Anda di halaman 1dari 9

(NAMA MATAPELAJARAN)

(KELAS)

(JUDUL BAB/MATERI AJAR)

Nama : RASTONO Program Keahlian : Teknik Elektronika


Sekolah : SMK Muhammadiyah Kandanghaur Alokasi Waktu : 6jp

Informasi Umum
Capaian Pembelajaran : Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis-jenis alat ukur,
cara penggunaan, penginterpretasian hasil pengukuran, dan perawatan
alat ukur listrik, elektronika, dan instrumentasi.
Elemen CP : Alat ukur listrik, elektronika, dan instrumentasi
Materi : 1. Alat Ukur
2. Hukum Kelistrikan
Profil Pelajar Pancasila : Befikir Kritis
Sarana : Alat Ukur listrik (multimeter A&D, tang Ampere), adaptor
Prasarana : ATK, meja praktek
Target Peserta didik : Mampu menggunakan alat ukur listrik
Moda Pembelajaran : Daring sinkro dan moda daring asinkron
Model pembelajaran : Incuiry Training
Metode Pembelajaran : Demonstrasi

Komponen Inti
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa diharapkan mampu menggunakan alat ukur listrik
2. Siswa diharapkan mampu membaca hasil skala ukur
3. SIswa diharapkan mampu menyesuaikan skala pengukuran

Pemahaman Bermakna : Dengan memahami penggunaan alat ukur listrik ini, kita dapat
mengetahui drop tegangan pada sebuah instalasi kelistrikan
Pertanyaan Pemantik : 1) Berapa tegangan yang sebenarnya terukur pada multimeter
2) Berapa drop tegangan setelah melewati sebuah resistor
3) Berapa arus yang dihasilkan setelah penggunaan resistor
Persiapan pembelajaran : Berdoa, menyiapkan sarana prasarana
Pelaksanaan pembelajaran : Pembelajaran dilakukan di dalam ruangan praktek berdiskusi dan
melakukan pengukuran
Asesmen : Sikap (Profil Pelajar Pancasila) : observasi, p, penilaian teman sebaya.
Performa (presentasi)
Tertulis (tes objektif: essay ==> merangkai dan mengukur arus dan
tegangan)
Pengayaan :
Remedial :
Refleksi Peserta Didik : 1) Perhitungan V, A secara hukum-hukum kelistrikan
2) Mengamati dan mengisi hasil pengukuran
Refleksi Guru : 1) Mengarahkan siswa untuk melakukan pengukuran tegangan dan arus
listrik
2) Implementasi hasil pengukuran

Lampiran

Lembar Kerja Peserta Didik

1. Lakukan kalibrasi pada multimeter


Jika tegangan pada adaptor tertera senilai 5v, berapa tegangan yang terukur

2. Lakuka pengukuran tegangan


3. Lakukan pengkuran Arus listrik
Jenis Alat Ukur
Multimeter Analog Multimeter Digital
(V) (V)
(A) (A)
Drop tegangan= (v) Drop tegangan= (v)
Drop Arus= (A) Drop Arus= (A)
Bahan Bacaan Untuk Guru dan Murid

Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau Multitester tidak hanya dapat
mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau disingkat dengan AVO, tetapi dapat juga mengukur
Kapasitansi, Frekuensi dan Induksi dalam satu unit (terutama pada Multimeter Digital). Beberapa
kemampuan pengukuran Multimeter yang banyak terdapat di pasaran antara lain :

 Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran Volt


 Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere
 Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm
 Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad
 Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz
 Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry
 Pengukuran atau Pengujian Dioda
 Pengukuran atau Pengujian Transistor

Bagian-bagian penting Multimeter


Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting, diantanya adalah :

1. Display
2. Saklar Selektor
3. Probe
Gambar dibawah ini adalah bentuk Multimeter Analog dan Multimeter Digital beserta bagian-
bagian pentingnya.

Cara Menggunakan Multimeter untuk Mengukur


Tegangan, Arus listrik dan Resistansi
Berikut ini cara menggunakan Multimeter untuk mengukur beberapa fungsi dasar Multimeter
seperti Volt Meter (mengukur tegangan), Ampere Meter (mengukur Arus listrik) dan Ohm Meter
(mengukur Resistansi atau Hambatan)

1. Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV
2. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin mengukur
6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk memilih
skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah pada terminal
Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-hati agar jangan sampai terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
 

2. Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin mengukur 220
Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk memilih
skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan AC, tidak
ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
 3. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)
1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang akan diukur
adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A). Jika Arus yang diukur
melebihi skala yang dipilih, maka sekering (fuse) dalam Multimeter akan putus. Kita
harus menggantinya sebelum kita dapat memakainya lagi.
3. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
4. Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita putuskan tersebut.
Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe Hitam ke Input Tegangan (+)
Beban ataupun Rangkaian yang akan kita ukur. Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar
berikut ini.
5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
4. Cara Mengukur Resistor (Ohm)
1. Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω)
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya diawali ke tanda
“X” yang artinya adalah “Kali”. (khusus Multimeter Analog)
3. Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog Multimeter,
diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)

=================================================================================

Besaran dalam system SI.


Hukum Ohm telah dikenal luas sebagai salah satu hukum dasar dalam ilmu
kelistrikan. Hukum Ohm merupakan perumusan hubungan antara arus listrik,
tegangan listrik, dan hambatan listrik. Ketiga besaran tersebut merupakan
besaran dasar yang harus dipahami dengan baik oleh siapapun yang
mempelajari ilmu kelistrikan.

Hukum Ohm yang mashur ini diajukan oleh fisikawan dari Jerman yang benama
Georg Simon Ohm pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada tahun 1827 melalui
sebuah papernya yag berjudul “The Galvanic Circuit Investigated
Mathematically”.

Bunyi Hukum Ohm


Bunyi Hukum Ohm adalah sebagai berikut.
Beda potensial sepanjang konduktor ideal adalah sebanding dengan arus yang
melewatinya.
 Konstanta kesebandingannya disebut hambatan (resistance, R). Hukum Ohm
dirumuskan sebagai V = I.R dimana V adalah beda potensial antara dua titik
yang dilewati arus I dan memiliki hambatan R.

Berdasarkan Hukum Ohm tersebut dapat disimpulkan bahwa besar arus listrik (I)
yang mengalir melalui sebuah penghantar berbanding lurus dengan beda
potensial (V) dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R).

Dalam penerapannnya, Hukum Ohm ini dimanfaatkan untuk mengatur besarnya


arus (I), atau hambatan (R) yang diinginkan mengalir pada suatu rangkaian
listrik. Berdasarkan Hukum Ohm maka rumus untuk mencari masing-masing
besaran tegangan, arus, dan hambatan pada suatu rangkaian listrik adalah
sebagai berikut.
V=IxR
I = V/R
R = V/I
Dimana
V = tegangan (voltage), satuan dasarnya adalah volt (V)
I = Arus (current), satuan dasarnya adalah ampere (A)
R = hambatan (resistance), satuan dasarnya adalah ohm () 

Diagram Segitiga Hukum Ohm


Untuk mempermudah mengingat ketiga rumus tersebut digunakan diagram
segitiga Hukum Ohm.

Diagram Segitiga Hukum Ohm terdiri dari segitiga yang dibagi menjadi tiga
bagian. Area separuh segitiga bagian puncak berisi huruf V yang mewakili
tegangan (voltage). Area separuh segitiga bagian dasar dibagi menjadi dua, area
sebelah kiri bawah berisi huruf I yang mewakili arus (current) dan area sebalah
kanan bawah berisi huruf R yang mewakili hambatan (resistance). Cara
menggunakan diagram segitiga Hukum Ohm adalah sebagai berikut.

 Rumus untuk menghitung V (tegangan) maka tutup huruf V dengan satu


jari sehingga yang terlihat adalah huruf I (arus) sejajar dengan huruf R
(hambatan) sehingga dibaca I dikali R (IxR).
 Rumus untuk menghitung I (arus) maka tutup huruf I dengan satu jari
sehingga yang terlihat adalah huruf V (tegangan) di atas huruf R
(hambatan) sehingga dibaca V dibagi R (V/R).
 Rumus untuk menghitung R (hambatan) maka tutup huruf R dengan satu
jari sehingga yang terlihat adalah huruf V (tegangan) di atas huruf I
(hambatan) sehingga dibaca V dibagi I (V/I).

Satuan Tegangan, Arus, dan Hambatan Listrik


Yang perlu diperhatikan dalam perhitungan besaran tegangan, arus maupun
hambatan listrik adalah satuan yang digunakan harus sesuai.
 Satuan dasar tegangan listrik atau beda potensial atau voltase dalam SI
(sistem internasional) adalah volt yang diberi simbol V. Satuan tegangan
listrik lainnya yang populer adalah kilovolt (kV), 1 kilovolt = 1.000 volt.
 Satuan dasar arus listrik dalam SI (sistem internasional) adalah ampere
yang diberi simbol A. Satuan arus listrik lainnya yang populer adalah
milliampere (mA), 1 milliampere = 0,001 ampere.
 Satuan dasar hambatan listrik atau tahanan listrik dalam SI (sistem
internasional) adalah ohm yang diberi simbol . Satuan hambatan listrik
lainnya yang populer adalah kiloohm (k), 1 kiloohm = 1.000 ohm.

Daftar Pustaka
https://teknikelektronika.com/cara-menggunakan-multimeter-multitester/

https://www.mindautama.com/artikel/cara-menghitung-tegangan-arus-dan-hambatan-listrik-
menggunakan-hukum-ohm

Anda mungkin juga menyukai