Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw pada
sekitar abad ke-7 Masehi yang berpusat di Mekah-Madinah. Agama ini berkembang
dengan begitu cepat setelah kurang lebih 23 tahun dari kelahirannya. Setelah
Rasulullah wafat kepemimpinan umat Islam diganti oleh Khalifah Abu Bakar al-
Siddiq, lalu dilanjutkan Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa Umar Islam mulai
tersebar ke Syam, Palestina, Mesir, dan Irak. Kemudian pada masa khalifah Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bani Umayah, dan Bani Abasiyyah Islam telah
menyebar ke Tiongkok Cina bahkan ke seluruh penjuru dunia.

Semuanya satu dalam naungan Islam. Ajaran ini tersebar melalui


perdagangan, pendidikan, dan budaya bukan dengan menjajah. Hal ini yang
membedakan dengan ajaran lain sehingga membutuhkan waktu lama untuk
diterima oleh masyarakat.

Selain ajaran aqidah, syariah, dan akhlak, Islam mulai mengembangkan ilmu
pengetahuan seperti kedokteran, matematika, fisika, kimia, sosiologi, astronomi,
geografi. Semua itu berlandaskan atas dalil al-Qur‟an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Integrasi Kebudayaan?
2. Bagaimana Proses-Proses Integrasi Kebudayaan?
3. Bagaimana karakteristik Kebudayaan Secara Umum?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Integrasi Kebudayaan
2. Untuk Mengetahui Proses-Proses Integrasi Kebudayaan

1
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Kebudayaan Secara Umu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Integrasi Kebudayaan

Semua aspek kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan yang saling


berhubungan. Pada masyarakat yang homogen atau masyarakat yang terdiri
atas berbagai ras dan etnis diperlukan integrasi guna keserasian hidup
berbangsa dan bernegara. Menurut Ogburn dan Nimkof, integrasi adalah salah
satu proses dan hasil kehidupan sosial merupakan alat yang bertujuan untuk
mengadakan suatu keadaan budaya yang homogen. Integrasi merupakan suatu
proses sosial yang berjalan secara alami sehingga terjadi suatu masyarakat
yang multibudaya. Akan tetapi jika integrasi tersebut dipaksakan maka
cenderung terjadi konflik budaya yang akhirnya mengakibat konflik agama
dan konflik politik1.

B. Proses-Proses Integrasi Kebudayaan


1. Asimilasi (assimilation)

Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan


adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada di
natara individu atau kelompok dalam masyarakat. Dalam proses ini,
setiap individu dalam masyarakat berusaha untuk mempertinggi kesatuan
tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama. Saat itu, setiap anggota kelompok dan
masyarakat tidak lagi membedakan dirinya dengan anggota yang lainnya.
Batas-batas di antara mereka akan hilang dan lebur menjadi satu
kesatuan. Asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang

1
A. Rani Usman, Etnis Cina Perantauan di Aceh, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hlm.
70.

2
sama, walau terkadang bersifat emosional, dengan tujuan mencapai
kesatuan (integrasi).

2. Akulturasi

Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang


terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada
kebudayaan asing yang berbeda. Proses sosial itu akan berlangsung
hingga unsur kebudayaan asing itu diterima masyarakat dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri. Namun, umumnya akulturasi berlangsung
tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dengan
demikian, dapat kita katakana bahwa akulturasi merupakan proses
perubahan yang ditandai dengan terjadinya penyatuan dari kebudayaan
yang berbeda. Penyatuan tersebut menyebabkan kebudayaan yang satu
hampir menyerupai kebudayaan yang lain. Namun, masing-masing
kebudayaan masih mempertahankan ciri khasnya.

Proses akulturasi sudah ada sejak dahulu dalam sejarah


kebudayaan manusia. Hal itu disebabkan oleh manusia selalu
melakukan migrasi atau gerak perpindahan di muka bumi. Migrasi itu
menyebabkan pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok
manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibatnya, setiap
individu dalam kelompok-kelompok itu akan dihadapkan dengan
unsur-unsur kebudayaan yang asing baginya.

Pertama kali, unsur-unsur baru yang datang tidak langsung


diterima atau diadaptasi begitu saja, tetapi melalui proses
pembelajaran terlebih dahulu. Jika mendatangkan manfaat lebih besar,
kebudayaan asing tersebut akan diterimanya. Sebaliknya jika tidak,
akan ditolak. Penerimaan tersebut mungkin saja terjadi setelah melalui
perubahan-perubahan tertentu (modifikasi) yang sesuai dengan
struktur masyarakat yang ada.

3
Kebudayaan asing akan relatif mudah diterima apabila
memenuhi syarat-syarat berikut ini:

1. Tidak ada hambatan geografis, seperti daerah yang sulit dijangkau.


2. Kebudayaan yang datang memberikan manfaat yang lebih besar
bila dibandingkan dengan kebudayaan yang lama.
3. Adanya persamaan dengan unsur-unsur kebudayaan lama.
4. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan tertentu.
5. Kebudayaan itu bersifat kebendaan2.

Integrasi berhasil apabila:

1. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi


kebutuhan satu sama lain.
2. Apabila tercapai semacam konsensus mengenai norma-norma dan
nilai-nilai sosial.
3. Apabila norma-norma cukup lama konsisten dan tidak berubah-
ubah.

Pengintegrasian kebudayaan sangat nampak pada masyarakat


desa. Namum integrasi kebudayaan juga terjadi pada masyarakat
perkotaan. Terutama budaya-budaya asli dan budaya-budaya
pendatang. Budaya-budaya pribumi apabila telah terintegrasi maka
akan terasimilasi sehingga budaya itu berubah ke arah nuansa baru.
Kebudayaan-kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat berjalan
dan berkembang secara harmonis lasksana sebuah mesin. Akan tetapi
sebuah kebudayaan itu berkembang secara pesat bilamana kebudayaan
tersebut tidak menutup diri dengan dunia luar. Demikian juga sebuah
kebudayaan tersebut tidak eksklusif tetapi dapat dimiliki bersama dan
dipelihara bersama-sama dalam suatu masyarakat.

2
Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi, Esis Erlangga, 2006, hlm. 70-71.

4
Apabila anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka
tidak dirugikan dalam kelompoknya, maka individu tersebut
cenderung bertahan hidup bersama kelompoknya. Demikian halnya
terdapat kesepakatan antara norma-norma yang bagaimana sebaiknya
bertindak, bagaimana tujuan masyarakat harus dicapai, maka
kehidupan akan lebih stabil. Di masyarakat mana pun akan terjadi
integrasi. Apabila suatu budaya berintegrasi dengan budaya lain maka
salah satu budaya atau kedua-duanya harus berintegrasi.
Pengintegrasian tersebut berlangsung lama, yang kadang-kadang
terjadi konflik sebelum terjadi integrasi3.

Adapun itergrasi budaya yang akan di gunakan setip daerah


suku maupun negara itu pasti berbeda akantetapi integrasi adalah salah
satu jalan memeprsatukan atau mengagbungkan pebedaan Salah
satunya teori islam masuk kenusantara dalah dengan cara berdagang,
pendidikandan budaya.

Sejak awal abad masehi telah ada rute pelayaran perdagangan


antar pulau atau antar daerah . kawasan timur meliputi pulau india
Timur dan Pesisir Selatan Cina sudah memiliki hubungan dengan
dunia Arab melaluia perdagangan.4

Adapun teori nya ada lima yaitu:

1.Teori arap.

bahwa Islam dibawa dan disebarkan ke Nusantara langsung


dari Arab pada abad ke-7/8 M, saat Kerajaan Sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya. Pada abad ke-7/8 M, selat Malaka

3
A. Rani Usman, Etnis Cina Perantauan di Aceh, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hlm.
70-71.
4
Moeflich Hasbullah, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 1.

5
sudah ramai dilintasi para pedagang muslim dalam pelayaran dagang
mereka ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur.5

Berdasarkan berita Cina Zaman Tang pada abad tersebut,


masyarakat muslim sudah ada di Kanfu (Kanton) dan Sumatera. Ada
yang berpendapat mereka adalah utusan-utusan Bani
Umayah yang bertujuan penjajagan perdagangan. Demikian juga
Hamka yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia tahun 674
M. Berda-sarkan Catatan Tiongkok, saat itu datang seorang utusan raja
Arab ber-nama Ta Cheh atau Ta Shih (kemungkinan Muawiyah bin
Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kalingga) di Jawa yang diperintah
oleh Ratu Shima.

Ta-Shih juga ditemukan dari berita Jepang yang ditulis tahun


748M. Diceritakan pada masa itu terdapat kapal-kapal Po-sse dan Ta-
Shih K Uo. Menurut Rose Di Meglio, istilah Po-sse menunjukan jenis
bahasa
Melayu sedangkan Ta-Shih hanya menunjukan orang-orang Arab dan
Persia bukan Muslim India. Juneid Parinduri kemudian memperkuat
lagi, ada 670 M, di Barus Tapanuli ditemukan sebuah makam
bertuliskan Ha-Mim. 6

Semua fakta tersebut tidaklah mengherankan mengingat bahwa


pada abad ke-7, Asia Tenggara memang merupakan lalu lintas
perdagangan dan interaksi politik antara tiga kekuasaan besar, yaitu
Cina di
bawah Dinasti Tang (618-907), Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14),
dan Dinasti Umayyah (660-749).8

2.Teori cina.

5
Hasbullah, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, 4.
6
Hasbullah, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, 4.

6
menjelaskan bahwa etnis Cina Muslim sangat berperan dalam
proses penyebaran agama Islam di Nusan-tara. Akan tetapi, , Islam
datang dari arah barat ke Nusantara dan ke Cina berbarengan dalam
satu jalur perdagangan.

Islam datang ke Cina di Canton (Guangzhou) pada masa


pemerintahan Tai Tsung (627-650) dari Dinasti Tang, dan datang ke
Nusantara di Sumatera pada masa kekuasaan Sriwijaya, dan datang
ke pulau Jawa tahun 674 M berdasarkan kedatang-
an utusan raja Arab bernama Ta cheh/Ta shi ke kerajaan Kalingga
yang di perintah oleh Ratu Sima.9

3.Teori persia.

Berbeda dengan teori sebelumnya teori Persia lebih merujuk


kepada aspek bahasa yang menunjukan bahwa Islam telah masuk ke
Nusantara dan bahasanya telah diserap. Seperti kata „Abdas‟ yang
dipakai oleh masyarakat Sunda merupakan serapan dari Persia yang
artinya wudhu.7

Bukti lain pengaruh bahasa Persia adalah bahasa Arab yang di-
gunakan masyarakat Nusantara, seperti kata-kata yang berakhiran ta’
marbūthah apabila dalam keadaan wakaf dibaca “h” seperti shalātun
dibaca shalah. Namun dalam bahasa Nusantara dibaca salat, zakat,
tobat, dan lain-lain.

4.teori india

Teori ini menyatakan Islam datang ke Nusantara bukan


langsung dari Arab melainkan melalui India pada abad ke-13. Dalam
teori ini disebut lima tempat asal Islam di India yaitu Gujarat, Cambay,
Malabar, Coromandel, dan Bengal. Teori India yang menjelaskan
7
.ibid 6

7
Islam berasal dari Gujarat terbukti mempunyai kelemahan-kelemahan.
Hal ini dibuktikan oleh G.E. Marrison dengan argumennya “Meskipun
batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di
Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau Bengal, seperti yang
dikatakan Fatimi. Itu tidak lantas berarti Islam juga didatangkan dari
sana”.

Marrison mematahkan teori ini dengan menuujuk pada


kenyataan
bahwa ketika masa Islamisasi Samudera Pasai, yang raja pertamanya
wafat pada 698 H/1297 M, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.
Barulah setahun kemudian Gujarat ditaklukan oleh kekuasaan muslim.

Jika Gujarat adalah pusat Islam, pastilah telah mapan dan


berkembang di Gujarat sebelum kematian Malikush Shaleh. Dari teori
yang dikemukakan
oleh G.E. Marrison bahwa Islam Nusantara bukan berasal dari Gujarat
melainkan dibawa para penyebar muslim dari pantai Koromandel pada
akhir abad XIII.Teori yang dikemukakan Marrison kelihatan
mendukung pendapat yang dipegang T.W. Arnold. Menulis jauh
sebelum Marrison, Arnold berpendapat bahwa Islam dibawa ke
Nusantara, antara lain dari Koromandel
dan Malabar. Ia menyokong teori ini dengan menunjuk pada
persamaan mazhab fiqh di antara kedua wilayah tersebut.

Mayoritas muslim di Nusantara adalah pengikut Mazhab


Syafi‟i, yang juga cukup dominan di wilayah Koromandel dan
Malabar, seperti disaksikan oleh Ibnu Batutah (1304-1377),
pengembara dari Maroko, ketika ia mengunjungi kawasan
ini. Menurut Arnold, para pedagang dari Koromandel dan Malabar
mempunyai peranan penting dalam perdagangan antara India dan
Nusantara. Sejumlah besar pedagang ini mendatangi pelabuhan-

8
pelabuhan dagang dunia Nusantara-Melayu, mereka ternyata tidak
hanya terlibat dalam perdagangan, tetapi juga dalam penyebaran
Islam8.

5.Teori turki

Teori ini diajukan oleh Martin Van Bruinessen yang dikutip


dalam Moeflich Hasbullah. Ia menjelaskan bah-wa selain orang Arab
dan Cina, Indonesia juga diislamkan oleh orang-orang Kurdi dari
Turki. Ia mencatat sejumlah data.

Pertama, banyaknya ulama Kurdi yang berperan mengajarkan


Islam di Indonesia dan kitab-kitab karangan ulama Kurdi menjadi
sumber-sumber yang berpengaruh luas. Misalkan, Kitab Tanwīr al-
Qulūb karangan Muhammad Amin al-Kurdi populer di kalangan
tarekat Naqsyabandi di Indonesia.

Kedua, di antara ulama di Madinah yang mengajari ulama-


ulama Indonesia terekat Syattariyah yang kemudian dibawa ke
Nusantara adalah Ibrahim al-Kurani. Ibrahim al-Kurani yang
kebanyakan muridnya orang Indonesia
adalah ulama Kurdi.

Ketiga, tradisi barzanji populer di Indonesia dibaca-kan setiap


Maulid Nabi pada 12 Rabi‟ul Awal, saat akikah, syukuran, dan tradisi-

8
Azyumardi Azra, Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 3 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012),
hlm.11.

9
tradisi lainnya. Menurut Bruinessen, barzanji merupakan nama
keluarga berpengaruh dan syeikh tarekat di Kurdistan.

Keempat, Kurdi merupakan istilah nama yang populer di


Indonesia seperti Haji Kurdi, jalan Kurdi, gang Kurdi, dan seterusnya.
Dari fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa orang-orang Kurdi
berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia.Dari teori-teori tersebut
tampak sekali bahwa fakta-fakta Islami-sasi diuraikan dengan tidak
membedakan antara awal masuk dan masa perkembangan atau awal
masuk dan pengaruh kemudian. Kedatangan Islam ke Nusantara telah
melalui beberapa tahapan dari individualis, kelompok, masyarakat,
negara kerajaan, sampai membentuk mayoritas9.

Cara Integritas penyebaranya kebudayaan melalui berbagai jalu sebagai berikut:

1. jalur perdagangan.

2. jalur dakwah.

3. jalur perkawinan

4. jalur pendidikan

5. jalur cultural10

C. Karakteristik Kebudayaan Secara Umum


1. Berbasis Pada Simbol

Ekspresi kebudayaan selalu berupa ekspresi simbolik karena yang


penting dari budaya itu bukan ekspresinya tapi makna yang terkandung
dalam ekspresi budaya. Sisi penting dari simbol adalah makna yang
ditunjuk oleh simbol itu, bukan simbol itu sendiri.

9
Hasbullah, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia,hlm. 11-12.
10
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,hlm. 327.

10
Simbol merupakan aspek penting dalam interaksi manusia yang
memungkinkan manusia bertindak dengan cara-cara yang khas manusia.
Respon-respon yang diberikan oleh manusia dalam menanggapi
lingkungannya, baik lingkungan alam atau lingkungan sosial, bukanlah
respon yang pasif. Manusia tidak sekedar merespon dengan cara meniru
simbol-simbol yang diwariskan orang lain tetapi juga secara kreatif
menciptakan atau mencipta ulang simbol-simbol dalam interaksi sosial.

2. Dimiliki Bersama

Kebudayaan diciptakan dan dikembangkan oleh satu komunitas


masyarakat tertentu secara bersama-sama, bukan kerja individual. Itu
sebabnya suatu komunitas yang telah menetap di suatu wilayah tertentu
dalam waktu yang relatif lama akan mengembangkan ekspresi budaya
yang khas dan berbeda dengan komunitas masyarakat lain.

Kepemilikan bersama kebudayaan membuat budaya mampu


melampaui ruang dan waktu. Dalam konteks ruang, ekspresi budaya yang
muncul pada satu wilayah tertentu dapat saja berkembang dan diikuti oleh
banyak orang di wilayah lain. Karena itu, kita dapat membedakan suatu
komunitas bukan didasarkan pada ruang atau wilayah tapi didasarkan pada
kepemilikan bersama suatu kebudayaan. Kita dapat mengidentifikasi
orang Islam dan non-Islam bukan dari wilayah di mana dia tinggal tapi
ekspresi budayanya seperti ritual Sholat dan puasa Ramadhan. Dalam
konteks waktu, kemanapun budaya malampaui waktu diwujudkan dengan
keabadian relatif budaya tersebut. Bahkan dalam sejarah, terdapat nilai-
nilai budaya lama yang kemudian hendak dihidupkan kembali seperti
momen sejarah renaissance yang mencoba menghidupkan kembali
warisan budaya klasik Romawi dan Yunani agar dapat keluar dari
kegelapan abad pertengahan. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia,
kita juga dapat menyaksiakan ekspresi keagamaan yang hendak
menghidupkan warisan budaya masa lalu secara ketat, seperti sebagian

11
kelompok muslim yang menyerukan kembali pada tradisi dan budaya pada
masa Nabi dan Sahabat, termasuk dalam hal penampilan seperti
memelihara jenggot dan berpakaina ala Nabi dan Sahabat dengan jubah
dan celana dia atas mata kaki.

3. Dipelajari dan Diwariskan

Kebudayaan dipelajari dan diwariskan melalui proses interaksi


sosial. Proses ini disebut dengan sosialisasi. Sosialisasi menunjuk pada
proses penyampaian nilai-nilai kebudayaan dari masyarakat pada individu-
individu yang menjadi anggota masyarakat.

Proses sosialisasi itu dilakukan oleh agen-agen sosialisasi. Agen


sosialisasi terutama adalah orang-orang yang secara sosial dilegitimasi
oleh masyarakat untuk menjadi penjaga nilai-nilai budaya dalam
masyarakat seperti kyai, guru atau tokoh adat. Selain itu, sosialisasi juga
pertama dan terutama sekali dilakukan di dalam institusi keluarga dengan
orang tua sebagai agen utama sosialisasi. Selain agen sosialisasi yang
memang dilegitimasi secara sosial, sebetulnya setiap indidu dalam
masyarakat juga dapat menjadi agen sosialisasi.

4. Bersifat Adaptif

Kebudayaan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri


dengan berbagai keadaan. Tingkat kemampuan itu berbeda-beda antara
satu masyarakat dengan masyarakat lain. Ada masyarakat yang memiliki
budaya dengan kemampuan adaptasi yang sangat tinggi. Ini karena nilai-
nilai budaya yang dimiliki cenderung bersifat lentur dan terbuka.
Masyarakat perkotaan sebagian besar termasuk dalam kategori ini.
Sebaliknya, ada masyarakat yang memiliki nilai-nilai budaya yang
cenderung tertutup sehingga kemampuan adaptabilitasnya rendah.
Beberapa komunitas masyarakat adat di Indonesia masih mempertahankan

12
keasliannya di tengah perubahan sosial yang luar biasa seperti di
Kampung Naga Jawa Barat.

Kemampuan adaptabilitas juga berbeda-beda pada elemen budaya


yang berbeda. Elemen budaya tertentu yang bernilai sakral cenderung
memiliki kemampuan adaptabilitas yang lebih rendah daripada elemen
budaya lain yang tidak dipandang sakral oleh masyarakat. Keyakinan
keagamaan adalah sesuatu yang dianggap sakral, sebab itu relatif tidak
banyak mengalami perubahan, sementara elemen budaya seperti gaya
hidup atau gaya berpakaian yang tidak dianggap sakral memiliki daya
lentur yang sangat luar biasa sehingga perubahannya juga luar biasa cepat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya memiliki empat karakteristik umum yang ada dalam setiap
kebudayaan. Salah satu aspek penting dari budaya adalah simbol. Budaya
selalu bersifat simbolik. Budaya juga tidak pernah hanya dimiliki oleh
individu perorangan. Budaya selalu dikonstruksi secara bersama-sama oleh
masyarakat. Ada masa ketika suatu praktik budaya bertahan melalui proses
sosialisasi, tetapi pada saat lain budaya juga pasti akan mengalami perubahan
untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat.

BAB IV

13
DAFTAR PUSTAKA

Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2006. “Sosiologi”. Esis Erlangga.


Usman, A. Rani. 2009. “Etnis Cina Perantauan di Aceh”. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, 1991.
Abdul, Karim. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta:
Pustaka Book Pubhlisher, 2007.
Hasbullah, Moeflich. Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.
Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam Indonesia Lintas Sejarah Pertum-
buhan dan Perkembangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001.
Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 3. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2012.
Poesponegoro, Marwati Djoened dkk. Sejarah Nasional Indonesia II,
Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2012.
Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo. Depok: Pustaka Ilman, 2012.

14
15

Anda mungkin juga menyukai