. Pengujian model baik untuk uji keajegan konsep yang sudah ada ataupun

uji pengembangan konsep baru.

Anda mungkin juga menyukai