Anda di halaman 1dari 1

Kemajuan zaman hingga pada era ini mengakibatkan banyak sekali perubahan dasar atas

kehidupan mulai dari tujuan manusia, struktur hidup serta hal-hal mendasar lainnya dan semua
ini akan membawa manusia pada titik dimana masing-masing individu akan saling mengalienasi
kaumnya bahkan keberlangsungan alam itu sendiri.

Seperti yang kita ketahui bahwa makna hidup telah bergeser dari zaman ke zaman yang
mempengaruhi tujuan manusia. jangankan filosofi, bahasa saja semakin banyak artinya.
sebenarnya apa yang manusia cari ketika hidup ? atau apakah manusia sekarang pantas disebut
manusia?. Pertanyaan itu timbul bukan tanpa sebab, melainkan atas dasar keacuhan terhadap
kelompok masyarakat, bahkan individu. Esensi dari mahkluk sosial kupikir telah usang dengan
menjamurnya ideologi-ideologi kompetisi pada elemen masyarakat. Gelar naluriah yang selalu
tersemat pada manusia seperti "Homo Homini Socious" telah terkikis bahkan tidak lagi relevan,
malahan gelar "Homo Homini Lupus" yang semakin gencar dan berkembang pesat, meskipun
dipastikan tidak ada satupun manusia yang segan disermati gelar macam itu. Dan yang lebih
ironisnya lagi. Kanibalisme yang dilakukan antar manusia tak lagi barbar seperti yang dilakukan
Sumanto, namun dilakukan dengan pola yang terstruktur , halus dan terang terangan. Jika
menggunakan pemikiran yang cukup gila, segala yang ditawarkan kepada masyarakat dengan
embel embel kesejahteraan hanya akan mengarahkan masyarakat kedalam jurang kematian.
Sebagai contoh pendidikan, perhatikan dengan saksama motto pendidikan di era modern ini,
hanya mengarahkan manusia untuk menjadi mesin-mesin yang senantiasa dieksploitasi tanpa
mampu berpikir. Ruang-ruang demokrasi yang seharusnya hidup, nyatanya hanya menjadi
legenda kabar burung yang tertulis indah pada peraturan formal. Hak-hak yang tertulis rapi
pada Pembukaan UUD 1945 hanya sekedar hiasan yang selalu terpajang dan dibanggakan oleh
bangsa kita, dan keadilan yang digembor gemborkan pada saat ospek yang penuh dengan
drama heroik hanya akan menjadi janji yang terngiang disetiap kepala masyarakat,
menyedihkan. Bertepatan dengan hari kemerdekaan bangsa Indonesia, tulisan ini merupakan
refleksi dari pencapaian-pencapaian 77 tahun merdeka untuk kelas atas yang hidup dengan
penuh huru hara rasa nyaman. tapi tidak untuk masyarakat menengah kebawah. Kata widji
"Merdeka adalah nasi dimakan jadi tai". Merdeka hari ini hanyalah perubahan atas perbudakan
yang mana kemerdekaan budak hanya tersaji untuk memilih majikan mana yang dipatuhi. Ya
inilah merdeka. Merdeka dari penindasan sebelumnya menuju penindasan penindasan yang
lebih indah dan menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai