BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan dari suatu negara selain ditentukan oleh banyak nya sumber
daya alam yang terletak pada wilayah geografis pada suatu negara juga tidak
terlepas dari kualitas yang dimiliki oleh sumber daya manusia nya, dan syarat
mutlak yang menjadi pondasi terpenting bagi kualitas sumber daya manusia
tersebut adalah dengan memberantas Penyandang buta aksara yang ada pada suatu
negara. Penyandang buta aksara merupakan bagian dari Indeks Pengembangan
Sumber Daya Manusia (Human Development Index) dengan salah satu bagian
Indikator nya adalah kemampuan suatu masyarakat dalam mengenyam pendidikan
di negara yang mereka tinggali, dan Indonesia adalah termasuk dari negara
berkembang yang masih menghadapi permasalahan dalam memberantas buta
aksara.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Pada tahun 2020 Provinsi
di Indonesia yang masih memiliki penyandang buta aksara terbanyak pada
kelompok umur 15+ adalah Provinsi Papua sebesar 22,1%; lalu pada kelompok
umur 15-44 tahun Provinsi Papua masih yang tertinggi sebesar 20,38%; dan
kelompok umur 45+ tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 30,94%
sedangkan pada tahun 2021 kelompok umur 15+ adalah Provinsi Papua sebesar
21,11%; Kelompok umur 15-44 adalah Provinsi Papua sebesar 19,03% dan untuk
umur 45+ adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 30,38%. Dengan rata-rata
tingkat angka buta aksara di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 1,56% atau 2,7
Juta orang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020 sebesar 1,71% atau
sekitar 2.9 juta orang.
Dari data yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui provinsi dengan
angka aksara terbesar dan sangat tinggi adalah provinsi yang dimana masih
memiliki akses sarana dan prasarana yang minim, dimana yang selalu menjadi
kendala utama adalah sarana Infrasturktur nya yang minim dan sumber daya
manusia sebagai tenaga pendidik yang berkualitas masih sedikit. Upaya
pemberantasan besar-besaran dapat dilakukan apabila kolaborasi antara
Pemerintah dan masyarakat atau lembaga umum terjalin dengan baik, meskipun
Pembelajaran Kemasyarakatan PDGK-4306 | 2
masih adanya gap yang besar dalam pembangunan infrastruktur pada suatu
wilayah terpencil dan
sulitnya akses tetapi masih diyakini bahwa upaya terbaik yang dapat dilakukan
apabila suatu instansi pendidikan atau komunitas yang berfokus pada hal tersebut
berperan aktif dan berkontribusi nyata, dimana hal itu dimulai dari ruang lingkup
terkecil.
B. TUJUAN
Adapun dilakukannya kegiatan Taman Baca Anak (TBA) ini memiliki tujuan untuk :
1. Upaya pemberantasan buta aksara pada ruang lingkup Desa Kampung Baru
di berbagai kelompok usianya.
2. Menanamkan rasa semangat belajar dan haus akan pengetahuan pada
anak-anak.
3. Menumbuhkan rasa ingin bisa dalam memberantas buta aksara pada
golongan dewasa di tengah kesibukan mereka mencari nafkah.
4. Pembelajaran dengan mengenalkan huruf abjad dan cara mengeja dan
membacanya
5. Mengenalkan pembelajaran dengan cara mengikuti tulisan yang telah
ada pada buku.
6. Mendirikan Mini Library sebagai pusat literasi yang ada Kampung
baru serta menyumbangkan buku-buku untuk menumbuhkan minat
baca.
8. Mengenalkan cara penulisan huruf yang baik serta benar kepada warga
Setempat.
C. RUMUSAN KEGIATAN
kegiatan dari sebuah gambar atau foto dengan cara menulis dan
membaca isi tulisan tersebut.
Pertemuan Pertama: Melakukan kunjungan dan membahas kondisi buta aksara yang
ada pada Desa Kampung Baru pada tokoh Ketua RT setempat.
C. PEMBAHASAN
Selama 7 hari lama nya alhamdulillah kegiatan mengajar kami melalui Taman Baca Anak
(TBA) dapat berjalan lancar dan sesuai dengan rencana serta target selama pembelajaran.
Kesukesan kami dalam mengajar tidaklah terlepas dari faktor internal dari kesiapan para
pengajar itu sendiri. Adapun faktor-faktor internal yang turut mensukeskan kegiatan kami
adalah:
Pembelajaran Kemasyarakatan PDGK-4306 | 13
Metode Ceramah
Metode diskusi
Metode praktek
Diluar dari metode ceramah yang dilakukan metode diskusi merupakan salah
satu cara agar peserta terlibat aktif dalam proses pelajaran, dari diskusi tersebut
peserta menjadi aktif bertanya tentang hal yang sulit bagi mereka selama pelajaran
sehingga tercipta interaksi aktif antara peserta pelatihan dengan pengajar. Dan
terakhir metode praktek merupakan metode yang dilakukan sebagai indikator untuk
mengetahui seberapa jauh pemahaman peserta pelatihan dengan memberikan tugas-
tugas diakhir dari kegiatan.
D. GAMBARAN KEAKTIFAN
Selama kegiatan dilaksanakan kami, mendapatkan banyak dukungan dari
tokoh masyarakat setempat seperti tokoh agama seperti Ustadz, ketua RT, karang
taruna dan tokoh masyarakat lainnya sehingga acara kami dapat berjalan dengan
lancar sebagaimana mestinya. Dilihat dari antusias pelaksanaan yang kami dapatkan
dapat diketahui bahwa kelompok anak-anak lebih banyak dan mendominasi
kemudian disusul dengan kelompok remaja diurutan kedua yang aktif walapun
dengan sedikit catatan dimana sebagian dari mereka tidak bisa ikut karena kesibukan
dalam bekerja, dan kelompok orang dewasa yang sedikit yang terlibat disebabkan
keharusan mereka dalam bekerja dan hanya dapat aktif pada saat hari libur sabtu-
minggu saja.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan Taman Baca Anak (TBA) yang dilakukan selama
7 hari ini di Desa Kampung Baru, Ciawitali, Kabupaten Sukabumi, penulis selaku
pengajar selama kegiatan dapat mengambil kesimpulan bahwa:
Kegiatan Taman Baca Anak (TBA) yang dilaksanakan selama 7 hari
dari tanggal 1 – 7 November berdampak positif dan membantu
masyarakat dengan memberikan kesadaran kepada para orangtua
pentingnya bisa membaca serta tulis, dan mendorong anak-anak
mereka agar mengikuti program pemerintah wajib belajar 12 tahun.
Peserta kegiatan yang aktif terlibat selama masa pembelajaran berasal
dari kelompok umur remaja yakni 12-25 tahun adalah kelompok umur
terbanyak kedua sebagai peserta pelatihan setelah kelompok umur
anak-anak memiliki kendala dimana sebagian dari mereka sudah tidak
aktif dalam mengenyam pendidikan wajib belajar 12 tahun,
disebabkan lebih tertarik mengikuti jejak orangtua mereka dan
langsung bekerja di usia yang masih cukup muda.
Adapun kelompok dewasa yakni umur 26 - 45 tahun adalah kelompok
umur yang paling sedikit dalam mengikuti kegiatan ini disebabkan
aktivitas mereka untuk bekerja sehingga mereka dapat aktif apabila
hari libur tiba yakni sabtu dan minggu saja walaupun ada beberapa
diantara mereka lebih memilih untuk beristirahat pada hari libur
tersebut.
Dampak positif dari kegiatan yang kami lakukan adalah masyarakat di
desa tersebut mulai tumbuh kesadaran dan kebutuhan untuk belajar
membaca dan menulis sebagai dasar pondasi yang penting di era
modern dan globalisasi saat ini sebagai langkah awal pencerdasan
bangsa agar menjadi negara maju.
C. TINDAKLANJUT
Durasi pengajaran yang kami berikan menjadi kendala tersendiri karena untuk menguasai
membaca dan menulis secara sempurna diperlukan waktu yang tidak sedikit, Selain karena
setiap kemapuan orang yang berbeda-beda dalam menyerap hasil pelajaran, tingkatan
pemahaman dasar dan penguasaan sebelum kami berikan pelajaran yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Dan caa