Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER

(KELUARGA BERKARAKTER)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah

Pendidikan Karakter yang diampu oleh Ruli Setiyadi, M. Pd

Disusun oleh:

Alfina Damayanti S 20210014 Mutiara Nur Rizka 20210038

Ester Kezia P. M. 20010278 Nia Sopiah 20210070

Hadi Auliya 20010015 Rina Anbarwati 20210021

Keisa Mega Utami 20210044 Salma Janiya S. 20210183

Lela Amalia 20210016 Syakila Nur Haliza 20210055

M. Hilmi Hasyim K. 20010014 Viola Natasya 20210129

Mutiara Agustin 20210066 Yuli Siti Solihah 20210042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMI PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


penulis kemudahan dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Pendidikan Karakter (keluarga berkarakter)” dapat diselesaikan. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen pengampu bapak Ruli Setiyadi M.Pd pada mata
kuliah Pendidikan karakter. Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi
pembaca agar dapat menambah wawasan tentan keluarga berkarakter.

Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

Cimahi,23 November 2020


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Cara orang tua mendidik anak akan sangat berpengaruh dalam perkembangan
anak baik secara emosional, intelektual, maupun spiritual. Sayangnya, tidak semua
keluarga, dalam hal ini orang tua menyadari peran besarnya dalam perkembangan
karakter anak-anaknya. Peran pendidikan keluarga adalah agar anak-anak memiliki
bekal dalam mempersiapkan perkembangannya kelak dalam kehidupan dengan
masyarakat. Sebab, pada dasarnya manusia mempunyai keinginan untuk
meningkatkan dan mengembangkan potensi sesuai dengan nilai karakter yang tumbuh
bersama masyarakat.
Implikasi nyata dalam kehidupan bahwa keberhasilan pendidikan karakter
bukan terletak pendidikan di sekolah saja, namun yang lebih utama adalah terletak
pada proses pendidikan dalam keluarga, karena anak lebih mempunyai banyak waktu
berinteraksi dengan orang tua disbanding dengan guru di sekolah.
Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal
pertama, dimana mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga,
seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Dari pendidikan dalam
keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, keterampilan berbagai
sikap dan bermacam-macam ilmu pendidikan.
Era globalisasi dengan segala bentuk kemajuannya yang terus berubah dan
berkembang, selalu menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan
berwawasan luas, tidak hanya dalam bidang ilmu pengetahuan umum saja, namun
juga harus didasari dengan akhlak mulia, sehingga mampu mengendalikan diri dari
pengaruh budaya yang serba membolehkan, yang mengiringi perkembangan ilmu
pengetahua dan teknologi tersebut.
Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan
teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan.
Pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria; malu
berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya kotor.
Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan
proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penulisan ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa itu pengertian keluarga dan apa saja tipe keluarga?
2. Apa itu pengertian karakter?
3. Apakah pengertian keluarga berkarakter?
4. Apa saja cici-ciri keluarga berkarakter?
5. Apa saja fungsi keluarga berkarakter?
6. Bagaimana pembentukan karakter di lingkungan keluarga?
7. Apa saja peran keluarga berkarakter?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menelaah:
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian keluarga dan apa saja tipe keluarga.
2. Untuk mengetahui apa itu pengertian karakter.
3. Untuk mengetahui apakah pengertian keluarga berkarakter.
4. Untuk mengetahui apa saja cici-ciri keluarga berkarakter.
5. Untuk mengetahui apa saja fungsi keluarga berkarakter.
6. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan karakter di lingkungan keluarga.
7. Untuk mengetahui apa saja peran keluarga berkarakter.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga dan tipe keluarga


1. Pengertian keluarga
Keluarga dipahami sebagai kesatuan interaksi dan komunikasi yang
terlihat dari keterlibatan semua orang dalam memainkan peran, baik itu sebagai
suami dan istri, orang tua dan anak, maupun anak dan saudara. Dari proses
interaksi dan komunikasi tersebut, keluarga diharapkan dapat berperan penting
dalam mempertahankan suatu kebudayaan bersama, sebagaimana juga dinyatakan
dalam UU No. 1 Tahun 1974.
Keluarga adalah unit kecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain,dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan
Maglaya,1989)
Dari dua definisi di atas dapat di simpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit kecil dari masyarakat
b. Terdiri dari dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan pekawinan dan pertalian darah
d. Hidup dalam suatu rumah yangga
e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah keluarga
f. Setiap anggota keluarga memiliki pernan masing-masing.
2. Tipe keluarga
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti atau keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak.
2) Keluarga Dyadic adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri, tetapi
tidak memiliki anak.
3) Orang tua tunggal, yaitu keluarga yang salah satu orang tuanya
mempunyai anak karena perceraian atau kematian.
4) Orang dewasa lajang adalah rumah tangga yang hanya terdiri dari satu
orang dewasa yang belum menikah.
5) Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan
keluarga lainnya.
6) Pasangan setengah baya atau orang tua yang orang tuanya tinggal sendiri
di rumah karena anak sudah memiliki rumah tangga sendiri.
7) Keluarga Kitnetwork, beberapa keluarga tinggal bersama dan
menggunakan layanan bersama
b. Tipe keluarga non-tradisional
1) Keluarga orang tua-anak yang belum menikah (Unmarried parent and
child family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang
belum menikah.
2) Cohabitating couple adalah orang dewasa yang hidup bersama-bersama
tanpa menikah.
3) Gay and lesbian family adalah seorang sesama jenis kelamin tinggal satu
atap layaknya seperti suami istri atau pasangan.
4) Nonmarital Hetesexual Cohabiting family adalah yang belum menikah
yang tinggal dengan pasangan dalam satu keluarga, keluarga yang
tinggal bersama tanpa pernikahan dan sering berganti pasangan.
5) Faster family, yakni keluarga yang menerima anak-anak yang tidak
berhubungan untuk beberapa waktu. (Widagdo, 2016)
6) The stepparent family keluarga dengan orang tua tiri.
7) Commune family adalah beberapa pasangan keluarga (dengan anak-
anak) yang tinggal di rumah yang sama tanpa saudara kandung, sumber
daya yang sama, fasilitas, pengalaman yang sama, kegiatan
kelompok/sosialisasi anak melalui pendidikan anak bersama
8) Group network family adalah keluarga inti yang dikelilingi oleh
seperangkat aturan atau nilai, tinggal berdekatan, berbagi barang dan
jasa rumah tangga, dan bertanggung jawab untuk membesarkan anak-
anak.
9) Homeless family adanya krisis pribadi terbentuk sehubungan dengan
ekonomi dan masalah kesehatan mental dan tidak ada perlindungan
permanen.
10) Gang adalah pemuda tipe keluarga destruktif yang mencari hubungan
emosional dan keluarga yang penuh kasih, tetapi mendapat manfaat dari
kekerasan dan kejahatan dalam hidup mereka.

Berdasarkan sifat anggota keluarga, maka keluarga dibagi dalam


beberapa tipe yaitu:

a. Keluarga inti (nucear family). Adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu,
dan anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family). Adalah keluarga inti ditambah sanak
saudara, misalnya kakek, nenek, keponakan, saudara, sepupu, paman, bibi,
dan sebagainya.
c. Keluarga berantai ( serial family). Adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti.
d. Keluarga duda-janda.(singel family). Adalah keluarga yang terjadi krena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite). Adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (cahabitation). Adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

B. Pengertian Karakter
Istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang berarti tabiat, tabiat,
sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian serta akhlak. Pengertian karakter
menurut KBBI didefinisikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Sedangkan dalam istilah
psikologi, karakter adalah watak perangai sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas
yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi
seorang pribadi. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat
diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap
untuk kondisi-kondisi tertentu.
Menurut Wynne bahwa ada dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia
menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku
tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku
buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur,suka menolong, tentulah orang
tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya
dengan ‘personality’ Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person
of character) apabila tingkahlakunya sesuai kaidah moral.
Jalaludin (1997:167) berpendapat bahwa karakter terbentuk dari pengaruh
luar, terbentuk dari asimilasi dan sosialisasi. Asimilasi menyangkut hubungan
manusia dengan lingkungan bendawi, sedangkan sosialisasi menyangkut hubungan
antar manusia. Kedua unsur inilah yang membentuk karakter dan karakter merupakan
pola seseorang berhubungan dengan lingkungannya. Orang yang disebut berkarakter
adalah orang yang dapat merespon segala situasi secara bermoral, yang
memanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik.
Dengan demikian karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang
melalui pendidikan dan pengalaman yang menjadi nilai instrinsik yang melandasi
sikap dan perilakunya.

C. Pengertian Keluarga Berkarakter


Secara etimologis keluarga berasal dari bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras"
dan "adalah kelompok manusia yang terdiri dari anggota-anggota
keluarga, anggota tersebut dapat pula banyak atau berasal dari lingkungan
keluarga terdekat yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok
sosial yang terkecil terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan darah antar
individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam
keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing- masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Keluarga berkaraker mampu berperan dalam pendidikan karakter dalam
prakteknya mengasuh anak, dan mereka juga memiliki cara tersendiri untuk dapat
menrapkan pendidikan karakter tersebut kepada anak mereka.
Analisis penelitian menunjukkan bahwa orang tua sebagai pendidik utama
anak memahami perihal pendidikan karakter dan penerapannya terhadap anak. Orang
tua memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter sebagai suatu salah satu
cara dalam mendidik anak remaja agar anak remaja tersebut dapat berkembang dan
memiliki kepribadian yang dewasa dalam berpikir dan berperilaku.
Baik atau buruknya karakter anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga. Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam berlangsungnya
proses pendidikan dan pembentukan perilaku anak yang sesuai dengan nilai karakter
yang ada di dalam masyarakat. Pendidikan keluarga, khususnya pendidikan anak
tentunya membutuhkan peran orang tua yang sangat besar. Anak yang umumnya
berusia antara 0 sampai 12 tahun sangat membutuhkan arahan, bimbingan dan
tuntunan dari orang tua dalam menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar
kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras nilai-nilai kehidupan, sehingga anak
tidak hanya mengetahui nilai karakter dalam masyarakat, tetapi juga mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Ciri-ciri Keluarga Berkarakter


Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu
hubungan yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan
keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Selain itu keluarga juga sebagai tempat yang
paling inti atau dasar untuk semua individu dalam memperoleh perhatian,
perlindungan, pembelajaran, dan juga pembinaan.
Adapun ciri-ciri dari sebuah keluarga di dalam masyarakat adalah sebagai
berikut:
1. Unit terkecil dari masyarakat.
2. Terdiri atas 2 orang atau lebih.
3. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah.
4. Hidup dalam satu rumah tangga.
5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
8. Diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.
Menurut Robert M.Z. Lawang, menyebutkan bahwa keluarga memiliki empat
karakteristik, yaitu:
1. Terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan.
2. Anggota keluarga hidup bersama dalam satu rumah dan membentuk rumah
tangga.
3. Merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan berkomunikasi.
4. Melaksanakan dan mempertahankan kebudayaan yang sama.
Terdapat 10 karakteristik atau ciri- ciri sebuah keluarga yang suskses
menghasilkan anak-anak cerdas dan berkarakter yaitu:
1. Bersedia berkorban untuk satu sama lain
Setiap anggota keluarga pasti mengetahui peran mereka masing-masing
dan mau menjalankannya dengan baik, walaupun terkadang dibutuhkan
pengorbanan untuk itu. Kebaikan, kerjasama dan kasih sayang harus menjadi
moto hidup keluarga. Di dalam sebuah keluarga yang sehat, setiap anggota
keluarga mampu memberikan lebih banyak waktu, energi dan hal-hal lainnya
untuk anggota lainnya, walaupun terkadang mereka mengeluh.
2. Menghormati satu sama lain
Rasa hormat adalah kemampuan anak yang didapatkan dari observasi.
Jika Anda mampu mendengarkan mereka, tanpa menghakimi dan bersikap
hormat terhadap semua orang dengan segala usia, anak Anda akan memahami
bahwa setiap orang patut untuk dihormati. Pesan ini mungkin tidak dapat
diterapkan secara langsung, namun bersikap sopan dan hormat dapat ditularkan.
3. Ada untuk satu sama lain
Keluarga yang cerdas sangat menikmati kebersamaan satu sama
lain.dengan membuat kegiatan membaca, mendengarkan musik dan bermain
menjadi kegiatan rutin yang harus dilakukan bersama-sama. Namun Anda harus
mengizinkan mereka melakukan hobi mereka sendiri-sendiri, dan tetap menjadi
pendengar yang baik ketika mereka menceritakan tentang apa yang mereka
lakukan.
4. Komunikasi Satu Sama Lain
Menciptakan suatu keluarga yang cerdas berkarkter tergantung bagaimana
kemampuan untuk saling mengerti satu sama lain, bagaimana sifat dari anggota
keluarga, biarkan mereka merasa bahwa mereka dimengerti.
5. Komunikasi Satu Sama Lain
Belajar dapat dimulai dengan mengakui bahwa tidak semua hal yang
lakukan adalah benar. Anda dapat mulai melihat dunia dari sisi pandang anak-
anak Anda, dengan begitu Anda akan belajar memberi dan menerima. Sedangkan,
dengan membiarkan anak-anak Anda melihat Anda melakukan kesalahan akan
menjadi contoh bagi mereka untuk melihat bagaimana Anda menangani
kesalahan yang Anda buat.
6. Hargai usaha, bukan hasil
Jangan menetapkan suatu standart yang Anda sendiri tidak dapat
memenuhinya. Anak akan menilai dirinya dari bagaimana orang lain menilai
mereka. Jadi biarkan mereka mengetahui mana hal-hal yang benar-benar penting.
7. Pecahkan masalah bersama-sama
Keluarga yang cerdas berkarkter akan melibatkan semua anggotanya
untuk mengambil keputusan yang penting. Sebagai orang tua, tidak boleh otoriter.
Sebagai anak mereka akan belajar mandiri dan dewasa saat di sekolah, namun
saat di rumah, mereka adalah tanggung jawab Anda. Buat anak-anak Anda
mengerti batasan-batasan mereka.
8. Menciptakan lingkungan belajar
Keluarga cerdas berkarakter akan terus belajar bersama-sama. Sebagai
orang tua, Anda harus terlibat dalam pembelajaran anak, sehingga Anda juga
terdorong untuk terus belajar dan anak merasa aman.
9. Reaksi yang baik
Dalam keluarga harus melihat keberhasilan dengan rendah hati dan
kegagalan dengan rasa syukur. Ingatlah bahwa tidak ada yang mampu membuat
Anda dengan mudah melewati masa-masa sulit, selain humor.
10. Tunjukkan rasa cinta
Satu hal yang paling terlihat dari suatu keluarga yang cerdas adalah cinta
tanpa syarat antara satu orang dengan lainnya. Tidak peduli apapun latar belakang
keluarga, anak-anak akan sukses apabila menerapkan rasa cinta dalam proses
pengasuhan.

E. Fungsi Keluarga Berkarakter


1. Internalisasi
Internalisasi adalah suatu upaya untuk memasukan pengetahuan dan
keterampilan untuk melaksanakan pengetahuan yang diberikan ke dalam diri
anak, sehingga pengetahuan itu dapat menjadi bagian dari karakternya dalam
kehidupan sehari-hari. Mama perlu mengajarkan anak untuk memahami nilai-
nilai apa saja yang benar dan salah. Walaupun nilai, norma, dan budaya setiap
orang berbeda-beda, namun secara keseluruhan nilai kasih sayang, sopan santun,
hormat, kebaikan, kemurahan, keadilan, dan tanggung jawab merupakan beberapa
nilai baik yang dapat diajarkan kepada anak sejak dini. Mama bisa mengajarkan
anak dengan berdiskusi mengenai nilai-nilai tersebut atau memberi anak beberapa
tanggung jawab, seperti membersihkan meja, menghibur teman atau saudara
ketika sedang sakit. Selain itu, Mama juga perlu menjaga anak dari paparan nilai-
nilai kurang baik seperti dari membaca atau menonton suatu materi yang tidak
sesuai dengan usianya.
2. Memberikan keteladanan
Teladan adalah bagian terpenting dalam proses pendidikan anak.
Seperti peribahasa, “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, begitupun karakter
seorang anak. Anak adalah seorang peniru maka untuk memberikan didikan yang
baik selain mengajarkan nilai-nilai Mama juga perlu memberikan contoh yang
baik. Tentu saja untuk menjadi teladan yang baik diperlukan usaha, tekad, dan
kemampuan untuk mengendalikan diri dengan baik dari orang tua.Keteladanan
yang baik bisa dicontohkan melalui sikap dan perilaku Mama terhadap orang lain,
tutur kata dan intonasi saat berbicara, dan kebiasaan baik, seperti menjalani pola
hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi serta rutin berolah raga.
Beberapa tips yang dapat dilakukan untuk memberikan teladan yang
baik adalah:
a. Memiliki hubungan yang erat dengan anak
b. Melakukan apa yang diajarkan kepada anak 
c. Menunjukkan bahwa pendidikan dan proses belajar adalah hal yang
menyenangkan untuk dilakukan
d. Memiliki kebiasaan yang positif dan pola pikir yang optimis
e. Mengakui kesalahan dan memperbaikinya.
f. Pembiasaan
Agar anak menjadi terbiasa dengan hal yang diajarkan diperlukan
adanya pengulangan. Jika orang tua memberikan salam setiap masuk rumah,
maka hal itu diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila anak masuk rumah tanpa
mengucapkan salam, maka orang tua mengingatkan kembali.
3. Bermain
Sebagai orang tua sebaiknya meluangkan waktu untuk bermain bersama
anak, mendengarkan keluh kesahnya, sehingga anak merasa lega dan memiliki
hubungan yang baik dengan orang tua. Masa kanak-kanak merupakan masa
puncak kreativitasnya dan kreativitas perlu dijaga dengan menciptakan
lingkungan yang menghargai kreativitas yang bisa dicapai melalui bermain
bersama.
4. Bercerita
Orang tua dapat mendidik anaknya dengan bercerita. Orang tua yang
bersedia membuka diri kepada anaknya akan mendorong keterbukaan diri anak.
Anak yang terbuka akan lebih dapat menerima masukan dan saran dari orang tua
untuk memperbaiki diri dan membantu anak agar menjadi lebih percaya diri
untuk mengemukakan pendapatnya. Selain itu, sebuah cerita mempunyai daya
tarik yang dapat menyentuh anak. Dengan bercerita, Mama juga dapat
menanamkan nilai pada anaknya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Memberikan Nasihat
Sebelum memberikan nasihat, Mama juga sebaiknya terbiasa untuk
mendengarkan. Kemampuan untuk mendengarkan merupakan suatu hal yang
penting untuk membina hubungan dalam keluarga. Dalam mendengar sebaiknya
sampai suatu cerita berakhir sebelum Mama memberikan solusinya atau nasihat.
Nasihat merupakan kata-kata yang mampu menyentuh hati disertai dengan
keteladanan.
6. Memberikan penghargaan dan hukuman
Memberi penghargaan kepada anak penting untuk dilakukan karena pada
dasarnya setiap orang ingin dihargai. Selain penghargaan, hukuman juga dapat
diberikan untuk semakin membentuk karakter anak. Namun sebaiknya
penghargaan harus lebih didahulukan dibandingkan hukuman.
Mendidik anak bukanlah suatu hal yang mudah, namun merupakan hal
yang membahagiakan. Ingatlah untuk tidak hanya mengajar anak, tetapi pastikan
untuk bertindak sesuai dengan ajaran yang Mama berikan pada anak sebab hal ini
memang merupakan peran orang tua dalam pembentukan karakter anak. Memang
tidak ada keluarga yang sempurna. Namun, mengetahui betapa pentingnya peran
keluarga untuk membentuk karakter yang baik sangatlah penting.
Sebagai orang tua, Mama adalah guru pertama anak, pembelajaran
terbesar anak didapatkan di rumah. Pastikan untuk terus menciptakan lingkungan
dan suasana terbaik di rumah agar anak dapat mempelajari dan menerapkan nilai-
nilai yang baik dan benar sebagai fondasi yang kokoh untuk anak bertumbuh.

F. Pembentukan Karakter di Lingkungan Keluarga


Anak adalah mutiara kehidupan yang diamanahkan oleh Allah kepada
orangtua. Kehadirannya senantiasa memberi arti untuk menggores kanvas kehidupan
mendatang. Sejatinya, anak adalah pemilik masa depan. Tanggungjawab orangtua
tidak hanya sebatas pemenuhan pada kebutuhan materi, tetapi juga mencakup seluruh
aspek pembentukan karakter anak sejak masa pertumbuhan.
Pembentukan karakter dilingkungan keluarga yang dapat dilakukan oleh
orangtua dengan cara:
1. Keteladanan
Keteladanan mempunyai pengaruh yang lebih besar bagi anak daripada
nashat dan ucapan. Seorang anak membutuhkan teladan yang baik, dan dia
mengambil teladan dari orangtuanya. Karenanya dia mempunyai kecenderungan
untuk meniru perilaku orang yang disukai, serta berusaha tampil seperti orang
yang disukai. Dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak, sebaiknya
menggunakan pendekatan agama karena setiap agama berujung pada
pembentukan karakter yang baik.
Contoh: seorang anak akan sukar melakukan shalat apabila orangtuanya
hanya menyuruh saja anaknya untuk melakukan shalat, tetapi akan lebih mudah
apabila orangtuanya yang terlebih dahulu memberikan keteladanan itu.
2. Konsisten
Untuk membentuk karakter anak diperlukan perkataan, perbuatan dan
sikap yang konsisten dilakukan di lingkungan keluarganya, janganlah sekali-kali
orangtua yang menerapkan pola asuh yang berbeda antara ayah dan ibu sehingga
membuat anak kebingungan, buatlah kesepakatan anatara ayah dan ibu
bagaimana pola asuh yang tepat sesuai dengan usia anak, sehingga anak akan
tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Pembentukan karakter
diperlukan konsisten perkataan dan perbuatan dan sikap yang diterapkan pada
anak, dengan cara mendengar, melihat perbuatan, perkataan dan sikap yang
konsisten dilakukan oleh ayah dan ibu akan terbentuk karakter yang baik bagi
anak.
Contoh: apabila anggota keluarga sedang pergi atau masuk ke dalam
rumah harus mengucapkan salam terlebih dahulu.
3. Pembiasaan
Anak adalah peniru ulung apa yang dilihat didengar dan dirasakan akan
cepat ditiru. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama
dalam membentuk karakter anak. Dalam keluargalah pertama kali anak akan
dibentuk karakternya. Pembiasaan perbuatan, perkataan dan sikap yang baik perlu
diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan, dengan terbiasanya berbuat, berkata
dan bersikap yang baik akan menjadi karakter yang baik pula bagi anak.
Contoh: bersikap sopan dan santun terhadap orangtua serta orang yang
dituakan. Seperti membiasakan berbicara dengan orangtua, jangan sampai volume
suara anak lebih tinggi dari volume suara ibu atau ayahnya.
4. Komunikasi
Cara membangun komunikasi efektif dengan anak yaitu:
a. Memberikan kesempatan pada anak agar bicara kebih banyak.
b. Mendengar aktif.
c. Berkomunikasi dengan posisi tubuh sejajar dengan anak dan kontrol mata.
d. Berbicara dengan jelas dan singkat agar anak mengerti.
e. Gunakan bahasa (kata-kata) yang positif.
f. Mereflesikan/memantulkan perasaan dan arti yang disampaikan.
g. Memperhatikan bahasa tubuh anak.
Dalam lingkungan keluarga komunikasi yang harmonis dapat
menumbuhkan karakter anak yang baik. Banyak masalah yang terjadi dengan
anak karena komunikasi yang salah/diskomunikasi. Ciptakanlah lingkungan
keluarga yang nyaman, tenang sehingga anak dapat merangsang untuk dapat
berkomunikasi yang efektif dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya.
5. Disiplin
Peran orangtua dilingkungan keluarga yang sangat berperan sekali untuk
menumbuhkan kedisiplinan, membiasakan kedisiplinan dari segalahal membuat
seseorang belajar bekerja secara terencana, hingga semua kewajiban yang
menjadi tugas utamanya dapat terselesaikan dengan tuntas. Kedisiplinan
dilingkungan keluarga ditanamkan sejak usia dini tanpa adanya kekerasan yang
diterapkan pada anak, kedisiplinan dapat diterapkan dengan adanya kesepakatan
antara anak dengan orangtua, sehingga anak melakukan segala hal tanpa
merasakan beban dan menjadikan tanggungjawabnya.
Contoh: belajar membereskan tempat tidur, membereskan bekas bermain,
shalat tepat pada waktunya dan sebagainya.
6. Tanpa kekerasan
a. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
b. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
c. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
d. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
e. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
f. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
g. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
h. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dalam hidupnya.

G. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter


1. Program pendidikan karakter
Menurut Hasanah dalam Syarbini (2013) ada lima program pendidikan karakter
dalam keluarga, yaitu:
a. Pengajaran
Pengajaran berarti proses menyampaikan pengetahuan terhadap orang
lain. Ada juga yang berpendapat bahwa pengajaran tidak hanya
menyampaikan pengetahuan tetapi juga keahlian atau keterampilan. Dalam
konteks pendidikan karakter di keluarga pengajaran dapat diartikan sebagai
suatu upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk memberikan pengetahuan
kepada anak tentang nilai-nilai karakter tertentu dan bimbingan serta
mendorongnya untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Pemotivasian
Setiap anak sacara alami akan selalu butuh dorongan dari orang lain
agar bisa menjaga motivasi dalam melakukan aktifitasnya. Hal ini terjadi
karena kondisi jiwa seseorang yang cenderung barubah bergantung stimulus
yang ada di lingkungannya. Dalam konteks pendidikan karakter di keluarga
pemotivasian dapat dimaknai sebagai upaya menggerakkan atau mendorong
anak untuk mengaplikasikan nilai-nilai karakter. Berkaitan dengan itu, orang
tua dituntut untuk mampu menjadi motivator bagi anak-anaknya. Selanjutnya
agar anak-anak tergerak untuk melakukan nilai-nilai nilai karakter. Dengan
demikian, dorongan dari orang tua yang dapat diterima oleh anak-anak akan
sangat berpengaruh dalam memperkuat penanaman karakter baik mereka.
c. Peneladanan
Pada dasarnya setiap anak lebih suka meniru hal-hal yang mereka lihat
dalam kehidupan sehari-hari mereka karena mereka hanya bisa melihat apa
yang tampak dan meniru apa yang tampak tanpa mampu memikirkan hal-hal
yang dianggap layak untuk ditiru dan tidak layak untuk ditiru. Oleh karena
itu keteladanan dari lingkungan terutama lingkungan keluarga yakni Bapak
dan Ibu sangat penting untuk memberikan stimulus yang bersifat positif baik
berupa kata-kata maupun ucapan karena hal itu yang akan menjadi model
awal bagi anak-anak dalam bertindak dan berkata-kata. Menciptakan
lingkungan yang selalu diwarnai dengan hal-hal yang positif seperti berbicara
dengan bahasa halus, saling menghargai, saling menolong, dan lain
sebagainya dengan sendirinya akan manjadi contoh yang baik dan akan ditiru
oleh mereka dalam proses menuju dewasa.
d. Pembiasan
Pembiasaan adalah proses melakukan sesuatu berulang-ulang agar
menjadi terbiasa yang melekat padi diri seseorang. Pembiasaan dalam hal
yang positif harus dilatih dan dilakukan sejak dini agar anak-anak tumbuh
dan berkembang dalam lingkungan yang menyajikan perbuatan yang positif.
Dalam penanaman pendidikan karakter dalam keluarga, pembiasaan
merupakan pilihan yang sangat tepat untuk menanamkan kebiasaan baik
seperti melaksanakan shalat berjemaah bersama, makan bersama, belajar
bersama, dan lainnya agar anak-anak terbiasa melatih diri menumbuhkan
sikap mulia pada diri mereka sehingga mereka menjadi manusia yang mulia.
e. Penegakan Aturan
Dalam rangka mananamkan budaya disiplin anak sejak dini, maka
diperlukan adanya kesepakatan bersama tentang hal apa saja yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh semua anggota keluarga.
Kesepakatan itu dijadikan semacam aturan atau tata tertib dalam keluarga
dan semua harus berkomitmen untuk mematuhinya dan jika ada yang
melanggarnya maka harus bertanggungjawab untuk menerima sanksi sesuai
aturan tersebut. Penegakan aturan bagi anak-anak secara otomatis akan
mendidik mareka menjadi manusia yang akan selalu taat pada aturan atau
norma karena mereka sejak dini sudah terbiasa dengan mematuhi aturan
dalam keluarga.
2. Nilai-nilai karakter dalam keluarga
Keluarga merupakan tumpuan anak-anak dalam mengarungi kehidupan
karena dari keluarga anak-anak mulai mendapatkan pola asuh dan perhatian yang
mereka butuhkan sejak mereka dalam rahim hingga lahir. Keluarga, dalam hal ini
ayah dan terutama ibu yang sejak awal mengisi kehidupan anak baik sacara fisik
maupun psikis sehingga mereka balajar berbagai hal baru dimulai dari lingkungan
keluarga mereka masing-masing sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anak-
anak. Pertumbuhan diidentikkan perubahan secara fisik sedangkan perkembangan
diidentikkan dengan perubahan pola fikir yang mempengeruhi prilakunya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak sama karena hal ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarga, sosial keluarga, latar belakang
pendidikan keluarga dan lain sebagainya. Setiap keluarga mempunyai prinsip dan
tujuan masingmasing dalam mendidik anak-anak mereka hingga mereka tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang sesuia dengan harapan keluarga. Dengan
demikian para orang tua akan menanamkan nilai-nilai karakter sejak dini dengan
memberi pemahaman dan juga keteladanan secara berulang-ulang agar menjadi
kebiasaan dan pada akhirnya akan terinternalisasi pada anak-anak mereka dan
termanifestasi dalam perkataan dan perbuatan yang mulia sesuai dengan norma
agama, sosial dan negara.Sebagai upaya memperkuat karakter bangsa melalui
pendidikan baik pendidikan formal, non-formal dan informal, kementerian
pendidikan menetapkan 18 nilai karakter sebagai berikut:
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya,sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
l. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
n. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
o. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa
3. Metode pendidikan karakteristik dalam keluarga
Setiap keluarga mempunyai metode yang berbeda-beda dalam mendidik
anak-anaknya. Perbedaan metode tersebut sangat dipengaruhi oleh latar belakang
orang tua baik pendidikan, ekonomi, lingkungan sosial dan bahkan nasab
keluarga. Setiap keluarga bisa menentukan sendiri metode menanamkan
pendidikan karakter yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan keluarga
tersebut.
Menurut An-Nahlawi dalam Ilviatun Nafisah menjelaskan ada empat
metode pendidikan karakter dalam keluarga; (Navisah, 2016)
a. Metode Hiwar atau Percakapan
Metode Hiwar (dialog) adalah percakapan silih berganti antara dua
pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik, dan dengan
sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki. Pentingnya sebuah
komunikasi atau dialog antar pihak-pihak terkait, dalam hal ini orang tua dan
anak. Sebab, dalam prosesnya pendidikan hiwar mempunyai dampak yang
sangat mendalam terhadap jiwa pendengar (mustami‟) atau pembaca yang
mengikuti topik percakapan dengan seksama dan penuh perhatian.
Percakapan orang tua dengan anak yang terbuka satu sama lain di era
digital ini merupakan media yang sangatpenting mengingat anak pada saat ini
yang selalu sibuk bermain HP dengan berbagai fasilitasnya yang sulit bagi
orang tua untuk memantau apa yang anak sedang lakukan dengan HP
tersebut dan dengan siapa saja anak bersosialisasi yang semua itu akan sangat
mempengaruhi prilaku atau karakter mereka. Dengan menjalin komunikasi
yang baik dan terbuka dengan anak maka orang tua akan selalu ada
kesempatan untuk membimbing dan mengarahkan anakanaknya ke jalan
yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku sehingga anak-anak tidak
lepas kendali dan selalu dalam pentauan orang tua.
b. Metode Qishah atau Cerita
Menurut kamus Ibn Manzur , kisah berasal dari kata qashsha-
yaqushshu-qishshatan, mengandung arti potongan berita yang diikuti dan
pelacak jejak. Menurut al-Razzi, kisah merupakan penelusuran terhadap
kejadian masa lalu. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter dalam keluarga,
kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan karakter di rumah,
kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peran
yang sangat penting, karena dalam kisah-kisah terdapat berbagai keteladanan,
edukasi dan mempunyai dampak psikologis bagi anak. Dalam penyampaian
kisah atau cerita orang tua dapat memilih kisahkisah teladan seperti kisah
Nabi, pahlawan atau sahabat-sahabat Nabi. Kisah tersebut tentunya harus
meninggalkan kesan bagi seorang anak yang tentunya adalah kesan positif.
Menanamkan karakter pada anak melalui cerita atau kisah sangat
efektif karena dengan metode cerita pesan yang akan disampaikan dengan
sangat mudah diterima dan dipahamai. Selain itu metode cerita merupakan
salah satu cara menyampaikan sesuatu atau mendidik anak yang paling
disenangi oleh anak-anak karena mereka tidak merasa sedang diajari atau
didik tapi merasa sedang mendengarkan cerita yang menginspirasi mereka
mengerjakan kabaikan-kebaikan yang tergkandung dalam cerita atau kisah
tersebut.
c. Metode Uswah atau Keteladanan
Dalam penanaman karakter (Navisah, 2016) kepada diri anak,
keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena anak
(terutama pada usia pendidikan dasar dan menengah) pada umumnya
cenderung meneladani (meniru) sosok orang tua atau pendidiknya. Hal ini
memang disebabkan secara psikologis, pada fase-fase itu siswa memang
senang meniru, tidak saja yang baik, bahkan terkadang yang jeleknya pun
mereka tiru. Teladan dan pergaulan yang baik dalam usaha membentuk
pribadi seseorang. Sebagaimana Al-qur‟an menyuruh kita untuk dapat
tunduk kepada Rasulullah Saw, dan menjadikannya sebagai uswatun
hasanah, sebagaimana firman Allah : Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu …..” (Q.S Al Ahzab: 21)
Metode keteladan dalam menanamkan karakter pada anak sudah tidak
bisa dipungkiri lagi perannya bahkan dengan keteladanan para orang tua,
guru, atau orang dewasa tidak perlu menyampaikan sepatah kata apapun
secara otomatis anak-anak yang melihat apa yang kita lakukan menganggap
sebagai teladan yang layak untuk ditiru dan diikuti. Dalam ajaran agama
Islam keteladanan sangat dianjurkan dan bahkan orang yang menyampaikan
sesuatu tapi tidak melakukannyasangat dikecam seperti ayat yang artinya
celaka besar bagi yang berkata tapi tidak melakukannya. Hal ini benar-benar
menekankan bahwa keteladanan berupa perbuatan dalam membentuk
karakter baik anak memberikan dampak yang sangat signifikan. Dengan
demikian para orang tua, guru atau orang yang lebih dewasa salau jadi model
bagi anak-anak dalam berkata dan bertindak.
d. Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-
ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan (habituation)
sebenarnya berintikan pada pengalaman yang dilakukan secara berulang-
ulang. Bagi anak usia dini, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan
pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak
dikemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia
yang berkepribadian baik pula sebaliknya pembiasaan yang buruk akan
membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Begitulah
biasanya yang terlihat dan yang terjadi pada diri seseorang.
Metode pembiasaan sangat efektif ketika dilakukan sejak usia dini
karena pembiasaan tidak bisa semerta-merta dan butuh proses panjang.
Sebagai contoh untuk memenanamkan kebiasaan minum dan makan dengan
posisi duduk sesuai sunnah Rosulullah maka saya selalu memantau saat anak
saya sedang makan dan minum untuk memastikan mereka dalam posisi
duduk. Begitulah seterusnya yang perlu dilakukan untuk menanamkan
kebiasaan lain yang positif pada anak-anak kita.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Keluarga dipahami sebagai kesatuan interaksi dan komunikasi yang
terlihat dari keterlibatan semua orang dalam memainkan peran, baik itu sebagai suami
dan istri, orang tua dan anak, maupun anak dan saudara.
Ciri-ciri Keluarga Berkarakter Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok
yang terbentuk dari suatu hubungan yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang
berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.
Pembentukan karakter diperlukan konsisten perkataan dan perbuatan dan sikap yang
diterapkan pada anak, dengan cara mendengar, melihat perbuatan, perkataan dan
sikap yang konsisten dilakukan oleh ayah dan ibu akan terbentuk karakter yang baik
bagi anak.
Dengan menjalin komunikasi yang baik dan terbuka dengan anak maka orang tua
akan selalu ada kesempatan untuk membimbing dan mengarahkan anakanaknya ke
jalan yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku sehingga anak-anak tidak lepas
kendali dan selalu dalam pentauan orang tua.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap
pembaca tentang keluarga berkarakter.Kemudian saran yang ingin kelompok kami
sampaikan yaitu kita perlu menyadari bahwa dengan menjalin komunikasi yang baik
dan terbuka dengan anak akan menjadi sebuah keluarga yang berkarakter oleh karena
itu orang tua harus mampu membimbing dan mengarahkan anak anaknya ke jalan yag
sesuai dengan norma norma yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai