Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENGUKURAN DALAM KERJA ILMIAH


(FISIKA)

Nama Kelompok :
Adhitya Mauliadi Saputra
Muh. Azhar Assyiddiq
Muh. Fajri Winata

SMA NEGERI 3 MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Pengukuran Dalam Kerja Ilmiah".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Makassar, 22 November 2022

Penulis

PENGUKURAN DALAM KERJA ILMIAH


1. BESARAN, SATUAN & DIMENSI
 BESARAN
Segala sesuatu yang bisa diukur.memiliki nilai dan dinyatakan dalam satuan.
 SATUAN
Pembanding antara benda yang diukur dengan alat ukurnya
 DIMENSI
Dimensi adalah struktur konstituen dari semua ruang dan posisinya

Berdasarkan satuan, besaran dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu besaran pokok dan
besaran turunan :
1) BESARAN POKOK

NO BESARAN POKOK SATUAN DIMENSI


1 panjang Meter (M) (L)
2 massa Kilogram (KG) (M)
3 waktu Sekon (S) (T)
4 suhu Kelvin (K) (E)
5 Kuat arus listrik Ampere (A) (I)
6 Jumlah zat Mol (N)
7 Intensitas cahaya Candela (CD) (J)

2) BESARAN TURUNAN

N BESARAN TURUNAN SATUAN DIMENSI


O
1 Luas M2 L2
2 Volume M3 L3
3 Kecepatan M.S-1 L.T-1
4 Percepatan M.S-2 L.T-2
5 Massa Jenis KG.M-3 M.L-3
6 Gaya N=KG.M.S-2 M.L.T-2
7 Usaha J=KG.M2.S-1 M.L2.T-1
8 Energi Potensial J=KG.M2.S-2 M.L2.T-2
9 Energi Kinetik J=KG.M2.S-2 M.L2.T-2
10 Daya KG.M2.S-3 M.L2.T-3
2. ALAT UKUR PANJANG

1. JANGKA SORONG

 CARA MENGGUNAKAN :
Cek dan pastikan bahwa pada saat kedua rahang tertutup, skala menunjukkan angka nol.
Kendurkan baut pengunci dan tarik rahang geser ke kanan.
Letakkan benda yang akan diukur di antara kedua rahang.
Tarik rahang geser ke kiri sampai mengapit benda yang mau diukur.

 CARA MEMBACA HASIL PENGUKURAN :

Lihat gambar diatas, 21 mm atau 2,1 cm (garis merah) merupakan angka yang paling dekat
dengan garis nol pada skala vernier persis di sebelah kanannya. Jadi, skala utama yang
terukur adalah 21mm atau 2,1 cm.
Lihat gambar diatas dengan seksama, terdapat satu garis skala utama yang yang tepat bertemu
dengan satu garis pada skala vernier. Pada gambar diatas, garis lurus tersebut merupakan
angka 3 pada skala vernier. Jadi, skala vernier yang terukur adalah 0,3 mm atau 0,03 cm.
Sementara, untuk mendapatkan hasil pengukuran akhir, tambahkan kedua nilai pengukuran
diatas. Sehingga hasil pengukuran diatas sebesar 21 mm + 0,3 mm = 21,3 mm atau 2,13 cm

2. MIKROMETER SEKRUP

 CARA MENGGUNAKAN :
Buka pengunci mikrometer sekrup. sehingga selubung dapat bergerak.
Kemudian letakkan kertas yang ingin. diukur di antara rahang.
Kemudian putar gigi geser pada. ...
Hentikan pemutaran, lalu kunci. ...
Baca skala utama apakah. ...
Baca skala nonius yang tepat segaris.

 CARA MEMBACA HASIL PENGUKURAN :

Perhatikan letak garis skala di bagian atas sleeve, yaitu 5 mm


Lihat garis skala di bagian bawah, yaitu: 0,5 mm
Lalu lihat nilai di skala nonius di bagian Thumble yaitu 28 mm
Kalikan nilai pada nonius dengan cara 28 x 0,01 mm = 0,28 mm
Jumlahkan hasil ketiga pengukuran, tersebut: 5 mm + 0,5 mm + 0,28 mm = 5,78 mm

3. ANGKA PENTING DAN NOTASI ILMIAH


1) ATURAN ANGKA PENTING
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting
2. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk AP
3. Angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol tidak termasuk
angka penting
4. Angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol setelah tanda
koma termasuk angka penting.
5. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol tidak termasuk
angka penting
CONTOH :
1. 123 cm = 3AP
2. 102 mm = 3AP
3. 1200 km = 2AP
4. 0,00600 = 3AP
5. 0,01505 = 4AP

2) OPERASI HITUNG PEMBULATAN


Untuk operasi pembulatan, angka yang lebih dari 5 dibulatkan ke atas, sedangkan angka
yang kurang dari 5 dihilangkan. Jika angka taksiran tepat angka 5 dan angka sebelumnya
adalah ganjil, maka angka dibulatkan ke atas. Namun jika angka taksiran tepat angka
lima dan angka sebelumnya genap, maka angka dihilangkan.
CONTOH :
1. 28,21467
2. 28,2147
3. 28,215
4. 28,22
5. 28,2

3) OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN/PENGURANGAN


Dalam operasi hitung ini, hasil dari penjumlahan dan pengurangan hanya boleh memiliki
satu angka taksiran/angka tak pasti.
Contoh:
115,7 + 12,31 + 0,813 = 128, 823
Hasil penjumlahan tersebut memiliki tiga angka taksiran (8, 2, dan 3). Kita harus
membulatkannya menjadi satu angka taksiran. Maka hasil akhirnya adalah 128, 8. Cara
ini berlaku juga pada operasi pengurangan.

4) OPERASI HITUNG PERKALIAN/PEMBAGIAN


Aturan operasi penjumlahan dan pengurangan berlaku juga di operasi perkalian dan
pembagian. Hasil operasi harus menyisakan satu angka taksiran.
Contoh:
0,527 x 0,3 = 0,1581
Hasil perkalian tersebut memiliki empat angka taksiran, yaitu 1, 5, 8, dan 1. Kita harus
membulatkannya menjadi satu angka taksiran. Maka hasil akhirnya adalah 0,1. Cara ini
berlaku juga pada operasi pembagian.

Anda mungkin juga menyukai