Payakumbuh kota sentra kakao Sumatera Barat. Berdasarkan data statistik yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik di Kabupaten Lima Puluh Kota, produksi tanaman kakao di daerah
Payakumbuh tahun 2010 tersebut sebanyak 348,6 ton, sempat mengalami penurunan hingga
mencapai 167,7 ton pada tahun 2013. Namun, potensi ekonomi cacao sangat menjanjikan bagi
petani dilihat dari luas areal penanaman kakao yang meningkat. Hasil observasi lapangan
penulis, pada umumnya masyarakat setidaknya 10 batang tanaman kakao pada tiap rumah.
Bukti keseriusan masyarakat pada kakao, dibangunlah Pabrik Mini Chokato (Coklat
Kapalo Koto) di Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Payakumbuh Selatan, Payakumbuh. Hal
ini tentu akan semakin meningkatkan jumlah permintaan akan kakao dan produksi kakao.
Semakin meningkatnya produksi kakao akan meningkatkan jumlah limbah kulit buah Kakao.
Komponen limbah buah kakao yang terbesar berasal dari kulit buahnya atau yang disebut pod
kakao, yaitu sebesar 75% dari total buah. Jumlah limbah pod kakao yang begitu banyak dan
belum dimanfaatkan secara optimal, apabila tidak ditangani dengan baik maka limbah pod
kakao ini akan menjadi masalah tersendiri bagi lingkungan & petani kakao. Kulit kakao sudah
menjadi langkah utama yang perlu dilakukan, selain menggunakan masker. Di tengah ancaman
krisis kesehatan Covid-19, sabun pencuci tangan menjadi kebutuhan primer. cairan pencuci
tangan saat ini sudah seperti kebutuhan pokok untuk mencegah penyebaran virus corona.
Handwash atau cairan pencuci tangan merupakan agen yang dipakai untuk membunuh kuman
pemicu penyakit di tangan seperti, bakteri dan virus. Botol yang berisi cairan handwash
diletakkan tersebar di berbagai sudut ruangan guna memudahkan untuk mencari atau
menggunakannya.
Hasil pembakaran limbah pod kakao mengandung kalium hidroksida (KOH) yang
dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan pembuatan handwash berbahan alami. KOH
adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun yang dibuat dengan KOH
lebih cepat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan NaOH.
masyarakat kota Payakumbuh dan menjaga diri dan keluarga dari virus dan bakteri.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengangkat karya inovatif ini dengan judul,
2. Ember biasa
3. Sendok pengaduk
5. Gelas ukur
6. Alat pengaduk
7. Kompor
Bahan:
1. Kulit kakao yang sudah dibakar 100gram
2. Kertas pH
3. Glycerin 10 ml
4. Larutan EDTA 10 ml
5. Larutan Pembusa 100 ml
6. Pewarna makanan
7. Pewangi makanan
3 Glycerin 1 ml 1000
4 Bahan pembusa (emphitol) 10 ml 2000
5 EDTA 1 ml 2000
6 Pewarna makanan 1 ml 500
7 Parfum 3 ml 1000
TOTAL 6500
HARGA JUAL @5000/100 ml = 25000
KEUNTUNGAN 18.500
7 Diaduk ± 30 menit.
Bagan Kerja
IV. SPESIFIKASI
Dari tabel diatas, modal yang dibutuhkan untuk 500 ml handwash Rp 6.500,- dan harga jual
Rp 25.000,-. Didapatkan laba bersih Rp 18.500,-. Hasil ini sangat potensial untuk
meningkatkan ekonomi keluarga dan ide dalam home industry. Kemudian, kebutuhan
pandemi akan handwash dapat diatasi yang jika diproduksi akan mencukupi kebutuhan
VI. PENUTUP
Kulit kakao, limbah yang belum di berdayakan di kota Payakumbuh. Pemanfaatan limbah
kulit buah kakao menjadi handwash, alternatif ide indrustri rumahan untuk membantu
perekonomian keluarga dan membantu menjaga kesehatan keluarga, cuci tangan dengan