Anda di halaman 1dari 2

- Etika Keutamaan

Eetika keutamaan mempunyai pandangan mendasar bahwa landasan moralitas manusia


terletak pada perkembangan sifat, karakter baik yang disebut keutamaan (virtue) yang dimiliki oleh

manusia. Setiap manusia yang melakukan suatu perbuatan atau tindakan tertentu,

selalu dilatarbelakangi oleh watak, karakter yang dimiliki manusia tersebut. Jika

seseorang tertangkap melakukan pembunuhan, penilaian yang dilakukan akan

mempertimbangkan aspek lebih mendalam yaitu menyangkut motivasi, sifat dasar

yang dimiliki si pembunuh. Apakah dia membunuh untuk mempertahankan diri ataukah

memang si pembunuh mempunyai sifat buruk, tega dan suka menyakiti orang lain.

Virtue is a trait of character, manifested in habitual actions, that is good for person to

have (James Rachel,1978:14). Keutamaan moral bukanlah sekedar pilihan antara

kebaikan dan keburukan tetapi menyangkut kemampuan untuk mengarahkan diri di

antara sifat-sifat buruk dan menghidupkan keutamaan-keutamaan yang sesungguhnya

ada dalam diri setiap manusia. Etika keutamaan mengarahkan pada being manusia,

Keutamaan yang dimaksud dalam moralitas antara lain keteguhan hati,

kemampuan untuk menahan amarah , kesetiakawanan, kerendahan hati dan

kemarahan pada tempatnya. Adalah satu hal yang sulit untuk menghidupkan

keutamaan-keutamaan tersebut karena tidak mudah menemukan jalan tengah antara

dua kecenderungan, kebaikan dan keburukan. Terdapat beberapa catatan penting

berkaitan dengan keutamaan :

 Keutamaan adalah suatu disposisi, artinya suatu kecenderungan tetap. Bukan

berarti keutamaan tidak bisa hilang, tetapi hal ini tidak mudah terjadi.

Keutamaan adalah sifat yang ditandai oleh stabilitas, yang mendarah daging

pada diri seseorang.

 Keutamaan berkaitan dengan kehendak. Keutamaan adalah disposisi yang

membuat kehendak tetap cenderung pada arah tertentu, oleh karena itu

motivasi sangatlah penting karena motivasilah yang mengarahkan kehendak.


 Keutamaan diperoleh dengan jalan membiasakan diri dan merupakan hasil

latihan. Keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir, tetapi melalui proses

latihan diiringi usaha korektif (Bertens, 1993:213)

Berdasarkan kedudukan kodrat manusia, dapatlah dijelaskan bahwa di satu

sisi, manusia merupakan pribadi mandiri yang mempunyai otonomi. Berdasar hal

tersebut manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan diri, melakukan apapun

sesuai dengan keinginan yang dimiliki. Namun demikian di sisi lain, manusia

mempunyai ketergantungan, baik kepada benda lain, maupun pada manusia lain.

Ketergantungan manusia pada akhirnya mempunyai arah paling puncak yaitu

pengakuan adanya Tuhan. Sejauh mana dependensi manusia akan sampai pada nilai

Ketuhanan, semua tergantung pada manusianya. Berdasar hal tersebut, maka karakter

dan sifat manusia untuk percaya adanya Tuhan merupakan sesuatu yang sifatnya

kodrati, namun pada akhirnya semua dikembalikan kepada manusia, apakah karakter

tersebut masih ada, berkembang atau tidak, semua berpulang kepada manusia.

Keutamaan moral yang ada dalam nilai-nilai Pancasila, seperti cinta kasih

terhadap Pencipta dan sesama, pengendalian diri, penghargaan terhadap orang lain

serta keadilan merupakan sifat, karakter manusia yang harus dikembangkan. Berdasar

sifat keutamaan inilah sebuah tindakan dilakukan, bukan hanya karena formalitas

untuk menggugurkan kewajiban atau mengharapkan adanya imbalan.

Tindakan baik bukan didasarkan atas apa yang ada di sana (norma hukum,

agama, masyarakat) tetapi didasarkan pada apa yang ada di sini (sifat, karakter

keutamaan dalam diri).

Daftar pustaka

1. Bertens, 1993, Etika, Kanisius, Yogyakarta.


2. https://www.researchgate.net/publication/287686709_ETIKA_KEUTAMAAN_PANCASILA

Anda mungkin juga menyukai